BAB V INFLASI DAN DEFLASI
5.1. Inflasi
5.1.2. Penyebab inflasi
Inflasi tidak terjadi begitu saja. Banyak peristiwa terakumulasi dalam waktu yang lama sehingga mempengaruhi harga-harga dipasaran. Proses kenaikan harga-harga barang dipasaran tersebut menyebabkan inflasi. Beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan permintaan.
Apabila stok suatu komoditi dipasaran terbatas sementara terjadi peningkatan permintaan, secara otomatis akan menyebabkan harga komoditi tersebut naik. Kenaikan yang bersifat sesaat belum dapat dikatakan sebagai inflasi, namun kenaikan harga yang bertahan selama beberapa waktu seperti kenaikan harga besi sebagai material konstruksi saat proyek struktur/infrastruktur dilaksanakan dalam waktu yang hampir
113
bersamaan. Kemudian harga komoditi tersebut tidak bisa turun lagi ke harga semula disebabkan faktor lain, maka dapat dikatakan bahwa harga besi tersebut telah mengalami inflasi.
2. Kenaikan biaya produksi.
Untuk memproduksi suatu komoditi ada beberapa komponen biaya yang harus diperhitungkan seperti biaya bahan baku dan penolong, biaya tenaga kerja, biaya perawatan/perbaikan peralatan, biaya penyusutan dan lain-lain. Bila salah satu atau lebih komponen biaya tersebut mengalami kenaikan, maka kenaikan harga pokok barang tidak dapat dielakkan dan sifat kenaikan biasanya bersifat permanen. Contohnya kenaikan upah tenaga kerja yang tidak mungkin akan diturunkan lagi;
kenaikan harga seperti ini dikatakan inflasi.
3. Pencetakan uang baru oleh pemerintah.
Pencetakan uang memiliki mekanisme tertentu, tidak dapat dicetak secara massal. Uang yang beredar dipasaran ditarik dalam jumlah tertentu, kemudian dimusnahkan lalu diganti uang cetakan baru dengan jumlah yang sama. Apabila uang pengganti tersebut dicetak lebih banyak dari uang yang dimusnahkan dengan pertimbangan untuk menambah uang beredar di masyarakat, maka hal tersebut akan berdampak pada menurunnya nilai mata uang. Harga barang meningkat sebab uang mengalami penurunan nilai. Kejadian seperti ini merupakan penyebab inflasi.
4. Terlambatnya produksi komoditi tertentu.
Hal ini sering terjadi pada bahan pangan, seperti gagal panen akibat paceklik akan meningkatkan harga beras dipasaran.
Pemulihan paceklik dan pendistribusian dari daerah surplus membutuhkan waktu dan tidak jarang kebijakan pemerintah ikut memperparah kondisi kelangkaan tersebut. Kenaikan
114
harga komoditi tersebut dengan rentang waktu yang lama menyebabkan konsumen merasa terbiasa dengan harga tersebut sehingga ditingkat produsen dan pedagang harga tersebut tidak diturunkan lagi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih.
5. Sikap konsumen terhadap isue kenaikan harga.
Sebagai contoh, isue kenaikan BBM menyebabkan konsumen beramai-ramai memadati SPBU dan harga BBM eceran sudah terlebih dahulu dinaikan. Tidak jarang terjadi kelangkaan BBM saat itu sehingga distribusi barang terlambat dan sudah dapat dipastikan harga barang-barang lain akan naik. Harga barang yang naik tersebut akan cenderung bertahan sehingga terjadi inflasi.
6. Sikap produsen terhadap informasi kenaikan harga.
Isu dan prediksi pada momen-momen tertentu harga komoditi tertentu akan sangat dicari oleh konsumen sehingga akan memancing reaksi sebagian produsen untuk menimbun barang. Selain dibutuhkan barang-barang tersebut juga menjadi langka sehingga kenaikan harga sudah dapat dipastikan terjadi.
7. Kebijakan pemerintah yang kurang tepat.
Pemerintah memegang kendali dalam masalah keuangan dan perekonomian suatu negara. Apabila pemerintah salah dalam mengambil kebijakan moneter, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat. Sebagai contoh, pemerintah mematok bunga pinjaman bank terlalu rendah misalnya 5% dan melonggarkan aturan perkreditan. Dengan bunga bank serendah itu, akan banyak pengusaha meminjam uang ke bank dan berdampak pada uang beredar menjadi lebih banyak sementara produk barang dipasaran tidak bertambah.
115
Akibatnya kembali pada masalah keterbatasan barang maka harga-harga dipastikan akan mengalami kenaikan. Contoh lain keputusan fatal dari pemerintah adalah mencetak uang dalam jumlah besar yang menyebabkan uang mengalami penurunan nilai seperti yang terjadi di negara Venezuela.
Idealnya, inflasi harus selalu dikontrol. Penanggung- jawab inflasi di suatu negara adalah pemerintah. Kekacauan dalam dunia politik dapat berakibat buruk pada perekonomian suatu negara. Nilai mata uang akan terus terkoreksi dan ketidak- percayaan akan menyebabkan nilai mata uang terus merosot.
Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan persoalan politik maka nilai mata uang yang terus merosot akan menaikkan harga-harga barang, terutama barang/bahan yang diimpor dari luar negeri. Sebagai contoh masalah politik pada tahun 1998 yang menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mencapai 70%. Kondisi tersebut terulang kembali pada masa ini yang mana nilai mata uang rupiah tertekan terus terhadap dolar Amerika. Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah persuasif dalam penyelamatan nilai tukar mata uang negara, maka tingkat inflasi akan semakin meroket.
Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasi tingkat inflasi tinggi tergantung dari komitmen pemerintah dan kepatuhan dari rakyat dalam menerapkannya. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Kebijakan moneter.
Pemerintah harus berusaha meningkatkan pendapatan nasional dengan berbagai kebijakan yang meringankan pengusaha dan mengendalikan jumlah uang beredar dengan
116
mengawasi ketat peredaran uang dan tidak semena-mena mencetak uang baru.
2. Kebijakan fiskal.
Kebijakan yang diambil berhubungan dengan finansial pemerintah. Pengaturan kembali dana-dana yang digunakan di pemerintahan dan pengawasan ketat terhadap penggunaan dana merupakan kebijakan yang semestinya dilakukan oleh pemerintah.
3. Kebijakan moneter.
Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong agar pengusaha menaikkan jumlah produksi untuk mengatasi kekurangan/kelangkaan komoditi dipasaran. Pengusaha dapat berusaha menekan upah dan melakukan pengawasan kerja untuk mencapai efisiensi kerja. Jika terjadi hiperinflasi, langkah jitu yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan pemotongan nilai mata uang yang dikenal dengan sebutan sanering. Sanering pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebanyak dua kali pada masa pemerintahan bapak Soekarno.
Sebelum tingkat inflasi berada pada zona merah, pengendalian adalah langkah yang harus dilakukan. Menurut Boediono (2001), tingkat inflasi dalam range aman bagi perekonomian rakyat di kisaran 3% - 4% per 4 tahun. Meskipun masih dikategorikan inflasi ringan sebesar 6% - 8%, seperti rata- rata inflasi Indonesia awal tahun 2018, namun sebaiknya mulai diwaspadai agar tingkat inflasi tersebut tidak mengalami peningkatan sehingga akan dapat mengganggu kestabilan perekonomian negara.
117