BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak
Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa inggris.
Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela.84
Adapun secara istilah, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam, dengan al-Qur‟an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berfikir Islami. Pola sikap dan tindakan
83 Ibid, hlm.29
84 Dr. Mansur, MA, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.221
68
yang dimaksud mencakup pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk dirinya sendiri), dan dengan alam.85
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut :
a. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.86
b. Ibrahim Anas mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.87
c. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.88
Abuddin Nata mengutip al-Ghazali bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.89
85Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1995), ed. 2.
hlm. 209
86 Imam Al Ghozali, Ihya Ulum al Din, jilid III, (Indonesia: Dar Ihya al Kotob al Arabi,tt), hlm. 52
87 Ibrahim Anis, Al Mu‟jam Al Wasith, (Mesir: Darul Ma‟arif, 1972), hlm. 202
88 Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), hlm. 15
89 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013). hlm. 3
69
Menurut Quraish Shihab, meskipun kata akhlak terambil dari bahasa Arab tetapi kata seperti itu tidak ditemukan di dalam Al Quran. Kata yang ditemukan di dalam Al Quran hanyalah bentuk tunggal dari kata tersebut yaitu khuluqun. Justru kata akhlak ditemukan di dalam hadits-hadits Nabi SAW, dan salah satunya yang paling popular adalah innama bu’istu liutammima makarim al-akhlaq.90
Menurut Sattu Alang, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara spontanitas dan perbuatan timbul karena dorongan emosi jiwa, bukan karena adanya tekanan tekanan yang datang dari luar.91
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu di dalam jiwa seseorang yang telah terpatri dan mengkristal, yang dengannya menimbulkan perbuatan-perbuatan atau tindak perilaku spontan atau tanpa pemikiran dan perenungan terlebih dahulu. Dengan begitu, bila perbuatan itu baik menurut akal dan agama disebut akhlak al-karimah, tetapi bila sebaliknya jika perbuatan itu buruk disebut akhlaq almadzmumah.
Disamping istilah akhlak ada juga istilah etika dalam menggambarkan perilaku, perangai dan tabi’at seseorang. Menurut Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan mengemukakan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan akal.92
90 Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007). hlm. 336
91 Sattu Alang, Kesehatan Mental dan Terapi Islam, (Makassar: CV. Berkah Utami, 2005). hlm. 99
92 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012). hlm. 14
70
Perbedaan akhlak dan etika sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Muflih Saefuddin adalah akhlak atau sistem nilai/norma yang bersumber pada Al Quran dan As-Sunnah, sementara etika adalah sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat dan dapat berubah menurut kesepakatan dan persetujuan dari masyarakatnya pada dimensi waktu dan ruang tertentu. Sistem ini sama sekali bebas nilai dan lepas dari hablumminallah.93
Istilah lain juga yang lazim dipergunakan yang dianggap sama dengan akhlak adalah istilah “moral”. Moral berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat kebiasaan, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan makna susila. Secara terminologi, moral dapat diartikan sebagai ide-ide umum tentang tindakan manusia yang baik dan wajar, sesuai dengan tindakan yang diterima umum.94 Menurut pandangan para ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum). Sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.95
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka
93 Ahmad Muflih Saefuddin, dkk. Desekularisasi Pemikiran; Landasan Islamisasi, (Bandung: Mizan, 1987). hlm. 200
94 Rosihan Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung Pustaka Setia, 2008). hlm. 207
95 Ibid,. Hlm. 208
71
baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.