Pada bab ini berisi kesimpulan dari uraian yang sudah diterangkan pada bab- bab sebelumnya, dan juga berisi saran-saran pengembangan lebih lanjut.
Dalam bidang sistem informasi, sistem diartikan sebagai sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (Mulyanto, 2009).
Menurut Jerry Fifth Gerald di dalam Jogiyanto (2005), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.2.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai beberapa karakteristik, yaitu komponen atau elemen (component), batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface),
22 masukan (input), pengolah (process), keluaran (output), sasaran (objective), atau tujuan (Mulyanto, 2009).
Gambar 2.1 Karakteristik Sistem (Mulyanto, 2009) a. Komponen (component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Apabila suatu sistem merupakan salah satu dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka akan disebut dengan subsistem, sedangkan sistem yang lebih besar tersebut adalah lingkungannya.
b. Batasan (boundary)
Batas sistem merupakan pembatas atau pemisah antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas suatu sistem juga menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
c. Lingkungan luar (environment)
Lingkungan luar adalah apapun diluar batas dari sistem yang dapat memengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang menguntungkan ataupun yang merugikan. Pengaruh yang
23 menguntungkan ini tentunya harus dijaga sehingga akan mendukung kelangsungan operasi sebuah sistem. Sedangkan lingkungan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan agar tidak menggangu kelangsungan sebuah sistem.
d. Penghubung (interface)
Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.
Penghubung inilah yang akan menjadi media yang digunakan data dari masukan (input) hingga keluaran (output). Dengan adanya penghubung, suatu subsistem dapat berinteraksi dan berintegrasi dengan subsistem yang lain membentuk satu kesatuan.
e. Masukan (input)
Masukan atau input merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).
Maintenance input adalah bahan yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah masukan yang diproses untuk mendapatkan keluaran.
f. Pengolah (process)
Pengolahan (process) merupakan bagian yang melakukan perubahan dari masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. Dalam sistem informasi, pengolahan dapat berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pengurutan, atau operasi lainnya yang nantinya
24 akan mengubah masukan berupa data menjadi informasi berguna.
g. Keluaran (ouput)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan.
Keluaran dapat berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau hanya sebagai sisa pembuangan.
h. Sasaran (objective) atau tujuan (goal)
Suatu sistem pasti memiliki sasaran (objective) atau tujuan (goal). Apabila sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Tujuan inilah yang mengarahkan suatu sistem. Tanpa adanya tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan terkendali. Tujuan sistem informasi tergantung pada kegiatan yang ditangani.
2.3 Konsep Dasar Informasi
25 2.3.2 Kualitas Informasi
Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu akurasi (accuracy), relevansi (relevancy), dan tepat waktu (timeliness) (Mulyanto, 2009).
a. Akurasi (accuracy)
Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber hingga penerima kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut. Informasi dikatakan akurat apabila informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan sebuah informasi dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau mengubah data-data asli tersebut.
b. Relevansi (relevancy)
Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Hal ini berarti bahwa informasi tersebut harus bermanfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap- tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai kerusakan infrastrktur laboratorium komputer ditunjukan kepada rektor universitas. Tetapi akan lebih relevan apabila ditunjukan kepada penanggung jawab laboratorium.
Turban, Mc Lean, dan Waterbe (1999) dalam buku Information Technology for Management Making Connection for Strategies Advantages didalam Mulyanto (2009), mendefinisikan sistem informasi sebagai sistem yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
Sedangkan definisi sistem informasi menurut Joseph Wilkinson dalam buku Accounting and Information Sistem adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan suatu komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan (Mulyanto, 2009).
27 Gambar 2.2 Definisi Sistem Informasi (Mulyanto, 2009)
2.4.2 Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari 5 sumber daya yang dikenal sebagai komponen sistem informasi. Kelima sumber daya tersebut adalah manusia, hardware, software, data, dan jaringan. Kelima komponen tersebut memainkan peranan yang sangat penting dalam suatu sistem informasi. Namun, dalam kenyataannya tidak semua sistem informasi mencakup kelima komponen tersebut (Mulyanto, 2009).
a. Sumber Daya Manusia
Manusia mengambil peranan yang penting bagi sistem informasi. Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem informasi. Sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengguna akhir dan pakar sistem informasi.
Pengguna akhir adalah orang-orang yang menggunakan
28 informasi yang dihasilkan dari sistem informasi, misalnya pelanggan, pemasok, teknisi, mahasiswa, dosen dan orang- orang yang berkepentingan dengan informasi dari sistem informasi tersebut. Sedangkan pakar sistem informasi adalah orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi, misalnya sistem analis, developer, operator sistem, dan staf administrasi lainnya.
b. Sumber Daya Hardware
Sumbe daya hardware adalah semua peralatan yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Sumber daya hardware tidak hanya sebatas komputer saja, melainkan semua media data seperti lembaran kertas dan disk magnetik atau optikal.
c. Sumber Daya Software
Sumber daya software adalah semua rangkaian perintah (instruksi) yang digunakan untuk memproses informasi. Sumber daya software tidak hanya berupa program saja, tetapi juga berupa prosedur. Program merupakan sekumpulan instruksi untuk pemrosesan informasi. Sedangkan prosedur adalah sekumpulan aturan yang digunakan untuk mewujudkan aturan yang digunakan untuk mewujudkan pemrosesan informasi dan mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan menggunakan informasi.
d. Sumber Daya Data
Sumber daya data bukan hanya sekedar bahan baku untuk memasukan sebuah sistem informasi, melainkan sebagai
29 dasar membentuk sumber daya organisasi. Seperrti yang dijelaskan sebelumnya data dapat berbentuk teks, gambar, audio, maupun video.
e. Sumber Daya Jaringan
Sumber daya jaringan merupakan media komunikasi yang menghubungkan komputer, pemroses komunikasi, dan peralatan lainnya, serta dikendalikan melalui software komunikasi. Sumber daya jaringan dapat berupa media komunikasi seperti kabel, satelit, seluler dan dukungan jaringan seperti modem, software pengendali, serta prosesor antar jaringan. Kelima komponen tersebut digunakan oleh sistem informasi untuk menjalankan aktivitas input, pemrosesan, output, penyimpanan, dan pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk informasi.
30 mengkombinasikan kekuatan (fungsionalitas) perangkat lunak basis data relasional (DBMS) dan paket perangkat lunak CAD.
ESRI (Environmental System Research Insitute) didalam Riyanto (2009) mendefinisikan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berefrensi geografis.
Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok: sistem, informasi, geografis. SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur “informasi geografis” (Prahasta, 2014).
Penggunaan kata “Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan atau hal mengenai (wilayah dipermukaan) bumi: baik permukaan dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian, istilah
“informasi geografis” mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi di mana suatu objek terletak di permukaan bumi, atau informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) objek penting yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.
Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi diatas, maka SIG juga dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek penting yang terdapat di permukaan bumi. Jadi,
31 SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak, perangkat keras (manusia, prosedur, basis data, dan fasilitas jaringan komunikasi) yang dapat digunakan untuk memfasilitasi proses pemasukan, penyimpann, manipulasi, menampilkan, dan keluaran data/informasi geografis berikut atribut-atribut terkait (Prahasta, 2014).
2.5.2 Komponen Sistem (Subsistem) SIG
Beberapa subsistem dalam SIG antara lain (Riyanto, 2009):
a. Input
Pada tahap input (pemasukan data) yang dilakukan adalah mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atau atribut dari berbagai sumber data. Data yang digunakan harus dikonversian menjadi format digital yang sesuai. Proses konversi yang dilakukan dikenal dengan proses dijitalisasi (digitizing).
Salah satu teknik mengubah data analog menjadi data digital adalah dengan digitasi menggunakan mesin digitizer, termasuk dengan model digitizing on screen dari data hasil pemotretan (baik foto udara maupun foto satelit) melalui penyapuan (scanning).
b. Manipulasi
Manipulasi data merupakan proses editing terhadap data yang telah masuk, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang akan dibuat,
32 seperti: penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi, generalisasi dan sebagainya.
c. Manajemen Data
Tahap ini meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan data (menyimpan, mengorganisasi, mengelola, dan menganalisis data) ke dalam sistem penyimpanan permanen, seperti: sistem file server atau database server sesuai dengan kebutuhan sistem.
d. Query
Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengguna SIG. Penelusuran data menggunakan lebih satu layer dapat memberikan informasi untuk analisis data dan memperoleh data yang diinginkan.
e. Analisis
Terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG, yaitu:
fungsi analisis spasial, dan analisis atribut.
Fungsi analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial. Sedangkan, fungsi analisis atribut adalah fungsi pengolahan data atribut, yaitu data yang tidak berhubungan dengan ruang.
f. Visualisasi (output)
Penyajian hasil berupa informasi baru atau database yang dan baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk: peta (atribut peta dan atribut data), tabel, grafik, dan lain-lain.
33 2.5.3 Komponen SIG
Terdapat beberapa komponen dalam SIG yakni perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografis, sumber daya manusia, dan prosedur (Riyanto, 2009).
a. Perangkat keras komputer
Terdiri dari beberapa komponen, yakni CPU (Central Processing Unit), memory (utama dan tambahan), storage (alat penyimpanan data dan informasi), dan alat tambahan (peripherals).
Alat masukan (input device): keyboards, mouse, digitizers, pemindai (scanner), kamera digital, workstation fotogrametris digital. Alat keluaran (output device): monitor berwarna, printer, plotter berwarna, perekam film, dan lain-lain.
b. Perangkat lunak (software) komputer
Perangkat lunak yang dimaksud adalah yang mempunyai fungsi: pemasukan data, manipulasi data, penyimpanan data, analisis data, dan penayangan geografis.
c. Data dan informasi geografis
Data yang dapat diolah dalam SIG merupakan fakta- fakta di permukaan bumi yang memiliki referensi keruangan baik referensi relatif maupun referensi absolut dan disajikan dalam sebuah peta.
34 d. Sumber daya manusia
Perannya adalah sebagai pengoperasi perangkat keras dan perangkat lunak, serta menangani data geografis dengan kedua perangkat tersebut. Sumber daya manusia juga merupakan sebagai sistem analis yang menerjemahkan permasalahan riil dipermukaan bumi dengan bahasa SIG, sehingga permasalahan dapat diidentifikasi dan dicari solusinya.
e. Methods (prosedur)
Model dan teknik pemrosesan yang perlu dibuat untuk berbagai aplikasi SIG.
2.5.4 Referensi Data dalam SIG
Data digital geografis diorganisir menjadi dua bagian, yaitu:
data spasial dan data atribut/tabular (Riyanto, 2009).
a. Data Spasial, yang menyimpan kenampakan-kenampakan permukaan bumi, seperti: jalan, sungai, pemukiman, jenis penggunaan tanah, jenis tanah, dan lain-lain.
b. Data Atribut/Tabular, yang menyimpan atribut dari kenampakan-kenampakan permukaan bumi tersebut. Misalnya, tanah yang memiliki atribut tekstur, kedalaman, struktur, pH dan lain-lain. Model data tabular tersimpan ke dalam bentuk baris (record) dan kolom (field).
35 Gambar 2.3 Contoh tabel data atribut (Riyanto,
2009) 2.5.5 Model Data Spasial SIG
2.5.5.1 Data Raster
Model data raster bertugas untuk menampilkan dan menyimpan content data spasial dengan menggunakan struktur matriks/susunan piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel/sel memiliki atribut tunggal. Akurasi horizontal model data ini bergantung pada resolusi spasial/ukuran pikselnya. Entitas spasila model raster dapat disimpan didalam sejumlah layer yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur petanya (Prahasta, 2014).
Gambar 2.4 Data Raster
(http://doktafia.staff.gunadarma.ac.id)
36 2.5.5.2 Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan titik, garis/kurva, poligon serta atributnya. Bentuk sajian ini didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian 2D (Prahasta, 2014).
Gambar 2.5 Data Vektor
(http://doktafia.staff.gunadarma.ac.id)
Model data vektor diwakili oleh simbol-simbol atau yang selanjutnya dakam SIG dikenal dengan feature, seperti feature titik (point), feature garis (line), dan feature area (surface). Data tersebut tersimpan dalam komputer sebagai koordinat kartesius. Perhatikan penjelasan berikut ini (Riyanto, 2009):
a. Data titik (node point), merupakan sepasang koordinat (x, y) tanpa dimensi (tidak mempunyai panjang dan luas serta tinggi).
b. Data garis (arc/line), merupakan pasangan-pasangan koordinat yang mempunyai titik awal dan akhir (x1, y1: x2, y2), disebut: berdimensi 1.
37 c. Data luasan/area (polygon), merupakan kumpulan pasangan-pasangan koordinat dimana titik awal sama dengan akhir (x1, y1= x2, y2) atau loop, disebut berdimensi 2: mempunyai ukuran dimensi panjang dan luas.
d. Data permukaan (surface), merupakan suatu area dengan besaran (x, y, z), disebut berdimensi 3:
mempunyai ukuran panjang, luas dan ketinggian.
2.6 Konsep Dasar Peta
38 a. Peta tidak boleh membingungkan. Dalam hal ini peta perlu
dilengkapi dengan:
1) Keterangan atau legenda (legend) 2) Skala (scale) peta
3) Judul peta (isi) 4) Bagian dunia
b. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta. Supaya mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, digunakan:
Tata warna
Simbol (terutama pada peta tematik)
Sistem proyeksi dan sistem koordinat
c. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya. Tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan dan jenis peta, serta kesanggupan skala peta itu dalam menyatakan ketelitian.
2.6.2 Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Pada masa sekarang, peta tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk lokasi, peta juga dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Secara umum fungsi dan tujuan peta dapat dilihat dari poin-poin berikut ini (Riyanto, 2009).
39 a. Fungsi peta
1) Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letal suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di permukaan bumi).
2) Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi).
3) Memperlihatkan bentuk (misalnya bentuk dari benua, negara, dan lain-lainnya).
4) Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di atas peta. Dalam hal penyajian menyangkut penggunaan simbol-simbol sebagai “wakil”
dari data-data tersebut, kartografer menganggap simbol tersebut dapat dimengerti oleh si pemakai peta.
b. Tujuan pembuatan peta
1) Sebagai alat komunikasi informasi ruang 2) Menyimpan informasi
3) Membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan, dan sebagainya.
4) Untuk analisis data spasial, misalnya: perhitungan volume, dan sebagainya.
40 2.6.3 Klasifikasi Peta
Macam peta ditinjau dari 4 segi (Riyanto, 2009):
a. Macam peta ditinjau dari segi jenis
1) Peta foto, peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara/ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama dan legenda.
2) Peta garis, peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis dan luasan.
b. Macam peta ditinjau dari skala
1) Peta skala besar, yaitu peta dengan skala 1:50.000 atau lebih besar (1:25.000)
2) Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala 1:500.000 atau lebih kecil.
c. Macam peta ditinjau dari fungsinya
1) Peta umum (general map), merupakan peta yang berisikan penampakan-penampakan umum, seperti: jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, elevasi dan sebagainya.
2) Peta tematik, merupakan peta yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut.
Ada beberapa macam maksud dan tujuan dari peta tematik.
3) Kart, merupakan peta yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical. Peta kelautan yang ekuivalen dengan peta topografi disebut peta Batimetrik.
d. Macam peta ditinjau dari macam persoalan (maksud dan tujuan), ada banyak sekali macamya. Misalnya: peta kadaster,
Kartografi adalah seni, ilmu dan teknik pembuatan peta menurut Riyadi (1994) didalam Riyanto (2009). Tujuan dari kartografi ini adalah untuk memudahkan penyampaian informasi, sehingga peta yang telah dibuat dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.6.4.1 Simbolisasi
Simbol adalah suatu gambar menurut penyajian yang menyatakan objek tertentu. Desain simbol tidak hanya melakukan rancang simbol-simbol yang berbeda dari setiap objek dan ditampilkan di peta, akan tetapi merancang suatu simbol, merupakan proses intelektual dari kesalarasan simbol yang dirancang sehingga menggambarkan secara tepat mengenai tipe, ciri-ciri, atau karakter dan lokasi dari suatu elemen di dalam peta menurut Riyadi (1994) didalam Riyanto (2009).
Simbol kartografi berdasarkan ciri-cirinya dapat dikelompokkan dalam:
a. Simbol titik digunakan untuk menunjukkan posisi atau lokasi dan identitas daris unsur yang diwakili. Skala peta sangat menentukan bentuk simbol titik.
42 b. Simbol garis, digunakan jika unsur yang diwakilinya
berbentuk garis, misal: jalan, sungai, dan lain-lain.
c. Simbol area, misal: wilayah daerah pemukiman, pertanian dan lain sebagainya.
Berdasarkan bentuknya, simbol kartografi secara umum dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu:
a. Simbol piktorial atau gambar simbol, sering disebut sebagai simbol yang sama dengan keadaan sesungguhnya atau sudah disederhanakan.
b. Simbol geomatrikal atau abstrak simbol, yaitu simbol- simbol dengan bentuk yang teratur, seperti lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi enam, dan lain sebagainya.
c. Simbol huruf/angka, yaitu simbol yang disusun atau dibentuk oleh huruf atau angka, biasanya digunakan untuk menyatakan unsur tertentu yang sangat khas.
Seringkali simbol ini diambil dari singkatan huruf depan dari nama unsur yang diwakilinya, misalnya simbol H untuk hospital (rumah sakit) atau simbil S untuk station (stasiun).
2.6.4.2 Tata Warna
Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jarring kotak-kotak dan sebagainya) ditunjukan untuk tiga hal (Riyanto, 2009).
43 a. Membedakan
b. Menunjukkan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gambar).
c. Keindahan
Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut warna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning dan sebagainya. Sedangkan untuk menunjukkan adanya perbedaan tingkat digunakan satu jenis warna atau pola.
Misalnya untuk membedakan besarnya curah hujan digunakan warna hitam yang warna semakin cerah menunjukkan curah hujan makin kecil dan sebaliknya warna semakin legam menunjukkan curah hujan semakin besar.
2.6.4.3 Lettering dan Penempatan Nama
Lettering pada peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Penempatan nama merupakan pekerjaan yang cukup sulit terutama untuk peta yang padat dengan nama- nama fenomena. Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna (Riyanto, 2009).
44
45 3) Skala verbal, misalnya 1 inch = 1 mil atau 1 cm =
4 km.
c. Simbol arah
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek peta dengan objek sebenarnya di lapangan.
Gambar 2.7 Simbol Arah (KRB G. Gede, 2008)
d. Legenda atau keterangan
Sebuah legenda bertugas untuk menjelaskan seluruh simbol-simbol yang digunakan dalam sebuah peta pada setiap lapisan datanya. Agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
46 Gambar 2.8 Legenda Peta (KRB G. Gede,
2008) e. Sumber/keterangan riwayat
Agar pembaca dapat mengetahui sumber data atau peta yang digunakan, kapan peta dibuat dan lain-lain. Jika diperlukan, pengguna dapat melacak keakuratan informasi dan interpretasi dari pembuat peta.
2.6.5.2 Komponen dasar peta lainnya yang sesuai isi peta Berikut merupakan komponen-komponen dasar peta lainnya (Riyanto, 2009):
a. Judul
Sebuah judul peta sangat penting adanya, karena sebuah judul akan memberikan gambaran secara singkat mengenai subjek-subjek yang ada di dalam peta tersebut. Judul peta mencerminkan isi peta.
47 b. Proyeksi
Sebuah peta membutuhkan kedetailan informasi sebuah sistem proyeksi yang digunakan untuk kebutuhan pemakaian sistem koordinat yang akan dipakai.
c. Kartografer/pembuat peta
Pengolahan data atau peta menjadi sebuah peta yang dibutuhkan, identitas pembuat peta maupun yang terlibat dalam pembuatan peta tersebut diketahui.
d. Waktu pembuatan
Waktu pemrosesan peta untuk mengetahui kapan pertama kali peta tersebut dihasilkan agar dapat diketahui realibilitas peta tersebut dalam jangka waktu tertentu.
2.7 Bencana Gunung Api