• Tidak ada hasil yang ditemukan

Java Water Resources Strategy Study

N/A
N/A
Khusus Kamu

Academic year: 2023

Membagikan "Java Water Resources Strategy Study"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Curah hujan rata-rata melimpah, namun kekurangan air terjadi pada musim kemarau, terutama di negara-negara dengan akses buruk terhadap sumber air di sekitarnya. Keamanan air masih belum terjamin, meskipun tersedia sumber daya air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan di sebagian besar wilayah sungai. Khususnya di Jawa Barat (Jawa Barat dan Banten), dengan sumber daya air yang memadai, produksi yang jauh lebih tinggi dapat dicapai, dengan jumlah air yang sama, melalui pengelolaan sistem penyediaan air yang lebih baik.

Peningkatan penyediaan air dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang relatif sederhana jika sumber air di wilayah sungai mencukupi, namun air tersebut tidak sampai ke pengguna, seperti di Banten dan Jawa Barat. Investasi yang lebih besar diperlukan di daerah aliran sungai yang sumber airnya tidak mencukupi, seperti daerah aliran sungai Jratunseluna dan Bengawan Solo. Perbaikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan memiliki potensi besar di skema Banten, Pamarayan dan skema serupa dengan sumber daya air yang memadai.

Potensi terbesar terletak di wilayah perkotaan dengan sumber daya air yang terbatas, khususnya di hulu Citarum (Cekungan Bandung). Merumuskan rencana strategis serupa untuk seluruh pulau, terutama dimana sumber daya air saling berhubungan.

Gambar 1.1 Kerentanan Agregat 1  untuk ketahanan air di Jawa
Gambar 1.1 Kerentanan Agregat 1 untuk ketahanan air di Jawa

Laporan Akhir JWRSS

PENDORONG YANG MEMPERBURUK KERENTANAN TERHADAP KEAMANAN AIR 10

BWRMP1 ) Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air DAS, 2) Proyek BWRP Perencanaan Sumber Daya Air DAS kemudian diubah menjadi BWRMP) CRBO Pusat Organisasi dan Pengelolaan DAS. DAS DAS, DAS, DAS Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum DMID Domestik, komunal dan industri (kebutuhan air). PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB Pulau Jawa atau satu provinsi atau kabupaten/kota) Pengelolaan Sumber Daya Manusia SDM.

PusAir, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Organisasi Pengelola Daerah Aliran Sungai. Rencana Detail Tata Ruang RDTRS = Rencana Detail Geografis (peta 1:5.000, hanya untuk kabupaten/kota) Model Simulasi Daerah Aliran Sungai RIBASIM, Sistem Pendukung Keputusan Perencanaan/Pengelolaan Daerah Aliran Sungai RTRWRencana Geografis Wilayah = Rencana Geografis Wilayah (Peta 1:25.000). Rencana Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air SMPS, (Pola) Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air TKPSDA (Dewan WRM Wilayah Sungai) Bank Dunia WB.

Situasi saat ini

  • Studi tentang Keamanan Air, Kerentanan dan Wilayah Terdampak
  • Menilai Keamanan Air ty 1 Pemanfaatan Air
    • Banjir
    • Kualitas Air
    • Erosi dan Sedimentasi

Kajian ini menyajikan data untuk Java Analytical Unit (JAU), yang mirip dengan Kawasan Sungai (WS) sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, namun dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil untuk WS yang lebih besar seperti 6 Cis, Bengawan Solo dan Brantas. Analisis dilakukan untuk kondisi aliran rendah, yaitu 1 dalam lima tahun kemarau (80% kemungkinan terlampaui, atau terlampaui dalam 4 dari 5 tahun). Karena variabilitas musim, situasi ini diperkirakan 80% kering setiap bulan dalam setahun, dengan perhatian khusus pada musim kemarau (Juni - Oktober).

Kriteria pemanfaatannya adalah sebagai berikut: Pemanfaatan air mencukupi (atau kelangkaan wilayah terbatas) jika rata-rata surplus pada tahun-tahun kering pada periode Juni-Oktober adalah 80% > 10 m3/s dan total defisit sepanjang tahun < . Daerah yang paling banyak permasalahannya adalah Jakarta, Bandung, Semarang dan sepanjang pantai utara Jawa di Selat Madura. Prioritas kerentanan kualitas air didasarkan pada tekanan lingkungan (BOD > 1.000 g/hari/ha, > 500 atau kurang) dan permasalahan hulu/hilir yang signifikan, dan sebagian besar terdiri dari wilayah metropolitan.

Erosi yang tinggi menyebabkan sedimentasi yang tinggi, hal ini akan berdampak pada kapasitas tampung waduk dan kapasitas debit sungai yang pada akhirnya menyebabkan banjir. Deltares, DHV, MLD dan Wiratman 5. Total kapasitas penyimpanan air di Pulau Jawa sekitar 5.300 MCM pada tahun 2010. Diperkirakan kapasitas ini akan meningkat sebesar 1000 MCM atau 20% dalam 20 tahun ke depan, yaitu hampir 1% per tahun .

Total sedimentasi waduk diperkirakan sekitar 70 MCM/tahun, yang berarti hilangnya tampungan waduk secara keseluruhan akibat sedimentasi lebih dari 1% per tahun. Kesimpulannya, peningkatan kapasitas waduk di Jawa dalam 20 tahun ke depan akan lebih kecil dibandingkan penurunan kapasitas total akibat sedimentasi waduk. ii) dampak terhadap kapasitas waduk: kapasitas waduk berkurang >10%/tahun, 5%/tahun atau kurang, dan (iii) dampak terhadap wilayah banjir. Sedimentasi waduk di titik-titik dengan dampak sedang dan tinggi berkontribusi hingga 85% terhadap pengurangan tahunan total tampungan waduk di Jawa dan Madura.

Peningkatan kapasitas tampung kemungkinan besar dilakukan melalui waduk baru di Jatigede, Karian, Jatibarang dan beberapa waduk lainnya yang akan memberikan kontribusi tambahan sebesar 1.000 MCM.

Gambar 1.3 Pemanfaatan air di Jawa
Gambar 1.3 Pemanfaatan air di Jawa

Tren Saat Ini hingga 2030

  • Perubahan kerentanan secara keseluruhan dan area yang terkena dampak
  • Perubahan dalam aspek-aspek keamanan air tertentu

7 Java Spatial Model v2.1 digunakan untuk mensimulasikan pertumbuhan penduduk, PDB, produksi padi dan penggunaan lahan pada tahun 2030. Situasi di Cimanuk/Cisanggarung akan membaik setelah beroperasinya Waduk Jatigede, sedangkan situasi di wilayah dengan kerentanan erosi tinggi akan terpengaruh oleh tangki akan memburuk. Namun gambaran keseluruhan masih menunjukkan bahwa kekurangan air terutama terjadi di Jawa Tengah bagian timur dan juga di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo di Jawa Timur.

Statistik menunjukkan bahwa hilangnya lahan sawah biasanya diimbangi dengan penggunaan lahan yang tersisa secara lebih intensif, terutama pada periode kritis, ketika potensi untuk menanam tanaman tambahan masih ada. Air yang tidak digunakan oleh tanah yang dikonversi dialihkan ke tanaman tambahan tersebut. Perlu juga dicatat bahwa proyeksi masa depan hanya untuk tren saat ini, artinya tidak ada langkah spesifik yang diambil untuk memperbaiki situasi melebihi apa yang direncanakan saat ini.

Waduk baru yang ada hanya Waduk Jatigede (Cekungan Cimanuk), Jatibarang (Cekungan Jratunseluna), dan Karian (Cekungan Ciujung). Banjir akan bertambah parah, namun tidak terjadi di wilayah selain yang disebutkan sebelumnya. Kualitas air juga akan menurun akibat peningkatan populasi dan urbanisasi, namun hal ini tidak terjadi di lokasi lain yang tergolong kritis pada tahun 2010.

Erosi tidak lagi menjadi ancaman potensial, namun berdasarkan skenario yang ada saat ini, erosi akan mengurangi kapasitas waduk dengan dampak yang sudah terbukti terhadap ketersediaan air. Dengan demikian, lokasi yang ditunjukkan pada Gambar 1.4, 1.5, dan 1.6 juga merujuk pada situasi tahun 2030.

Gambar 2.1. Kerentanan terhadap ketahanan air 2010 / 2030
Gambar 2.1. Kerentanan terhadap ketahanan air 2010 / 2030

Faktor-faktor yang memperburuk kerentanan terhadap keamanan air

  • Identifikasi penyebab dan kondisi kritis
  • Rencana Induk Percepatan ated Economic Growth
  • Faktor pendorong dan kondisi kritis yang terkait dengan urbanisasi
    • Pendahuluan
    • Pasokan air perkotaan dan air tanah dalam yang berlebihan loitasi pasokan air publik m e n i n g k a t dengan cepat, tidak hanya karena populasi di
    • Berkurangnya potensi pertanian dan ketahanan pangan dari beras Urbanisasi memiliki dampak yang besar terhadap pertanian: lebih banyak orang
    • Polusi
    • Degradasi Daerah Tangkapan Air
    • Kerusakan Akibat Banjir
    • Peluang untuk perencanaan tata ruang yang ade quate
  • Perubahan Iklim
  • Aliran Lingkungan

Hal ini berarti persyaratan yang jauh lebih tinggi terkait risiko banjir, keandalan pasokan air, dan kualitas lingkungan. Hal ini berarti kapasitas meningkat dua kali lipat dalam 5 tahun (peningkatan 7/4 + permintaan tambahan dari pertumbuhan penduduk) di sebagian besar kota. Namun masih diperlukan lebih banyak lagi, karena penggunaan air tanah yang berlebihan juga harus diganti.

Karena rendahnya cakupan atau buruknya kinerja perusahaan penyedia air, banyak industri dan kawasan pemukiman menggunakan air tanah dalam. Alternatif pengganti air tanah dalam harus disediakan melalui percepatan sambungan ke perusahaan penyedia air, namun hal ini berarti perusahaan-perusahaan tersebut memerlukan rencana pengolahan dan pipa tambahan. Dalam analisis kami, kami berasumsi bahwa seluruh penggunaan air tanah di wilayah kritis harus diubah menjadi penggunaan air permukaan.

Artinya Pulau Jawa sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pangan penduduknya pada tahun 2030. Hal ini meningkatkan intensitas panen, namun tidak mengurangi kebutuhan air pada musim kemarau kritis. Hal ini berkontribusi terhadap erosi, mengakibatkan sedimentasi di bagian hilir, dan hal ini mengurangi kapasitas penyimpanan waduk dan kapasitas drainase banjir.

Oleh karena itu, berkontribusi terhadap berkurangnya ketersediaan air di musim kemarau dan meningkatnya banjir di musim hujan. Hal ini memerlukan persiapan warga dan pihak berwenang dalam menghadapi banjir dan mencegah dampak negatifnya. Jika arus lingkungan diperhitungkan, misalnya dengan mensyaratkan aliran minimum yang setara dengan 95% aliran yang dapat diandalkan (dalam kondisi alami, yaitu tanpa bendungan dan waduk) untuk selalu melewati tanggul pengalihan, hal ini akan mempunyai dampak yang dramatis selama musim kemarau. pada pertanian beririgasi, pengguna air terbesar.

Karena persyaratan aliran lingkungan bertentangan dengan prioritas tinggi yang diberikan pada pasokan air minum masyarakat dan irigasi masyarakat, masih belum jelas bagaimana hal ini akan dirumuskan dalam keputusan menteri di masa depan.

Gambar 3.1:  Peta yang menggambarkan koridor dan pusat-pusat ekonomi di Pulau Jawa (sumber: Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011- 2011-2025)
Gambar 3.1: Peta yang menggambarkan koridor dan pusat-pusat ekonomi di Pulau Jawa (sumber: Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011- 2011-2025)

Strategi untuk perbaikan

  • Pendekatan
  • Konservasi 1 Tindakan
    • Mitigasi atau pencegahan erosi Pelajaran yang dipetik
    • Mitigasi atau pencegahan berkurangnya retensi air
    • Mitigasi penurunan kualitas air
  • Pemanfaatan Air 1 Tindakan
    • Lebih banyak penyimpanan Buat lebih banyak penyimpanan
    • Pengembangan Sumber Daya Air Tambahan Air tanah
    • Dampak

Mitigasi atau pencegahan berkurangnya retensi air = meningkatkan retensi air, berkontribusi terhadap aliran yang lebih andal di musim kemarau dan mengurangi debit puncak. Membatasi penurunan kualitas air, berkontribusi terhadap ketersediaan air yang lebih besar dan kondisi kehidupan yang lebih baik. Pertama, lebih banyak perhatian harus diberikan untuk memastikan dukungan dan kepatuhan yang memadai dari penduduk setempat.

Hal ini berarti Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten perlu lebih berperan dalam konservasi. Dampak dari berkurangnya erosi adalah sedimentasi yang lebih lambat, berkurangnya kapasitas tampung waduk dan kapasitas debit banjir sungai. Gambaran yang lebih mengkhawatirkan diberikan mengenai dampak terhadap produksi pembangkit listrik tenaga air di waduk Saguling dalam studi Cis 6.

Pengurangan kebutuhan air di perkotaan dapat dicapai dengan mengurangi kehilangan air yang tidak dapat dijelaskan dalam sistem penyediaan air publik, mengurangi penggunaan air untuk mandi dan toilet, dan menjatah air sesuai dengan standar yang lebih rendah, sebagaimana disebutkan dalam bagian 3.2.2. Modernisasi produksi beras, dengan mekanisasi yang lebih efisien dan hasil panen yang lebih tinggi, akan mengurangi permintaan. Hasil panen yang lebih tinggi akan mengurangi luas lahan yang ditanami, yang juga akan mengurangi permintaan.

Selain itu, asumsi umum yang ada adalah bahwa hal ini dapat dicapai dengan pengelolaan irigasi yang lebih optimal setelah rehabilitasi fasilitas penyaluran, pengukuran dan pengoperasian air secara lebih efisien. Manfaat dari pengoperasian yang lebih baik adalah lebih banyak air yang sampai ke petani melalui saluran resmi, sehingga mengurangi biaya pompa dan listrik, namun tidak mengurangi air. Namun, jika konservasi daerah tangkapan air yang lebih baik, sebagaimana dibahas pada bagian 3.2.2, dapat diwujudkan dalam 5 tahun ke depan, maka masih ada cukup waktu untuk efektif sebelum pembangunan Bendungan Jragung selesai.

Faktanya, karena keandalan dan kualitas airnya yang baik, air tanah merupakan sumber pilihan untuk penggunaan ini. Saluran kontur menawarkan kemungkinan pengumpulan air hujan di pegunungan, yang curah hujannya lebih banyak dibandingkan di dataran rendah. Potensinya lebih besar (hingga 10 m3/s) jika kita memperhitungkan terowongan sepanjang 20-30 km pada ketinggian 800 m dpl, namun masih memerlukan kajian lebih lanjut.

Tabel 4.2 Sumber daya air tanah tak tertekan (Q1) dan tertekan (Q2) dan hasil air tanah yang aman (m3 /dtk) per JAU,  (sumber: Wiratman, 2010), dibandingkan dengan sumber daya air permukaan yang tersedia (sumber PusAir).
Tabel 4.2 Sumber daya air tanah tak tertekan (Q1) dan tertekan (Q2) dan hasil air tanah yang aman (m3 /dtk) per JAU, (sumber: Wiratman, 2010), dibandingkan dengan sumber daya air permukaan yang tersedia (sumber PusAir).

Gambar

Gambar 1.1 Kerentanan Agregat 1  untuk ketahanan air di Jawa
Gambar 1.1 Kerentanan Agregat 3  untuk ketahanan air di Jawa
Gambar 1.3 Pemanfaatan air di Jawa
Gambar 1.2 Gambaran umum area yang terkena dampak untuk berbagai aspek (untuk legenda warna, lihat  gambar 1.1).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaan dari penelitian ini terdapat pada etnomatematika yang peneliti gunakan yaitu etnomatematika permainan senaporan dan selimban untuk melihat kemampuan pemahaman

These costs are written in the following table: The problem is how many tons of wheat to be shipped from the warehouse to each mill of the month for a total minimum