• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Penerimaan adalah produk dari kuantitas produksi dan harga jual. Dalam menghasilkan sebuah barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama yaitu seorang pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, yaitu biaya (cost) dan pendapatan. Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksinya.

Petani menambahkan produksinya jika setiap tambahan produksi meningkatkan jumlah penerimaan yang diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya (Astuti, 2018).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua biaya yang digunakan dalam suatu usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh petani, sehingga semakin tinggi jumlah produksi, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh (Astuti, 2018).

Pendapatan adalah hasil pertanian, yaitu hasil kotor (gross) dengan produksi yang dinilai secara tunai, kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran untuk mendapatkan pendapatan bersih dari usahatani. Pendapatan dalam pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang sesudahnya pengurangan biaya selama kegiatan usahatani (Syahputra, 2019).

Menurut Sadono Sukirno dalam teori ekonomi mikro bahwa pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya input atau jasa produktif. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendapatan adalah segalanya dari perolehan muncul dari kedua biaya input dan total produksi dihasilkan untuk semua produksi dalam perekonomian jangka panjang tertentu (Syahputra, 2019).

Pendapatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Harga dan pendapatan

17 adalah faktor yang menentukan ukuran permintaan barang dan jasa. Pendapatan menurut pengertian umum adalah balas jasa yang diterima oleh seseorang individu setelah melakukan pekerjaan atau nilai barang dan jasa yang diterima seseorang melebihi hasil penjualannya (Syahputra, 2019).

Besarnya pendapatan yang diterima petani merupakan jumlah pendapatan dan pengeluaran selama proses produksi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima petani antara lain skala usahatani, ketersediaan modal, tingkat harga output, ketersediaan tenaga kerja, sarana transportasi, dan sistem pemasaran (Syahputra, 2019).

2.6 Analisis Break Even Point (BEP)

Analisia Break Even Point (BEP) atau titik impas sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan atau produksi. Hubungan tersebut juga dikenal dengan Analisa C.B.V (Cost Profit Volume) untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Ratih, 2020).

Soekartawi (2016) mengemukakan bahhwa Break Even Point (BEP) tidak lain adalah Kembali pokok, pulang pokok, impas; yang maksudnya adalah tidak untung dan tidak rugi. Titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah sauati titik atau kondisi saat tingkat volume penjualan (produksi) tertentu dengan harga penjualan tertentu, perusahaan tidak mengalami laba atau

18 rugi. Dengan kata lain, Kembali pokok artinya seluruh penghasilan sama besar dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan.

Manfaat analisis Break Even Point (BEP) dapat ditarik kesimpulan bahwa sangat berguna dalam aktivitas perusahaan menjalankan produktivitas dalam pengambilan kebijakan yang berdampak langsung bagi keseimbangan perusahaan.

Pada dasarnya dalam memutuskan asumsi dasar diperlukan penggolongan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel untuk menghasilkan suatu produk yang di jual (sales mix) harus dapat diklasifikasikan dan diukur secara realistik sebagai biaya tetap dan biaya variabel (Andrianto et. al., 2016).

2.7 Konsep Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu dan untuk melihat seberapa efektif pengelolaan dari perusahaan secara keseluruhan. Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efisiensi penggunaan barang perusahaan (kelompok aset perusahaan) yang terkait dengan penjualan yang dihasilkan (Hasanah, 2020).

Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi itu terdiri dari tingkat pengembalian aset (return on total assets) dan tingkat pengembalian ekuitas. Rasio profitabilitas merupakan hubungan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keutungan melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti aktivitas penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Asfahani, 2020).

19 Keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan dan menguragi biaya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat dan mengembangkan bisnis. Perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan jika perusahaan mampu memperluas pangsa pasar untuk produknya (Hasanah, 2020). Untuk melihat keuntungan bersih yang dihasilkan perusahaan digunakan rasio Net Profit Margin (NPM) sebagai tolak ukur untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan (Hasanah, 2020).

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) dalam Hasanah (2020), Net Profit Margin Margin adalah perbandingan laba bersih dan penjualan. Rasio ini penting bagi manajer operasi karena dapat menggambarkan strategi penetapan harga penjualan perusahaan dan kemampuan untuk mengendalikan biaya operasional. Net Profit Margin menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih dari setiap penjualan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik karena dinilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang cukup tinggi.

NPM merupakan bagian dari rasio profitabilitas atau pengukuran keuntungan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini umumnya diambil dari laporan keuangan laba rugi (Hasanah, 2020). Ada beberapa macam rasio profitabilitas yaitu:

1. Gross Profit Margin, menggambarkan persentase laba yang dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan. GMP diperoleh dengan cara membandingkan gross profit dengan revenue.

2. Operating Margin, mencerminkan kemampuan perusahaan manajemen mengubah aktivitasnya menjadi laba operating margin.

20 3. Profit Margin, mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba neto dari setiap penjualan.

4. Return on Equity (ROE), mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah uang yang ditanamkan.

5. Return on Assets (ROA), mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan atas setiap rupiah uang yang ditanamkan dalam bentuk aset.

Menurut Weston dan Brighan dalam Hasanah (2020) semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase laba rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko (Hasanah, 2020).

Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan tersebut profitable atau tidak (Hasanah, 2020).

21 2.8 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Tabel 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam menunjang penelitian ini adalah:

No Judul Penelitian Metode Analisis Data

Hasil Penelitian 1 Pendapatn dan

Efesiensi Usahatani Sayur Hidroponik (Romain Lettuce) Menggunakan Sistem Nft dan Sistem rakit Apung (Joko Sujatmiko, et.

al., 2021)

Analisis R/C Ratio

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menanam selada dengan sistem NFT dan rakit apung cukup menguntungkan, dengan sistem NFT rata-rata penerimaan pendapatan sebesar Rp. 1.922.444, pendapatan Rp. 1.790.722 dan total biaya Rp. 3.931.500.

begitu pula dengan sistem rakit apung memperoleh rata- rata penerimaan pendapatan sebesar Rp. 541.667, pendapatan Rp. 487.361, dan total biaya Rp. 882.084.

2 Analisis Pendapatan

Usahatani Sayuran Hidroponik di Malang Jawa Timur (Juliana Carolina Kilmanun dan Ratih Kusumasari Ndaru, 2020)

Deskriptif kualitatif dan studi kasus

Hasil penelitian menunjukka bahwa pada umumnya sayuran yang diusahakan adalah selada hijau, pakcoy, sawi, bayam, dan kangkong.

Pendapatan kelima jenis sayuran sebesar Rp. 1.875.550 dengan keuntungan Rp.

1.251.260.

22 3 Analisis

Pendapatan dan Pemasaran Sayuran Hidroponik di Kota Mataram (Ismaini, 2018)

Metode deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani sayuran hidroponik di kota mataram dengan rata- rata luas lahan garapan sebesar 0,9 are menghasilkan pendapatan sebesar Rp.

1.548.668.

4 Analisis

Keuntungan dan Rentabilitas Usaha Selada Hidroponik

di Azzahra

Hidroponik Kota Tarakan (Anang Sulistyo dan Ana Marsela, 2021)

Analisis keuntungan dan analisis rentabilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentabilitas keuntungan yang di dapatkan oleh Azzahra Hidroponik dalam satu kali produksi yaitu sebesar 69,95% yang artinya setiap modal yang dikeluarakan sebesar Rp.

514.848 akan menghasilkan keuntungan sebesar 69,95%.

5 Analisis Pendapatan

Usahatani Sayuran Hidroponik Pada Greenhouse

Kendangsari Kota Surabaya (Rieska Maharani, et. al., 2022)

Metode

kualitatif dan deskriptif, analisis efisiensi biaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya sayur sudah efisien, dengan hasil biaya dan pendapatan mencapai tingkat efisien untuk kangkung sebesar 1,77, sawi sebesar 1,25, dan pakcoy sebesar 1,51.

23 6 Analisis

Pendapatan Usahatani Sayur- Sayuran Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhin ya Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (Dara Azzura, et. al., 2017)

Metode Survey, Purposive Sampling, metode analisis pendapatan dan analisis fungsi Cobb-Douglas.

Hasil penelitian menunjukkan usahatani sayuran di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dapat memberikan pendapatan yang layak bagi petani. Hal ini dapat dilihat pada nilai R/C Ratio, dimana R/C pada sayuran bayam sebesar 1,65, R/C pada sayuran kangkung sebesar 1,60 dan R/C pada sayuran sawi sebesar 1,76, dimana R/C > 1, artinya bahwa usahatani sayur- sayuran di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar dinilai layak untuk diusahakan dan dapat memberikan keuntungan bagi pengelola usaha.

7 Analisis Kelayakan Usahatani Sayuran

Hidroponik di Kota Mataram (RSS Putri, et.

al., 2019)

Metode

deskriptif dan purposive sampling

(1) Sayuran hidroponik di Kota Mataram yang diproduksi diantaranya basil 36,75 kg dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 511.848; selada keriting 37,25 kg dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 268.964;

selada merah 86 kg dengan pendapatan sebesar Rp 2.143.914; pakcoy 150 kg

24 dengan pendapatan sebesar Rp 256.297. (2) Kelayakan usahatani sayuran hidroponik di Kota Mataram berdasarkan BEP pada sayuran basil diperoleh BEP harga Rp 22.322/kg, BEP produksi 23 kg, nilai R/C 1,53, ROI 53,18

%; selada keriting dengan BEP harga Rp 19.030/kg, BEP produksi 27 kg, R/C 1,33 dan ROI 32,86 %; selada merah diperoleh BEP harga Rp 10.071/kg, BEP produksi 25 kg, R/C 3,48, ROI 247,54

%, pakcoy dengan nilai BEP harga Rp 8.291, BEP produksi 124 kg, R/C 1,21 dan ROI 20,61 %. Nilai BEP lebih kecil dari nilai rata-rata yang berlaku, nilai R/C > 1, nilai ROI > 3,00%.

25 8 Analisis Nilai

Tambah Hasil Budidaya Sawi Hidroponik Sistem Wick

Pada Masa

Pandemi Covid

19 (RD

Mulyningtiyas dan Lina Saptria, 2021)

Deskriptif Analisis

Nilai tambah budidaya sayur sawi hidroponik sistem wick pada masa pandemic covid 19 bahwa total biayanya sebesar Rp. 404.400, jumlah penerimaan Rp. 720.000, nilai keuntungan Rp. 315.600, sedangkan nilai tambah dari kegiatan budidaya sawi hidroponik nilai tambah yang diperoleh dari sayuran hidroponik adalah sebesar Rp.

68.000/kg. Sedangkan rasio nilai tambah sawi hidroponik adalah 38,20% artinya 38,20 persen dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari usaha budidaya sayuran hidroponik.

9 Strategi

Pengembangan Usaha Agribisnis Hidroponik (Studi Kasus:

CV. Foodscaping Indonesia,

Kabupaten Bone) (Zulfikri, 2021)

Analisis Perancangan dan

Pengembangan Agrosistem (APPAS)

Strategi pengembangan usaha hidroponik untuk CV.

Foodscaping Indonesia yaitu memperbaiki manajemen produksi, melakukan perekrutan tenaga kerja yang terampil, melakukan perwatan instalasi dan peralatan dengan baik, serta meningkatkan upaya promosi langsung maupun melalui media sosial

26 10 Analisis

Usahatani Selada Romaine

Hidroponik Rakit Apung Pada Kelompok Tani BR Lembang Jawa Barat (Ridho Utama, et. al., 2018)

Kuantitatif analisis usahatani

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

penerimaan dan pendapatan usahatani selada romaine hidroponik rakit apung pada kelompok tani Budi Rahayu menguntungkan bagi para petani anggota, (2) pendapatan usahatani selada romaine R/C rasio sebesar 1,58 dan B/C rasio sebesar 0,58 menunjukkan layak dan menguntungkan bagi para petani, (3) perhitungan nilai BEP unit sebesar 157,87 Kg dan BEP rupiah sebesar Rp 1.894.453 pada keadaan titik

impas tersebut

menunujukkan usaha tidak untung dan tidak rugi

2.9 Kerangka Pikir

Usahatani sayuran hidroponik adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya yang dimiliki petani agar berfungsi secara efesien dan efektif serta memperoleh manfaat dari sumber daya tersebut untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dari waktu ke waktu dengan menggunakan hidrponik untuk membudidayakan sayuran. Sayuran hidroponik adalah sayuran yang ditanam tanpa menggunakan media tanam dari tanah atau bisa juga disebut tanaman sayuran

27 menggunakan substrat air yang mengandung campuran nutrisi. Terbatasnya lahan pertanian dan juga berkurangnya tingkat kesuburan tanah menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas sayuran yang diproduksi. Sayuran hidroponik merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut, sayuran yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan sayuran konvensional namun biaya yang diperlukan cukup besar.

Produksi usahatani dapat diartikan sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditas untuk kebutuhan masyarakat. Dalam proses produksi untuk menambah manfaat dan guna maka perlu dilakukan proses mulai pengadaan bibit dan dipelihara untuk mendapatkan mafaat serta hasildari komoditas pertanian.

Biaya produksi merupakan bagian penting dari anggaran produksi dikeluarkan untuk biaya operasional dan dibutuhkan pada saat ushatani masih berlangsung di mana biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Sedangkan pendapatan atau disebut juga dengan keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dan total pendapatan, dimana biaya itu sendiri terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Analisis Break Even Point (BEP) dapat diketahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya variabel, biaya tetap serta laba dan rugi. Analisa ini juga mempelajari seberapa besar biaya dan volume penjualan akan berpengaruh jika ada kenaikan atau perubahan laba, Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan

28 Profitabilitas adalah kemampuan suatu usahatani atau bisnis dalam memperoleh keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penentuan profitabilitas ushatani sayuran hidroponik digunakan Net Profit Margin (NPM), yaitu dengan membagi laba bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan sayuran organik dikalikan seratus persen.

Berdasarakan latar belakang landasaran teori maka disusun kerangka pikir Analisis profitabilitas usahatani sayuran hidroponik (Studi Kasus Rumah Hidroponik) di Desa Pallangga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema kerangka pikir Usahatani Sayuran Hidroponik

Produksi

Biaya Usahatani Penerimaan Usahatani

Pendapatan Usahatani

Profitabilitas

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hidroponik di Desa Pallangga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2022.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Informan merupakan orang-orang yang dianggap mengetahui benar suatau fenomena yang menjadi objek peneltian, sehingga dapat membantu penelitian dalam mendapatkan informasi data yang dibutuhkan dalam penelitian (A’tia, 2019).

Metode yang dilakukan untuk menentukan informan yaitu secara purposive (sengaja). Informan yang dipilih adalah pemilik usaha sayuran hidroponik sebagai kunci informasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke tempat penelitian yaitu di Desa Palllangga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Selain itu, data primer berupa wawancara dapat dilakukan apabila diperlukan untuk melengkapi informasi tentang objek penelitian yaitu usahatani sayuran hidroponik.

30 3.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan terhadap disertasi, tesis, jurnal ilmiah, makalah dan media elektronik (website resmi suatau lembaga/instansi e-book, pdf, serta menggunakan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan didalam peneitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu:

3.4.1 Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap apa yang ada di Rumah Hidroponik yang berkaitan dengan penelitian.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada pemilik dan tenaga kerja Rumah Hidroponik untuk memperoleh informasi secara mendalam. Dalam hal wawancara dilakukan dengan proses tanya jawab menggunakan kuesioner sebagai alat yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data.

31 3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dari dokumen yang dapat memberikan keterangan bukti atau yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebarluaskan kepada pemakai informasi seperti gambar, referensi yang ada hubungannya dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu metode yang dapat digunakan dalam menganalisis data penelitian dalam tujuan memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam metode analisis data ini, digunakan analisis pendapatan, BEP (Break Even Point) dan analisis profitabilitas.

3.5.1 Analisis Pendapatan

Adapun formulasinya adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghitung biaya total usahatani sayuran hidroponik TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Cost (Total Biaya) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp) (Soekartawi, 2006)

32 b. Untuk menghitung penerimaan usahatani sayuran hidroponik dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TR = Y . P

Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Total Produksi (Kg)

P = Harga Jual Sayuran Organik (Rp/kg) (Soekartawi, 2006)

c. Untuk menghitung pendapatan suatu usahatani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

I = TR - TC

Keterangan :

I = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya (Soekartawi, 2006).

3.5.2 Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis (BEP) atau titik impas adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan atau produksi. Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga produksi (Ratih, 2020). Perhitungan analisis Break Even Point (BEP) pada usahatani sayuran

33 hidroponik di Rumah Hidroponik meliputi perhitungan analisis BEP untuk komoditas pakcoy, dan selada. Rumus yang digunakan dalam perhitungan BEP volume dan BEP harga produksi adalah sebagai berikut.

BEP Volume (Kg) = 𝑇𝐢

𝑃𝑖

Keterangan :

TC = Total Biaya Sayuran Hidropponik Pi = Harga Penjualan Sayuran Hidroponik

BEP Harga (Rp/Kg) = 𝑇𝐢

𝑄𝑖

Keterangan :

TC = Total Biaya Sayuran Hidroponik

Qi = Jumlah Tiap Jenis Sayuran Hidroponik Yang Terjual Dalam Satu Bulan (Ratih, 2020).

3.5.2 Analisis Profitabilitas

Untuk menghitung analisis profitabilitas menggunakan NPM (Net Profit Margin) usahatani sayuran hidroponik sebagai berikut:

NPM = π‘ƒπ‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘›

π‘ƒπ‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘Žπ‘Žπ‘›π‘₯ 100%

Keterangan:

Keuntungan = Selisih nilai produksi dengan total biaya produksi

Jika NPM (Net Profit Margin) > 5% maka usahatani tersebut menguntukan.

34 Jika NPM (Net Profit Margin) < 5% maka usahatani tersebut tidak menguntungkan (Hasanah, 2020).

3.6 Definisi Operasional

Konsep yang telah dikemukakan, maka secara operasional diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Usahatani adalah salah satu usahatani yang dilakukan oleh Rumah Hidroponik untuk mengelola usahatani dan membudidayakan berbagai jenis sayuran dengan metode hidroponik.

2. Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan langsung diserap oleh tanaman sebagai penunjang tumbuh tanaman.

3. Produksi adalah banyaknya hasil usahatani sayuran hidroponik yang diperoleh dalam bentuk fisik (Kg/bulan).

4. Biaya variable merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh Perkebunan Rumah Hidroponik yang dinyatakan dalam (Rp/bulan) selama proses produksi.

5. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh Perkebunan Rumah Hidroponik Pallangga yang tidak mempengaruhi produksi yang dinyatakan dalam bentuk (Rp/bulan).

6. Pendapatan adalah seluruh total penerimaan usahatani dikurang dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam bentuk (Rp/bulan.).

35 7. Penerimaan usahatani sayuran hidroponik adalah suatu perkalian antara jumlah produksi sayuran hidroponik yang dihasilkan dalam satu periode, dengan harga jual produk sayuran hidroponik.

8. Analisis Break Event Point (BEP) atau titik impas adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan atau produksi.

9. Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen, tingkat profitabilitas akan menunjukkan keadaan laba suatu perusahaan.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Umum Rumah Hidroponik

Rumah Hidroponik berdiri pada tanggal 18 April 2020, yang berlokasi di Desa Pallangga Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Rumah Hidroponik ini didirikan oleh bapak Moh. Akbar di tanah milik keluarganya, dan sebelum mendirikan usaha tersebut Bapak Akbar sempat mengenyam pendidikan di salah satu kampus swasta di Makassar dengan mengambil jurusan S1 Agribisnis. Dengan latar belakang pendidikan tersebut, bapak Akbar kemudian tertarik dengan budidaya sayuran hidroponik. Melihat besarnya peluang bisnis di bidang hidroponik, bapak Akbar mulai membangun usaha sayuran hidroponiknya dan di beri nama Rumah Hidroponik.

Tingginya permintaan konsumen akan sayuran organik membuat bapak Akbar lebih mengembangkan bisnis sayuran organiknya dengan menggunakan metode NFT (Nutrient Film Technique), yaitu dengan menggunakan pemberian nutrisi pada sayuran yang Bernama ABMix dan dilihat dari segi ekonomi metode hidroponik jenis NFT lebih efisien digunakan dibandingkan dengan jenis metode hidroponik lainnya, baik dari segi biaya, tenaga keja dan lain-lain.

Jenis sayur yang di budidayakan di Rumah Hidroponik yaitu sayuran selada dan pakcoy. Dengan adanya budidaya sayuran hidroponik ini, bapak Bapak berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kesehatan seperti menjaga pola hidup dan gemar makan sayuran, salah satunya yaitu sayuran organik.

37 4.2 Lokasi Perusahaan Rumah Hidroponik

Rumah Hidroponik terletak di desa Pallangga, kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu bisnis. Semakin dekat lokasi usaha dengan sumber bahan baku atau input lainnya, sehingga perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan mendapatkan keuntungan lebih banyak dengan menggunakan biaya yang lebih sedikit dan biaya transportasi dapat ditekan serendah mungkin.

4.3 Visi dan Misi Rumah Hidroponik a. Visi Perusahaan

Membangun pertanian sehat dan modern untuk masyarakat Indonesia b. Misi Perusahaan

1. Menghasilkan produk sayuran yang sehat dan berkualitas 2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat setempat

4.4 Struktur Organisasi Rumah Hidroponik

Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Hidroponik Karyawan

Pimpinan perusahaan (Moh. Akbar)

Bagian Pemasaran Bagian Produksi

Dokumen terkait