• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Andragogi dan Dialogis dalam

BAB III METODE PENELITIAN

B. Penerapan Metode Andragogi dan Dialogis dalam

Sombaopu Kabupaten Gowa sangat memadai meskipun masih ada yang diperlukan beberapa sarana dan prasarana yang mampu menunjang tercapainya kondisi pembelajaran yang ideal sebagai penunjang kualitas pendidikan.

B. Penerapan Metode Andragogi dan Dialogis dalam Meningkatkan

kemampuan dalam mengasah keterampilan. Beberapa resep yang boleh dipakai dalam menciptakan hasrat positif yaitu menetapkan siswa secara nyaman dan memposisikan siswa yang cocok saat pembelajaran berlangsung, meningkatkan partisipasi aktif pribadi siswa dan memakai media yang melahirkan kesan yang baik sembari menekankan ilmu pengetahuan serta menyiapkan fasilitator yang telaten dalam menerapkan proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Mendesaian proses pengajaran yang memuaskan siswa merupakan salah satu aspek lingkungan serta pengawasan turut menekankan rasa aman dan nyamannya proses pembelajaran di kelas.

Selain itu juga guru harus menciptakan motivasi dan menyiapkan siswa untuk meraih sukses melalui tanya jawab dan diskusi serentak mengasah keterampilan berpikir siswa. Sebagaimana dalam sebuah pernyataan bahwa metode bertanya merupakan teknik penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dan mesti dijawab, terutama dari guru kepada siswanya dan dapat pula dari siswa bertanya kepada gurunya (Djamarah, 1996). Pemikiran yang lain yang memiliki kesamaan menganggap bahwa metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab (Alipandie, 1985). Definisi yang sama juga memandang bahwa tanya jawab merupakan suatu cara menyampaikanbahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh murid pada saat itu juga,

metode tanya jawab ini dilakukan dengan cara lisan (Djajojodisastro, 1984).

Bertolak dari beberapa definisi di atas maka dapat dipahami bahwa metode tanya jawab merupakan suatu metode yang dimana sebagai guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswanya untuk dijawab dan sebalikya demikian pertanyaan menciptakan sugesti untuk menggiatkan pola berpikir siswa jika ada ketidak jelasan sesuatu agar memotivasi seseorang untuk berupaya memaknainya.

Observasi awal dilakukan pada bulan september 2013 dimana proses pembelajaran yang berlangsung di SMP Islam Terpadu Al-Fityan School Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa secara keseluruhan menggunakan metode caramah sebagaimana yang sering kita lihat dan ketahui bersama dan juga sudah menggunakan metode andragogi atau tanya jawab, akan tetapi masih sangat kurang dalam menerapkan metode dialogis atau diskusi, hal ini disebabkan karena siswa kelas VII atau kelas I SMP Islam Terpadu Al-Fityan School Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa masih sangat kurang terampil dalam berdebat dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan baik dari guru maupun dari siswa itu sendiri.

Tabel 5

Daftar jawaban responden tentang penerapan metode andragogi dan dialogis dalam proses pembelajaran

No Jawaban Frekuensi Persentasi %

1. Iya 10 45 %

2. Kadang-kadang 12 56 %

3. tidak 0 0 %

Jumlah 22 100 % Sumber Data: Hasil olah data dari angket nomor 01 tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa 10 siswa yang menjawab iya atau sering dengan persentasi 45 % dan 12 siswa yang menjawab kadang-kadang dengan persentasi 56 % serta tidak adanya siswa yang menjawab tidak pernah dengan persentasi 0 %.

Dapat diketahui hasil dari wawancara dengan guru bahwa sanya metode andragogi dan dialogis di SMP Islam Terpadu Al-Fityan School Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa sudah diterapkan meskipun tidak bisa dinafikan bahwa pada awal proses pembelajaran hanya metode ceramah yang sering digunakan oleh guru, namun seiring dengan berjalannya proses belajar mrngajar maka guru pun berinisiatif untuk mengajar dengan menggunakan metode andragogi dan dialogis demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Misalnya tanya jawab dengan cara guru memberikan stimulus kepada peserta didik atau siswa agar terbiasa bertanya dan kemudian hasil dari tanya jawab itulah yang dikembangkan menjadi bahan dialog atai diskusi untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada. Secara keseluruhan bisa kita lihat bahwa minat belajar siswa sebelum menggunakan metode andragogi dan dialogis masih sangat kurang, bahkan siswa cendrung diam guru saja dalam proses pembelajaran, sebaliknya minat belajar siswa setelah menerapkan metode andragogi dan dialogis maka ada

progresifitas yang sudah lumayan dan bahkan banyak diantara mereka yang sangat aktif dalam proses pembelajaran.

Tabel 6

Daftar jawaban responden tentang penerapan metode andragogi dan dialogis dalam peningkatan minat belajar siswa

No Jawaban Frekuensi Persentasi %

1. Iya 20 91 %

2. Kadang-kadang 2 9 %

3. tidak 0 0 %

Jumlah 22 100 %

Sumber Data: Hasil olah data dari angket nomor 02 tahun 2013 Sumber Data: Hasil olah data dari angket nomor 2

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa 20 siswa yang menjawab iya atau sering dengan persentasi 91 % dan 2 siswa yang menjawab kadang-kadang dengan persentasi 9 % serta tidak adanya siswa yang menjawab tidak pernah dengan persentasi 0 %.

Berdasarkan hasil pembicaraan dengan guru yang terkait dengan peningkatan minat siswa melalui penerapan metode andragogi dan dialogis adalah, siswa cukup mengalami perkembangan peningkatan minat belajar degan menggunakan metode tanya jawab dan diskusi, hal ini bisa terjadi karena metode yang diterapkan guru biasanya langsung bertanya kepada siswa yang kurang fokus dalam proses penerimaan pelajaran dan pembelajaran, akhirnya siswa yang lainnya juga ikut konsetrasi.

Tabel 7

Daftar jawaban responden tentang penerapan metode andragogi dan dialogis dalam menjalin komunikasi dan hubungan yang baik antara guru

dan siswa

No Jawaban Frekuensi Persentasi %

1. Iya 16 73 %

2. Kadang-kadang 5 23 %

3. tidak 1 4 %

Jumlah 22 100 %

Sumber Data: Hasil olah data dari angket nomor 03 tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa 16 siswa yang menjawab iya atau sering dengan persentasi 73 % dan 5 siswa yang menjawab kadang-kadang dengan persentasi 23 % serta 1 siswa yang menjawab tidak pernah dengan persentasi 4 %.

C. Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Penerapan

Dokumen terkait