• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP SMART CITY & NEW

3.3. Penutup

3.3. Penutup

- Masyarakat penghuni kota cerdas, - Lingkungan yang cerdas,

- Prasarana cerdas, - Ekonomi cedas, - Mobilitas cerdas,

- Serta gaya hidup yang cerdas.

Jawaban 2 :

Pinsip-prinsip konsep new urbanism meliputi:

- Walkability, bagaimana kota memfasilitasi ruang untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman.

- Connectivity, bagaimana kota memberikan fasilitas penghubung dari ruang pejalan kaki menuju ke fasilitas transportasi/

pergerakan.

- Mixed-use, bagaimana kota menciptakan ruang-ruang yang memiliki fungsi bercampur yang akan memudahkan penduduk untuk memudahkan mendapatkan pelayanan dengan berjalan kaki.

- Mixed housing, bagaimana penataan perumahan yang bercampur antar kelompok sosial sehingga akan mendorong keberlanjutan social cohesion.

- Quality of architecture and urban design,

- Neighbourhood structure, density increased, smart transportation, sustainability, quality of life

Daftar Pustaka

Budihardjo, E. (2010). Konflik Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Pembangunan Berkelanjutan-Peran dan Kontribusi Emil Salim, 282.

Novianti, K., & Syahid, C. N. (2016, November). Menuju kota cerdas:

pelajaran dari konsep smart city yang diterapkan di jakarta dan surabaya 6 towards smart city: lessons from the implementation of smart city’s concept in jakarta and surabaya. In Prosiding Seminar Hari Tata Ruang (p. 89).

Nasional, K. P. P., & Nasional, B. P. P. (2015, October). Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia. In Makalah disampaikan dalam Konferensi e-Indonesia Initiative dan Smart Indonesia Initiatives Forum ke-1 (Vol. 15).

P. Katz, 1994. The New Urbanism. Toward an Architecture of Community, Mc Graw Hill Incorporated, New York.

Fulton, William. "The new urbanism." Cambridge, Lincoln Institute of Land Policy (1996).

Grant, Jill. Planning the good community: New urbanism in theory and practice. routledge, 2005.

Benninger, Christopher Charles. "Principles of intelligent urbanism: The case of the new Capital Plan for Bhutan." Ekistics (2002): 60-80.

Santoso, Stephanie, and Andreas Kuehn. "Intelligent urbanism: convivial living in smart cities." (2013).

Budiarto, Atiek Suprapti, and Agung Budi Sardjono. "The urban heritage of Masjid Sunan Ampel Surabaya, toward the intelligent urbanism development." Procedia-Social and Behavioral Sciences 227 (2016): 601-608.

BAB IV

REGENERASI PERKOTAAN (URBAN REGENERATION) 4.1. Pendahuluan

4.1.1. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini, akan mempelajari regenerasi perkotaan (urban regeneration), yang dimulai dari aspek kebijakan pemerintah, dan dilanjutkan dengan implementasi di lapangan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, Urban Regeneration - Urban Renewal;

Recovery from disaster toward sustainable urban design. Tugas 1 : Observasi pada kasus kawasan "urban disaster"

4.1.2. Relevansi

Pengenalan regenerasi perkotaan atau dikenal dengan istilah peremajaan perkotaan, secara umum akan memberi pemahaman kepada mahasiswa mengenai bermacam-macam pilihan dalam penyelesaian permasalahan permasalahan rancang perkotaan, sehingga akan memberikan dasar kepada mahasiswa di dalam merancamg ruang perkotaan untuk menghadirkan solusi yang tepat bagi permasalahan yang ada

4.1.3. Capaian Pembelajaran

4.1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

a. Mampu mengidentifikasikan (C2) jenis / macam regenerasi perkotaan.

4.1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK) a. Mampu mengidentifikasikan (C2) prinsip-prinsip regenerasi

perkotaan melalui contoh kasus perancangan kota di Indonesia

4.1.4. Petunjuk Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan dengan metoda ceramah, presentasi, diskusi, serta penugasan secara berkelompok. Metoda pembelajaran ini berkaitan dengan capaian kompetensi dasar yaitu identifikasi belajar dari kasus-kasus perkotaan yang ada di lapangan melalui tugas individu atau kelompok.

4.2. Penyajian 4.2.1. Uraian

4.2.1.1. Regenerasi Perkotaan/Peremakaan Perkotaan (Urban Regeneration/ Urban Renewal)

Tujuan urban design menurut Spreiregen adalah sebagai berikut:

1. Membuat kota lebih manusiawi;

2. Menselaraskan bentuk fisik urban dengan alam;

3. Menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas

4. Menjadikan kota sebagai suatu pelabuhan keanekaragaman (diversity).

Gambar 4.1 Kawasan permukiman padat dan kumuh di kawasan ibukota Jakarta

Kampung Melayu Semarang Kampung Melayu Semarang Gambar 4.2 Kawasan bersejarah perkotaan

Pengertian Peremajaan Kota (merujuk pada UU No 24/ Th 1992 dan UU no 26 / 2007)

Peremajaan kota merupakan upaya perawatan kembali suatu wilayah dengan menggantikan sebagian atau seluruh unsur-unsur lama dengan unsur-unsur baru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan vitalitas dan kualitas lingkungan sehingga kawasan tersebut memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kota secara keseluruhan.

Prinsip urban renewal antara lain meliputi empat aspek:

1. Ekonomi, yaitu pemanfaatan lahan sesuai dengan fungsi dan nilai yang tinggi.

2. Sosial, yaitu memberi wadah bagi berlangsungnya interaksi sosial yang lebih baik

3. Budaya, memberi wadah bagi berlangsungnya transformasi budaya secara luas

4. Fisik, menciptakan lingkungan hidup yang nyaman dan menarik Adapun berdasarkan pola pembangunannya urban renewal dapat dikategorikan atas:

1. Peremajaan permukiman lama melalui KIP (kampong improvement program), bertujuan untuk memperbaiki lingkungan fisik pemukiman perkotaan yang mengalami degradasi (penurunan kualitas) karena ketuaan usia agar bisa berfungsi optimal.

2. Peremajaan prasarana kota, bertujuan untuk meregenerasikan prasarana perkotaan yang sudah mengalami ketuaan agar bisa berfungsi optimal.

3. Membangun tanpa menggusur, khususnya untuk kawasan lingkungan kumuh

4. Fungsi dan pemanfaatan berubah total.

5. Renovasi bangunan dan kawasan lama.

Pendekatan Urban Renewal bisa dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan sosial budaya masyarakat, dengan memanfaatkan sebanyak mungkin potensi yang ada, dengan perkembangan mutu ekosistem, pengembangan mutu fasilita, serta pendekatan pembangunan yang berkelanjutan.

Peremajaan Kawasan Warisan Kota

Kawasan warisan kota memiliki karakteristik khusus sebagai berikut:

1. Memiliki arti penting bagi sejarah & identitas kota 2. Memiliki potensi artefak penting (cagar budaya) kota.

3. Karena ketuaan usia, mengalami degradasi lingkungan, bangunan, sarana & prasarana.

4. Mengalami degradasi kehidupan sosial budaya.

Bentuk-bentuk urban renewal antara lain adalah sebagai berikut:

1. Konservasi 2. Preservasi 3. Rehabilitasi 4. Rekonstruksi 5. Renovasi 6. Gentrifikasi 7. Reklamasi

Konservasi adalah kegiatan menjaga, memelihara &

melestarikan suatu bagian wilayah kota agar aman thd kemungkinan terjadinya bencana alam, perusakan lingkungan (alam/ binaan), dll.

Tujuan Konservasi antara lain adalah:

 Melestarikan dan mengembangkan peninggalan bersejarah.

 Konservasi dibidang arsitektur bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan bangunan-bangunan yang mempunyai nilai historis yang tinggi. Dimana konservasi itu bukan hanya dari fisik sebuah bangunan saja namun juga lingkungannya. Kasus di kota Seoul adalah konservasi alur sungai (streams) didalam walled city (gambar 4.3), yang dirawat dan dijaga kelestariannya hingga saat ini, sehingga menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Gambar 4.3 Konservasi Alur Sungai Seoul

Preservasi adalah mempertahankan, melestarikan &

memelihara struktur lingkungan yang memiliki nilai sejarah, sosial budaya, nilai lingkungan & nilai arsitektur tinggi. Preservasi digunakan untuk obyek yang tidak digunakan subyek. Obyek yang dimaksudkan akan rusak dengan sendirinya sekalipun jika tidak dirawat, seperti misalnya preservasi mumi Pharao, benda antik, preservasi naskah kuno.

Benda-benda tersebut jika tidak digunakan pun, kemungkinan akan rusak dengan sendirinya karena usia.

Gambar 4.4 Proyek Preservasi Urban Hanok Seoul

Rekonstruksi adalah tindakan pengembalikan suatu struktur lingkungan alami atau binaan kepada wujud semula atau mendekati wujud asal. Sebagai contoh adalah istana Gyeongbokgung di Seoul yang merupakan istana utama dan terbesar dari dinasti Joeson, yang nampak keberadannya pada saat ini merupakan hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan. Hal ini dikarenakan istana yang asli terbakar dan hancur pada saat perang dengan Jepang.

Gambar 4.5 Istana Gyeongbukgung the main royal palace dinasti Joeson di Seoul Korea Selatan, hasil proyek rekonstruksi karena bangunan tersebut sempat hancur dibumi hanguskan oleh oleh Jepang pada masa pendudukan.

Rehabilitasi adalah kegiatan pengembalian fungsi struktur fisik suatu lingkungan karena mengalami perusakan, degradasi fisik, kualitas

& kapasitas, yang diakibatkan antara lain karena perubahan daya tampungnya. Sebagai contoh pembangunan vertical housing di Jong

Am Seoul (Gambar 4.6.) dilakukan pada tahun 1957, sebagai bentuk rehabilitasi Kawasan mengalami degradasi akibat Perang Dunia II.

Gambar 4.6 Pembangunan Kawasan Jong Am Seoul (1957) merupakan hasil rehabilitasi Kawasan akibat Perang Dunia II.

Renovasi adalah kegiatan pengubahan atau penyesuaian sebagian atau beberapa bagian suatu lingkungan dan atau struktur utk meningkatkan kapasitas dalam fungsi tetap atau fungsi baru. Sebagai contoh pembangunan Sungai Chongyecheon Seoul (Gambar 4.7) yang dilakukan pada tahun 2003-2005, sebagai bentuk restorasi kawasan sungai yang dahulu sempat ditutup oleh highway, namun kemudian disadari hal tersebut tidak menyelesaikan masalah, sehingga akhirnya flyover jalan dibongkar dan fungsi Sungai dikembalikan dan sebagian disesuaikan dengan fungsi baru sebagai ruang publik dan representatif.

Gambar 4.7 Pembangunan Sungai Chongyecheon Seoul pada tahun 2003- 2005, adalah bentuk restorasi kawasan sungai yang dahulu sempat ditutup oleh

highway.

Jentrifikasi adalah suatu fenomena dimana sebuah lingkungan fisik memburuk kemudian direvitalisasi tindakan peningkatan vitalitasasi sehingga terjadi peningkatan nilai property disertai gelombang datangnya warga kelas menengah atas menggantikan warga asli .

Revitalisasi adalah tindakan peningkatan kawasan fungsional kota untuk meningkatkan nilai ekonomi tanpa menimbulkan perubahan struktur fisik.

Gambar 4.8 Urban Revitalization Project, Seoul

Reklamasi adalah pemanfaatan & peningkatan kegunaan serta nilai ekonomis suatu kawasan yang belum bermanfaat (lahan bekas pertambangan, rawa-rawa, lahan berkualitas rendah. Pemukaan wilayah baru dalam kota yang semula telah mengalami dedradasi fisik, sehingga mengganggu nilai-nilai Sosial-ekonomis.

Gambar 4.9 Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Pendekatan Urban Renewal:

 Perkembangan Sosial Budaya Masyarakat

 Memanfaatkan sebanyak mungkin potensi yang ada

 Perkembangan Mutu Ekosistem

 Pengembangan Mutu Fasilitas

 Sustainable Development

Peremajaan Kawasan Warisan Kota

Kawasan warisan kota memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki arti penting bagi sejarah & identitas kota 2. Memiliki potensi artefak penting (cagar budaya) kota.

3. Karena ketuaan usia, mengalami degradasi lingkungan, bangunan, sarana & prasarana.

4. Mengalami degradasi kehidupan sosial budaya.

Peninggalan sejarah berupa ruang, bangunan, kehidupan, tradisi dan sejarang dari masa lalu mendukung banyak pelajaran, inspirasi

yang dapat dimanfaatkan di masa depan. Peninggalan itu jua mengandung banyak collective memory yang menyatukan kita, yang memberikan suasana akrab, kenangan lama dan semangat bersama untuk membangun dan memelihara. Peninggalan lama merupakan bukti sejarah yang dapat langsung dilihat, dirasakan, dan dinikmati, yang membantu generasi berikutnya untuk memahami pengalaman dan perjuangan generasi sebelumnya dalam menjawab tatangan zamannya.

Kawasa lama atau kawasan bersejarah suatu kota desa perlu dilestarikan. Penataan ruang harus dapat melindungi kekayaan sejarah itu, yang merupakan asset tak tergantikan yang tak ternilai. Keseluuhan kota atau desa harus merupakan kesatuan yang harmonis yang mencerminkan kepribadian dan jati dirinya. Ini tidak berarti bahwa kota atau desa itu tidak boleh berubah dan berkembang. Pelestarian adalah perubahan yang terkendali. Ia adalah bagian dari perubahan menanggap tantangan zamannya, tanpa kehilangan asset dan nilai yang berharga yang harus dilestarikan. Bagaimana membuat petahanan dalam perubahan itu adalah “seni” tata ruang yang harus dikembangkan.

Manfaat konservasi bisa dilihat dari tiga aspek yaitu budaya, ekonomi dan sosial, yang bisa dijelaskan sbb:

 Budaya : Semakin memperkaya sumber sejarah, semakin menambah rasa kedekatan (sense of attachment)

 Ekonomis : Meningkatkan taraf hidup, mengurangi biaya penggantian.

 Sosial: Meningkatnya nilai ekonomi dan meningkatkan rasa percaya diri pada masyarakat.

Ekspektasi Konservasi

 Mempertahankan warna budaya dan sejarah suatu bagian kota

 Memberikan variasi suatu bentuk kota

 Secara ekonomis diharapkan bangunan yang dilestarikan akan meningkatkan nilainya, sehingga akan memberikan nilai komersial yang digunakan sebagai modal lingkungan

 Merupakan simbol dan manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian kota.

Upaya-upaya yang dilakukan sehubungan dengan konservasi antara lain adalah sbb.:

 Memberikan apa yang saat ini ada.

 Meningkatkan vitalitas yang pernah ada.

 Menghidupkan vitalitas baru.

Beberapa alasan mengapa konservasi diperlukan antara lain:

 Objek yang dimaksud merupakan suatu tipikal dari karya budaya tertentu.

 Adanya peran sejarah yang melatar belakangi keberadaan Obyek.

 Kelangkaan atau keunikan Objek.

 Keberadaan objek berperan memperkuat suatu kawasan.

 Objek merupakan suatu karya yang superlative.

 Objek memiliki nilai estetika tertentu.

Kegiatan konservasi bisa berbentuk preservasi dan pada saat yang sama melakukan pembangunan atau pengembangan, restorasi, replikasi, reskontruksi, revitalisasi dan atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu (Laretna T. Adishakti). Perlu upaya lintas sektoral, multidimensi dan disiplin serta berkelanjutan.

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi

Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). (Prof. Danisworo ).

Kunci utama keberhasilan konservasi adalah bagaimana aspek pengelolaan (sejak awal) hingga pelaksanaan, pemeliharaan dan pengelolaan pengembangan kegiatan (events) yang menjadi salah.

Aset warisan budaya memiliki berbagai ragam permasalahan yang perlu diperhatikan dalam sebelum mengambil tindakan terkait dengan aset ini adalah:

1. Nilai-nilai khas untuk aset tersebut saat ini.

2. Siapa atau apa yang akan bertanggung jawab untuk mengelola, menggunakan dan perubahannya.

3. Tingkat di mana kebijakan manajemen dan tindakan untuk keperluan bisnis dan perawatan berkelanjutan.

4.3. Penutup 4.3.1. Rangkuman

a. Konsep peremajaan kota atau urban renewal atau urban regeneration sebuah perkotaan seharusnya mempertimbangkan keseimbangan aspek sosial budaya, ekonomi, serta mendorongkan konsep pembangunan berkelanjutan yang berangkat potensi-potensi setempat.

b. Peremajaan kawasan warisan kota dapat dilakukan melalui revitalisasi. Hal ini diperlukan untuk menjadikan kota sebagai jembatan antar waktu yang mempromosikan ilmu pengetahuan bagi generasi-generasi penerus kota. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Partisipasi masyarakat, baik masyarakat dalam lingkungan tersebut maupun masyarakat dalam arti luas. Untuk itu, diperlukan kejelasan mekanisme, dan penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak fihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi.

4.3.2. Test Formatif Soal 1

Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan peremajaan perkotaan.

Soal 2

Jelaskan bentuk bentuk peremajaan kota.

4.3.3. Umpan Balik

Test formatif berupa penjelasan, baik soal no 1, dan soal no 2 masing-masing memiliki bobot 50 %. Jika jawaban anda memiliki kemiripan lebih dari 80 % dengan jawaban test formatif pada akhir pokok bahasan ini, anda bisa memberikan nilai penuh untuk masing masing – masing soal

4.3.4. Tindak Lanjut

Jika nilai test formatif mahasiswa masih kurang dari 60, silakan untuk mempelajari materi pada pokok bahasan ini dengan lebih seksama, dan bisa berdiskusi dengan dosen pengampu maupun rekan mahasiswa terkait dengan hal-hal yang belum terpahami. Selanjutnya disarankan untuk mencoba menjawab Kembali test formatif sehingga bisa mendapatkan nilai diatas 60.

4.3.5. Kunci Jawaban Test Formatif Jawaban Soal 1:

Yang dimaksudkan dengan peremajaan perkotaan adalah:

Upaya perawatan kembali suatu wilayah dengan menggantikan sebagian atau seluruh unsur-unsur lama dengan unsur-unsur baru.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan vitalitas dan kualitas lingkungan sehingga kawasan tersebut memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kota secara keseluruhan. Adapun prinsip urban renewal antara lain meliputi empat aspek yaitu ekonomi, sosial, budaya dan fisik.

Jawaban Soal 2:

Bentuk-bentuk urban renewal antara lain adalah sebagai berikut:

1. Konservasi 2. Preservasi 3. Rehabilitasi 4. Rekonstruksi 5. Renovasi 6. Gentrifikasi

7. Reklamasi

Daftar Pustaka

Cultbert, R, Alexander, 2006. The Form of Cities, Malden, USA: Backwell Publishing.

Hayden, Dolores. 1995. The Power of Place, London; Thames Hudson Ltd.

Koztof, Spiro. 1991. The City Shaped, London: Thames Hudson Ltd.

Lang, W., Chen, T., & Li, X. (2016). A new style of urbanization in China:

Transformation of urban rural communities. Habitat International.

https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2015.10.009 Lynch, Kevin. 1981. Good City Form, USA: MIT Press

_______. 1990. City Sense City Design, London, USA: MIT Press.

Madanipour, Ali. 2007, Designing the City of Reason : Foundation and Frameworks, London and New York : Routledge

Muschett & Douglas, F. 1997. Principles of Sustainable Development, Florida : st Lucie.

Ndoro, W., & Wijesuriya, G. (2015). Heritage management and conservation:

From Colonization to Globalization. Global Heritage: A Reader.

Norberg-Schultz, Christian. 1979. Genius Loci Toward A Phenomenology of Architecture, New York: Rizzoli.

Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process, New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Snyder, C, James. 1984. Architectural Research, Van Nostrand Reinhold Company.

Soetomo, Sugiono, 2005. Dari Urbanisasi Ke Morfologi Kota Mencari Pembangunan Tata Ruang Kota yang Beragam, Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Spreiregen, Paul, D. 1965. The Architecture of Town and Cities, USA: Mc Graw Hill Book.

Suprapti, A., Kim, S., Pandelaki, E. E., & Firmandani, S. W. (2018). A Spatial Dialogue of Heritage Village Between Kauman in Semarang and

Seochon in Seoul Toward Preservation Development. Journal of

Architecture and Urbanism, 42(1), 16–23.

https://doi.org/10.3846/jau.2018.1478

Suprapti, A., Kistanto, N. H., Pandelaki, E. E., & Indrosaptono, D. (2017).

Control of spatial protection in Kauman Semarang. Journal of Architecture and Urbanism, 41(4), 268–277.

Suprapti, A., Sarjono A.B., Indriastjario, Pandelaki, E. E (2019). The Spatial Concepts of Cultural Heritage Village Toward A Tourism Development: A Case Study of Kadilangu Demak Indonesia, Journal of Architecture and Urbanism Vol. 43(1), 36-46

Suprapti, A., Sejati, W, A, Sarjono A.B., Pandelaki, E. E. (2021). Toward Sustainable Preservation of Cultural Heritage Buildings; A Combination of Digital Mapping and Architectural Mapping for Omah Pencu in the Historic Area of Kudus Kulon, Jurnal Teknik, 41 (3), 2020, 201-211.

Trancik, Roger. 1986. Finding The Lost Space: Theories of Urban Design, New York : Van Norstrand Reinholld Company.

Yunus, Sabari, Hadi. 2005. Struktur Tata Ruang Kota, Yogyakarta:

Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Zahnd Markus. 2006. Urban Design-Model For Dense, Laminar-Based New Quarters For Indonesian Cites, Inta Conference Proceeding, Yogyakarta : Duta Wacana Cristian Univesity.

BIOGRAFI PENULIS

Prof. Dr. Ir. Atiek Suprapti, MT., adalah Guru Besar penuh pada Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, berpengalaman mengajar di bidang perancangan arsitektur, perancangan perkotaan, permukiman, arsitektur warisan, arsitektur vernacular, semenjak tahun 1988 hingga saat ini.

Menyelesaikan Pendidikan S1 Arsitektur, S2 Magister Teknik Arsitektur, dan S3 Ilmu Arsitektur dan Perkotaan di Universitas Diponegoro. Mendapat gelar Professor pada Desember 2020.

Berbagai proyek di bidang perencanaan dan perancangan perkotaan telah dilakukan baik pada level kota, sub regional, dan regional sebelum bergabung dengan UNDIP, antara lain Rencana Tata Bangunan &

Lingkungan (RTBL) dan Rencana Umum Tata Ruang (RUTRK) beberapa kota di Jawa Tengah, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, Kabupaten Tegal, RTRW Sub Regional Subosuko Jawa Tengah, RTRW Sub Regional Gelangmanten, Regional Urban Development Strategy, dsb.

Selain staf pengajar, pada tahun 2012 – 2016 bertugas sebagai Sekretaris Departemen Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP. Pada periode 2016 sampai dengan saat ini bertugas sebagai Ketua Program Studi Doktor Ilmu Arsitektur dan Perkotaan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP.

Ketertarikan penelitian adalah pada bidang warisan perkotaan (urban heritage), preservasi kawasan perkotaan, arsitektur & kota Islam,

perkampungan, perancangan perkotaan.

Dalam dokumen Buku Ajar Perancangan Arsitektur Kota (Halaman 65-68)

Dokumen terkait