• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN TERAPI OBESITAS ANAK

ASUHAN GIZI TERSTANDAR UNTUK PASIEN OBESITAS

B. PENATALAKSANAAN TERAPI OBESITAS ANAK

88 Dietetik Penyakit tidak Menular 3. Patofisiologi obesitas pada anak

Obesitas pada anak terkait dengan mekanisme fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan energi dan pengeluaran energi. Faktor genetik berdampak signifikan sebagai predisposisi terjadinya obesitas pada anak. Tetapi faktor lain seperti perilaku dan lingkungan berperan juga dalam terjadinya obesitas pada anak.

Pengaturan kesimbangan energi dipengaruhi mekanisme fisiologis mencakup pengendalian rasa lapar dan kenyang, pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses pengaturan penyimpanan energi dipengaruhi oleh hipotalamus dengan mengirim sinyal seperti rasa lapar sehingga menurunkan pengeluaran energi atau sinyal yang meningkatkan pengeluaran energi. Sinyal-sinyal ini menstimulasi sekresi hormon kolesistokinin, ghrelin, leptin dan insulin, yang berperan dalam keseimbangan energi.

Pada kondisi asupan energi melebihi kebutuhan energi, maka terjadi peningkatan jaringan adiposa yang disertai dengan meningkatnya hormon leptin dalam darah. Leptin akan stimulasi hipotalamus agar terjadi penurunan nafsu makan. Hal yang sebaliknya terjadi juga, bila asupan energi tidak melebihi kebutuhan energi, maka jaringan adiposa akan berkurang, dan stimulasi hipotalamus untuk meningkatkan nafsu makan. Masalah yang terjadi adalah sebagian besar anak-anak obesitas mengalami resistensi leptin, sehingga meningkatnya hormon leptin dalam sirkulasi darah tidak mengakibatkan penurunan nafsu makan, maka asupan makanan menjadi berlebih. Selain itu rendahnya aktivitas fisik pada anak-anak obesitas mengakibatkan rendahnya pengeluaran energi, sehingga makin bertambahnya berat badan anak.

Dietetik Penyakit tidak Menular 89 a. Asesmen Gizi

Mari kita ulang bersama komponen atau domain apa saja yang termasuk pada asesmen gizi, yaitu riwayat terkait makanan dan gizi, data antropometri, biokimia, pemeriksaaan fisik klinis terkait gizi, dan riwayat klien. Merujuk pada Pediatric Weight Management (Academy of Nutrition and Dietetics, EAL, 2007) dan Consensus of Registered Dietitians on Best Practice (Alicia, et al. 2005), telah disepakati data-data untuk asesmen gizi pada anak obesitas untuk kelima domain tersebut yaitu:

1) Riwayat terkait makanan dan gizi

Data riwayat terkait makanan dan gizi sering disingkat sebagai riwayat gizi. Data ini terdiri dari beberapa komponen yaitu : (Alicia, et al, 2005)

a) Asupan makanan dan minuman, mencakup : pola makan utama dan makanan selingan, asupan cairan atau minuman, jenis dan jumlah makanan, suplemen vitamin dan mineral.

b) Riwayat diet, mencakup : diet yang dijalani saat ini, riwayat edukasi atau konseling gizi, pilihan jenis diet sebelumnya.

c) Lingkungan makan, mencakup : tempat makan, suasana makan, persiapan makanan.

d) Obat-obatan yang dikonsumsi dan herbal, mencakup: obat diuretik, laksatif, minyak ikan, suplemen vitamin D, suplemen serat, suplemen herbal

e) Pengetahuan gizi dan makanan, mencakup : tingkat pemahaman makanan dan gizi yang dianjurkan.

f) Kepercayaan dan sikap, mencakup : peraturan terkaitan makanan di keluarga (reward dan punishment), persepsi body image, emosi, makanan kesukaan, kesiapan untuk berubah terkait diet, motivasi, dan sebagainya.

g) Pantangan makanan, mencakup : makanan yang dihindari atau dibatasi.

h) Aktivitas fisik, mencakup : jenis, frekuensi, durasi dan intensitas melakukan aktivitas fisik.

2) Data antropometri

Setelah selesai melakukan asesmen data riwayat gizi, berikutnya adalah data antropometri. Parameter yang paling sering dan mudah dilakukan untuk data antropometri ini yaitu berat badan, tinggi badan, IMT menurut umur, perubahan berat badan, perubahan tinggi badan, perubahan IMT menurut umur.

3) Data biokimia

Setelah mengkaji data antropometri, kita dapat mengkaji data biokimia yaitu data yang bersumber dari hasil pemeriksaan laboratorium terkait kondisi medis kasus, seperti:

pemeriksaan gula darah dan profil lipid.

90 Dietetik Penyakit tidak Menular 4) Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi

Data fisik klinis terkait gizi yang dibutuhkan adalah penampilan fisik kasus secara keseluruhan. Bahasa tubuh seperti lemah dan lelah. Hasil pemeriksaan seperti tekanan darah, fungsi paru-paru, perubahan ukuran baju anak terkait perubahan berat badan, dan sebagainya yang terkait dengan kondisi medis jika terdapat penyakit dan hasil pemeriksaan fisik-klinis.

5) Data riwayat klien

Untuk riwayat klien, informasi yang dikumpulkan tentang data personal, meliputi : jenis kelamin, umur, etnis, bahasa, pendidikan, dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, data sosial seperti tingkat sosial ekonomi, situasi di rumah atau tempat tinggal, dan penggunaaan media sosial.

Standar Pembanding

Setelah melakukan asesmen, saudara membutuhkan standar pembanding untuk interpretasi data. Salah satu standar pembanding yang dibutuhkan adalah estimasi kebutuhan energi untuk anak agar dapat digunakan menjadi pembanding ketika menilai data asupan energi sehari.

Saudara menghitung dahulu Resting Energy Expenditure (REE) yaitu jumlah energi untuk mempertahankan proses vital tubuh atau yang disebut energi basal. Energi untuk REE ini tidak termasuk energi aktivitas fisik dan TEF. Rumus REE yang digunakan adalah persamaan dari WHO untuk anak sebagai berikut:

Tabel 2.1. Rumus Perhitungan Resting Energy Expenditure (WHO)

Umur (tahun) Jenis Kelamin REE

0 - 3 Laki-laki 60,9 X BB(kg) – 54

Perempuan 61,0 X BB(kg) – 51

3 - 10 Laki-laki 22,7 X BB(kg) + 495

Perempuan 22,5 X BB(kg) + 499

11 - 18 Laki-laki 12,2 X BB(kg) + 746

Perempuan 17,5 X BB(kg) + 651

Sumber : ESPGHAN (2005)

Setelah diperoleh energi untuk REE, lanjutkan dengan menghitung Total Energy Expenditure (TEE) = REE x Aktivitas fisik. Berikut ini faktor aktivitas fisik menurut jenis aktivitas dan jenis kelamin anak obesitas.

Dietetik Penyakit tidak Menular 91 Tabel 2.2. Faktor Aktivitas Fisik Untuk Anak Overweight / Obesitas (3-18 tahun)

Aktivitas Fisik Laki-laki Perempuan

Sedentary 1,00 1,00

Kurang Aktif 1,12 1,18

Aktif 1,24 1,35

Sangat Aktif 1,45 1,60

Sumber: Lee, RD (2011)

Hasil perhitungan TEE dengan cara di atas merupakan estimasi kebutuhan energi untuk anak obesitas. Saudara dapat menggunakannya sebagai standar pembanding untuk interpretasi data asupan energi dari hasil recall 1x 24 jam pada langkah asesmen pada data riwayat gizi.

b. Diagnosis Gizi

Setelah saudara menyelesaikan asesmen gizi, selanjutnya adalah menetapkan diagnosis gizi untuk kasus. Pernyataan diagnosis gizi tetap menggunakan format Problem-Etiologi- Sign/Symptom (PES). Seperti halnya pada pasien obesitas dewasa, masalah gizi pada obesitas anak dapat ditemukan pada domain asupan, klinis dan perilaku.

Berikut ini masalah gizi di domain asupan yang sering ditemukan pada anak obesitas yaitu: (Alicia, et al, 2005)

NI.1.5 Kelebihan asupan energi NI.2.2 Kelebihan asupan oral

NI.5.8.2 Kelebihan asupan karbohidrat

Pada domain klinis, masalah gizi yang dihadapi adalah:

NC.3.3 Kelebihan berat badan / obesitas

NC.3.4 Kenaikan berat badan yang tidak diharapkan

Sedangkan masalah gizi anak obesitas pada domain perilaku yaitu:

NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi NB.1.4 Kurang dapat menjaga / monitoring diri

NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah NB.2.1 Aktivitas fisik kurang

NB.2.3 Tidak mampu mengurus diri sendiri

Mari kita buat contoh pernyataan diagnosis gizi pada anak obesitas dengan format PES:

NI.2.2 Kelebihan asupan oral (P) berkaitan dengan kelebihan asupan energi dan aktivitas fisik kurang (E)) ditandai dengan asupan energi 130%, asupan protein 121% dari kebutuhan sehari (S).

92 Dietetik Penyakit tidak Menular NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi (P) berkaitan dengan belum terpapar informasig gizi (E) ditandai dengan orang tua memberikan makanan &

minuman berlebihan kepada anak (S).

c. Intervensi Gizi

Setelah saudara mempelajari diagnosis gizi yang sering ditemukan pada pasien obesitas anak, selanjutnya kita akan mempelajari intervensi gizinya. Rekomendasi diet pasien obesitas anak pada umumnya ditujukan untuk memperlambat peningkatan berat badan sampai mencapai berat badan normal, dengan tetap memperhatikan faktor pertumbuhan anak (Academy of Nutrition and Dietetics, EAL, 2007; AsDi, PERSAGI dan IDAI, 2009).

Tujuan intervensi gizi untuk pasien obesitas anak menurut AsDi, PERSAGI dan IDAI, (2009) adalah memberikan gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, mencapai dan mempertahankan berat badan normal secara bertahap tanpa mengganggu pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari, mendidik dan membiasakan anak agar dapat memilih dan menentukan jenis makanan yang baik untuk tubuhnya, mendidik anak agar terbiasa makan teratur, mengusahakan anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan dietnya sehingga tidak cepat bosan, mengupayakan peningkatan aktivitas fisik.

Saudara perlu memperhatikan juga syarat diet yang diberikan untuk anak obesitas sebagai berikut: (AsDi, PERSAGI dan IDAI, 2009).

1) Energi yang diberikan dengan menghitung kebutuhan normal dikurangi 200-500 kkal/hari.

2) Protein diberikan 15-20% dari total kebutuhan energi.

3) Lemak diberikan 30% dari total kebutuhan energi.

4) Karbohidrat diberikan 50-60% dari total kebutuhan energi.

5) Vitamin dan mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013.

6) Cairan diberikan 8-9 gelas per hari.

7) Frekuensi pemberian makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan selingan.

8) Susu tetap diberikan sebanyak 1-2 gelas per hari, utamakan susu rendah lemak.

9) Pada anak usia lebih dari 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5 ) gram per hari.

10) Bentuk dan jenis makanan menyesuaikan dengan daya terima anak.

Adapun jenis diet untuk pasien obesita anak dengan indikasi pemberiannya harus memperhatikan usia anak dan dilakukan secara bertahap. Untuk anak obesitas usia 0-5 tahun, diberikan diet atau makanan bergizi seimbang. Sedangkan untuk anak obesitas usia 5-15 tahun diberikan diet energi rendah dengan cara mengurangi asupan energi sebesar 200-500 kkal dari total kebutuhan energi sehari.

Dietetik Penyakit tidak Menular 93 Edukasi dan konseling gizi bagi pasien obesitas anak hendaknya melibatkan keluarga, baik orang tua maupun anggota keluarga lainnya agar memberi dukungan dalam menjalankan program diet. Anak diingatkan untuk menghindari atau membatasi makanan yang mengandung energi tinggi dan berlemak tinggi, seperti makanan dan minuman manis dan makanan yang terlalu banyak menyerap minyak seperti makanan gorengan. Anak dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan serat yang dapat membantu proses penurunan berat badan (AsDi, PERSAGI dan IDAI, 2009).

d. Monitoring dan Evaluasi

Langkah ke-4 dari asuhan gizi adalah monitoring dan evauasi, setelah sebelumnya saudara selesai melakukan asesmen, diagnosis gizi dan intervensi gizi pada pasien anak yang mengalami obesitas. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap data asupan makanan sehari mencakup asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Data asupan makanan dapat menggunakan food diary, lalu dievaluasi apakah asupan makanan sudah berkurang dari biasanya.

Saudara memonitor juga aktivitas fisik anak, dapat menggunakan catatan aktivitas fisik sehari-hari per minggu agar terjadi peningkatan aktivitas fisik seperti olah raga yang menyesuaikan dengan kemampuan fisik atau kegiatan lain yang menggunakan energi lebih banyak. Monitoring dan evaluasi dilakukan juga terhadap perubahan berat badan anak.

Lakukan penimbangan berat badan setiap minggu dengan menggunakan alat timbangan yang sama. Lakukan evaluasi, apakah ada penurunan berat badan secara bertahap. Target penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5 kg per minggu sampai kira-kira mencapai 10% di atas berat badan ideal, atau cukup dipertahankan agar berat badan tidak bertambah karena pertumbuhan liniear masih berlangsung.

2. Aktivitas Fisik

Peningkatan aktivitas fisik yang mau dibahas berikut ini merupakan penatalaksanaan terapi obesitas untuk pasien anak. Rekomendasi WHO bagi anak dan remaja usia 5-17 tahun, menetapkan yang dimaksud aktifivitas fisik adalah termasuk kegiatan bermain, olahraga, transportasi, rekreasi, latihan jasmani atau fisik yang direncanakan, dimana seluruh kegiatan tersebut termasuk dalam konteks aktivitas keluarga, sekolah dan komunitas atau grup.

Secara umum rekomendasi aktivitas fisik anak usia 5-17 tahun adalah melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari dengan intensitas sedang hingga berat. Sebagian besar aktivitas fisik anak sehari-hari harus bersifat aerobik, dan melakukan aktivitas intensitas berat minimal 3 hari per minggu untuk memperkuat otot dan tulang anak.

Adapun manfaat dari aktivitas fisik bagi pasien obesitas anak adalah agar berat badan anak menjadi normal sehingga tercapai kondisi sehat, dapat memperbaiki kardiorespirasi,

94 Dietetik Penyakit tidak Menular kebugaran otot, kesehatan tulang, dan memperbaiki kardiovaskular serta biomarker kesehatan metabolik.

Ada 3 jenis aktivitas fisik yang dianjurkan untuk pasien obesitas anak yaitu aktivitas aerobik, aktivitas kekuatan otot, dan aktivitas kekuatan tulang. Jenis aktivitas aerobik intensitas sedang, contohnya adalah jalan cepat, bersepeda, rekreasi aktif seperti bermain skateboard dan sebagainya yang dilakukan setiap hari minimal 60 menit. Sedangkan jenis aktivitas fisik aerobik intensitas berat contohnya adalah permainan aktif seperti berlari, lompat tali, karate, basket, berenang, tenis, dan senam. Untuk aktivitas aerobik intensitas berat dianjurkan dilakukan minimal 3 hari per minggu. Jenis aktivitas aerobik ini akan meningkatkan cardiorespiratory fitness. Aktivitas kekuatan otot adalah aktivitas yang dilakukan anak agar otot lebih bekerja dan melatih kekuatan otot seperti senam, push-ups, sit-ups, memanjat pohon, bermain ayunan, senam yang dilakukan minimal 3 kali per minggu, dan setiap kali melakukan minimal 60 menit. Sedangkan aktivitas kekuatan tulang adalah aktivitas untuk stimulasi pertumbuhan dan pembentukan kekuatan tulang, seperti permainan melompat, lompat tali, atau berlari seperti sepak bola, basket, volley, tenis, senam yang dilakukan minimal 3 kali per minggu, dan setiap kali melakukan minimal 60 menit. Kekuatan tulang ini dihasilkan dari dampak aktivitas fisik yang dilakukan.

3. Modifikasi Perilaku

Setelah saudara mempelajari 2 hal penatalaksanaan terapi obesitas pada anak yaitu asuhan gizi dan aktivitas fisik, sekarang kita akan bahas modifikasi perilaku sebagai penatalaksanaan yang ke tiga. Modifikasi yang dimaksud adalah merubah kebiasaan perilaku pada anak obesitas. Merubah perilaku yang berkontribusi terhadap terjadinya obesitas, dengan memulai perencanaan makan yang sehat dan program latihan atau aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk membantu penurunan berat badan.

Obesity Action Coalition (OAC,2017), menetapkan strategi modifikasi perilaku yang selama ini efektif membantu pengelolaan berat badan. Ada 4 strategi modifikasi perilaku meliputi monitoring diri, menetapkan tujuan yang realistis, mempelajari kondisi tubuh, dan bergabung dalam kelompok pendukung (support group). Mari kita pelajari bersama keempat strategi modifikasi perilaku pada anak yang mengalami obesitas ini.

a. Monitoring diri

Monitoring diri atau pemantauan diri terhadap perilaku anak obesitas, mengacu pada hasil pengamatan dan pencatatan makanan, minuman dan aktivitas fisik yang dilakukan anak.

Hasil yang didapat diikuti tindak lanjut agar terjadi perubahan perilaku yang positif. Tujuan monitoring diri ini untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap target perilaku dan hasil yang dicapai. Hasil monitoring diri dapat berfungsi sebagai early warning system jika timbul masalah dan dapat membantu keberhasilan intervensi gizi.

Dietetik Penyakit tidak Menular 95 Cara monitoring diri dapat menggunakan instrumen seperti catatan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak, catatan aktivitas fisik anak. Kedua catatan dibuat setiap hari selama periode satu minggu, sehingga dapat memberi informasi yang cukup untuk dilakukan tindak lanjutnya. Cara monitoring diri lainnya dengan menimbang berat badan anak setiap minggu untuk memantau perubahan berat badan anak. Untuk memantau aktivitas fisik atau kegiatan berjalan kaki pada anak dapat menggunakan pedometer yang mampu memberikan informasi sudah berapa langkah yang dicapai anak dalam sehari untuk dilakukan tindak lanjutnya.

b. Menetapkan tujuan yang realistis

Anak obesitas seringkali merasa frustasi ketika tidak mendapatkan hasil penurunan berat badan dengan segera. Oleh karena itu, kita dapat membantu menetapkan tujuan secara realistis dengan beberapa cara. Cara yang pertama adalah menggunakan rata-rata penurunan berat badan yang dicapai per minggu sebagai target, sehingga dapat realistis pencapaiannya.

Cara yang kedua yaitu mengajak anak untuk memulai latihan fisik sehingga akhirnya menemukan jenis latihan fisik yang disukai anak. Dengan demikian, anak merasa nyaman dan senang melakukan latihan fisik tersebut. Cara yang ketiga adalah melibatkan anak dalam persiapan dan pengolahan makanan sehingga anak dapat memilih makanan-makanan sehat dengan baik. Ketiga cara tersebut dapat membantu pencapaian penurunan berat badan secara realistis sesuai apa yang dapat dilakukan anak secara bertahap.

c. Mempelajari kondisi tubuh

Berikutnya adalah perkenalkan anak untuk mempelajari kondisi tubuhnya sendiri. Anak perlu memahami bahwa tubuhnya merupakan suatu sistem yang kompleks. Dengan mengenali dan mempelajari lebih lanjut kondisi tubuh, sangat penting untuk keberhasilan penurunan berat badan dan menjaga kesehatan.

Adanya food diary atau pencatatan makanan dan minuman termasuk snack menjadi salah satu cara mempelajari kondisi tubuh. Selain food diary, pencatatan aktivitas fisik anak sehari-hari per minggu dapat membantu anak mempelajari kondisi tubuh yang bisa dicapai.

Catatan makanan dan aktivitas fisik yang dibuat ini sama seperti yang dilakukan untuk membantu monitoring diri.

Anak perlu mengetahui juga riwayat penyakit di keluarga seperti adanya penyakit diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, dan sebagainya. Hal ini penting untuk membantu memahami kondisi tubuh yang berkaitan dengan riwayat penyakit keluarga. Termasuk juga membuat daftar obat-obatan dan suplemen gizi yang dikonsumsi anak sehari-hari. Informasi- informasi tersebut akan membantu pemahaman anak mempelajari kondisi tubuh, karena berdampak pada berat badan dan kesehatan.

96 Dietetik Penyakit tidak Menular d. Kelompok pendukung (support group)

Hal yang terakhir dalam modifikasi perilaku adalah ajak anak untuk terlibat dalam kelompok pendukung (support group) dimana anggotanya memiliki masalah yang sama yaitu kelebihan berat badan. Support group merupakan tempat yang baik bagi anak untuk berbagi cerita dan belajar dari orang lain. Namun anak perlu diberi pemahaman agar tidak takut dan mau berbicara pada Support group ini. Pada support group ini ada kesempatan terbaik dimana anggota grup memikirkan hal yang sama tentang masalah anak, sehingga akan mendapat solusi.

Saudara dapat mempelajari lagi hal-hal yang dapat dilakukan dalam modifikasi perilaku anak obesitas, sehingga menunjang keberhasilan implementasi intervensi gizi secara komprehensif.

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut!

1) Apakah batasan seorang anak dikatakan mengalami obesitas?

2) Jelaskan penyebab terjadinya obesitas pada anak!

3) Jelaskan intervensi gizi yang sebaiknya diberikan pada anak obesitas!

Petunjuk jawaban latihan

Pelajari kembali materi berikut ini agar saudara dapat mengerjakan soal latihan dengan baik.

1) Pengertian obesitas pada anak.

2) Etiologi obesitas pada anak.

3) Asuhan gizi pada obesitas anak.

Ringkasan

Penyebab obesitas pada anak bukan hanya kelebihan asupan makan saja. Beberapa faktor lain mempunyai kontribusi yang penting, seperti lingkungan, kurangnya aktivitas fisik, hereditas keluarga, pola makan, dan sosioekonomi. Penatalaksanaan terapi untuk pasien

Dietetik Penyakit tidak Menular 97 obesitas anak mencakup asuhan gizi yang terstandar, meningkatkan aktivitas fisik, dan melakukan modifikasi perilaku.

Intervensi gizi pasien obesitas anak ditujukan untuk memperlambat peningkatan berat badan sampai mencapai berat badan normal, dengan tetap memperhatikan faktor pertumbuhan anak. Pengurangan energi dilakukan secara bertahap sebesar 200-500 kkal/hari dari kebutuhan energi normal. Monitoring dan evaluasi terhadap sign atau symptom seperti perubahan asupan energi, berat badan, IMT/U, atau hasil pemeriksaan laboratorium jika ada, serta hasil pemeriksaan fisik-klinis, dilakukan untuk menilai efektivitas intervensi gizi yang dilakukan.

Tes 2

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Edukasi gizi yang diberikan kepada orang tua dan anak yang mengalami obesitas secara prinsip adalah ....

A. Tujuan intervensi gizi yang utama untuk mencapai berat badan normal secepat mungkin.

B. Tujuan intervensi gizi untuk mengurangi kebiasaan makan yang berlebihan di malam hari dan melewatkan sarapan.

C. Diet rendah kalori tidak dianjurkan untuk anak-anak karena masa pertumbuhan.

D. Diet harus tetap mencukupi zat gizi anak, tidak sampai mengganggu pertumbuhan anak.

E. Diet sama dengan orang dewasa obesitas berupa pengurangan asupan energi sebanyak 500-1000 kkal/hari.

2) Berikut ini merupakan makanan atau minuman yang sehat untuk makanan selingan anak obesitas :

A. Jus beberapa macam buah B. Jus buah dicampur sayuran C. Jus buah, sayuran, susu dan gula D. Buah potong segar atau stup sayuran E. Manisan buah-buahan atau asinan sayuran

98 Dietetik Penyakit tidak Menular 3) Jenis makanan selingan di bawah ini tepat diberikan untuk anak obesitas:

A. Donat dan milkshake B. Cake cokelat dan pizza C. Pisang keju dan jus mangga D. Pisang kukus dan melon potong E. Mie goreng dan sop buah-buahan

4) Pengurangan energi dari makanan untuk kasus obesitas pada anak berkisar:

A. 100 – 200 kkal/hari B. 100 – 400 kkal/hari C. 200 – 400 kkal/hari D. 300 – 500 kkal/hari E. 200 – 500 kkal/hari

5) Seorang anak obesitas memulai hari dengan mengonsumsi menu sarapan yang sehat.

Terapi obesitas yang sedang dijalani kasus adalah ....

A. Kebiasaan makan sarapan yang tertib B. Pola makan pagi berbeda dengan siang C. Pengkajian gizi sarapan untuk diri sendiri D. Pengurangan energi dari menu sarapan

E. Modifikasi perilaku kebiasaan atau pola makan

Dietetik Penyakit tidak Menular 99

Topik 3

Praktik Asuhan Gizi Terstandar untuk Kasus Obesitas

ada topik ini kita akan mempraktikkan asuhan gizi terstandar untuk kasus obesitas menggunakan 4 langkah PAGT yang sudah saudara pelajari sebelumnya. Kasus obesitas yang akan dipelajari adalah kasus obesitas pada orang dewasa. Agar saudara dapat mengerjakan latihan praktik ini dengan baik, maka saudara dapat mempelajari kembali topik asuhan gizi terstandar untuk pasien obesitas dewasa.

Tujuan mempelajari topik praktik asuhan gizi terstandar untuk pasien obesitas dewasa ini adalah:

1. Saudara mampu melakukan asesmen gizi pada pasien obesitas dewasa 2. Saudara mampu menetapkan diagnosis gizi pada pasien obesitas dewasa

3. Saudara mampu membuat perencanaan intervensi gizi pada pasien obesitas dewasa 4. Saudara mampu membuat perencanaan monitoring dan evaluasi pada pasien obesitas

dewasa

5. Saudara mampu menyelenggarakan menu untuk pasien obesitas dewasa

Untuk kelancaran mengerjakan praktik ini, saudara memerlukan beberapa buku dan dengan kegunaannya masing-masing yaitu:

1. Buku Terminologi PAGT versi 2015 untuk identifikasi istilah atau terminologi di masing- masing langkah PAGT (asesmen, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi).

2. Daftar komposisi bahan makanan atau Tabel Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia atau dapat menggunakan software nutrisurvey untuk analisis kandungan zat gizi bahan makanan atau makanan.

3. Daftar bahan makanan penukar untuk membuat standar makanan dan menetapkan distribusi makanan sehari.

4. Buku resep masakan untuk menyusun menu saat perencanaan asuhan gizi untuk kasus.

Berikut ini narasi kasus obesitas dewasa yang dapat saudara gunakan untuk praktik asuhan gizi terstandar untuk obesitas dewasa, sebagai berikut:

Seorang wanita Ny A usia 40 tahun, pendiidkan S1, bekerja di bagian administrasi suatu perusahaan makanan ringan. Berat badan saat ini 74 Kg dan tinggi badan 155 cm. Ia sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak yang sudah remaja. Suaminya bekerja sebagai akuntan di suatu bank. Kegiatan fisik Ny A termasuk ringan karena lebih banyak duduk di depan komputer dengan 8 jam kerja/hari. Akhir-akhir ini ia sering mengeluh sesak napas setelah beraktivitas.

P