• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Mutu Bahan

Dalam dokumen LAPORAN KERJA PRAKTEK JILID (Halaman 45-49)

PROJECT MANAGER

6. Administrasi

3.4. Mekanisme Pengawasan 1. Lingkup tugas Supervisor

3.4.2. Pengawasan Mutu Bahan

Bahan bangunan adalah material-material yang membentuk komponen fisik bangunan. Misalnya beton bertulang terdiri dari bahan material utama, yaitu: pasir (agregat halus), split (agregat kasar), semen Portland, air dan additive serta bahan penunjang pembuat beton. Dalam pelaksanan pekerjaan bangunan, material- material yang digunakan adalah

a. Semen Portland (PC)

Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang banyak digunakan dalam campuran beton. Bila semen dicampur dengan air maka akan terbentuk butiran agregat (pasir/kerikil atau bahan pecah), seterusnya akan menjadi material yang sangat keras yang disebut beton.

Semen harus disimpan dalam ruangan atau gudang yang bebas dari air, udara terbuka dan bahan-bahan lembab lainnya, supaya kualiasnya terjamin.

Penimbunan semen yang baru tidak boleh melebihi 2 (dua) meter agar kantongan semen pada bagian bawah tidak pecah, rusak atau menimbulkan gumpalan semen.

Selain itu harus memenuhi persyaratan yang sesuai dalam ketentuan NI-8 dan PBI 1971 pasal 32 ayat 1-4.

b. Pasir

Pasir merupakan bahan tambahan untuk pembuatan beton. Pasir tidak bekerja aktif dalam proses pengerasan beton namun sangat mempengaruhi kekuatan/kualitas beton.

Agregat halus untuk beton dapa berupa pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Bahan campuran beton harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI pasal 33 ayat 1-6, yaitu:

• Harus merupakan butir-butir yang keras dan tajam.

• Tidak mudah kena pengaruh cuaca.

• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering)

• Tidak boleh mengandung bahan organik yang terlalu padat.

• Mempunyai variasi besaran ukuran.

• Pasir halus tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali ada petunjuk dari pemeriksaan bahan-bahan yang telah diakui.

c. Kerikil (Agregat Kasar)

Yang dimaksud denga agregat kasar adalah agregat dengan ketentuan besaran tidak lebih dari 5 cm. Agregat kasar juga tidak bekerja aktif pada proses pengerasan beton. Menurut PBI 1971 pasal 34 ayat 1-7, agregat kasar yang memenuhi syarat adalah:

• Harus terdiri dari butiran yang tajam, kesat, bergradasi lumpur lebih dari 1%

dan tidak mengandung zat yang dapat merusak beton misalnya bahan kimia alkali.

• Kekasaran dari butiran agregat kasar diperiksa dengan memakai bejana penguji dari Rudeloff of Laboratory.

• Agregat kasar harus terdiri dari beraneka butiran dan apabila di ayak dengan ayakan ditentukan:

- Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus )% berat.

- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98%

berat.

- Selisih antara sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60% dan minimum 10%.

- Besaran butiran agregat maksimum adalah boleh lebih dari 0,5 jarak terkecil dari bidang samping.

d. Air

Proses pengerasan semen merupakan proses kimia yang terjadi dengan perantaraan air. Proses ini akan berlangsung dengan baik apabila air:

• Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, dan bahan-bahan organik yang dapat merusak beton dan baja tulangannya.

• Faktor air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat.

• Selain untuk pencampuran, air juga digunakan untuk membasahi atau merawat beton yang telah dicor.

e. Aditif

Merupakan bahan tambahan pada beberapa pekerjaan adukan beton/mortar untuk mendapat sifat tertentu dari beton/mortar tersebut.

• Additif dibedakan atas 6 jenis, yaitu:

• Accelator gunanya untuk mempercepat pengerasan beton/semen.

• Retarder gunanya untuk memperlambat pengerasan beton/semen.

• Fine Divided Workability Aids (berupa serbuk halus), gunanya mempermudah pembuatan campuran beton.

• Water proof gunanya untuk memperbaiki rapat air dari beton.

• Pigment (berupa serbuk halus), gunanya untuk memberi warna tertentu pada beton.

• Surface active agent berupa: weting agents, dispersing agents, air-entraining agents.

f. Bata

Beberapa persyaratan bata untuk bangunan yang harus dipenuhi menurut SII-0021-78 dan PUBI-1982 yaitu :

• Bentuk standar bata ialah prisma segi empat persegi panjang, bersudut siku- siku, permukaannya rata dan tidak retak-retak.

• Ukuran standar

Modul M-5a : 190 x 90 x 65 mm Modul M-5b : 190 x 10 x 65 mm Modul M-6 : 230 x 110 x 55 mm

• Bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan yang diketahui dari besar kekuatan tekannya yaitu kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200 dan kelas 250. Kelas kekuatan ini menunjukkan kekuatan tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji

• Bata merah tidak mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga pengkristalannya (yang berupa bercak-bercak putih) menutup lebih dari 50 % permukaan batanya. Hebel

Syarat mutu Hebel yang baik :

• Kuat tekan yang tinggi namun ringan

• Rangka pembesian panel Hebel diproteksi dengan coating anti karat yang dirangkai menggunakan las listrik

g. Besi tulangan

Besi tulangan yang dugunakan ada 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Besi tulangan profil (baja ulin), digunakan untuk pekerjaan pembesian balik, kolm, shear wall, dan lain-lain.

2. Besi tulangan polos, digunakan untuk lantai basement, sengkang, dan lain- lain.

Peyimpanan baja tulangan dapat ditumpuk di halaman di atas permukaan tanah. Penumpukan dapat dibuat terpisah menurut ukuran batang atau menurut komponen yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga di lapangan hanya tinggal pemasangannya saja. Kualitas diperiksa berdasarkan visual tanpa memeriksa kesamaan ukuran lebih lanjut.

h. Kawat pengikat

Gunanya untuk mengikat baja tulangan satu sama lain. Terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm dan telah dipijarkan lebih dahulu dan tidak berlapis seng.

i. Kayu

Jenis atau papan yang dipakai biasanya adalah: papan, broti, tripleks, dan multipleks. Kualitas bahan harus tetap diperhatikan agar jangan terjadi pergantian

bahan setelah dipakai sebagai perancah, misalnya material dengan elemen non structural (elemen pembentuk bangunan yang tidak structural)

j. Kaca

Pemakaian kaca harus memenuhi syarat sebagai berikut:

• Kaca jendela harus keputih-putihan tanpa tembus cahaya dan tanpa cacat yang mengganggu.

• Tebalnya yang disebut tebal tunggal minimal 1,5 cm dan teball ganda minimal 3 cm.

• Harus dipotong dengan ukuran yang sesuai.

3.4.3. Penyimpanan bahan

Dalam dokumen LAPORAN KERJA PRAKTEK JILID (Halaman 45-49)

Dokumen terkait