BAB I PENDAHULUAN
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian tentang program pemberdayaan masyarakat pedesaan banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu dengan ragam yang tidak sama dengan penelitian yang saat ini peneliti lakukan. Oleh karena itu, peneliti menelaah beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan masalah penelitian dalam penelitian ini, di antaranya:
1. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Lalu Bagas Jayantara yang berjudul
“Analisis Strategi Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shadaqah Pada Lembaga Amil Zakat (Studi di Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama’
Nusa Tenggara Barat)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) Formulasi strategi fundraising dari LAZISNU NTB yaitu dengan mengacu kepada strategi fundraising dari LAZISNU Pimpinan Pusat dengan kewenangan masing-masing wilayah sesuai dengan sosial ekonomi dan kultur budaya masyarakat NTB. Dalam perumusan strategi
pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen yang lebih efektif. LAZISNU NTB memformulasikan strateginya dengan memperhatikan kesempatan dan ancaman lingkungan, yang dilihat dari kekuatan dan kelemahan dari LAZISNU NTB, dan (b) Impelementasi strategi fundraising dari LAZISNU NTB terbagi menjadi dua yaitu;
Pertama, strategi, fundraising langsung yaitu strategi fundraising dengan menggunakan Kotak Koin NU, dengan menyalurkannya kepada Jama’ah NU dan masyarakat NTB. Kedua, strategi, fundraising tidak langsung, yaitu strategi fundraising dengan memanfaatkan teknologi sebagai wadah promosi program yang berdampak secara tidak langsung terhadap jumlah donator atau simpatisan.50
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, yakni pada pengelolaan dana zakat. Pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada proses pengelolaan dana zakat yang dilakukan pada LAZISNU NTB. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu tidak membahas tentang zakat core principle, karena penelitian terdahulu terfokus kepada strategi fundraising dana zakat, infak dan shadaqah, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
50 Lalu Bagas Jayantara, “Analisis Strategi Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shadaqah pada Lembaga Amil Zakat (Studi di Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama’ Nusa Tenggara Barat)”, (Tesis, UIN Mataram, 2021), 94.
2. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Asih Lestari yang berjudul
“Implementasi Zakat Core Principle (ZCP): Suatu Telaah Audit Lembaga Amil Zakat dalam Menciptakan Transparansi serta Akuntabilitas (Studi pada BAZNAS dan Dompet Dhuafa)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) kuntabilitas serta transparansi yang telah dilakukan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa telah berjalan dengan namun penerapannya belum sepenuhnya masih memerlukan beberapa perbaikan. Penerapan fungsi-fungsi dari kriteria Zakat Core Principle dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kegiatan yang belum sesuai dengan Zakat Core Principle. Penerapan standar akuntansi zakat yaitu PSAK 109 belum diterapkan secara menyeluruh. Kurangnya publikasi pada website terkait laporan keuangan dari masing-masing Lembaga menyebabkan tingkat transparansi serta akuntabilitas lembaga zakat rendah.51
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, yakni pada zakat core principle, pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada implementasi zakat core principle yang dilakukan sebagai suatu telaah audit lembaga amil zakat dalam menciptakan transparansi serta akuntabilitas di BAZNAS dan Dompet Dhuafa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu terfokus pada implementasi zakat core
51 Asih Lestari, “Implementasi Zakat Core Principle (ZCP): Suatu Telaah Audit Lembaga Amil Zakat dalam Menciptakan Transparansi serta Akuntabilitas (Studi pada Baznas dan Dompet Dhuafa)”, (Tesis, Universitas Jenderal Soedirman, 2021), 7-8.
principle yang dilakukan sebagai suatu telaah audit lembaga amil zakat dalam menciptakan transparansi serta akuntabilitas di BAZNAS dan Dompet Dhuafa, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle poin 10 disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Penelitian tesis yang dilakukan oleh M. Ikhsan Suganda yang berjudul
“Analisis Manajemen Risiko Lembaga Amil Zakat Berdasarkan Zakat
Core Principle (Studi Kasus Pada Rumah Zakat)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa analisis manajemen risiko menunjukan bahwa terdapat 35 risiko yang berhasil teridentifikasi pada Rumah Zakat.
Dimana 7 risiko termasuk dalam kategori high risk atau unacceptable dan 28 risiko masuk kedalam kategori undesirable.52
Dalam penelitian M. Ikhsan Suganda tersebut peneliti menemukan kesamaan, yaitu pada pembahasan tentang zakat core principle.
Disamping itu, ada juga perbedaannya, yaitu dalam penelitian M. Ikhsan Suganda tersebut lebih terfokus pada manajemn risiko lembaga amil zakat berdasarkan zakat core principle secara umum, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle dengan menekankan pada ZCP pion 10 yakni disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
52 M. Ikhsan Suganda, “Analisis Manajemen Risiko Lembaga Amil Zakat Berdasarkan Zakat Core Principle (Studi Kasus Pada Rumah Zakat)”, (Tesis, Universitas Padjadjaran, 2017), 128.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Selamet Riadi dalam artikelnya yang berjudul “Strategi Distribusi Zakat dan Pemberdayaan Mustahik: Studi Kasus BAZNAS Kota Mataram”. Hasil temuan dari penelitian ini adalah strategi pendistribusian dana zakat oleh BAZNAS Kota Mataram menunjukkan bahwa dari beberapa strategi yang telah dilakukan oleh BAZNAS Kota Mataram sendiri masih kurang optimal, terutama dalam pemberdayaan Mustahiq di Kota Mataram. Strategi manajemen yang dilakukan dalam pendistribusian dana zakat masih belum menimbulkan dampak signifikan yang dirasakan oleh mustahik sendiri, karena kurangnya sosialisasi secara langsung. Hal ini menimbulkan kurangnya pemahaman dan kepercayaan Muzakki dalam menyalurkan harta zakatnya melalui BAZNAS Kota Mataram.53
Dalam penelitian Selamet Riadi tersebut peneliti menemukan kesamaan, yaitu pada pembahasan tentang distribusi zakat. Disamping itu, ada juga perbedaannya, yaitu dalam penelitian Selamet Riadi masalah yang diteliti adalah terfokus pada strategi distribusi zakat dan pemberdayaan mustahik di BAZNAS Kota Mataram, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle serta yang menjadi objek penelitiannya adalah BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fakhri Amir dengan judul artikelnya “Faktor Determinan Tingkat Pendapatan Mustahiq Penerima
53 Selamet Riadi, “Strategi Distribusi Zakat dan Pemberdayaan Mustahik: Studi Kasus Baznas Kota Mataram”, Schemata 9, No. 1, (Juni 2020): 125.
Zakat Produktif”. Hasil penelitian ini tentang pemanfaatan zakat produktif pada BAZNAS kota Makassar, serta pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan mustahiq penerima zakat produktif dapat disimpulkan bahwa secara simultan kelima variabel, yaitu: jumlah zakat, pendampingan usaha, lama usaha, jenis usaha, dan pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan dimana diperoleh p-value nya sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Sedangkan secara parsial dengan menggunakan uji-t, diperoleh bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan, yaitu: jumlah zakat, pendampingan usaha, dan lama usaha dengan masing-masing nilai p-value sebesar 0.049, 0.042, dan 0.026 (0.049, 0.042, dan 0.026 < 0.05). Sedangkan dua variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan yaitu: jenis usaha dan pendidikan dengan masing-masing nilai p-value nya sebesar 0.086 dan 0.407 (0.086 dan 0.407 > 0.05). Hal tersebut disebabkan karena apapun jenis usaha tidak berpengaruh, yang penting adalah besarnya jumlah zakat produktif yang diberikan dan frekuensi pemberian zakat produktif. Demikian pula pendidikan tidak memiliki pengaruh karena pada umumnya para mustahiq memang memandang bahwa pendidikan merupakan hal yang penting, namun untuk dapat mengelola usaha tidak diperlukan adanya tingkat pendidikan yang tinggi.54
Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian pada pengelolaan zakat. Pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada faktor determinan tingkat pendapatan
54 Muhammad Fakhri Amir, “Faktor Determinan Tingkat Pendapatan Mustahiq Penerima Zakat Produktif”, Iqtishaduna 10 No. 2, (Desember 2019): 159.
mustahiq penerima zakat produktif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu lebih menekankan pada faktor determinan tingkat pendapatan mustahiq penerima zakat produktif, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada keefektivitan penyaluran dana zakat dengan pendekatan zakat core principle dengan mengambil lokasi penelitian di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.