BAB II. PAPARAN DATA DAN TEMUAN
B. Penerapan Model pembelajaran Problem Solving Di Kelas
42
6 Ruang Perpustakaan 1 ruang Baik
7 Ruang UKS 1 ruang Baik
8 Ruang Keterampilan 1 ruang Baik
9 Toilet Guru 1 ruang Baik
10 Toilet Siswa 3 ruang Baik
11 Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang Baik
12 Masjid/Mushola 1 ruang Baik
13 Kantin 1 ruang Baik
B.Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving di Kelas VIIIC MTs
43
tujuan supaya bisa memancing pemikiran siswa, agar mereka ikut berfikir juga terkait materi pelajaran. Jadi agar mereka tidak diam saja menunggu penjelasan dari guru, tetapi sebelumnya sudah ikut memikirkan materi yang akan mereka pelajari. Kemudian mereka nanti saya suruh menganalisis, dalam artian mengidentifikasi masalah yang ada dalam pertanyaan saya tadi.56
Berdasarkan hasil wawancara di atas, guru memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa dengan tujuan memancing para siswa agar ikut berfikir terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Setelah guru berhasil memancing pemikiran siswa, kemudian guru meminta siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan dalam pertanyaan tadi, yang permasalahan itu kemudian akan dicari pemecahan masalahnya oleh para sswa.
Apa yang dikatakan oleh Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu ketika guru memulai kegiatan inti pembelajaran, guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang pertanyaan itu adalah suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan siswa melakukan analisis terhadap pertanyaan yang diberikan guru tersebut. Pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa waktu itu adalah pertanyaan tentang bagaimana tata cara berhaji dan berumroh yang baik dan benar. Maksud guru memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut adalah untuk memancing pemikiran siswa, agar mereka mulai ikut aktif di dalam berfikir, tidak pasif dengan hanya menunggu informasi dari guru saja, sehingga dari permasalahan awal itu akan timbul permasalahan baru yang datang dari
56 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
44
siswa itu sendiri.57 Setelah pemikiran siswa dipancing, kemudian guru bertanya lagi kepada siswa, kira-kira permasalahan apa saja yang muncul dari pertanyaan pertama. Tak lama kemudian ada siswa yang menanyakan tentang bagaimana tata cara berhaji dan berumroh bagi orang yang sakit ?.
Selain itu, muncul lagi pertanyaan tentang mana yang lebih dulu di kerjakan, haji atau umroh ?.58
Fitri, salah satu siswa kelas VIIIC mengatakan:
Diawal kegiatan tadi, Ust Syai’un bertanya kepada kami tentang bagaimana tata cara berhaji dan umroh yang benar. Kemudian kami menjawab pertanyaan tersebut dengan membaca dari referensi yang sudah ada. Selanjutnya beliau bertanya lagi tentang apa yang belum kami pahami seputar materi haji dan umroh ?, kami pun bertanya kepada Ust Syai’un tentang bagaimana tata cara berhaji dan umroh bagi orang yang sedang sakit seperti orang yang pincang dan lain sebagainya, dan ada alagi yang bertanya tentang mana yang lebih dahulu di kerjakan, haji atau umroh.59
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa di atas, secara tidak langsung disitu para siswa telah mengidentifikasi beberapa permasalahan yang berkembang dari pertanyaan utama tadi. Jadi pada tahap ini guru meminta siswa untuk merumuskan beberapa pertanyaan tersebut dengan maksud agar para siswa ikut berfikir bagaimana cara menjawab pertanyaan tersebut dan bagaimana cara memecahkan permasalahannya.
Dalam tahap ini disebut dengan tahap identifikasi permasalahan.60 2. Tahap representasi/penyajian permasalahan
57 Observasi, Senin, 29 April 2019.
58 Observasi, Senin, 29 April 2019.
59 Fitri, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
60 Observasi, Senin, 29 April 2019.
45
Pada tahap penyajian permasalahan guru membantu siswa untuk merumuskan dan memahami masalah secara benar, sedangkan tugas siswa adalah merumuskan dan mengenali permasalahan tersebut.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, mengatakan bahwa:
Pada tahap penyajian masalah, anak-anak saya suruh menyajikan kembali permasalahan yang terkait dengan pertanyaan saya diawal tadi. Dalam artian, mereka sudah dapat merumuskan beberapa permasalahannya, jadi mereka nanti bisa tahu bagaimana cara membuat perencanaan untuk memecahkan masalah tersebut.61
Berdasarkan hasil wawancara di atas, guru melakukan penyajian permasalahan kepada siswa agar siswa mampu merumuskan dan memecahkan permasalahan tersebut dengan baik. Setelah guru berhasil memancing siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis pertanyaan awal, selanjutnya guru menyajikan permasalahan kepada para siswa sekaligus membantu siswa dalam merumuskan dan memahami permasalahan, agar siswa mampu merumuskan dan memahami permasalahan secara benar.62
Diperkuat oleh hasil observasi yang peneliti lakukan, cara guru melakukan penyajian permasalahan adalah dengan membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 siswa dalam 1 kelompok dengan kemampuan siswa yang heterogen. Dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda di dalam anggota kelompok, maka diharapkan nantinya para siswa dalam satu kelompok tersebut bisa bekerja sama dengan baik dan bisa saling membantu satu sama lain agar para siswa mampu merumuskan dan mengenali suatu
61 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
62 Observasi, Senin, 29 April 2019.
46
permasalahan yang sedang dihadapinya. Dan setiap anggota kelompok tersebut sudah diatur dan ditentukan oleh guru mata pelajaran fiqih.63
Daftar Kelompok Belajar
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Ketua: Ketua: Ketua:
1 Nurhayati 1 Fitriani 1 Sabila Zayana
2 Bela Indah Sari 2 Siti Suhartina 2 Alika Sabania 3 Riska Arisanti 3 Baiq Titin Ayu 3 Isnaini
4 Miftahul Jannah 4 Vera Muliana 4 Novia Sari 5 Wira Wirianti 5 Anisa Handini 5 Nidaullatifa
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Ketua: Ketua: Ketua:
1 Linda Sulistiani 1 Nina Malik Idrus 1 Najwa Nindita 2 Rina Noviana 2 Raodatul Hidayah 2 Atmim Lana 3 Ayu Larasati 3 Nadia Firdausi 3 Gina Agustina 4 Lina Darmawati 4 Wulandari 4 Luna Kasmawati 5 Nina Ayu Rizki 5 Via Sofia 5 Dian Lestari
Cara guru dalam membentuk kelompok tersebut efektif. Dengan komposisi anggota kelompok yang seperti itu, proses pembelajaran di dalam berdiskusi menjadi lebih hidup. Karena kemampuan disetiap kelompok menjadi merata dan tidak ada kelompok yang tertinggal, sehingga mereka semua bisa melakukan kerjasama dengan baik.
Fitri salah satu siswa kelas VIIIC mengatakan:
63 Observasi, Senin, 29 April 2019.
47
Cara Ust Syai’un dalam membagi kelompok bagus sekali, beliau menyuruh siswa yang mendapat ranking 1 sampai 5 menjadi ketua di masing-masing kelompoknya. Jadi, kemampuan siswa di tiap kelompoknya menjadi sama rata, tidak ada kelompok yang menonjol dan tertinggal.64
3. Tahap perencanaan pemecahan
Tahap yang ketiga adalah tahap perencanaan pemecahan, yaitu siswa melakukan perencanaan untuk memecahkan permasalahan yang telah disajikan tadi. Dimana peran guru pada tahap ini ialah memimbing siswa dalam melakukan perencanaan pemecahan permasalahan agar para siswa mampu melakukan perencanaan pemecahan masalah secara baik dan benar.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, mengatakan bahwa:
Pada tahap perencanaan pemecahan, mereka saya suruh untuk menggali jawaban dari referensi yang sudah ada, walaupun mungkin referensi yang ada kurang lengkap. Dan para siswa harus bisa bekerja sama untuk membuat suatu perencanaan pemecahan masalah. Mereka harus bisa saling membantu satu sama lain, menghargai pendapat temannya yang lain, sehingga dengan begitu nantinya akan terbentuk sebuah perencanaan pemecahan masalah yang tepat.65
Berdasarkan hasil wawancara di atas guru meminta siswa untuk mencari jawaban dari referensi yang ada. Dan guru mengharapkan para siswa bekerja sama dengan kelompoknya masing-masing untuk membuat suatu perencanaan pemecahan masalah. Agar perencanaan pemecahan masalah yang dibuat nantinya bisa tepat.
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh hasil observasi yang telah peneliti lakukan, setelah siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya, guru memberikan instruksi dan mengawasi kegiatan diskusi yang dilakukan oleh
64 Fitri, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
65 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
48
setiap kelompok. Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang telah disajikan dengan cara mencari informasi di buku LKS, buku paket dan sumber belajar lainnya yang terkait dengan materi berhaji dan umroh. Selanjutnya setiap kelompok berdiskusi untuk mencari pemecahan permasalahan yang telah disajikan pada tahap penyajian permasalahan tadi. Dan guru tetap megawasi dan membimbing para siswa selama proses perencanaan pemecahan agar para siswa tidak bermain-main dalam kegiatan pembelajaran.66
Tahap perencanaan disini adalah bagaimana anak-anak diminta untuk merencanakan kira-kira solusi apa yang menjadi jawaban dari suatu permasalahan tadi. Biasanya terkait dengan tahapan ini anak-anak diminta untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber-sumber belajar. Dari hasil observasi peneliti, hal ini pun juga dilakukan di kelas VIIIC dimana guru meminta anak-anak untuk mencari solusi ataupun jawaban dari permasalahan yang telah disajikan tadi melalui buku ataupun sumber- sumber lain yang menunjang untuk kemudian mereka diskusikan. Dan terlihat anak-anak antusias, mereka tidak ada yang mengantuk, namun pada tahap ini, masih terlihat adanya kebingungan dari siswa, karena pada tahap ini banyak siswa yang bertanya kepada guru, tentang pendapat mereka, ini bagaimana, kira-kira boleh atau tidak, dan lain sebagainya.67
Isnaini, salah satu siswa kelas VIIIC mengatakan bahwa:
66 Observasi, Senin, 29 April 2019.
67 Observasi, Senin, 29 April 2019.
49
Pada tahap ini kami merasa kesulitan untuk mencari jawaban dari permaslahan-permasalahan tadi, karena buku yang kami gunakan untuk mencari jawaban sangat kurang, karena itu kami masih bingung dan ragu dengan jawaban akan kami jelaskan nanti mungkin kurang lengkap.68
Pada tahap ini para siswa mengalami kesulitan dalam mencari solusi atau jawaban dari permaslahan yang telah disajikan, karena minimnya referensi yang menjadi sumber eksplorasi untuk menemukan jawaban yang tepat dan lengkap, yaitu yang sesuai dengan Al-Qur’an, Hadits maupun pendapat para Ulama’.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, mengatakan bahwa:
Pada tahap diskusi kelompok, pada saat mereka membuat perencanaan pemecahan masalah, mereka sering bertanya ke saya, mereka bertanya kalau seperti ini boleh pak ?. dan pertanyaan mereka itu berbeda-beda. Saya jawab boleh, itu kan pendapat kalian, yang penting satu kelompok bisa kompak, nanti setelah presentasi akan saya luruskan kembali terkait jawaban kalian ini.69
4. Tahap menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan
Tahap yang keempat yaitu adalah tahap menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan yang telah didiskusikan oleh siswa.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, mengatakan bahwa:
Setelah mereka selesai berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, mereka saya suruh untuk mencatat hasil diskusinya tadi dalam
68 Isnaini, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
69 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
50
bentuk rangkuman. Yang saya maksud hasil diskusi disini adalah hasil pemecahan dari masalah yang telah saya berikan tadi di awal yang berupa sebuah pertanyaan tadi. Dan yang mencatat bukan hanya perwakilan kelompok saja, tetapi semua anggota dalam kelompok saya suruh untuk mencatat rangkuman dari hasil diskusinya tadi. Karena jawaban dari permasalahan tadi adalah termasuk materi mereka juga. Jadi apabila dijadikan rangkuman, maka nanti mereka akan mudah di dalam mempelajarinya dan akan mudah pula apabila mau dipresentasikan. Dan nanti saya suruh mengumpulakan di akhir pembelajaran.70
Berdasarkan hasil wawancara di atas, guru meminta siswa untuk menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan yang telah di diskusikan oleh siswa. Jadi pada tahap ini tugas siswa adalah menerapkan dan mengimplementasikan perencanaan permasalahan yang telah dibuat dari hasil diskusi yang mereka lakukan dengan anggota kelompok masing- masing.
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, pada tahap ini guru mengontrol dan juga mengawasi jalannya diskusi siswa. Jadi pada tahap ini, guru berkeliling disetiap kelompok untuk memberikan pengarahan kepada siswa kira-kira dari perencanaan permasalahan yang telah dibuat oleh siswa tadi, apakah sesuai apabila diterapkan atau diimplementasikan untuk memecahkan suatu permasalahan yang telah disajikan. Jadi disitu guru membantu siswa agar dapat mengimplementasikan perencanaan dengan tepat, yang sesuai dengan Al- Qur’an, Al-Hadits maupun hasil Ijtima’ para ulama. Dengan begitu, maka kebingungan para siswa dapat teratasi, sehingga mereka menjadi lebih
70 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
51
semangat berdisukusi untuk memecahkan suatu masalah sampai kemudian mereka menemukan jawaban dari permasalahan tersebut.71
Adapun jawaban itu mereka tulis secara bersama-sama, kemudian semua siswa dalam satu kelompok itu membuat catatannya masing-masing, agar setiap siswa mempunyai jawabannya sendiri ketika melakukan presentasi nanti. Dan itu merupakan perintah dari guru guru mata pelajaran Fiqih.72
5. Tahap menilai perencanaan
Tahap yang kelima yaitu tahap menilai perencanaan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memeriksa kembali hasil perencanaan pemecahan yang telah mereka buat. Agar jawaban siswa bisa lebih maksimal.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, mengatakan bahwa:
Pada tahap menilai hasil perencanaan, itu masih mereka lakukan dengan cara berdiskusi, kemudian mereka menyatukan pendapat mereka tentang perencanaan untuk memecahkan permasalahan yang telah saya berikan. Kemudian anak-anak saya minta untuk mengoreksi kembali dari hasil jawaban mereka, agar perencanaan permasalahan yang telah mereka buat bisa lebih baik.73
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa guru membimbing para siswa dalam melakukan penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah. Sedangkan tugas siswa adalah melakukan penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan tadi.
71 Observasi, Senin, 29 April 2019.
72 Observasi, Senin, 29 April 2019.
73 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
52
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, setelah para siswa berdiskusi dan mengumpulkan pendapat mereka tentang perencanaan untuk memecahkan permasalahan tentang bagaimana tata cara berhaji dan umroh untuk orang yang sakit ? dan mana yang lebih dulu dikerjakan, haji atau umroh ?, para siswa langsung merasa puas dengan jawabannya, tanpa menilai kembali jawaban yang telah mereka diskusikan.
Padahal pada waktu itu guru menginstruksikan kepada siswa agar menilai kembali perencanaan yang telah mereka buat, dalam artian mengoreksi kembali perencanaan pemecahan tersebut agar jawaban mereka bisa lebih maksimal.74
6. Tahap menilai hasil pemecahan
Tahap keenam yaitu, tahap menilai hasil pemecahan. Dimana kegiatan guru disini adalah melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah yang telah dibuat oleh siswa. Dan kegiatan yang dilakukan siswa disini adalah melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka buat sendiri.
Ust Syai’un selaku guru mata pelajaran Fiqih, yang mengatakan bahwa:
Setelah mereka selesai berdiskusi dan merangkum, mereka saya minta untuk maju mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan kelompoknya. Tetapi yang saya suruh disini hanya perwakilan dari setiap kelompoknya saja, karena untuk mengefektifkan waktu. Selain itu, hal tersebut juga saya lakukan untuk melatih mental keberanian siswa berbicara di depan kelas. Saya juga menyampaikan ke mereka yang berani maju akan mendapatkan nilai tambahan.75
74 Observasi, Senin, 29 April 2019.
75 Syai’un, Guru Fiqih, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
53
Berdasarkan hasil wawancara di atas ternyata sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa setelah para siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, maka selanjutnya mereka dipersilahkan maju oleh guru mata pelajaran Fiqih untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dihadapan teman-temannya. Dan berdasarkah hasil observasi yang peneliti lakukan, yang maju untuk presentasi hanyalah perwakilan dari masing-masing kelompok saja, yaitu cukup satu dari perwakilan setiap kelompok, karena untuk menghemat waktu. Selain itu, hal tersebut memang sudah diatur oleh guru mata pelajaran Fiqih dengan tujuan untuk melatih mental keberanian siswa agar terbiasa berbicara di depan kelas, dihadapan teman-temannya. Dan yang berani maju untuk mewakili kelompoknya akan mendapatkan nilai tambahan dari guru.76Sementara untuk siswa yang tidak kebagian untuk maju sebagai perwakilan kelompoknya, mereka bisa menambah nilai dengan cara ikut aktif di dalam berdiskusi, yaitu bisa dengan bertanya, menyanggah, ataupun membantu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain.77
Dalam proses presentase ini, ada dua permasalahan yang di bahas:
Pertama adalah bagaimana tata cara berhaji dan umroh bagi orang yang sakit ? kemudian Ust Syai’un menunjuk kelompok 1 untuk menjawab permasalahan pertama.
Nurhayati, sebagai perwakilan kelompok 1 menjawab:
76 Observasi, Senin, 29 April 2019.
77 Observasi, Senin, 29 April 2019.
54
Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 97 yang artinya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam. Pada dasarnya haji hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu, lalu apakah orang yang sakit tetap harus menunaikan haji dan umroh ?. jadi, mampu disini tidak hanya mampu dalam hal masih sehat saja, akan tetapi juga mampu dalam artian mempunyai cukup uang untuk pergi ke Baitullah. Jika orang tersebut mempunyai cukup uang untuk pergi, namun ia sedang sakit atau sudah tua, maka ia boleh diwakilkan oleh orang lain seperti anaknya atau keluarganya yang lain.78
Selanjutnya Ust Syai’un meminta kepada kelompok lain untuk menyanggah ataupun menambahkan jawaban dari kelompok 1.
Fitri sebagai perwakilan kelompok 2 menambahkan jawaban dari kelompok 1, ia mengatakan bahwa:
Di dalam tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa, barangsiapa yang tertimpa penyakit yang menghalangi dari berhaji atau umroh yang tidak ada harapan sembuh sedang ia mempunyai cukup uang untuk menunaikannya, maka dia harus mencari pengganti untuk menghajikan dirinya. Sementara kalau dia terkena penyakit yang ada harapan untuk sembuh, maka ditunggu sampai sembuh hingga kemudian menunaikan sendiri. Dan tidak diperbolehkan mewakilkan kepada orang untuk menghajikan dirinya.79
Permasalahan yang kedua yaitu adalah mana yang lebih utama dikerjakan, haji atau umroh ?
Ust Syai’un meminta kelompok yang belum menjawab untuk maju ke depan menjelaskan bagaimana solusi dari permasalahan tersebut.
Kemudian Isnaini sebagai perwakilan dari kelompok 4 maju dan menjawab:
Ibadah haji lebih utama daripada umroh, meskipun umroh itu dilaksanakan ketika Ramadhan, tapi keutamaanya tidak bisa
78 Nurhayati, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
79 Fitri, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
55
menggantikan haji. Seperti sabda Rasulullah SAW: “siapa yang haji dan tidak melakukan rafats atau tindakan kefasikan, maka ia kembali dalam kondisi seperti bayi yang baru dilahirkan”. Rasulullah SAW juga menetapkan haji merupakan amalan paling utama setelah jihad si sabilillah. Sehingga jumhur ulama menyatakan wajib hukumnya bagi orang yang sudah mampu untuk melaksanakan haji sesegera mungkin.80
Kemudian Lina sebagai perwakilan dari kelompok 3 menyanggah jawaban dari kelompok 4 tersebut, ia mengatakan:
Boleh saja seorang muslim mendahulukan umroh sebelum berhaji, sebagaimana Rasulullah SAW dahulu pernah melakukan umroh tiga kali sebelum menunaikan haji. Dan juga walaupun kita mampu untuk melaksanakan haji, tapi di Indonesia tidak bisa secara langsung untuk menunaikan haji kecuali harus menunggu beberapa tahun dulu. Oleh karena itu boleh saja ia melaksanakan umroh terlebih dahulu sebelum menunaikan ibadah haji.81
Dari pendapat itulah ada siswa lain yang bersikap pro dan kontra terhadap pendapat tersebut. Namun diakhir presentasi, guru menengahi dan meluruskan pendapat dari para siswa. Dan setelah itu guru memberi wawasan tambahan kepada siswa seputar materi yang telah mereka diskusikan.82
Dari beberapa tahapan model problem solving di atas, berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, tahap yang paling sulit adalah pada tahap perencanaan pemecahan. Karena pada tahap perencanaan pemacahan ini banyak siswa yang bertanya kepada guru tentang pendapat mereka ini bagaimana, kira-kira boleh apa tidak, dan lain sebagainya. Para siswa merasa kesulitan pada tahap ini, jadi pada tahap ini muncul beberapa pertanyaan siswa yang diajukan kepada guru. Dan ada dua tahapan yang penerapannya yang
80 Isnaini, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
81 Lina, Siswa, Wawancara, Senin, 29 April 2019.
82 Observasi, Senin, 29 April 2019.
56
masih kurang maksimal, yaitu tahap menilai perencanaan dan tahap menilai hasil pemecahan. Hal tersebut dikarenakan pengawasan dari guru pada dua tahapan tersebut juga terlihat masih kurang maksimal. Artinya guru memang memberi instruksi kepada siswa untuk melakukan penilaian perencanaan dan juga penilaian hasil pemecahan, namun pada saat tersebut guru tidak terlalu mengontrol dan mengawasi siswa, sehingga membuat para siswa langsung merasa puas begitu saja dengan jawabannya dan enggan untuk mengoreksi kembali.83
C.Faktor Pendukung dan Penghambat Model Pembelajaran Problem