• Tidak ada hasil yang ditemukan

efektivitas distribusi dana zakat dengan - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "efektivitas distribusi dana zakat dengan - etheses UIN Mataram"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT

MANAGEMENT (STUDI KASUS DI BAZNAS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT)

Oleh:

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(2)

i

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT

MANAGEMENT (STUDI KASUS DI BAZNAS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT)

Oleh:

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(3)

iii

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT

MANAGEMENT (STUDI KASUS DI BAZNAS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT)

Pembimbing:

Dr. H. MUSLIHUN, M. Ag.

Dr. SANURDI, M. Si.

Oleh:

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis oleh ROMI HARTAWAN, NIM: 190404043 dengan judul Efektivitas Distribusi Dana Zakat dengan Pendekatan Zakat Core Principle Disbursement Management (Studi Kasus di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat) telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 03 Juni 2022

Pembimbing I,

Dr. H. MUSLIHUN, M. Ag.

NIP. 19741231 200112 1 005

Pembimbing II,

Dr. SANURDI, M. Si.

NIP. 198106052009121002

(5)

v

(6)

vii

LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME

(7)

viii

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT MANAGEMENT (STUDI

KASUS DI BAZNAS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT) Oleh:

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

ABSTRAK

Zakat merupakan ibadah maliyah ijtima’iyah (ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan kemasyarakatan), yang berfungsi mewujudkan keadilan dan pemerataan di sektor ekonomi.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan model Miles and Huberman, yakni reduksi data, penyajian data/deskripsi, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Distribusi dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat didistribusikan kepada seluruh golongan mustahiq kecuali riqob atau budak dan terdapat tiga bentuk distribusi yakni pertama distribusi konsumtif tradisional pada program kemanusiaan, dakwah dan program ekonomi, kedua distribusi konsumtif kreatif pada program pendidikan dan kesehatan, dan ketiga distribusi produktif kreatif pada program ekonomi berupa bantuan usaha modal perorangan dan bersama, dan (2) Efektivitas distribusi dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan Zakat Core Principle (ZCP) ada dua kategori yakni dengan perhitungan Disbursement Collection Ratio (DCR) dan Kecepatan Waktu, dengan perhitungan DCR tahun 2018 sebesar 67%, tahun 2019 sebesar 65%, tahun 2020 sebesar 104%, dan tahun 2021 sebesar 120%

sehingga masuk kategori DCR efektif. Kecepatan waktu pada program konsumtif (progam pendidikan, kesehatan, dakwah dan ekonomi) waktu yang dibutuhkan saat didistribusikan selama satu bulan. Dan kecepatan waktu pada pogram produktif yaitu usaha modal perorangan dan usaha modal bersama waktu yang dibutuhkan pada saat distribusi yaitu selama satu bulan. Hal ini memberikan arti bahwa Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mendistribusikan secara efektif baik dari segi rasio DCR maupun kecepatan waktu distribusi termasuk kategori cepat.

Kata Kunci: Distribusi Dana Zakat, Zakat Core Principle Disbursement Management

(8)

ix

EFFECTIVENESS OF ZAKAT FUND DISTRIBUTION USING ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT MANAGEMENT APPROACH

(CASE STUDY AT BAZNAS OF WEST NUSA TENGGARA BARAT) By:

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

ABSTRACT

Zakat is a worship of maliyah ijtima'iyah (worship related to the economics of social finance), which has the function of realizing justice and equity in the economic sector.

This research is a field research using a qualitative approach. Methods of data collection are done by conducting interviews, observations, and documentation.

The data analysis technique uses the Miles and Huberman model, namely data reduction, data presentation/description, and drawing conclusions.

The results showed that (1) The distribution of zakat funds at the National Amil Zakat Agency (BAZNAS) of West Nusa Tenggara Province was distributed to all mustahiq groups except riqob or slaves and there were three forms of distribution, namely the distribution of traditional consumptive programs in humanitarian, da'wah and economic programs, secondly distribution of creative consumptive in education and health programs, and third distribution of creative productive in economic program in the form of individual and joint venture capital assistance, and (2) Effectiveness of distribution of zakat funds in the National Amil Zakat Agency (BAZNAS) of West Nusa Tenggara Province by using Zakat Core Principle (ZCP) there are two categories, namely the calculation of the Disbursement Collection Ratio (DCR) and Time Speed, with the calculation of the DCR in 2018 of 67%, in 2019 of 65%, in 2020 of 104%, and in 2021 of 120% so that it is included in the category DCR is effective. The speed of time in consumptive programs (education, health, da'wah and economic programs) the time required when distributed is one month. And the speed of time in productive programs, namely individual capital businesses and joint capital businesses, the time required for distribution is one month. This means that the National Amil Zakat Agency (BAZNAS) of West Nusa Tenggara Province has distributed effectively both in terms of the DCR ratio and the speed of distribution, including the fast category.

Keywords: Distribution of Zakat Funds, Zakat Core Principle Disbursement Management

(9)

x

ةاكزلل يساسلأا فرصلا ةرادإ جهن مادختساب ةاكزلا قودنص عيزوت ةيلاعف )تاراب اراجنيت اسون ةظفاحمب سانزاب يف ةلاح ةسارد(

:ةطساوب

ROMI HARTAWAN NIM: 190404043

صخلملا

، )ةماعلا ةيلاملا تايداصتقاب ةطبترم ةدابع( ةيعمتجم ةيلام ةدابع يه ةاكزلا ىلع لمعت يتلاو

يداصتقلاا عاطقلا يف فاصنلإاو ةلادعلا قيقحت .

ءارجإ قيرط نع تانايبلا عمج قرط متت .يعون جهنم مادختساب يناديم ثحب وه ثحبلا اذه جذومن تانايبلا ليلحت ةينقت مدختست .قيثوتلاو تاظحلاملاو تلاباقملا Miles and

Huberman لا فصو / ضرعو تانايبلا ليلقت يأ ،

.جئاتنلا صلاختساو تانايب

( جئاتنلا ترهظأ 1

( لماعلا ةاكزلل ينطولا زاهجلا يف ةاكزلا لاومأ عيزوت ) BAZNAS

)

كانه ناكو ديبعلا وأ بوقرلا ءانثتساب قيحتسملا تائف عيمج ىلع ةيبرغلا اراجنت اسون ةظفاحمب جماربلا يف جمارب .يديلقتلا كلاهتسلاا عيزوت يهو عيزوتلل لاكشأ ةثلاث ةوعدلاو ةيناسنلإا

ثلاثلاو ، ةحصلاو ميلعتلا جمارب يف ةيعادبلإا ةيكلاهتسلاا داوملا عيزوت اًيناثو ، ةيداصتقلااو يدرفلا لاملا سأر ةدعاسم لكش يف ةيداصتقلاا جماربلا يف يجاتنلإا يعادبلإا عيزوتلا ( و ، كرتشملاو 2

اكزلل ةينطولا ةلاكولا يف ةاكزلا لاومأ عيزوت ةيلاعف ) ( ة

BAZNAS )

( يساسلأا ةاكزلا أدبم مادختساب ةيبرغلا اراجنت اسون ةظفاحمب ZCP

باسح امهو ، ناتئف كانه )

( تاعوفدملا ليصحت ةبسن DCR

باسح عم ، تقولا ةعرسو ) DCR

يف 2018 نم 67 ، ٪

يف 2019 نم 65 يف ، ٪ 2020

نم 104 يفو ، ٪ 2021

نم 120 اهنيمضت متي ثيحب ٪

ةئف يف DCR

رس .ةلاعف ، ةوعدلا ، ةحصلا ، ميلعتلا( ةيكلاهتسلاا جماربلا يف تقولا ةع

جماربلا يف تقولا ةعرسو .دحاو رهش وه اهعيزوت دنع بولطملا تقولا )ةيداصتقلاا جماربلا بولطملا تقولاو ، ةكرتشملا لاملا سأر لامعأو يدرفلا لاملا سأر لامعأ يهو ، ةيجاتنلإا ا نأ ينعي اذهو .دحاو رهش عيزوتلل ( لماعلا ةاكزل ةينطولا ةلاكول

BAZNAS ةظفاحم يف )

ةبسن ثيح نم لاعف لكشب تعزو دق ةيبرغلا اراجنت اسون DCR

يف امب ، عيزوتلا ةعرسو

.ةعرسلا ةئف كلذ

ةاكزلا فرص ةرادإ ، ةاكزلا لاومأ عيزوت :ةيحاتفملا تاملكلا

(10)

xi MOTTO

َ لَو ِۖ ِضرۡ َ ۡ

لۡٱ َنِ م مُكَل اَنۡجَرۡخ َ

أ ٓاذمِمَو ۡمُتۡب َسَك اَم ِتَٰ َبِ ي َط نِم ْاوُقِفنَأ ْآوُنَماَء َنيِ ذلَّٱ اَهُّيَأََٰٓي

مُت ۡسَلَو َنوُقِفنُت ُهۡنِم َثيِبَ لۡٱ ْاوُمذمَيَت ۡ ِب َئ

ا

ِهيِذِخ

ِف ْاو ُضِمۡغُت ن َ أ ٓ ذ ٌّ ِنِ َغ َ ذللَّٱ ذنَأ ْآوُمَلۡعٱَو ِِۚهي لِإ

ٌديِ َحَ

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.1

Jika harimu tidak berwarna, warnai sendiri jangan manja ok

1 QS. Al-Baqarah: 267

(11)

xii PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu Penulis

2. Keluarga dan Orang – Orang Terdekat Penulis

3. Semua Dosen Pascasarjana Prodi Ekonomi Syari’ah UIN Mataram 4. Semua kerabat, sahabat, dan teman Kelas Prodi Ekonomi Syari’ah

Pascasarjana UIN Mataram Angkatan 2019

(12)

xiii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah Azza wa jalla, Tuhan Semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya, Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain:

1. Dr. H. Muslihun, M. Ag. sebagai Pembimbing I dan Dr. Sanurdi, M. Si. sebagai pembimbing II yang memberikan motivasi, bimbingan, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai.

2. Dr. Baiq Ratna Mulhimmah, MH. sebagai Ketua Program Studi Ekonomi Syari’ah Program Magister Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

3. Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M. Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram yang telah memberi tempat kepada penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. Orang Tua penulis yang tiada hentinya mendoakan dan mendukung setiap aktivitas penulis, Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu (Rohani) dan Ayah (Alm.

Muhammad Amin), Kakekku orang tua keduaku (H. M Nuh) yang telah memberikan kasih sayang, secara dukungan, ridho, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat kalian bahagia dan bangga terhadapku karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat lebih. Untuk orang tuaku yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku serta selalu meridhoiku melakukan hal yang lebih baik, Terima kasih Ibu… Terima kasih Ayah…

6. Keluarga dan orang terdekatku sebagai tanda terima kasihku, aku persembahkan karya kecil ini untuk (Dr. Abdul Quddus, MA, Nurmaidah S.Ag M,Pd.) dan semua kelurga yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Terima kasih, Terima kasih, Terima kasih sekali lagi telah memberikan semangat, memarahi, membimbing, mengayomi, dan menginspirasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang

(13)

xiv

terbaik yang engkau berikan menjadikan ku orang yang baik pula.. Terima kasih, Terima kasih sekali lagi…

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanahuwata’ala dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta amin.

Mataram, 29 April 2022 Penulis,

ROMI HARTAWAN

(14)

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini adalah menggunakan pedoman transliterasi dari Keputusan Kementerian Agama RI dan menteri pendidikan dan kebudayaan ri nomor 150 tahun 1987 dan No. 05436/U/1987.

Secara garis besar uraiannya adalah:

1. Konsonan Huruf Arab

Nama

Huruf Arab Nama

Huruf Arab Nama

Huruf Arab Nama

ا = a ذ = dz ظ = zh ن = n

ب = b ر = r ع = ‘ و = w

ت =t ز = z غ = gh ه = h

ث = ts س = s ف = f ء = ‘

ج = j ش = sy ق = q ي = y

ح = h ص = sh ك = k

خ = kh ض = dl ل = l

د = d ط = th م = m

2. Vokal dan Diftong Huruf

Arab Latin Huruf

Arab Latin Huruf

Arab Latin

َ = A ا َ = ā َْي = Ī

َ = U ى َ = á َ ْو = Aw

َ = I و َ = ū َْي = Ay

(15)

xvi DAFTAR ISI

KOVER LUAR ... i

LEMBAR LOGO ... ii

KOVER DALAM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME... vii

ABSTRAK (Indonesia, Arab, dan Inggris) ... viii

MOTTO... xi

PERSEMBAHAN ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xv

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 13

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 14

F. Kerangka Teori... 20

1. Efektivitas Distribusi Dana Zakat ... 20

a. Teori Efektivitas ... 20

b. Distribusi Dana Zakat ... 24

2. Zakat Core Principle ... 31

G. Metode Penelitian... 40

1. Pendekatan Penelitian ... 40

2. Kehadiran Peneliti ... 43

3. Lokasi Penelitian ... 44

4. Sumber Data ... 45

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 46

6. Teknik Analisis Data ... 49

7. Pengecekan Keabsahan Data... 54

H. Sistematika Pembahasan ... 58

(16)

xvii

BAB II POLA DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT MANAGEMENT DI BAZNAS

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... 60

A. BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 60

1. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 60

2. Letak Geografis ... 62

3. Dasar Hukum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 62

4. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 64

5. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 66

6. Tugas dan Wewenang Pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat... 67

7. Grand Program Distribusi Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat... 72

8. Pengelolaan Zakat Produktif Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat... 72

B. Pola Distribusi Dana Zakat dengan Pendekatan Zakat Core Principle Disbursement Management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat ... 73

BAB III EFEKTIVITAS DISTRIBUSI DANA ZAKAT DENGAN PENDEKATAN ZAKAT CORE PRINCIPLE DISBURSEMENT MANAGEMENT DI BAZNAS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... 104

BAB IV PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Implikasi Teoretik ... 118

C. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 136

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 160

(17)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Struktur Zakat Core Principles, 33.

Tabel 1.2 Kategori Disbursement Collection Ratio, 39.

Tabel 1.3 Kategori Konsumtif Time Effectivity of Disbursement, 39.

Tabel 1.4 Kategori Produktif Time Effectivity of Disbursement, 40.

Tabel 1.5 Kategori Disbursement Collection Ratio, 53.

Tabel 1.6 Kategori Konsumtif Time Effectivity of Disbursement, 53.

Tabel 1.7 Kategori Produktif Time Effectivity of Disbursement, 54.

Tabel 2.1 Data Mustahiq Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2021, 90.

Tabel 3.1 Penerimaaan dan Pendistribusian Dana Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 105.

Tabel 3.2 Kecepatan Waktu Distribusi Program Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 110.

Tabel 3.3 Hasil Disbursement Collection Ratio (DCR) Dana Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 111.

Tabel 3.4 Hasil Kecepatan Waktu Distribusi Program Konsumtif di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 114.

Tabel 3.5 Kecepatan Waktu Distribusi Program Produktif Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, 115.

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama universal1 dan menyeluruh, yang tidak hanya mengatur masalah ritual ibadah semata,2 namun mengatur pula relasi antara manusia dengan manusia (sosial atau hablumminannas) yang dikenal dengan muamalah.3 Muamalah adalah aktivitas individu yang berfungsi untuk usaha mewujudkan keperluan untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat,4 melalui kegiatan perekonomian.

Guna terjaminnya kemakmuran, keselamatan, dan kesejahteraan,5 serta ketertiban hidup masyarakat, Islam mengatur kegiatan muamalah pada suatu prinsip ekonomi yang bernafaskan Al-Quran dan As-Sunnah,6 dengan menekankan nilai-nilai keadilan dan keseimbangan.7 Ini tercermin dalam kepedulian Islam terhadap yang lemah, yang merupakan manifestasi yang salah satunya melalui zakat. Dalam Al-Quran perintah zakat dikaitkan dengan

1 Rusmala Dewi, “Universalisme Islam dan Kosmopolitisme Peradaban”, Nurani 13, No. 1, (Juni 2013): 49.

2 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia”, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 17, No.2, (Tahun 2017): 24.

3 Erwandi Tarmizi, “Manfaat dan Ruang Lingkup Muamalah dalam Islam”, https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/manfaat-dan-ruang-lingkup-muamalah.html, diakses tanggal 20 September 2021.

4 Royani, “Muamalah Maliyah dalam Perspektif Gender”, Muwazah 7, Nomor 1, (Juni 2015): 76.

5 Ayu Isti Prabandari, “4 Fungsi Negara yang Perlu Diketahui, Penjamin Keamanan dan Kesejahteraan Rakyat”, https://www.merdeka.com/jateng/4-fungsi-negara-yang-perlu-diketahui- penjamin-keamanan-dan-kesejahteraan-rakyat-kln.html, diakses tangga 22 September 2021.

6 Syaparuddin, “Ekonomi Islam: Solusi terhadap Berbagai Permasalahan Sosial-Ekonomi”, Muqtasid 1, No 1, (2010): 4.

7 Aksyam, “Analisa Konsep Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Pertambangan”, https://www.kejari-bone.go.id/artikel/detail/1/analisa- konsep-keadilan-kepastian-dan-kemanfaatan-dalam-penegakan-hukum-tindak-pidana-

pertambangan.html, diakses 21 September 2021.

(19)

ibadah sholat sekitar 82 kali,8 sehingga zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan,9 baik dalam Al-Quran maupun Hadist.10

Zakat11 merupakan ibadah maliyah ijtima’iyah (ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan kemasyarakatan),12 yang berfungsi mewujudkan keadilan dan pemerataan di sektor ekonomi.13 Sebagai salah satu realisasi dari ekonomi Islam, zakat merupakan sumber dana potensial dan strategis dalam upaya membangun kesejahteraan umat,14 yang bermakna ibadah ganda, yakni meningkatnya iman kepada Allah (hablumminallah)15 dan pula menumbuhkan rasa peduli pada sesama (sosial) dan hubungan harmonis dengan sesama manusia (hablumminannas).16

8 BAZNAS RI, “Tentang Zakat”, https://baznas.go.id/zakat, diakses tanggal 22 September 2021.

9 Yasin Ibrahim al-Syaikh, Cara Mudah Menunaikan Zakat: Membersihkan Kekayaan Menyempurnakan Puasa Ramadhan (Bandung: Pustaka Madani, 2008), 37.

10 Yayasan Kita Bisa, “Hukum, Keutamaan Zakat Serta Jenisnya”, https://blog.kitabisa.com/ zakat-pengertian-hukum-keutamaan-serta-jenisnya/, diakses tanggal 22 September 2021.

11 Zakat adalah ketetapan tuhan yang diwajibkan bagi orang yang mempunya kelebihan harta kekayaan atau penghasilan mencapai nisab, yang dapat dijadikan media pemberdayaan dan pengembangan konomi umat, serta menjadi pengikat solidaritas, mendidik jiwa untuk mempraktekkan pengorbanan diri, dan kemurahan hati, serta hati dan jiwanya akan menjadi bersih.

Lihat Kementerian Agama RI, Membangun Perspektif Pengelolaan Zakat Nasional (Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2013), 12. Lihat pula Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 75.

12 Widi Nopiardo, “Zakat sebagai Ibadah Maliyah Ijtima’iyah dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam”, Juris 14, Nomor 2, (Juli-Desember 2015): 214.

13 Falah, Irfina, “Pemerataan Ekonomi Upaya Wujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, https://infopublik.id/read/188509/pemerataan-ekonomi-upaya-wujudkan- keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia.html?show=, diakses tanggal 22 September 2021.

14 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 259.

15 Moh. Hassan, “Menkimpraswil Serahkan Hewan Qurban”, https://pu.go.id/berita/

menkimpraswil-serahkan-hewan-qurban, diakses tanggal 22 September 2021.

16 Yedi Yurwanto, “Memaknai Pesan Spiritual Ajaran Agama dalam Membangun Karakter Kesalehan Sosial”, Jurnal Sosioteknologi 13, Nomor 1, (April 2014): 41.

(20)

Negara Indonesia dengan sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam maka sesungguhnya zakat merupakan sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk dikembangkan,17 dan mempunyai kewenangan pada pengelolaab dana infaq, zakat, dan sedekah.18 Secara menyeluruh kemakmuran dan kesejahteraan umat di Indonesia belum terwujud, walaupun rakyat pra sejahtera mengalami fluktuasi. Hal tersebut nampak pada persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2020 sebesar 7,88 persen, naik menjadi 7,89 persen pada Maret 2021, sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2020 sebesar 13,20 persen, turun menjadi 13,10 persen pada Maret 2021.19

Demikian pula fungsi manajerial zakat belum tercapai, akibatnya zakat sebagai pembebas kesenjangan ekonomi umat masih jauh dari harapan.20 Melihat realitas tersebut, Islam memiliki tugas dan peran yang cukup besar dalam pembangunan agar peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan secara material, kepercayaan diri dan kemandirian bangsa tercapai.21 Potensi yang dibangun dan dikembangkan dalam pembangunan di bidang sosial adalah

17 Amalia dan Kasyful Mahalli, “Potensi dan Peranan Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1, No.1, (Desember 2012): 71.

18 Bank Indonesia dan P3EI-FE UII, Pengelolaan Zakat yang Efektif: Konsep dan Praktik di Beberapa Negara (Jakarta: Bank Indonesia, 2016), ix.

19 BPS RI, “Persentase Penduduk Miskin Maret 2021 Turun Menjadi 10-14 Persen”, https://www.bps.go.id/pressrelease/ 2021/ 07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021- turun-menjadi-10-14-persen.html, diakses tanggal 19 September 2021.

20 Abdul Qosim Al Khu’i, Menuju Isalam Rasional (Jakarta: Hawra Publisher, 2003), 129.

21 Suradi, “Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial (Economic Growth and Sosial Welfare)”, Informasi 17, No. 03, (Tahun 2012): 145.

(21)

pendistribusian dana zakat yang terorganisir dengan baik dan benar,22 melalui lembaga-lembaga resmi yang mengumpulkan dan mendistribusikannya.

Kelembagaan pengelola zakat di Indonesia yang diakui pemerintah, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua badan tersebut telah memperoleh payung hukum dari pemerintah.23 Selain itu, yang memiliki kekuatan memaksa wajib zakat adalah pemerintah. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti,24 dan kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan disahkan pada tanggal 25 November 2011.25

Pengelolaan zakat yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tersebut meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.26 Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syari’at Islam yang amanah, terintegrasi, akuntabilitas, memenuhi kepastian hukum dan keadilan, serta bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat,27 khususnya mendistribusikan dana zakat

22 Susanti, “Sistem Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Wat Tamwil (Laznas BMT) Pancoran Jakarta Selatan”, https://repository.uinjkt.ac.id/

dspace/handle/123456789/43332, diakses tanggal 22 September 2021.

23 Yadi Janwari Djazuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 39-40.

24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

27 Maltuf Fitri, “Pengelolaan Zakat Produktif sebagai Instrumen Peningkatan Kesejahteraan Umat”, Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, Nomor 1, (2017): 149.

(22)

secara optimal kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah:

ِباَقِ رلٱ ِفَِو ۡمُهُبو ُلُق ِةَفَّلَؤُمۡلٱَو اَهۡيَلَع َينِلِمََٰعۡلٱَو ِينِكَٰ َسَمۡلٱَو ِءٓاَرَقُفۡلِل ُتََٰقَد َّصلٱ اَمَّنِإ َِّللّٱ ِليِبَس ِفَِو َينِمِرَٰ َغ ۡلٱَو هَِّللّٱ َنِ م ٗة َضيِرَف ِِۖليِبَّسلٱ ِنۡبٱَو

ٞميِكَح ٌميِلَع ُ َّللّٱَو

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Attaubah: 60).28

Distribusi dana zakat merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang yang kekurangan dalam hal finansial. Oleh karena itu, distribusi mempunyai peranan yang sangat besar.29 Setiap lembaga tidak bisa lepas dari masalah penyaluran atau distribusi dana zakat yang diterima untuk disalurkan kepada masyarakat. Lembaga penerima dana zakat mempunyai hak untuk menentukan kebijakan distribusi. Adapun distribusi dana zakat di Indonesia terdapat dua macam kategori, yaitu distribusi secara konsumtif dan distribusi secara produktif.30 Distribusi konsumtif secara langsung dan alami memberikan bantuan kepada kelompok mustahiq, sedangkan distribusi produktif memberikan bantuan dalam bentuk modal

28 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2012), 264.

29 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Andi, 2007), 102.

30 Fakhruddin, Fikh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN Malang Press, 2008), 314.

(23)

untuk mendirikan usaha mandiri, agar terjadi peningkatan tingkatan yang semula mustahiq menjadi pemberi zakat.31

Tantangan terbesar yang dihadapi badan pengelola zakat ialah pendistribusiannya yang efektif dan tepat sasaran. Tujuan yang benar adalah hanya memberikan dana zakat kepada kelompok mustahiq, dan sudah selayaknya mengalokasikan dana zakat sebagai solusi masalah kemiskinan.

Baik BAZNAS maupun LAZ berkewajiban untuk menyederhanakan distribusi. Alokasi yang efektif akan menjadi alokasi dana zakat yang benar dan efektif, karena keberhasilan zakat tergantung pada pemanfaatannya.32

Manfaat zakat dibuktikan dari penelitian yang menyebutkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin dari 84 persen menjadi 74 persen.33 Dari aspek kedalaman kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan dari Rp.

540.657,01 menjadi Rp. 410.337,06,34 dan nilai I dari 0,43 menjadi 0,33.35 Sedangkan ditinjau dari tingkat keparahan kemiskinan, zakat juga mampu mengurangi tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan

31 Ismail Nawawi, Zakat: dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), 67.

32 Kementerian Agama RI, Panduan Organisasi Pengelola Zakat (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015), 88.

33 Ikka Nur Wahyuny, “Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional dengan Metode Data Envelopment Analysis”, Journal of Islamic Economics Lariba 2, Nomor 1, (2020): 1.

34 Abdul Haris Romdhoni, “Zakat dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 03, No. 01, (Maret 2020): 49.

35 Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika”, Zakat & Empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan II, (2020): 10.

(24)

nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19 menjadi 0,11.36

Firmansyah dan Sukmana menemukan suatu masalah zakat dalam penelitiannya bahwa ternyata kepercayaan masyarakat (muzakki) terhadap badan pengelola zakat masih kurang.37 Hal ini dibuktikan melalui data yang didapat bahwa 92,8 persen dari zakat harta diberikan langsung kepada mustahiq. Kekurangnya percayaan tersebut dikarenakan transparansi ke masyarakat yang kurang serta penditribusian zakat yang dirasa sulit sehingga amil zakat dirasa jauh dari keinginan muzakki. Akibatnya muzakki justru menyalurkan zakatnya secara langsung kepada mustahiq. Tingkat kepercayaan yang rendah ini wajar terjadi jika dari 300 (tiga ratus) lebih Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang ada di Indonesia, hanya 19 (sembilan belas) saja yang terdaftar secara legal dan diakui oleh BAZNAS. Tingkat kepercayaan yang rendah menurut artikel IMZ pada tahun 2020 yang menyebutkan bahwa tidak semua Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang di Indonesia memiliki laporan keuangan yang transparan serta diaudit secara berkala oleh lembaga independen yang profesional. Sehingga hal ini akan berakibat pada

36 Sisi Amalia, “Analisis Efektifitas dan Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat di Provinsi Kalimantan Barat”, Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (2020): 292, https://feb.untan.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Sisi.pdf, diakses tanggal 21 September 2021.

37 Irman Firmansyah dan Wawan Sukmana, “Analisis Problematika Zakat pada BAZNAS Kota Tasikmalaya: Pendekatan Metode Analytic Network Process (ANP)”, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan 2, No.2, (2014): 392.

(25)

melemahnya kepercayaan publik, sekalipun lembaga tersebut cukup kredibel.38

Jika organisasi zakat tidak dapat secara efektif mengalokasikannya, maka alokasi dana zakat akan bias, tidak sesuai dengan kesejahteraan umat dalam fungsi zakat, dan penyalurannya tidak sesuai tujuan dan syariat Islam.

Oleh sebab itu, urgen buat BAZNAS dan LAZ untuk menggunakan beberapa metode untuk mengukur kemampuannya dalam mengoptimalkan dan menyalurkan zakat secara efektif, seperti metode prinsip inti zakat atau yang dikenal dengan Zakat Core Principle.

Zakat Core Principle39 (prinsip-prinsip inti Zakat) adalah pedoman pengelolaan Zakat terbaru yang diluncurkan pada KTT Kemanusiaan Dunia PBB yang diadakan di Turki tanggal 23 Mei 2016.40 Pedoman Zakat Core Principle merupakan suatu inisiasi Indonesia yang diwakilikan Bank Indonesia bersama BAZNAS, dan IRTI-IDB (Islamic Research and Training Institute-Islamic Development Bank), ditambah dengan perwakilan beberapa

38 Nana Minarti, “Membangun Kepercayaan Publik dan Kapasitas Pengelolaan Zakat di Indonesia”, https://imz.or.id/membangun-kepercayaan-publik-dan-kapasitas-pengelolaan-zakat-di- indonesia/, diakses tanggal 21 September 2021.

39 Core Principles for Effective Zakat Supervision (Prinsip-prinsip Utama Untuk Pengawasan Zakat yang Efektif) atau lebih dikenal dengan Zakat Core Principles adalah Standar Internasional Pengelolaan dan Pengawasan Zakat yang diperkenalkan oleh Kementrian Agama, Baznas, Bank Indonesia, dan lembaga zakat dari 10 negara yang tergabung dalam International Working Group on Zakat Core Principle (IWGZCP). Lihat BI, Baznas, & IRTI-IDB, Prinsip- Prinsip Pokok untuk Penyelenggaraan dan Pengawasan Zakat yang Efektif Jakarta: BI, Baznas, &

IRTI-IDB, 2016), 4.

40 Pusat Kajian Strategis BAZNAS RI dan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Indeks Implementasi Zakat Core Principle Organisasi Pengelola Zakat (Jakarta:

Puskas BAZNAS, 2016), 6.

(26)

negara lain seperti Sudan, Kuwait, Jordan,41 dan lainnya, sehingga membuat sebuah tim internasional yang disebut dengan International Working Group on Zakat Principles (IWG-ZCP),42 menjadi kriteria setting zakat yang lebih bagus, berlaku global, dan terjadinya eningkatan kualitas pengelolaan zakat yang tepat.43

Fungsi intermediasi khususnya yang meninjau keefektivitan pembagian dana zakat pada BAZNAS maupun LAZ dengan Zakat Core Principle poin 10 yakni disbursement management,44 yang bersifat penting sebab penyaluran zakat harus dilakukan secara maksimal dapat meningkatkan tingkat kepercayaan muzakki dalam menyalurkan zakatnya pada lembaga dana sosial, khususnya di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Perlu diketahui bahwa pembentukan BAZNAS Provinsi NTB yang bersifat transisi dilakukan tahun 2012 berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 12 tahun 2012 tentang Penunjukkan Bendahara Penerima dan

41 Ayudhia Yuliasih, dkk, “Zakat Core Principle (ZCP) Point 10 Disbursement Management dalam Mengukur Efektivitas Pendistribusian Zakat pada Program Kerja Baznas”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 8, No. 1, (Januari 2021): 120.

42 Lukman Hamdani, dkk, “Solusi Permasalahan Perzakatan di BAZNAS dengan Metode ANP: Studi tentang Implementasi Zakat Core Principles”, Jurnal Muqtasid 10, Nomor 1, (2019):

42. 43 Raisa Adila, “BI Luncurkan Standar Internasional Pengelolaan Zakat”, https://economy.okezone.com/read/2016/05/25/320/1397745/bi-luncurkan-standar-internasional- pengelolaan-zakat, diakses 25 September 2021.

44 Dokumen Zakat Core Principle poin 10 (Disbursement Management) menetapkan penilaian pada dua indikator yaitu pertama, rasio keuangan zakat yang dikelola oleh lembaga zakat yakni Disbursement Collection Ratio (DCR), menghitung rasio total dana zakat yang distribusikan dengan total dana zakat yang dihimpun. Rasio DCR dinyatakan dalam persentase dan dibagi dalam 5 kategori yakni: >90% (Sangat Efektif), 70-89% (Efektif), 50-69% (Cukup Efektif), 20-49% (Kurang Efektif), dan <20% (Sangat Kurang), dan kedua, menghitung kecepatan pendistribusian dana zakat. Pendistribusian dana zakat dari segi waktu pengumpulan terakhir yang harus disalurkan maksimal selama 1 tahun. Waktu distribusi dikategorikan sebagai berikut, yakni <3 bulan (cepat), 3-6 bulan (baik), 6-9 bulan (cukup), 9-12 bulan (lambat), >12 bulan (zalim). Lihat Bank Indonesia dan P3EI-FE UII, Pengelolaan Zakat yang Efektif: Konsep dan Praktik di Beberapa Negara (Jakarta: Bank Indonesia, 2016), 139. Lihat pula Ayudhia Yuliasih, dkk, “Zakat Core Principle (ZCP), 121.

(27)

Pengeluaran pada UPTD Lingkup Pemerintah Provnsi NTB TA. 2012,45 sedangkan pembentukan BAZNAS Provinsi NTB yang mengacu dan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dan PP No. 14 tahun 2014, serta Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2018 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi,46 dilaksanakan pada Bulan Maret 2015, berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 451,7-205 tahun 2015 tanggal 26 Maret 2015 untuk periode 2015-2020.47

Dalam pendistribusian dana zakat di BAZNAS Provinsi NTB ditemukan bahwa penyaluran dana zakat diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat, yang memiliki kekurangan modal, dan mustahiq yang belum mendapatkan hak sebelumnya, diberikan untuk sekali saja dalam pemberian zakat produktif dan belum pernah mendapatkan dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ) atau sejenis lembaga lainnya,48 maka dari itu yang menjadi perhatian dalam hal zakat produktif tersebut banyak sekali masyarakat yang belum paham mengenai prosedur praktik penyaluran zakat produktif, yang dilakukan dengan berbagai tahap yang baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip yaitu

45 JDIH Provinsi Nusa Tenggara Barat, “Daftar Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Tahun 2012”, https://jdih.ntbprov.go.id/ sites/ default/ files/ produk_ hukum/ DAFTAR%

20SK%20GUBERNUR%20TAHUN%202012.pdf., diakses tangga 20 September 2021.

46 BAZNAS Provinsi NTB, “Legalitas Baznas Provinsi NTB”, https://baznasntb.or.id/baznasntb/pembentukan-baznas-provinsi/, diakses tangga 20 September 2021.

47 Abdul Basit dan Rosidayanti, “Dampak Zakat Produktif dalam Penguatan Modal dan Kinerja Umkm pada Kelompok Usaha Mandiri Di Baznas Provinsi NTB”, Welfare Jurnal Ilmu Ekonomi, Nomor 2, (November 2020): 152.

48 Drs. TGH. Munajib Kholid (Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat), Wawancara, tanggal 04 Januari 2022.

(28)

tahap perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, pengorganisasian, dan evaluasi. Tahap penyaluran dilaksanakan dengan survei guna menjaga agar penyaluran zakat produktif selalu tepat sasaran.49

Berdasarkan beberapa hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas Distribusi Dana Zakat dengan Pendekatan Zakat Core Principle Disbursement Management (Studi Kasus di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat)”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka perlu dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat?

2. Bagaimana efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dapat dirumuskan tujuan penelitian, yaitu:

49 Tanzil (Kabag Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat), Wawancara, tanggal 04 Januari 2022.

(29)

1. Untuk mengidentifikasi pola distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

2. Untuk menganalisis efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Selanjutnya, manfaat penelitian tentang efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat ini adalah:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dihajatkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan bagi pembaca khususnya dalam ikhtiar implementasi zakat core principle dalam meningkatkan pendistribusian dana zakat sehingga penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu literatur (referensi) bagi para pembaca/peneliti.

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan salah satu solusi guna membantu program pemberdayaan masyarakat dalam upaya meningkatkan pendistribusian dana zakat dengan diimplementasikannya pendekatan zakat core principle di BAZNAS dan lembaga zakat lainnya.

(30)

b. Dapat dijadikan sumbangsih pemikiran tentang pendekatan zakat core principle yang dapat diaplikasikan dalam pendistribusian dana zakat kepada mustahiq di BAZNAS dan lembaga zakat lainnya.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Untuk lebih terarah dan spesifiknya penelitian ini, peneliti membatasi masalah dalam ruang lingkup penelitian, yakni:

1. Distribusi (penyaluran) zakat merupakan pemberian dana zakat bagi para mustahiq (yang berhak menerimanya), dalam bentuk konsumtif atau produktif guna terwujudnya mustahiq yang sejahtera. Dalam penelitian ini distribusi dana zakat ialah disbursement management yang termasuk dalam salah poin dari pendekatan zakat core principle disbursement management.

2. Zakat core principle merupakan standar (criteria) minimal yang mesti diaplikasikan oleh seluruh pengawasan zakat dalam menerapkan kepatuhan dengan menerapkan 18 prinsip inti zakat, yakni top of form, tujuan, independensi, otoritas bottom of form, kegiatan amil yang diizinkan, kriteria perijinan, pendekatan pengawasan, teknik dan instrumen pengawasan, pelaporan pengawasan, kekuatan pengawas dalam koreksi dan sanksi, good amil governance (tata kelola amil), management penghimpunan, Management pemberdayaan (disbursement management), risiko negara dan transfer, risiko reputasi dan kerugian muzakki, risiko pendistribusian, risiko operasional dan kepatuhan syariah, pengawasan

(31)

syariah dan audit internal, laporan keuangan dan audit eksternal, pengungkapan dan transparansi, dan penyalahgunaan layanan zakat.

Selanjutnya, setting penelitian ini adalah BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai sebuah lembaga resmi yang mengurus tentang zakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berupaya terus-menerus memberikan pelayanan dan tata kelola yang baik dan bagus sehingga dapat meningkatkan pengelolaan dan pendistribusian dana zakat kepada mustahiq dengan mengimplementasi zakat core principle poin 10 yaitu disbursement management.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang program pemberdayaan masyarakat pedesaan banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu dengan ragam yang tidak sama dengan penelitian yang saat ini peneliti lakukan. Oleh karena itu, peneliti menelaah beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan masalah penelitian dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Lalu Bagas Jayantara yang berjudul

“Analisis Strategi Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shadaqah Pada Lembaga Amil Zakat (Studi di Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama’

Nusa Tenggara Barat)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) Formulasi strategi fundraising dari LAZISNU NTB yaitu dengan mengacu kepada strategi fundraising dari LAZISNU Pimpinan Pusat dengan kewenangan masing-masing wilayah sesuai dengan sosial ekonomi dan kultur budaya masyarakat NTB. Dalam perumusan strategi

(32)

pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen yang lebih efektif. LAZISNU NTB memformulasikan strateginya dengan memperhatikan kesempatan dan ancaman lingkungan, yang dilihat dari kekuatan dan kelemahan dari LAZISNU NTB, dan (b) Impelementasi strategi fundraising dari LAZISNU NTB terbagi menjadi dua yaitu;

Pertama, strategi, fundraising langsung yaitu strategi fundraising dengan menggunakan Kotak Koin NU, dengan menyalurkannya kepada Jama’ah NU dan masyarakat NTB. Kedua, strategi, fundraising tidak langsung, yaitu strategi fundraising dengan memanfaatkan teknologi sebagai wadah promosi program yang berdampak secara tidak langsung terhadap jumlah donator atau simpatisan.50

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, yakni pada pengelolaan dana zakat. Pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada proses pengelolaan dana zakat yang dilakukan pada LAZISNU NTB. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu tidak membahas tentang zakat core principle, karena penelitian terdahulu terfokus kepada strategi fundraising dana zakat, infak dan shadaqah, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

50 Lalu Bagas Jayantara, “Analisis Strategi Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shadaqah pada Lembaga Amil Zakat (Studi di Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama’ Nusa Tenggara Barat)”, (Tesis, UIN Mataram, 2021), 94.

(33)

2. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Asih Lestari yang berjudul

“Implementasi Zakat Core Principle (ZCP): Suatu Telaah Audit Lembaga Amil Zakat dalam Menciptakan Transparansi serta Akuntabilitas (Studi pada BAZNAS dan Dompet Dhuafa)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) kuntabilitas serta transparansi yang telah dilakukan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa telah berjalan dengan namun penerapannya belum sepenuhnya masih memerlukan beberapa perbaikan. Penerapan fungsi-fungsi dari kriteria Zakat Core Principle dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kegiatan yang belum sesuai dengan Zakat Core Principle. Penerapan standar akuntansi zakat yaitu PSAK 109 belum diterapkan secara menyeluruh. Kurangnya publikasi pada website terkait laporan keuangan dari masing-masing Lembaga menyebabkan tingkat transparansi serta akuntabilitas lembaga zakat rendah.51

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian, yakni pada zakat core principle, pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada implementasi zakat core principle yang dilakukan sebagai suatu telaah audit lembaga amil zakat dalam menciptakan transparansi serta akuntabilitas di BAZNAS dan Dompet Dhuafa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu terfokus pada implementasi zakat core

51 Asih Lestari, “Implementasi Zakat Core Principle (ZCP): Suatu Telaah Audit Lembaga Amil Zakat dalam Menciptakan Transparansi serta Akuntabilitas (Studi pada Baznas dan Dompet Dhuafa)”, (Tesis, Universitas Jenderal Soedirman, 2021), 7-8.

(34)

principle yang dilakukan sebagai suatu telaah audit lembaga amil zakat dalam menciptakan transparansi serta akuntabilitas di BAZNAS dan Dompet Dhuafa, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle poin 10 disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3. Penelitian tesis yang dilakukan oleh M. Ikhsan Suganda yang berjudul

“Analisis Manajemen Risiko Lembaga Amil Zakat Berdasarkan Zakat

Core Principle (Studi Kasus Pada Rumah Zakat)”. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa analisis manajemen risiko menunjukan bahwa terdapat 35 risiko yang berhasil teridentifikasi pada Rumah Zakat.

Dimana 7 risiko termasuk dalam kategori high risk atau unacceptable dan 28 risiko masuk kedalam kategori undesirable.52

Dalam penelitian M. Ikhsan Suganda tersebut peneliti menemukan kesamaan, yaitu pada pembahasan tentang zakat core principle.

Disamping itu, ada juga perbedaannya, yaitu dalam penelitian M. Ikhsan Suganda tersebut lebih terfokus pada manajemn risiko lembaga amil zakat berdasarkan zakat core principle secara umum, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle dengan menekankan pada ZCP pion 10 yakni disbursement management di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

52 M. Ikhsan Suganda, “Analisis Manajemen Risiko Lembaga Amil Zakat Berdasarkan Zakat Core Principle (Studi Kasus Pada Rumah Zakat)”, (Tesis, Universitas Padjadjaran, 2017), 128.

(35)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Selamet Riadi dalam artikelnya yang berjudul “Strategi Distribusi Zakat dan Pemberdayaan Mustahik: Studi Kasus BAZNAS Kota Mataram”. Hasil temuan dari penelitian ini adalah strategi pendistribusian dana zakat oleh BAZNAS Kota Mataram menunjukkan bahwa dari beberapa strategi yang telah dilakukan oleh BAZNAS Kota Mataram sendiri masih kurang optimal, terutama dalam pemberdayaan Mustahiq di Kota Mataram. Strategi manajemen yang dilakukan dalam pendistribusian dana zakat masih belum menimbulkan dampak signifikan yang dirasakan oleh mustahik sendiri, karena kurangnya sosialisasi secara langsung. Hal ini menimbulkan kurangnya pemahaman dan kepercayaan Muzakki dalam menyalurkan harta zakatnya melalui BAZNAS Kota Mataram.53

Dalam penelitian Selamet Riadi tersebut peneliti menemukan kesamaan, yaitu pada pembahasan tentang distribusi zakat. Disamping itu, ada juga perbedaannya, yaitu dalam penelitian Selamet Riadi masalah yang diteliti adalah terfokus pada strategi distribusi zakat dan pemberdayaan mustahik di BAZNAS Kota Mataram, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada efektivitas distribusi dana zakat dengan pendekatan zakat core principle serta yang menjadi objek penelitiannya adalah BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fakhri Amir dengan judul artikelnya “Faktor Determinan Tingkat Pendapatan Mustahiq Penerima

53 Selamet Riadi, “Strategi Distribusi Zakat dan Pemberdayaan Mustahik: Studi Kasus Baznas Kota Mataram”, Schemata 9, No. 1, (Juni 2020): 125.

(36)

Zakat Produktif”. Hasil penelitian ini tentang pemanfaatan zakat produktif pada BAZNAS kota Makassar, serta pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan mustahiq penerima zakat produktif dapat disimpulkan bahwa secara simultan kelima variabel, yaitu: jumlah zakat, pendampingan usaha, lama usaha, jenis usaha, dan pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan dimana diperoleh p-value nya sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Sedangkan secara parsial dengan menggunakan uji-t, diperoleh bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan, yaitu: jumlah zakat, pendampingan usaha, dan lama usaha dengan masing-masing nilai p-value sebesar 0.049, 0.042, dan 0.026 (0.049, 0.042, dan 0.026 < 0.05). Sedangkan dua variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan yaitu: jenis usaha dan pendidikan dengan masing-masing nilai p-value nya sebesar 0.086 dan 0.407 (0.086 dan 0.407 > 0.05). Hal tersebut disebabkan karena apapun jenis usaha tidak berpengaruh, yang penting adalah besarnya jumlah zakat produktif yang diberikan dan frekuensi pemberian zakat produktif. Demikian pula pendidikan tidak memiliki pengaruh karena pada umumnya para mustahiq memang memandang bahwa pendidikan merupakan hal yang penting, namun untuk dapat mengelola usaha tidak diperlukan adanya tingkat pendidikan yang tinggi.54

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada fokus penelitian pada pengelolaan zakat. Pada penelitian terdahulu peneliti mempunyai fokus penelitian pada faktor determinan tingkat pendapatan

54 Muhammad Fakhri Amir, “Faktor Determinan Tingkat Pendapatan Mustahiq Penerima Zakat Produktif”, Iqtishaduna 10 No. 2, (Desember 2019): 159.

(37)

mustahiq penerima zakat produktif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu lebih menekankan pada faktor determinan tingkat pendapatan mustahiq penerima zakat produktif, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada keefektivitan penyaluran dana zakat dengan pendekatan zakat core principle dengan mengambil lokasi penelitian di BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat.

F. Kerangka Teori

1. Efektivitas Distribusi Dana Zakat a. Teori Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat), dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan), mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.55

Selain itu, juga terdapat pengertian efektivitas secara istilah menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilisan yaitu:56

55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 284.

56 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), 138-139.

(38)

1) Stoner, menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.

2) Miller, efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya.

3) Georgopualos dan Tannembaum, efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu diantara anggota- anggotanya.

4) Agris, efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, yakni ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Konsep tingkat efektivitas organisasi menunjuk pada tingkat seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, yang pada intinya efektivitas organisasi

(39)

menyangkut dua aspek, yaitu tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.57

Steers yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilisan mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:

produktivitas, kemampuan adaptasi atau fleksibilitas, kepuasan kerja, kemampuan berlaba, dan pencarian sumber daya.58 Kelima kriteria yang dikemukakan oleh Steers tersebut tidak semuanya relevan untuk diaplikasikan dalam mengukur tingkat efektivitas distribusi dana zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), misalnya kemampuan berlaba, mengingat instansi ini bukan organisasi pencari laba.

Untuk mengukur seberapa jauh tingkat efektivitas distribusi dana zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka peneliti menggunakan teori pengukuran efektivitas yang dikemukakan oleh Steers tersebut, akan tetapi hanya 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas, yaitu:

Pertama, Produktivitas. Produktivitas disini diartikan sebagai ukuran sampai sejauh mana target yang ditetapkan oleh organisasi dapat direalisasikan dengan baik. Untuk Badan Amil Zakat, produktivitas dapat dilihat sampai sejauh mana pelaksanaan strategi distribusi dana zakat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan tugas BAZNAS untuk melakukan penghimpunan dana zakat.

57 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik, 139-140.

58 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik, 141-144.

(40)

Kedua, Kemampuan Adaptasi atau fleksibilitas. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apakah program dan strategi yang diterapkan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar atau tidak, misalnya penggunaan teknologi sesuai perkembangan zaman yang memberi kemudahan kepada masyarakat yang ingin menyalurkan dananya melalui BAZNAS, dan juga melalui kebijakan-kebijakan atau cara-cara yang digunakan oleh BAZNAS dalam penghimpunan dan penyaluran dana zakat pada masyarakat sekitar.

Ketiga, Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja bisa diukur dari respon atau penilaian para muzakki terhadap kinerja para petugas zakat, apakah petugas menjalankan tugasnya dengan baik sehingga para muzakki merasa puas akan kinerjanya atau tidak.

Keempat, Pencarian Sumber Daya. Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia, sarana, dan prasarana maupun pembiayaan, yang sagat menentukan keberhasilan organisasi dalam menjalankan tugasnya atau beroperasi dengan baik dalam mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan strategi layanan distribusi zakat, faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian target BAZNAS dari strategi ini. Dengan tersedianya sumber daya

(41)

manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang cukup memadai, maka pelaksanaan strategi layanan distribusi zakat akan dapat berjalan dengan baik.

Jadi, efektivitas dari strategi layanan distribusi zakat adalah seberapa besar penghimpunan dan penyaluran dana zakat yang diperoleh oleh BAZNAS, dan dari tahun ke tahun penghimpunan tersebut mengalami kenaikan, serta target dan tujuan yang ditentukan oleh BAZNAS. Selain dari peningkatan dana yang dihimpun, efektivitas juga diukur dari kepuasan para muzakki terhadap kinerja para petugas layanan penghimpunan dan distribusi zakat sehingga diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan muzakki yang menyalurkan dananya melalui BAZNAS. Ukuran yang lain adalah tersedianya tenaga kerja ahli, serta sarana dan prasarana yang mendukung dalam melakukan strategi layanan jemput zakat.

b. Distribusi Dana Zakat

Kekayaan dan harta dalam Islam tak dibenarkan terpusat pada satu indivdu atau sekelompok orang kaya tertentu, sebab bisa mengendalikan hajat hidup orang banyak, menjadi pengatur kehidupan manusia serta menjadi penentu harga barang,59 terlebih-lebih dalam pendistribusian zakat.

59 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam (Jakarta:

Erlangga, 2009), 48.

(42)

Distribusi akar katanya berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang berarti pembagian atau penyaluran,60 pembagian atau pengiriman barang atau jasa kepada beberapa orang atau tempat.61 Pendistribusian juga bermakna pembagian, penyaluran, atau pengiriman barang-barang dan sebagainya kepada orang banyak atau beberapa tempat.62

Aktivitas distribusi merupakan pertukaran atau perpindahan suatu komoditas dalam alur tertentu dari pihak tertentu ke pihak lainnya dengan tanpa konpensasi sebagai indera penukar komoditi.63 Kegiatan distribusi tak hanya berlaku pada dunia usaha semata, tapi pula bisa dikerjakan dalam rutinitas ibadah dan dana sosial seperti infaq zakat, dan sedekah yang bisa anggap sebagai redistribusi.

Menurut Kotler distribusi merupakan serangkaian organ yang saling saling terkait yang terjadi dalam suatu proses untuk mengakibatkan produk atau jasa yang pergunakan atau dikonsumsi.

Dalam hal ini distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.64

60 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustka, 2005), 269.

61 Idri, Hadist Ekonomi (Ekonomi dalam Prespektif Hadist Nabi) (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), 128.

62 Meity Taqdir Qadratillah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 100.

63 Mufti Afif dan Sapta Oktiadi, “Efektivitas Distribusi Dana Zakat Produktif dan Kekuatan Serta Kelemahannya Pada BAZNAS Magelang”, Islamic Economic Journal 4, Nomor 2, (Desember 2018): 140.

64 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Andi, 2001), 185.

(43)

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memper

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DANA ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) DI KOTA

Tujuan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS Kota Mataram adalah: 1 Mewujudkan manajemen pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah yang transparan,

Strategi yang di tempuh untuk mengatasi kesenjangan antara potensi dan penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Baubau Sulawesi Tenggara yaitu dengan melakukan

Pendayagunaan dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bengkulu Utara belum bisa berjalan dengan lancar di karenakan faktor internal dan eksternal, yaitu dari

Cara Mengatasi Kendala Pendistribusian Dana Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kecamatan IV Jurai Dalam mengatasi kendala yang dihadapi Baznas

Oleh karena itu, melihat dari beberapa hasil penelitian dan pemaparan data yang telah di uraikan oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya diatas,dari pihak BAZNAS (Badan Amil

Sistem Pendistribusian Dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Trenggalek.. Perumusan dari sistem pendistribusian yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil secara umum bahwa, pola pemberdayaan Badan Amil Zakat Kota dalam meningkatkan jumlah muzakki belum terlaksana dengan baik,