• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Remaja

Dalam dokumen FAKULTAS AGAMA ISLAM (Halaman 34-40)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Pengertian Remaja

.

kepincangan dan ketidak sesuian tindakan dengan norma-norma dan nilai- nilai masyarakat (Danawir Ras Burhani, 2001: 46).

Pembinaan anak remaja dilaksanakan bersamaan dengan peningkatan kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan perannya sebagai pendidik pertama dan utama serta peningkatan perhatian dan perlindungan hak anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya.

Selanjutnya, karena menurut ajaran islam bahwa anak dilahirkan dalam keadaan bersih jiwanya tanpa noda sedikitpun, hal ini telah ditujukan oleh Rasulullah Swa yang berbunyi sebagai berikut :

ُالله ىَّلَص ىِبَّنلا َلَاق : َلاَق ُهْنَع ُالله َى ِض َر ِةَرْيَرُه ىِبَا ْنَع ىَلَع ُدَل ْوُي ٍد ْوَل ْوَم ُّلُك :َمَّلَس َو ِهْيَلَع

)ىراخبلا هاور( ِهِن ِسُجاَمُي ْوَأ ِهِنا َرِّصَنُي ْوَأ ِهِنْيِد ْوُهَي ُها َوْبَأَف ِة َرْطِفْلا

Terjemahnya :

Dari Abu Hurairah ra. Berkata Rasulullah swa. Bersabda : tak ada seorang anakpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang mempengaruhi anak itu memeluk agama Yahudi, Nasrani, maupun Majusi. (HR Muslim).

(Shahih Muslim, Isa al-Baby al-Halaby, 1995 : 2047).

.

masa (fase) remaja, masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan pada masa dewasa yang sehat.

(soetjiningsih, 2007:2009)

Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua (2) minat seksualitas; (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.

Menurut Ericson (2009: 143) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya indentity. Indentity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisi normativ yang sebelumnya telah memberikan konstribusi pada perkembangan identitas ini. Berdasarkan umur kronologinya dan berbagai kepentingan terdapat terdapat berbagai definisi remaja yaitu :

a. Pada buku padiatri, pada umumnya mendefinikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki.

b. Menurut UU no.4 tahun 1979 mengenal kesejahteraan anak remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.

c. Menurut UU perburuhan : anak dianggap remaja apabilah telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.

.

d. Menurut UU perkawinan no 1 tahun 1974, anak sudah dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

e. Menurut diknas, dianggap remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengansaat lulus sekolah menengah.

f. Menurut Wito anak dianggap remaja bila telah mencapai umur 10-18..

Hal ini Ericson (2000 : 143 ) berpendapat bahwa remaja merupakan masa ”strum and drang” yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan,asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan kematangan psokososial semau remaja akan melewati tahap- tahap sebagai berikut :

Pertama : masa remaja awal (usia 13-16 tahun) pada masa ini terjadi perubahan fisik yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran, bahkan kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan kepercayaan kepada tuhan. Kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang jadi berkurang yang terlihat cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas.

Kedua : masa remaja akhir (17-21 tahun) secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa emosinya mulai stabil dan pemikiranya mulai matang (kritis) dalam kehidupan beragama. Remaja sudah mulai

.

melibatkan diri dalam kegiatan keagamaan, remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shaleh dan ada yang tidak.

a) Faktor penghambat Ahlak Terhadap Remaja

Faktor penghambat dalam pembinaan ahlak terhadap remaja yaitu : a. Kurangnya ksih sayang yang bersifat menyeluruh

Adapaun yang dimaksud dengan menyeluruh adalah seorang remaja tidak sama sekali memiliki hubungan dengan sang ibu atau orang yang mengantikan peran ibu. Sejak usia pertama kelahiranya tidak mendapatkan kasih syang seperti itu dapat berakibat buruk, berbahaya dan permanen terhadapat perkembnagan tingkah laku dan ahlak seseorang remaja, bila secara fisik, intelektual, emosional dan sosial ketika remaja tersebut beranjak dewasa maka mereka akan memiliki kepribadian yang selalu takut menghadapi tekanan hidup dan berprilaku menurut (Athif Abdul, 2009 : 36).

b. Kondisi ini dialami oleh remaja, dalam hubungan kedua orang tuanya yang berakibat hancurnya hubungan anak dan kedua orang tuanya.

Kondisi semacam ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa si anak. Diantaranya sebab-sebab kurangnya ksih sayang yang bersifat persial adalah kedua orangtuang bercerai, salh satunya atau keduanya menikah kembali dengan orang lain atau salah satunya meninggal dunia dan yang lain menikah lagi, atau

.

ditinggal pergi jauh oleh ayah dan ibu sehingga menyebabkan ayah atau ibu yang dekat atau yang bertugas mengasuh anak tersebut tidak sanggup memikul beban mengurus anak dan mengakibatkan kurangnya kasi sayang yang bersifat persial.( Athif Abdul, 2009 : 36 ) c. Dicampakkan oleh keluarga

kondisi sepereti ini dimana sang remaja masih tinggal dengan orangtuanya dan masih menjada hubungan keluarganya yang sudah hancur, hubungan antara anak dan keluarga akan hancur ketika ia sudah melalui masa kanak-kanak atau masa akhir kanak-kanak.

Kadang-kadang antara anak dan kelurga mengalami masa-masa penuh dengan harmonis yang dapat berlangsung lama atau sebentar, akan tetapi pada masa-masa itu penuh dengan ”bom-bom waktu”yang biasanya menambah jarak antara anak-anak dan kedua orangtuanya.

Anak juga memiliki perilaku yang tidak mau patuh, berontak, bimbang, cedmas, dan juga memiliki reaksi buruk terhadap kepribadianya. ( Athif Abdul, 2009 : 36 )

d. Menimpakan Hukuman yang keras terhadap Remaja

Hubungan berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang berbuat salah, untuk menjadi efektif hukuman tersebut mestilah tidak menyenangkan, jadi bersifat beberapa bentuk kehilangan, kesakitan dan penderitaan, jika hukuman kekerasan kita sering menimpakan terhadap remaja maka

.

besar kemungkinan sangat mempengaruhi jiwa remaja yang akhirnya akan berdampak negatif terhadap ahlaknya, jadi suatu hukuman yang logis pertama sekali haruslah profesional atau seimbang besarnya atau kerasnya terhadap pelangaraanya.( Athif Abdul, 2009 : 36 ) Jika hukuman mereka dalam berlebih maka anak akan lebih memusatkan pikiranya kepada ketidak adilan terhadap peranan mereka dalam perbuatan itu, jadi hindarilah usaha untuk menghilangkan suatu perbuatan salah, dengan sekaligus dan seleruhnya/ dengan cara menjatuhkan hukuman yang berlebih-lebihan.

Hal ini jelas bahwa hukuman harus direncanakan sebelumnya dalam saat-saat yang panas dimana orangtua sedang marah dan emosi biasaynya adalah sangat sukar jika tidak mungkin untuk menetukan hukamn-hukuman yang layak, jika emosi sedang tinggi maka ada suatu tendensi untuk mengakibatkan dan menimbulkan pikiran yang tambah panas dan gelap bukanya tambah terang mengenai suatu problemika.

31

Dalam dokumen FAKULTAS AGAMA ISLAM (Halaman 34-40)

Dokumen terkait