• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sumber Daya Air Tambahan Air tanah

Dalam dokumen Java Water Resources Strategy Study (Halaman 63-68)

Laporan Akhir JWRSS

4. Strategi untuk perbaikan

4.3. Pemanfaatan Air 1 Tindakan

4.3.4 Pengembangan Sumber Daya Air Tambahan Air tanah

Sumber daya air tanah tidak boleh dianggap terpisah dari air permukaan. Baik air permukaan maupun air tanah berasal dari sumber yang sama, yaitu curah hujan.

Penggunaan air tanah pada akhirnya akan mengurangi limpasan air permukaan, kecuali di

Jawa 2012

24

dekat garis pantai.

Tabel 4.1 menyajikan aliran air tanah tak tertekan (Q1) dan tertekan (Q2) per JAU, seperti yang ditunjukkan oleh Badan Geologi. Ini menunjukkan apa yang secara maksimal mungkin terjadi untuk durasi yang singkat. Hasil yang aman hanya sebagian kecil dari itu. Wiratman (2002) memperkirakan bahwa hanya 6% dari aliran potensial (Q1 dan Q2) yang dapat digunakan secara berkelanjutan. Debit ini dalam m3/detik untuk menghasilkan

Jawa 2012

Deltares, DHV, MLD dan Wiratman 25

mereka sebanding dengan ukuran aliran air permukaan. Total hasil lestari untuk Jawa mencapai lebih dari 80 m3/dtk, atau 2.625 juta m3 per tahun, yang merupakan jumlah yang cukup besar, tetapi hanya 2,6% dari sumber daya air permukaan (limpasan air permukaan dalam lima tahun, dengan total 3.172 m3/dtk, atau 100.000 juta m3/tahun).

Tabel 4.2 Sumber daya air tanah tak tertekan (Q1) dan tertekan (Q2) dan hasil air tanah yang aman (m3 /dtk) per JAU, (sumber: Wiratman, 2010), dibandingkan dengan sumber daya air permukaan yang tersedia (sumber PusAir).

Sumber Daya Air Tanah Unit Analisis JWRSS (JAU)

Q1 (m3/dtk) Q2 (m3/dtk) Q1 + Q2 (m3/s)

Hasil panen yang aman (m3/s) *)

Sumber Daya Air Permukaan

(1 dalam 5

tahun) (m3/dtk)

Rasio

SW/GW %GW dari total

1 1 Ciliman Cibungur 28.1 0.8 28.9 1.7 70.4 40.6 2.4%

2 2 Cibaliung Cisawarna 12.1 - 12.1 0.7 160.5 221.3 0.4%

4 4a Cekungan Bandung 28.8 3.6 32.3 1.9 63.6 32.8 3.0%

5 4b Citarum Tengah 23.8 1.1 24.9 1.5 94.5 63.3 1.6%

6 4c Citarum Hilir 17.1 0.2 17.3 1.0 76.2 73.2 1.3%

7 4d Citarum Timur 46.1 1.3 47.5 2.8 147.1 51.6 1.9%

8 4e Ciliwung Cisadane 81.2 2.7 83.9 5.0 146.7 29.1 3.3%

9 4f Cidanau Ciujung Cidurian 29.1 0.3 29.4 1.8 163.0 92.3 1.1%

10 5 Cisadea Cibareno 49.1 1.4 50.5 3.0 151.3 49.9 2.0%

11 6 Ciwulan Cilaki 33.0 2.4 35.4 2.1 226.9 106.9 0.9%

12 7 Citanduy 42.1 2.3 44.5 2.7 114.7 43.0 2.3%

13 8a Cimanuk 82.5 5.8 88.2 5.3 123.8 23.4 4.1%

14 8b Pantura Cirebon 20.7 0.1 20.8 1.2 47.3 37.8 2.6%

15 8c Cisanggarung 10.6 0.3 10.9 0.7 35.3 54.0 1.8%

16 9 Pemali Comal 41.3 - 41.3 2.5 152.8 61.6 1.6%

17 10a Jragung Tuntang 23.8 0.7 24.6 1.5 37.6 25.5 3.8%

18 10b Serang Lusi Juwana 37.5 0.2 37.7 2.3 104.7 46.3 2.1%

19 11 Bodri Kuto 20.8 0.2 21.0 1.3 31.1 24.7 3.9%

20 12 Wiso Gelis 7.1 - 7.1 0.4 10.6 24.8 3.9%

22 14a Serayu 26.0 - 26.0 1.6 74.3 47.6 2.1%

23 14b Luk Ulo Bogowonto 10.0 - 10.0 0.6 71.3 119.1 0.8%

24 15a Progo Serang 34.2 0.0 34.2 2.1 45.6 22.2 4.3%

25 15b Opak Oyo 11.2 - 11.2 0.7 23.3 34.7 2.8%

26 15c Gunung Sewu 8.1 - 8.1 0.5 14.8 30.6 3.2%

27 16a Grindulu Lorog 2.2 0.0 2.2 0.1 26.9 200.4 0.5%

28 16b Madiun 44.7 3.4 48.2 2.9 66.6 23.0 4.2%

29 16c Bengawan Solo Hulu 49.9 0.6 50.5 3.0 103.2 34.1 2.9%

30 16d Bengawan Solo Hilir 28.2 1.6 29.8 1.8 127.9 71.4 1.4%

31 16e Bengawan Solo Pantura 8.0 0.3 8.3 0.5 21.0 42.1 2.3%

32 17a Brantas Pantsela 24.2 0.7 24.9 1.5 43.1 28.8 3.4%

33 17b Brantas Hulu 49.2 2.5 51.7 3.1 50.7 16.3 5.8%

34 17c Brantas Tengah 88.7 4.6 93.3 5.6 111.3 19.9 4.8%

35 17d Brantas Hilir 56.7 3.1 59.8 3.6 57.6 16.1 5.9%

36 18 Welang Rejoso 39.4 4.8 44.2 2.7 111.1 41.9 2.3%

37 19 Pekalen Sampean 65.5 6.2 71.8 4.3 40.5 9.4 9.6%

38 20 Baru Bajulmati 54.3 2.8 57.1 3.4 78.1 22.8 4.2%

39 21 Bondoyudo Bedadung 73.2 3.6 76.8 4.6 89.5 19.4 4.9%

40 22 Kepulauan Madura 18.6 2.3 20.9 1.3 57.5 45.8 2.1%

TOTAL 1,327.4 60.1 1,387.5 83.3 3,172.6 38.1 2.6%

TOTAL dalam MCM/thn 41,862 1,896 43,757 2,625 100,051

Catatan *) perkiraan hasil yang aman = 0,15 * 0,40 * (Q1+Q2) m3/s

(berdasarkan persamaan empiris yang diturunkan untuk Jawa Timur, dipelajari oleh PT Wiratman, 2010)

Pentingnya air tanah untuk pasokan air rumah tangga, kota dan industri sudah sepatutnya diperhatikan. Faktanya, air tanah adalah sumber yang lebih disukai untuk penggunaan ini, mengingat keandalan dan kualitas airnya yang baik. Bahkan untuk irigasi kadang-kadang digunakan, terutama ketika potensi air tanah lebih dari 4% (Madiun, Brantas, Pekalen Sampean dan daerah lain di Jawa Timur) dan air permukaan terbatas (Jawa Tengah bagian timur, Bengawan Solo (terutama Madiun), Pekalen Sampean dan Madura).

Analisis lebih lanjut diperlukan pada penggunaan air tanah dalam hubungannya dengan air permukaan, untuk mitigasi yang optimal terhadap musim kemarau. Akses yang mudah dan kualitas yang baik menjadikannya sumber yang ideal untuk mengatasi kekeringan yang singkat dalam skenario kelangkaan. Namun dampak serius dari eksploitasi berlebihan membutuhkan pembatasan yang ketat dalam penggunaannya

Jawa 2012

26

sebagai sumber daya permanen, dan dalam neraca air secara keseluruhan, air tanah hanya dianggap sebagai penyangga pada saat terjadi kekurangan.

Kanal kontur

Kanal kontur menawarkan kemungkinan untuk memanen air hujan di pegunungan, di mana curah hujan lebih tinggi daripada di tingkat yang lebih rendah. Kanal-kanal ini sangat berguna di daerah-daerah di mana curah hujan yang memadai terus berlanjut selama musim kemarau, ketika ketersediaan air sangat penting. Studi JWRMS mengidentifikasi potensi untuk menangkap limpasan yang sudah tinggi di sepanjang lereng Gunung Salak, sebelah selatan Bogor, dengan potensi 2 m3/detik. Kanal serupa, mengikuti kontur lereng gunung untuk tangkapan air yang efisien, dapat dikaji di lokasi lain di mana curah hujan yang memadai terus berlanjut selama musim kemarau. Gambar 4.2 menunjukkan adanya potensi di bagian tengah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Gambar 4.2 Curah hujan total tahunan (mm/tahun) Sumber: PusAir

Studi ini mengambil alih kontur kanal Salak, dan mengidentifikasi potensi di selatan Cekungan Citarum (Santoso Cilaki). Rencana Induk Jratunseluna menilai potensi di sepanjang Gunung Unguran, selatan Semarang dan Gunung Muria di dekat Jepara.

Kesimpulannya adalah bahwa potensi Unguran cukup baik (curah hujan di musim kemarau masih cukup besar, tanah menahan air seperti spons) dengan aliran musim kemarau yang cukup besar. Namun potensi Gunung Muria rendah, karena tanahnya kering dan curah hujan di musim kemarau rendah.

Transfer antarbasin

Sebuah studi di seluruh pulau karena JWRSS memiliki posisi yang baik untuk mengidentifikasi potensi transfer antar cekungan. Penilaian neraca air menunjukkan di cekungan mana air dibutuhkan, dan apakah air tersedia di cekungan tetangga. Contoh transfer antar DAS tersebut adalah transfer 16 m3/dtk dari DAS Citarum ke DAS Ciliwung-Cisadane untuk Jakarta dan transfer 2 m3/dtk dari sungai Lusi ke Semarang.

Berdasarkan kajian neraca air saat ini, kami telah mengidentifikasi potensi transfer antar DAS berikut ini, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

Deltares, DHV, MLD dan Wiratman 27

Air JawaLaporan Akhir, Mei 2012

Gambar 4.3 Potensi transfer antar cekungan

Jawa 2012

28 Tabel 4.3 Gambaran Umum Transfer Antar Cekungan

Sumber Tujuan Q

(m3/dtk) Komentar 1 Ciwulan-Cilaki Citarum Hulu

(Bandung)

0.8 - 10 Transfer 0,8 m/s dari Cilaki saat ini

dipertimbangkan, dengan terowongan 1,5 km yang sudah ada di ketinggian 1600 m dan reservoir baru di Santoso. Potensi yang lebih besar (hingga 10 m3/dtk) jika mempertimbangkan terowongan sepanjang 20-30 km di ketinggian 800 m, namun masih memerlukan studi lebih lanjut. Sangat potensial, dengan keuntungan finansial yang tinggi dari tambahan tenaga air melalui PLTA yang sudah ada.fasilitas, dan pasokan air tambahan ke Bandung 2 Internal

6 Cis

DKI Jakarta 3

3.2 16 15 - 21

Saat ini dipasok dari sungai Cisadane Potensi pasokan tambahan dari Bendungan Karian Saat ini dipasok dari sungai Citarum Potensi pasokan tambahan dari Citarum

3 Cimanuk Pantai Cirebon

Cisanggarung 1 - 22 Setelah pembangunan Jatigede selesai 4 Pemali Comal Bodri Kuto

Jragung Tuntang 3

9 Dengan asumsi penyelesaian Ki Gede Sebayu waduk, yang digunakan untuk memasok ke Semarang

5 Bodri Kuto Jragung Tuntang 2.5 Dengan asumsi penyelesaian Cening 6a Serang-Lusi Jragung Tuntang

(Semarang) 2 Saat ini tersedia, tidak berhasil, lebih baik dihentikan,

alternatif yang tersedia 6b Serang-Lusi Wiso Gelis

(Jepara / Kudus) 0.8 - 2 Kemungkinan terjadi jika pasokan ke Semarang dihentikan. Jepara /

Kudus tidak punya alternatif lain 7 Lukulo-

Bogowonto Opak-Oyo dan

Gunung Sewu 2.5 - 13 Pasokan ke Yogyakarta, volume yang lebih besar hanya dengan

reservoir ekstra Bener 8 Bengawan

Solo Bengawan Solo

Pantura 3.1 Pasokan ke Tuban dari Bengawan Solo Hilir 9 Brantas

Tengah Madiun 10 Sangat dibutuhkan di Madiun, untuk dibandingkan dengan

kebutuhan lainnya di Bengawan Solo Hilir (Gresik) 10 Welang Rejoso

(esp.

Umbulan)

Brantas Hilir (Surabaya) atauPekalen Sampean

1.5 - 2.5 2.5 - 1.5

Pasokan ke Surabaya sedang dalam persiapan Pasokan ke Situbondo sedang dalam persiapan

Solusinya adalah dengan mengambil air dari berbagai daerah tangkapan air dan mata air, menyatukannya melalui kanal atau terowongan kecil ke lokasi yang sesuai untuk pengangkutan yang lebih terkonsentrasi melalui terowongan yang lebih besar dan lebih panjang menuju cekungan di sebelahnya, di mana pusat kebutuhan yang besar seharusnya berada (kota-kota seperti Bandung atau Surabaya). Meskipun terowongan mahal, jika dibandingkan dengan waduk, biayanya masuk akal, dan proses pembebasan lahan yang sulit tidak diperlukan. Hal ini sangat cocok untuk memenuhi permintaan pasokan air perkotaan yang berkembang pesat.

Dalam dokumen Java Water Resources Strategy Study (Halaman 63-68)

Dokumen terkait