• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendukung Bisnis

Dalam dokumen laporan tahunan 2018 (Halaman 140-143)

Penerapan manajemen risiko secara disiplin menjadi faktor pendukung keberhasilan Bank dalam mencapai pertumbuhan yang berkualitas.

BCA menerapkan manajemen risiko dengan menjaga keseimbangan antara peluang bisnis dan risiko yang dihadapi. Dalam menjalankan bisnisnya, Bank dihadapkan pada risiko yang melekat (inheren) pada seluruh kegiatan bisnis dan operasional perbankan.

Bank menerapkan suatu “Integrated Risk Management Framework” yang terdiri dari strategi, organisasi, kebijakan dan prosedur, serta infrastruktur manajemen risiko untuk memastikan bahwa seluruh risiko yang dihadapi dapat diidentifikasi, diukur, dipantau, dikendalikan dan dilaporkan dengan tepat.

Penerapan manajemen risiko BCA mengacu pada regulasi terbaru maupun international best practices.

Sejalan dengan perkembangan organisasi, perubahan regulasi dan kondisi lingkungan, BCA senantiasa melakukan penyesuaian kebijakan-kebijakan internal terkait manajemen risiko. Di samping itu, BCA berupaya meningkatkan risk awareness termasuk melalui penyediaan pelatihan manajemen risiko.

Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis

Laporan Tahunan 2018 PT Bank Central Asia Tbk

139 FOKUS MANAJEMEN RISIKO PADA TAHUN 2018

Pada tahun 2018 manajemen risiko BCA berfokus pada kualitas kredit dan posisi likuiditas, serta pengelolaan risiko operasional terutama terkait bisnis perbankan transaksi. Mencermati pergerakan nilai tukar Rupiah, BCA juga mewaspadai risiko nilai tukar dengan mengelola eksposur posisi keuangan dalam valuta asing sesuai dengan batasan risk appetite Bank.

BCA secara berkala melakukan stress test untuk melihat dampak perubahan faktor makroekonomi terhadap tingkat NPL, pengaruhnya pada laba, posisi likuiditas dan permodalan. Secara umum hasil stress test menunjukkan bahwa posisi permodalan dan likuiditas BCA cukup memadai dalam mengantisipasi estimasi kerugian dari potensi risiko-risiko yang dihadapi berdasarkan skenario- skenario yang disusun.

Kualitas Kredit

Di tengah proses pemulihan ekonomi serta tren kenaikan suku bunga acuan, BCA meninjau ketahanan bisnis para debitur dan pengaruhnya terhadap kualitas kredit.

Meskipun rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loans) sektor perbankan mengalami perbaikan dari 2,9% di 2016 menjadi 2,6% di 2017 dan 2,4% di 2018, namun rasio kredit ‘dalam perhatian khusus’ terhadap total kredit masih cukup tinggi pada level 4,5% di 2018.

Berkat penerapan manajemen risiko secara disiplin dalam penyaluran kredit, BCA mencapai pertumbuhan kredit yang berkualitas dengan rasio NPL sebesar 1,4% pada tahun 2018, berada dalam batasan risk appetite Bank dan relatif rendah di industri perbankan. BCA membentuk biaya cadangan atas kredit secara keseluruhan sebesar Rp2,6 triliun pada tahun 2018, lebih tinggi dibandingkan Rp1,8 triliun pada tahun sebelumnya. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tetap berada pada tingkat yang memadai sebesar 178,7%.

BCA menerapkan prinsip kehati-hatian dan senantiasa melakukan pemantauan kualitas kredit sehingga risiko kredit dapat terkendali. Secara konsisten, BCA mewaspadai risiko penurunan kualitas aset dan menerapkan early warning system untuk memantau perubahan kemampuan bayar debitur dan mengambil langkah-langkah preventif dalam meminimalisasi terjadinya kredit bermasalah. Secara periodik BCA meninjau kinerja usaha maupun kinerja keuangan para debitur dan segera mengambil tindakan yang dipandang perlu apabila debitur mengalami kesulitan usaha maupun kesulitan keuangan. BCA melakukan proses restrukturisasi kredit secara prudent bagi para debitur yang memiliki prospek bisnis positif dalam jangka panjang. Pada tahun 2018 portofolio kredit yang direstruktur mengalami peningkatan terutama pada kredit kategori ‘performing loans’ (kolektibilitas 1 dan 2).

Kredit yang Direstrukturisasi (tidak konsolidasi, dalam miliar Rupiah)

2018 2017 Naik / (turun)

Nominal Persentase

Performing Loan 5.650 4.371 1.279 29,3%

Lancar 2.903 3.141 (238) -7,6%

Dalam Perhatian Khusus 2.747 1.230 1.517 123,3%

NPL 2.336 2.197 139 6,3%

Kurang Lancar 1.168 726 442 60,9%

Diragukan 173 274 (101) -36,9%

Macet 995 1.197 (202) -16,9%

Total Kredit yang Direstrukturisasi 7.986 6.568 1.418 21,6%

Total Portofolio Kredit 537.914 467.620 70.294 15,0%

% Kredit yang Direstrukturisasi terhadap Total Portofolio Kredit 1,5% 1,4% na na

Laporan Tahunan 2018 PT Bank Central Asia Tbk

140

Analisis dan Pembahasan Manajemen Laporan Manajemen

Portofolio kredit BCA terdiversifikasi dengan baik sehingga meminimalkan eksposur pada sektor, grup dan segmen tertentu. Sejalan dengan sumber pendanaan inti BCA, mayoritas penyaluran kredit diberikan dalam bentuk Rupiah. BCA memiliki batasan eksposur kredit dalam mata uang US Dollar secara keseluruhan.

Penyaluran kredit US Dollar ditujukan bagi nasabah bisnis

dengan pendapatan utama dalam mata uang US Dollar.

Sementara itu, dalam penyaluran kredit infrastruktur, Bank tetap menerapkan manajemen risiko yang prudent dan fokus pada proyek-proyek dengan tingkat kelayakan yang baik. BCA mencermati sektor-sektor yang potensial sebagai peluang penyaluran kredit dan mengamati sektor-sektor yang berpotensi mengalami tekanan.

Top 10 Sektor Industri Segmen Korporasi, Komersial dan UKM (berdasarkan klasifikasi internal BCA)*

2018 2017

Jasa Keuangan 8,0% 5,6%

Perkebunan dan Pertanian 7,5% 7,9%

Bahan Bangunan dan Konstruksi Lainnya 6,7% 6,8%

Distributor, Toserba dan Retailer 6,6% 7,6%

Properti dan Konstruksi 5,2% 5,0%

Otomotif dan Alat Transportasi 5,0% 5,7%

Makanan dan Minuman 4,5% 4,9%

Tekstil dan Produk Tekstil 4,5% 4,5%

Bahan Kimia dan Plastik 4,2% 4,4%

Transportasi dan Logistik 3,7% 4,1%

Total 55,9% 56,5%

* Tanpa kredit konsumer dan kredit pegawai

Catatan: Pengelompokkan berdasarkan sektor industri internal BCA, berbeda dengan catatan Laporan Keuangan Audit yang mengacu kepada kategori Laporan Bank Umum sesuai regulasi.

Posisi Likuiditas

Pada tahun 2018 likuiditas sektor perbankan nasional lebih ketat sehingga mendorong tingkat kompetisi penghimpunan dana pihak ketiga. Laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan dana pihak ketiga menyebabkan pergerakan Loan to Deposit Ratio ke posisi yang lebih tinggi pada level 94,8%, dibandingkan 90,0% pada tahun 2017. Rata-rata suku bunga deposito industri perbankan menunjukkan tren kenaikan pada semester II 2018.

Melihat kondisi likuiditas sektor perbankan yang lebih ketat, BCA menjaga posisi likuiditas yang memadai dan memantau keseimbangan antara kewajiban jangka pendek yang harus dipenuhi dengan ketersediaan dana jangka pendek yang dimiliki oleh Bank. BCA memperhatikan kecukupan jumlah penempatan jangka pendek yang likuid dan berisiko rendah, terutama pada penempatan surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia yang bebas risiko.

Sebagian besar likuiditas BCA berasal dari penghimpunan dana giro dan tabungan (Current Accounts and Savings Accounts - CASA) yang solid dan berbunga rendah.

Komposisi dana CASA mencapai 76,7% dari total dana pihak ketiga Bank pada tahun 2018. Posisi Loan to Deposit Ratio BCA berada pada level yang sehat, sebesar 81,6%, di bawah rata-rata sektor perbankan.

Rasio Liquidity Coverage Ratio berada pada level yang solid sebesar 278,2% dan rasio Net Stable Funding Ratio berada pada level 154,3%. Guna menjaga posisi dana pihak ketiga secara keseluruhan, BCA secara proaktif melakukan kajian tingkat suku bunga dana deposito yang tepat sesuai dengan kondisi likuiditas.

Posisi Permodalan

Dalam menopang pertumbuhan bisnisnya, BCA memiliki tingkat permodalan yang sangat memadai dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 23,4%. Permodalan yang solid ini menopang perkembangan bisnis perkreditan Bank serta bisnis para entitas anak BCA.

Kebutuhan permodalan BCA dapat dipenuhi dari pertumbuhan modal secara organik yang didukung oleh profitabilitas Bank yang sehat. Sesuai dengan POJK No.

14/POJK.03/2017 tentang ‘Rencana Aksi (Recovery Plan) bagi Bank Sistemik’, BCA telah menerbitkan obligasi subordinasi sebesar Rp500 miliar pada tahun 2018 untuk memenuhi kewajiban penerbitan surat utang yang memiliki karakteristik modal dan telah mendapatkan persetujuan para pemegang saham

Laporan Tahunan 2018 PT Bank Central Asia Tbk

141

rasio PDN secara konservatif. Posisi PDN BCA adalah

sebesar 0,5% per Desember 2018, jauh di bawah batas maksimum sebesar 20% yang diterapkan oleh regulator sehingga risiko pasar terkait valuta asing termitigasi dengan baik.

BCA senantiasa melakukan pemantauan transaksi- transaksi valuta asing agar sesuai dengan ketentuan dan kebijakan internal Bank maupun Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK). Transaksi-transaksi yang diproses melalui cabang senantiasa dipantau, dicatat dan dilaporkan kepada Divisi Tresuri sebagai koordinator yang mengelola keseluruhan transaksi valuta asing. Setiap cabang diharuskan untuk menutup risiko nilai tukar valuta asingnya pada setiap akhir hari kerja sesuai dengan batas toleransi PDN yang diberikan pada jaringan cabang.

Risiko Operasional

Dalam menjalankan bisnis intinya di bidang perbankan transaksi, BCA melihat bahwa risiko operasional merupakan salah satu risiko utama. Risiko operasional termasuk risiko yang disebabkan oleh kesalahan manusia, ketidakcukupan proses internal, kegagalan sistem, dan/

atau kejadian eksternal. BCA memiliki Infrastruktur yang memadai untuk mendukung penerapan manajemen risiko operasional yaitu dengan aplikasi Operational Risk Management Information System (ORMIS), suatu aplikasi berbasis web yang meliputi Risk Control Self-Assessment, Loss Event Database, dan Key Risk Indicator.

BCA berupaya meningkatkan koordinasi di antara unit kerja terkait dalam melakukan evaluasi atau kajian terhadap proses, sistem dan prosedur untuk mengembangkan maupun memperbaiki proses kerja.

Melalui koordinasi tersebut, BCA meningkatkan kontrol dan memitigasi risiko operasional dalam menghadapi peningkatan risiko yang mungkin timbul, baik dari pihak internal organisasi maupun eksternal. Secara rutin, sosialisasi penerapan manajemen risiko operasional dilakukan ke unit-unit kerja guna mengembangkan budaya risiko (risk culture) kepada seluruh pegawai BCA.

Pemanfaatan teknologi informasi memiliki peranan penting dalam pengelolaan risiko operasional. Sejalan dengan ketentuan peraturan OJK tentang penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh bank umum, BCA memiliki kebijakan internal yang berkaitan dengan teknologi informasi

nasabah. Pengelolaan risiko operasional bertujuan untuk mencegah kerugian dan melindungi Bank, termasuk dari kejahatan cyber.

Guna menjaga kelangsungan operasional transaksi perbankan, BCA menjalankan dua data center secara redudansi untuk mendukung kelangsungan usaha Bank secara berkesinambungan. Di samping itu, BCA juga mengelola suatu Disaster Recovery Center (DRC) di Surabaya yang merupakan bagian dari Business Continuity Management dan dirancang untuk dapat beroperasi sebagai Crisis & Command Center apabila terjadi gangguan ataupun bencana alam di wilayah Jakarta.

Dalam dokumen laporan tahunan 2018 (Halaman 140-143)