BAB III. METODE PENELITIAN
G. Pengabsahan Data
Sugiyono (270:2012) Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :
1. Perpanjangan Masa Penelitian
Peneliti akan melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data yang dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan melakukan pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan baik dalam bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti menghubungi kembali para informan dan mengumpulkan data sekunder yang masih diperlukan.
2. Pencermatan Pengamatan
Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian akan diamati secara cermat untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan
memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi dilapangan sehingga dapat memperoleh data yang sesungguhnya.
3. Triangulasi, guna keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu:
a. Triangulasi Sumbernya itu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
b. Triangulasi Teknik yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu untuk diuji keakuratan dan ketidakakuratannya.
c. Triangulasi Waktu yaitu triangulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan.
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Desa Punagaya Kec. Bangkala Kab.Jeneponto
Gambaran umum Desa Punagaya
Desa Punagaya adalah merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan luas wilayah 1.413 km. Jika dilihat dari letak geografisnya Desa Punagaya termasuk desa pesisir yang sebagian desa dikelilingi oleh laut. Desa Punagaya memiliki luas wilayah 8,80 km dan dihuni oleh 1.706 KK yang terdiri dari 2.319 jiwa dengan perbandingan laki-laki 2.08 jiwa sedangkan perempuan 2.111 jiwa. (sesuai dengan hasil sensus 2016).
Kondisi pada geografisnya Desa Punagaya terletak di tepi selatan Kabupaten Jeneponto. Desa Punagaya tepat berhadapan dengan laut flores yang merupakan wilayah perairan yang dilewati kapal-kapal niaga dan kapal-kapal besar. Karena letaknya yang strategis tersebut, desa ini telah dibangun satu pelabuhan besar yang mampu mendukung pasokan batu bara untuk perusahaan listrik Negara yang pada tahun 2012 telah beroperasi.
Sebelah Utara : Dengan jalan poros Makassar Bulukumba Sebelah Selatan : Desa Mallasoro
Sebelah Timur : Laut Flores
Sebelah Barat : Dengan Laut Flores
Desa Punagaya ini sejak dulu dinamakan Punagaya secara umum tetapi dalam keadaan sekarang maka Desa Punagaya makin meningkat karena sudah dirombak secara administrasi dan dibentuk dalam 7 dusunyaitu :
a. Dusun baji pa’mae mempunyai 2 RK
b. Dusun balang toddo Timur mempunyai 2 RK c. Dusun balang toddo Barat mempunyai 2 RK d. Dusun Bonto Mate’ne mempunyai 2 RK e. Dusun Bungung Labuang mempunyai 2 RK f. Dusun Kawaka mempunyai 2 RK
g. Dusun Biring Kassi mempunyaI 2 RK
Desa Punagaya secara topografi merupakan daerah dataran pesisir pantai, kira-kira berada pada ketinggian 0,25meter dari permukaan laut. Luas daerah perkebunan sekitar +150 ha dan luas daerah garam +100 ha.Luas daerah seluruhnya +12 km dengan perbedaan titik ketinggian tersebut maka terdapat varian tataguna lahan pada kawasan dengan titik ketinggian 0-10 M varian tanaman yang ditanam oleh warga adalah kelapa dan juga lahan-lahan garam. Pada titik ketinggian 15-25 M warga mengusahakan tanaman jagung kuning, lombok, bawang merah dsb. Daerah- daerah disekitar pantai tingkat kepayauan air cukup tinggi, namun dapat dinetralisir dengan masih banyaknya akar pohon kelapa yang dapat meredupsi kepayuan tersebut.
Desa Punagaya dalam struktur pemerintahan yang ada terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, dan dibantu beberapa bagian perangkat desa yaitu kaur pemerintahan, kaur pembangunan, kaur umum dan 7 orang Kepala Dusun.
adapun sumber mata pencaharian Desa Punagaya adalah petani sawah dan kebun sebanyak 601 orang, PNS 54 orang, Guru 27 orang, Bidang 4 orang, TNI 1 orang, Pesiun 15 orang, Sopir 75 orang, pedagang 61 orang. Terlihat jelas sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa Punagaya adalah bertani sehingga perekonomian masyarakat desa ini banyak ditentukan oleh hasil produksi pertanian.
Tantangan dan hambatan hasil pertanian di Desa Punagaya pada umumnya pemasaran, bagi para petani mereka menjual hasil pertaniannya melalui pedagang karena sarana transportasi masih kurang atau masih terbatas. Tetapi beberapa tahun ini petani Desa Punagaya hasil panennya dengan transportasi sarana ke pasar dengan cara naik mobil atau dengan transportasi lainnya. Seperti ojek, namun meningkatnya kapasitas muatan terbatas serta biaya yang dikeluarkan juga sangat mahal mengakibatkan sarana ojek jarang dimanfaatkan petani dalam memasarkan hasil pertaniannya.
B. Karakteristik PT. Bosowa PLTU Jeneponto
Keadaan gedung dan kantor PT. Bosowa PLTU Jeneponto merupakan perusahaan swasta yang menyediakan kelistrikan bertenaga uap seperti yang terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1.3 Kantor dan Gedung PLTU Jeneponto
Ketersediaan sumber daya energi listrik di Sulawesi Selatan pada era tahun 2000-2010 sangat terbatas.Hal ini disebabkan tidak seimbangnya peningkatan kebutuhan listrik dengan penambahan pembangkit. Selain itu pembangkit listrik yang tersedia kebanyakan masih menggunakan bahan bakar minyak yang memerlukan biaya operasional tinggi. Berdasarkan hal tersebut, BosowaCoorporation sebagai salah satu pengguna listrik terbesar di Sulawesi Selatan khususnya pabrik Semen Bosowa Maros merasa terpanggil untuk membantu penyediaan tenaga listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi regional Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2005 Bosowa Group melaksanakan study kelayakan pembangunan PLTU Jeneponto yang dilanjutkan dengan studi analisa dampak lingkungan yang melibatkan tenaga ahli dibidang masing masing. Hasil study ini menunjukan prospek yang baik secara teknis dan commercial. Lokasi Jeneponto secara teknis sangat mendukung pembangunan pembangkit oleh karena eksisting pembangkit milik PLN dan swasta umumnya berada disisi utara dan bagian tengah Sulawesi Selatan sehingga kehadiran pembangkit dibagian selatan sangat mendukung kestabilan sistem jaringan Sulawesi Selatan.
Dari Aspek sosial ekonomi, kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini telah mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar dimana pemanfaatan lahan yang tidak produktif berubah menjadi kawasan industri yang melahirkan peluang pengembangan usaha serta membuka lapangan kerja utamanya masyarakat kabupaten Jeneponto.
Guna menjamin keberhasilan proyek PLTU Jeneponto, Bosowa Coorporation berkolaborasi dengan pengusaha listrik nasional yang telah berpengalaman dalam pembangunan dan operasional PLTU di pulau Jawa dan Sumatera yaitu Sumbergas Sakti Prima (SSP).Kolaborasi kedua group perusahaan ini melahirkan PT. Bosowa Energi sebagai pemilik PLTU Jeneponto.
PT. Bosowa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang banyak digunakan, karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan yaitu : 1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
PT. Bosowa PLTU merupakan perusahaan Joint Venture antara Bosowa Corporation dan Sumber gas Sakti Prima yang merupakan salah satu Indenvendent Power Producer (IPP). PLTU Jeneponto dengan bahan bakar batu bara mensupplay power ke sistem jaringan 150 KV PLN Sulselbar dengan masa kontrak 30 Tahun. PT.
Bosowa PLTU Jeneponto didirikan diatas lahan seluas 80 hektare (ha) dan terintegrasi dengan pelabuhan khusus yang dapat disadari barge 12.000 DWT.
Kehadiran PT. Bosowa PLTU Jeneponto sangat membantu pemerintah dalam penurunan subsidi bahan bakar minyak.
Setelah sukses meluncurkan pembangunan pabrik Semen Bosowa Maros line 2 senilai 3 triliun, kali ini perusahaan nasional beebasis di Makassar, Bosowa akan kembali berinvestasi senilai Rp. 3 triliun untuk pembangunan PLTU Jeneponto unit 2 di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Hal ini tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan listrik di Sulawasi Selatan dan Sulawesi Barat sekaligus ikut menyukseskan program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Rabu (19/12/2012) Menteri ESDEM Jero Wacik meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Punagaya Kecamatan Bngkala Kabupaten Jeneponto dengan kapasitas 2x125 megawatt (mw). Turut hadir dalam peresmian tersebut.Wakil Presiden RI 2004/2009 Jusuf Kalla, Duta Besar China Liu Jian Chao, Direktur PLN Nur Pamudji, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, dan pendiri Bosowa Corporation Aksa Mahmud. PLTU ini dibangun dengan tujuan menyuplai listrik bagi seluruh jaringan di wilayah Sulsel dan Sulbar. Pembangunan PLTU Jeneponto menjadikan provinsi Sulsel sebagai provensi di luar jawa yang memiliki ketersediaan listrik yang paling dapat diandalkan.Di samping itu, dengan sistem penyaluran penggunaan jaringan PLN yang terintegrasi, PLTU ini mendistribusikan listrik secara layak ke kawasan Sulselbar.
Draft struktur organisasi site PT. Bosowa Energi Jeneponto coal fired steam power plant 2x125 mw
PT. BOSOWA ENERGI
Gambar 1.4 Bagan Struktur Organisasi PT. Bosowa Energi Jeneponto
ADM& UMUM MANAGER
LINGKUNGAN
& K3
➢ LINGKUNG AN
➢ SAFETY &
SECURITY
LOGISTIK
➢ GUDANG
➢ PENGAD AAN
➢ PERSONALIA
➢ BAGIAN UMUM
➢ DOCUMEN CONTROLC OMDEV
➢ CASHIER
HR DAN UMUM PROJECT
OFFICER RENDAL
MAINTENANCE RENDAL
OPERASI
➢ CIVIL ENGINEER
➢ ELECTRIC AL ENG
➢ MECANICA L ENG
➢ SUPPORTI NG ENG
➢ OPERATO R CCR
➢ ADM PRODUKSI
➢ BAHAN BAKAR
➢ BTG ENGINEER
➢ COAL & ASH HANDLING ENG
➢ WTP & WWTP ENGINEER
O & M MANAGER R & D MANAGER
GENERAL MANAGER
SECRETARY
Keterangan Draft Struktur Organisasi PT. Bosowa Energi:
1. General Manager
Bertanggung jawab penuh atas PLTU dan bertanggung jawab atas implementasi kebijakan perusahaan dan memastikan berjalannya peraturan perusahaan serta kesesuaiannya dengan objektif dan strategi perusahaan sesuai target bisnis perusahaan secara menyeluruh.
2. Secretary
a. Tugas administrasi perkantoran. Meliputi surat menyurat, pembuatan laporan, dan filling.
b. Tugas resepsionis. Meliputi making call, melayani tamu, dan menyusul jadwal pertemuan pimpinan.
c. Tugas social. Meliputi mengatur rumah tangga kantor, mengirim ucapan selamat kepada relasi, dan mempersiapkan respsi/jamuan acara resmi kantor.
d. Tugas insidentil. Meliputi mempersiapkan rapat, mempersiapkan pidato, presentasi, dan mempersiapkan perjalanan dinas pimpinan.
3. O & M Manager
Bertugas untuk mengatur semua operasional listrik dan pemeliharaannya.
4. ADM& Umum Manager
Bertugas untuk koordinasi dan membantu operasional umum organisasi. Untuk mengelola suatu proyek/acara organisasi guna menjamin audit dan dokumentasi pekerjaan tersimpan dengan baik sesuai prosedur.
5. R & D Manager
Bagian R & D bertanggung jawab untuk memastikan kualitas performansi dalam perusahaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, bertanggung jawab mengelola sejumlah dana tertentu yang telah dianggarkan perusahaan untuk riset dan pengembangan, melakukan test dan tak jarang membuat alat test sendiri dan terus mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan perusahaan dan juga bagian yang dihubungi apabila pihak luar hendak melakukan kerjasama dengan perusahaan berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk aktivitas riset dan pengembangan perusahaan.
6. Rendal Operasi
Perencanaan dan Pengendalian Operasi seperti beban dan termasuk CCR, pelaporan hasil produksi bahan bakar
a. Operator CCR
1) Memonitoring kinerja mesin PLTU seperti boiler, turbin, dan generator dari CCR.
2) Melaporkan temuan kerusakan pada alat kepada pengawas lapangan.
3) Mengoperasikan alat dengan aman dan produktif sehingga peralatan menjadi tidak cepat rusak sehingga jangka waktu pemakaian peralatan akan lebih lama.
4) Menempatkan peralatan dengan aman di area yang telah ditentukan.
5) Mengikuti peraturan mematikan mesin dengan baik.
6) Memastikan bahwa peralatan dirawat sesuai dengan jadwal.
7) Memastikan kebersihan alat selalu terjaga.
b. ADM Produksi
Tugasnya merekap dan membuat laporan hasil produksi per hari, membuat laporan produksi mingguan dan bulanan, serta membantu kelancaran proses produksi dan mulai penyediaan bahan baku, perlengkapan dan peralatan kerja.
c. Bahan Bakar
Melakukan pekerjaan administrasi bahan bakar, menghitung inventorying bahan bakar, menjadwalkan pengadaan bahan bakar serta pengecekan kualitas bahan bakar.
7. Rendal Maintanance
Perencanaan dan Pengendalian maintenance, mengatur scedulemaintenance, mengendalikan dan mengawasi maintenance.
a. BTG Engineer
Bertugas melakukan patrol di sekitar boiler, turbin dan generator b. Coal & Ash Handling Engineer
Bertugas melakukan patrol di sekitarCoal & Ash Handling c. WTP & WWTP Engineer
Bertugas melakukan patrol di sekitar WTP & WWTP.
8. HR dan Umum a. Personalia
Bertanggung jawab terhadap persoalan administrasi yang bertugas mengurus perkembangan karir dan pengadaan training.
b. Bagian Umum
Bertugas mengurus hal-hal umum yang sifatnya mendukung operasional sepertisecurity, cleaning, autorial dan hal-hal umum lainnya.
c. Document Control
Bertugas mengatur dan mengarsipkan semua dokumen perusahaan.
d. Comdev
Seorang manajer comdev bertanggung jawab untuk:
1) Mendesain, mengimplementasikan, dan mengelola program CD/CSR untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sesuai dengan aturan hukum positif, peraturan perusahaan, dan hal-hal terkait lainnya.
2) Menyediakan dukungan manajemen dalam meningkatkan citra dan reputasi perusahaan serta menciptakan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan penguasa/pemerintah setempat.
e. Cashier
Bertugas mengatur keuangan di lapangan.
9. Lingkungan dan K3 a. Lingkungan
Berhubungan dengan lingkungan serta kebersihannya b. Safety & Security
Bertugas melaksanakan koordinasi antara bosowa dengan pelaksana.
10. Logistik a. Gudang
Sebagai tempat penyimpanan material dan spare part serta mengatur barang keluar masuk gudang.
b. Pengadaan
Melakukan pengadaan barang maupun mencari vendor serta melakukan transaksi untuk pengadaan barang.
11. Project Officer a. Civil Engineer
Bertugas untuk mereview desain bangunan, mengawasi pelaksanaan pekerjaan, mengevaluasi pekerjaan dan melaporkan hal-hal yang berhubungan dengan bagian sipil.
b. Electrical Engineer
Bertugas untuk mereview desain kelistrikan, mengawasi pelaksanaan pekerjaan, mengevaluasi pekerjaan dan melaporkan hal-hal yang berhubungan dengan bagian elektrikalnya.
c. Mechanical Engineer
Bertugas untuk mereview desain mekanikal, mengawasi pelaksanaan pekerjaan, mengevaluasi pekerjaan dan melaporkan hal-hal yang berhubungan dengan bagian mekanikalnya.
d. Supporting Engineer
Bertugas untuk mendukung kelangsungan kerja dari civil engineer, electrical engineer, dan mechanical engineer.
C. Pengawasan Pemerintah Daerah Dalam Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Pengawasan Pemerintah Daerah Dalam Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terletak di Desa Punagaya ini benar-benar diperlukan adanya pengawasan dari pemerintah daerah dan pihak yang terkait, tidak hanya dampak positifnya saja yang dapat dimanfaatkan/di pergunakan tetapi juga dari dampak negatifnya dapat diminimalisir sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diingikan seperti penurunan fungsi lingkungan akibat adanya dampak pencemaran lingkungan yang berakibat pada lingkungan sosial dimasyarakat.
Pemerintah daerah adalah salah satu pemerintah yang mengembang fungsi pengawasan terhadap kesejakteraan masyarakatnya. Kontrakdiksi antara kepentingan pembangunan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan ini memerlukan pengawasan dan langkah nyata agar keduanya dapat dilakukan secara seimbang dan harmonis. Sesuai amanat pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan dengan memperhatikan tiga bentuk utama yakni ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari ketiga bentuk diatas perlu dilakukan pengawasan yang efektif dari pihak yang bertanggung jawab mengawasi dampak lingkungan PLTU sehingga lahan yang dipergunakan dalam pembangunan PLTU tidak merusak lingkungan sekitar yang berdampak pada masyarakat dan jawaban dari masing-masing informan pada tiap indikator adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan
Pengawasan pemerintah daerah dalam dampak lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pemantauan adalah yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Pemantauan akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pemantauan yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk mengetahui suatu langkah yang dilakukan dengan memantau atau mengamati dari kegiatan yang berlangsung mengenai persoalan dampak lingkungan PLTU, terutama beriorentasi pada masa yang akan datang kaitannya dengan Badan Lingkungan Hidup sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Kasubid Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa :
“pengawasan dari pihak BLH Provinsi yang dilakukan ada yang langsung dan tidak langsung, yang tidak langsungnya itu seperti mengevaluasi dokumen lingkungan yang dimiliki PLTU Jeneponto dampak yang dikelolah dan diawasi Pemerintah Daerah yait u pencemaran air, udara dan limbah B3nya Pengawasan yang dilakukan juga dengan melakukan pembinaan Proper”
(Hasil wawancara dengan NS, 22 Juni 2016).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak NS selaku kasubad pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup dapat disimpulkan bahwa pihak BLH melakukan pengawasan langsung dan tidak langsung seperti mengevaluasi setiap dokumen lingkungan yang dimiliki PLTU jeneponto yaitu dampak yang dikelolah dan diawasi Pemerintah Daerah. Namun pengawasan yang diterapkan oleh BLH provinsi sudah
cukup berjalan lancar karena mereka mengadakan pembinaan proper untuk dimanfaatkan oleh PLTU dan harus diuji kelayakannya.
Berbeda pula yang dikatakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Dan Pengawasan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa :
“seperti yang dilakukan pengawasan mengenai dampak lingkungan untuk PLTU jeneponto kami sudah memantau bagaimana aktifitasnya secara umum yang dilakukan 2x selama setahun setiap 6 bulan sekali dan pengawasan secara tidak langsung ketika diminta mendampingi BLHD Provinsi untuk kegiatan Proper” (Hasil wawancara dengan AR, 23 Juni 2016).
Penjelasan yang diberikan oleh informan tersebut juga senada dengan keterangan yang diberikan oleh Kepala Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan yang menyatakan bahwa :
“Mekanismenya hampir sama dengan mekanisme yang disampaikan sebelumnya bahwasanya dalam segi pemantauan memang lebih difokuskan untuk mengetahui bagaimana keadaan lingkup PLTU dimana kami melakukan pemantauan 2x setahun dan juga mendampingi pihak BLH Privinsi dalam kegiatan Proper” (Hasil wawancara dengan AY, 24 Juni 2016).
Penjelasan yang diberikan oleh informan tersebut memberikan keterangan kepada penulis bahwa selama proses pengawasan dari pihak BLH Jeneponto telah melakukan pemantauan secara rutin yang secara umumnya 2x selama setahun setiap 6 bulan sekali dan juga pengawasan secara tidak langusng ketika diminta untuk mendampingi BLHD Provinsi untuk mengecek kembali hasil informasi dan kegiatan Proper, sesuai dengan PERMEN LH NO 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, Berikut hasil wawancara yang disampaikan oleh Manager PT Bosowa PLTU Jeneponto menyatakan bahwa :
“Dalam segi pemantauan kami dari pihak PT Bosowa PLTU juga sangat berperan penting memantau dari segi dampak lingkungan yang berakibat pada lingkup masyarakat, ksmi memantau sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah sesuai parameternya seperti air yang dihasilkan dari proses blowdown pada boiler.” (Hasil wawancara dengan BP, 25 Juni 2016).
Berdasarkan hasil wawancara yang diberikan oleh informan tersebut memberikan keterangan kepada penulis bahwa pengawasan dalam tehnik pemantauan pihak PLTU juga melakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil pantau untuk data- data akurat sesuai yang terjadi dilapangan kemudian dilaporkan kembali kepada Kantor BLH yang mengawasi dampak lingkungan di Kabupaten Jeneponto dan untuk mengetahui kemungkinan dampak yang yang akan ditimbulkan, serta pihak PLTU memantau proses blowdown pada boiler sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan parameternnya. Berikut adalah hasil wawancara dari informan dengan Kepala Desa Punagaya yang menyatakan bahwa :
“Seperti yang diharapkan saya sebagai selaku Kepala Desa dengan adanya PLTU ini pengawasan dalam segi pemantauan yang dilakukan pasti lebih difokuskan dari pihak terkait dan diutamakan untuk menghindari dampak lingkungan yang pastinya dapat merugikan masyarakat, pemantauan secara rutin harus selalu dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa yang terjadi tetapi selama PLTU beroperasi Alhamdulillah… dampak positifnyalah yang lebih dirasakan masyarakat” (Hasil wawancara dengan AP, 26 Juni 2016).
Keterangan yang diberikan oleh Kepala Desa juga senada dengan keterangan yang dipaparkan oleh Staf Kepala Desa sebagai berikut :
“Dalam segi pemantauan memang lebih difokuskan untuk mengawasi dampak lingkungan dan untuk mengetahui bagaimana keadaan lingkup masyarakat selama PLTU ini didirikan namun pada awalnya juga memang sempat
mengalami simpan siur ada beberapa pihak tidak menerima adanya PLTU dikarenakan dampak negatifnya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat namun dengan tersampaikannya keluhan dari masyarakat kepada pihak PLTU hingga sampai sekarang dampak positifnya lebih dirasakan masyarakat” (Hasil Wawancara oleh MY, 27 Juni 2016)
Berdasarkan hasil yang diberikan oleh informan tersebut memberikan keterangan kepada penulis bahwa Kepala Desa dan Staf Desa juga melakukan pemantauan dimasyarakat untuk mengetahui apa yang menjadi keluhan dengan adanya PLTU di Desa Punagaya, hal tersebut juga senada dengan keterangan yang diberikan oleh Masyarakat Desa Punagaya sebagai berikut :
“pemantauan dari pihak-pihak yang terkait sudah dilakukan dengan baik meskipun kekhawatiran pada awal PLTU didirikan dari dampak lingkungan yang akan ditimbulkan sempat ditakutkan akan mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat namun semua dapat diatasi oleh pihak yang bertanggung jawab penuh dalam sistem pengawasan” (Hasil wawancara dengan SL, 28 Juni 2016).
Berdasarkan hasil wawancara yang diberikan oleh beberapa informan tersebut memberikan keterangan kepada penulis bahwa proses pengawasan dari pihak BLH Jeneponto telah melakukan pemantauan secara rutin yang secara umumnya dipantau 2x selama setahun setiap 6 bulan sekali dan juga pengawasan secara tidak langsung yaitu ketika pihak BLH diminta untuk mendampingi pihak BLHD Provinsi untuk melakukan Proper dan mengecek kembali hasil informasi dari BLH dilapangan dengan kaitannya pihak perusahaan juga melakukan pemantauan di area PLTU sebelum melaporkan kembali ke BLH hasil dari pantauan sesuai dengan PERMEN LH NO 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pemeriksaan. Oleh karna