BAB IV SUBDIALEK BAHASA BETAWI
E. Perbedaan Dialek
Pembagian geografis masyarakat Betawi menjadi Betawi Tengah dan Betawi Pinggir juga mencakup perbedaan dialek di antara keduanya.
Ciri khas yang bersifat tata ucap bahasa Betawi adalah ciri bahasa Betawi dialek Tengahan. Pertama, pengucapan vokal /a/
terbuka pada akhir kata menjadi /e/ menjadi ciri khas Betawi Tengah seperti /saye/ (saya), /ape/ (apa). Kedua, pengucapan huruf –ah pada akhir kata menjadi /e/ seperti /dare/ (darah), /suse/ (susah), /bəle/
belah. Ketiga, pengucapan konsonan /b/, /d/, dan /g/ di akhir kata pada dialek Tengahan, ketiga konsonan tersebut menjadi fonem tidak bersuara dari masing-masing konsonannya, misalnya /bədu?/
(bedug), /mulut/ (maulud). Keempat adalah ciri kosakata pada dialek Tengahan, tidak terdapat kata-kata serapan bahasa daerah seperti ora (tidak), maka Betawi Tengah menyebut Betawi Pinggir dengan sebutan Betawi Ora karena menyebut tidak dengan ora.
Wilayah pinggiran itu memang terdapat beberapa kosakata yang tidak digunakan dalam dialek Betawi Tengah seperti kata-kata bocah, lanang, kulon. Namun ini tidak berarti Betawi Tengah tidak mengandung serapan kata dari bahasa Jawa, mungkin hanya jarang atau tidak dipakai.
F. Kesimpulan
Secara umum dapat dipahami bahwa bahasa Betawi yang kita kenal merupakan bahasa Melayu dialek Betawi. Dalam hal pengaruh, bahasa Betawi mendapat serapan dari berbagai bahasa seperti bahasa Sunda, Jawa, Arab, Melayu, Cina, dan Eropa.
Dalam lingkup geografis, dialek Betawi terbagi menjadi Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Betawi Tengah melingkupi daerah perkampungan di Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga Jatinegara. Sedangkan wilayah Betawi Pinggir ialah dari Jatinegara bagian Selatan sampai ke pinggir Jawa Barat seperti Bogor, dan Depok.
Perbedaan yang mencolok antara Betawi Tengah ialah pengucapan vokal akhir /a/ menjadi /e/, pengucapan –ah menjadi /e/, dan tidak terpakainya beberapa kosa kata dari wilayah Sunda dan Jawa.
UNGKAPAN DAN PERIBAHASA DALAM LENONG SKETSA KOMEDI BETAWI 'DUIT MUTER'
A. Latar Belakang
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ungkapan berarti membuka sementara ungkapan adalah apa yang diungkapkan, kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus yang merujuk pada objek. Ungkapan juga bisa diartikan sebagai istilah dalam retorika untuk mencari bentuk satuan bahasa yang digunakan untuk mengacu pada konsep secara tepat. Sementara pengertian bahasa Betawi menurut Chaer (2009: 14) merupakan salah satu dialek regional bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Jadi ungkapan bahasa Betawi merupakan padanan kata yang diutarakan secara terbuka menggunakan bahasa Betawi.
Ada anggapan umum dalam masyarakat Betawi bahwa ciri utama lafal berbahasa Betawi adalah bunyi /a/ dan bunyi /ah/ pada akhir kata dilafalkan menjadi /e/, seperti kata ‘apa’ menjadi ‘ape’,
‘rumah’ menjadi ‘rume’. Namun anggapan ini tidaklah 100% benar sebab terdapat perbedaan lafal antara areal satu dengan areal yang lain maka dari itu karya tulis ini akan menjelaskan tentang ungkapan dan peribahasa dalam bahasa Betawi, serta memberikan contoh ungkapan dalam Lenong: Sketsa Komedi Betawi. Pada pembahasan ini sebaiknya kita lebih memahami terlebih dahulu penggunaan konteks pengucapan ungkapan bahasa Betawi dan penggunaan konteks pengucapan peribahasa Betawi.
B. Bahasa Betawi
Bahasa betawi atau Melayu Dialek Jakarta adalah bahasa yang merupakan akan bahasa dari Melayu. Orang yang menggunakan bahasa ini bisa disebut “orang Betawi”.
Menurut Chaer (2009: 11), bahasa Betawi merupakan salah satu dialek regional dari bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena merupakan dialek regional dari bahasa Melayu, makan banyak persamaan yang ditemukan.
Sedangkan perbedaannya dilihat dari segi lafal dan jumlah kosa kata.
C. Ungkapan
Menurut Chaer (2009: 14), ungkapan adalah kata, gabungan kata, atau kalimat yang digunakan oleh pembicara atau penulis untuk menyatakan suatu hal, maksud, konsep, kejadian, atau keadaan secara tidak langsung. Maksudnya kata, gabungan kata, atau kalimat itu tidak digunakan menurut makna aslinya atau makna leksikal, makna gramatikal, tetapi menurut makna lain yang sedikit banyak masih mempunyai hubungan atau asosiasi dengan makna aslinya tersebut.
Hubungan atau asosiasi antara makna asli dengan makna lain yang diwadahi oleh ungkapan itu dapat berupa kiasan, perbandingan, ataupun persamaan.
Ungkapan bersifat terbuka. Berarti setiap waktu ungkapan itu dapat bertambah karena orang pandai berbicara maupun menulis dan memiliki kemampuan untuk menciptakan ungkapan-ungkapan baru.
Namun ada juga kemungkinan terdapat ungkapan-ungkapan yang membosankan, jarang dipakai, dan akhirnya hilang. Contoh ungkapan antara lain:
1. Meres keringet (memeras keringat) = bekerja keras
Di sini terdapat hubungan kesamaan peristiwa orang yang bekerja keras biasanya akan mengeluarkan banyak keringat sehingga seolah-olah keringatnya tersebut diperas.
2. Buaye darat (buaya darat) = penjahat, maling, penipu
Di sini terdapat persamaan sifat antara orang jahat dengan buaya, yaitu mengenai kerakusannya sehingga tidak mengenal lagi barang atau makanan yang baik dan buruk.
3. Ude bau tane (sudah bau tanah) = sudah tua
Ungkapan ini biasanya diaktakan untuk menyebut orang yang sudah tua, yang hampir meninggal. Orang yang meninggal
lazimnya dikubur di dalam tanah. Kalau sudah dikubur yakni akan berbau tanah. Jadi ada hubungan asosiasi antara bau tanah dengan orang yang sudah tua.
D. Peribahasa
Peribahasa atau peribase kate (dalam bahasa Betawi) adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Menurut Chaer (2009: 16) peribahasa merupakan ungkapan yang biasanya dalam bentuk kalimat. Makna yang terkandung bisa berupa perumpamaan, persamaan, perbandingan dengan makna harfiahnya. Contoh peribahasa sebagai berikut:
1. Dapet duren jatoan (mendapat durian runtuh).
Artinya, seseorang akan mendapat hadiah, pemberian, atau keuntungan yang sangat besar. Buah duren jatoan biasanya enak dan masaknya sempurna, berbeda dengan duren sarogan (buah durian yang jatuh karena batang pohonnya digoyang-goyang) yang rasanya belum enak dan buahnya belum masak.
2. Kayak anjing dan kucing = dua orang yang selalu ribut.
Pada kenyataan, sifat anjing dan kucing tidak pernah terlihat akur satu sama lain.
E. Lenong Betawi
Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi, berasal dari wilayah Jakarta. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan beberapa instrumen seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan. Ada juga instrumen dari Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, misalnya harus menolong yang lemah atau membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan tentu saja bahasa Melayu dialek Betawi.
Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti “Komedi Bangsawan” dan “Teater Stambul”
yang sudah ada saat itu. Firman Muntaco yang merupakan seniman Betawi, juga menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an. Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita yang dirangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan sukarela.
Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan.
Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi pertunjukan panggung.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam saja dan tidak lagi semalam suntuk. Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong menjadi terkenal sejak itu, misalnya Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.
Terdapat dua jenis lenong yaitu leong denes dan lenong preman.
Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dibanding lenong denes. Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti dinas atau resmi), aktor dan aktris umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya bersetting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan. Sedangkan dalam lenong preman, busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya
berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Alur yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat.
Sementara itu, contoh cerita lenong denes ialah Kisah-Kisah 1001 Malam.
Analisis Ungkapan Bahasa Betawi dalam Lenong Transkrip Dialog Lenong Sketsa Komedi Betawi “Duit Muter”
Bapak 1 : Masya Allah! Rumah udah kayak kapal pecah. Ni punya anak perawan ke mana lagi nih? Masa bapaknya nyang mesti ngebersiin ni rumah.
Astaghfirullahalazhim. Gua kagak demen banget nih ngeliat ni rumah.
Laki : Nyang mane rumenye?
Bini : Ini, bang. Tu bapaknya tu bang yang lagi nyapu tu bang.
Laki : Ini rumenye?
Bini : Iyee.. sakit bang.
Laki : Samlekom!
Bapak 1 : Kumsalam!
Laki : Bang!
Bapak 1 : Iya.
Laki : Mana anak abang?
Bapak 1 : Siape?
Laki : Anak abang mane?
Bapak 1 : Ada di dalem.
Laki : Eee.. anak abang ni udah nakol pala bini saye ni bang ni ampe bonyok begini.
Bapak 1 : Ah? Nyang bener? Anak saya kan anak perawan, nihlok amat dia nakol.
Laki : Yaa. Kagak percaye. Bener kan anaknya dia kan?
Bini : Iye, bang. Anaknya sirik ame aye, bang.
Laki : Pokoknye begini, bang. Aye kagak mau tau. Ni ari
abang mesti ngasi perobatan buat bini aye ni palanye udah bonyok begini nih.
Bapak 1 : Eh ntar dulu, perasaan saye ni bini abang ni emang palanye rada item.
Bini : Tuh, bang. Aye dikatain, bang.
Laki : Eeeh! Ade-ade aje ni gue bacok bener-bener. Mau diganti rugi apa kagak?
Bini : Marah dong, bang!
Laki : Pokoknye begini aja, bang, saya kaga mau tau. Ni ari abang mesti ngasih perobatan buat bini saya.
Bapak 1 : Eeee... ntar dulu. Saya panggil dulu anak saya. Bener apa nggak dia yang nyambit?
Laki : Aaahhhh! Ga bisa kelamaan! Abang mau saya bacok emang?! Cepetan! Pooknya langsung aje. Nih dari semalem nih bang nih die kagak berenti-berenti nangis. Suaranye ampe serek tuh. Saya mau obatin langsung sekarang. Mau dikasih kaga?!
Bapak 1 : Yailah, bang.
Laki : Cepetan, bang! Saa bacok bener-bener nih! Udah.
Cepetan!
Bapak 1 : Duit saya semengga-mengga ni. Buat beli beras rencana nih.
Laki : Lah seraatuus?! Mana cukup?!
Bapak 1 : Yaaaa... cukup ga cukup, obatin. Cuma benyut segitu doang.
Bini : Enak aje!
Bapak 1 : Ga mao?!
Laki : Gimana nih?
Bapak 1 : Ga mao? Ya udah kalo ga mao.
Bapak 2 : Mana orangnya, man?
Anak 2 : Noh, beh!
Bapak 2 : Berani-beraninya anak gua ditakol-takol!
Anak 2 : Noh! Bininya Oji, noh!
Bapak 2 : Mane orangnye?!
Anak 2 : Di sono kali. Jalan aje ke sono, beh.
Laki : Yeee.. sini bang. Mau dikasih kaga si romannye?
Bini : Makanye bilangin anaknye jan berani ame orang tue!
Laki : Yeee. Pokoknya lu udah dikasih, diem lu jan ribut!
Bapak 2 : Samlekom!
Bapak 1 : Kumsalam! Nih apaan lagi nih!
Bapak 2 : Pokoknye aye kagak mau tau!
Anak 2 : Itu, beh!
Bapak 2 : Ah? Inih?
Niat nih anak saye dari ganteng ampe jelek begini.
Pokoknye ga mau tau. Ganti tuh mukenye ampe pada bonyok!
Laki : Daaaahh... emang anak lu mukanya bonyok. Lu ngapa jadi nyalahin gue urusannye?!
Bapak 1 : Gue liat!
Laki : Lah emang ngapa sih anak lu?
Bapak 2 : Ngomong dong luh!
Anak 2 : Tuuuuuu.... ama bini abang tuh ditimpuk.
Bapak 2 : Waaaaahhhhhh... pokoknya ga mau tau, bang! Abang mesti ganti. Ampe ngumpet begitu bini lo.
Laki : Eehh... jan sembarangan ngomong, lu. Nyalah-nyalahin bini gue nakol pale.
Anak 2 : Lah emang bener, bang!
Laki : Eh! Sini lu Dun. Noh bener anak orang lu takol?
Bini : Iye, bang.
Laki : Ngapa lu nakol anak orang?
Bini : Kaga sengaje, bang.
Laki : Yaaa.. kagak sengaje sampe bonyok begitu.
Bini : Emang die ude bonyok mukenye.
Bapak 2 : Daaah! Jangan banyak bacot dah! Ganti urusannye, gue mau berobat inih!
Laki : Begimane si, dun! Lu bener anak orang lu timpuk?
Bini : Kagak sengaje aye, bang.
Laki : Aaahhhh.... lu bilang kagak sengaje pala orang ampe
bonyok begitu.
Bapak 2 : Ude cepetan dah jangan banyak bacot dah!
Laki : Ude ntar dulu dah bang. Urusin bini saye dulu nih palanya juga bonyok mau saya obatin dulu.
Bapak 2 : Ntar gua bacok pala lu nih! Apa-apaan?!
Laki : Yaudah ntar dulu dah ntar abis urusan saya baru urusan abang deh.
Bapak 2 : Kagak bisa pokoknye! Gak bisa! Mesti eni ari diganti!
Laki : Gimane urusannye sih lu, dun! Dah sini dah duitnye!
Bini : Lah abang ganti. Die minta ganti ama abang.
Laki : Eeee... gue duit dari mane. Ude sini bawa sini!
Bini : Ya elah.
Laki : Ude lu sini daripade gua dibacok orang luh.
Bini : Biarin aje, orang yang dibacok abang.
Laki : Enak aje luh! Ude tuh! Elu gare-garenye tuh!
Anak 1 : Babeeee.... muka aye sakit beh.
Bapak 1 : Ya Allah neng, lu cakep-cakep ngapa jadi begini, neng?
Siapa yang galakin?!
Anak 1 : Itu tu, beh! Die goda-godain aye.
Bapak 1 : Naaahhh... ini biang keladinye ye! Eeeeh .. ini gue mesti minta ganti rugi. Gue ga terima anak gue yang boto begini ampe bengep begini!
Bapak 2 : Eh lu apain anak orang?
Anak 2 : Godain, beh. Dia kagak mau.
Bapak 1 : Eetttt... lu kagak pantes godain anak gue, tau ga lo!?
Laki : Nah loh, tau kaga lo?
Bapak 2 : Ayo pulang!
Bapak 1 : Eeeeeh... kaga bisa! Lu berobatin anak gue!
Laki : Gantiiiii... gue tadii ganti barusan. Lu ganti! Kan sama- sama bonyok. Ude lu kasih noh!
Bapak 1 : Ooohhhh... ini duit buat berobat neng. Aaaah tapi ini duit, duit gue juga. Eeeeh.. bikin kesel gue nih. Ayo, neng!
Bapak 2 : Mat!
Anak 2 : Iye, beh!
Bapak 2 : Begimane urusannye nih? Aaahh.. lu bikin malu babe aja luh. Ayo pulang!
Anak 2 : Pulang aje deh beh.
Bapak 2 : Eeehhh. Dapet kagak, tuh duit!
Bini : Bang, ga jadi berobat dong aye?
Laki : Yaa... salah eluh! Ngapa anak orang lu timpuk?!
Bini : Yeee.. itu masa abang takut sama die begitu aje?
Laki : Bukan masalah takut. Lu salah! Kalo die lapor polisi?
Enak aje luh! Ude ntar gampang berobat dah. Aaahhh..
gara-gara elu!
F. Analisis Ungkapan dalam Lenong: Sastra Komedi Betawi
“Duit Muter”
Kalimat Ungkapan Arti
Masya Allah... Rumah udah kayak
kapal pecah kapal pecah berantakan
Anak abang ni udah nakol pala bini saye nih bang nih ampe bonyok begini
nakol memukul
bonyok memar
Anak saya kan perawan, nihlok
amat dia nakol nihlok tidak mungkin
Bener apa enggak dia yang
nyambit nyambit menghajar
Duit saya semengga-mengga nih semengga-mengga sedikit-sekali Beraninya anak gua ditakol-takol ditakol-takol dipukul Ini biang keladinye biang keladi pelaku G. Ungkapan dalam Bahasa Betawi dengan Konteksnya
Selain ungkapan yang terdapat dalam transkripsi dialog lenong di atas, terdapat pula beberapa contoh ungkapan dalam bahasa Betawi, di antaranya:
Ungkapan Arti Konteks
kapal pecah berantakan melihat keadaan yang
berantakan
nakol memukul membahas mengenai per-
Ungkapan Arti Konteks kelahian
bonyok memar melihat bekas pukulan
setelah berkelahi
nihlok tidak mungkin menyangkal sesuatu
nyambit menghajar membahas mengenai per-
kelahian
semengga-mengga sedikit-sekali mengeluh karena mem- punyai sesuatu yang sedikit ditakol-takol dipukul membahas mengenai per-
kelahian
biang keladi pelaku menemukan dalang dari
suatu permasalahan aer ame minak dua hal yang tidak
dapat disatukan melihat dua orang yang selalu berselisih
aer besar tinja; tai; kotoran
manusia saat ingin ke kloset aer di daon tales selalu berubah pen-
dirian sedang menasihati orang yang labil/berubah-ubah keputusannya
amplop tebel uang sogok dalam
jumlah besar menerima uang banyak aer kecil kencing; urin saat ingin ke kloset aer selalu nyari
jalan nyang turun kejadian/hal yang biasa saat menasihati anak baru kemaren masih muda; belum
berpengalaman meremehkan orang yang lebih muda karena masih minim pengalaman
aer mate buaye pura-pura
sedih/berduka; menipu melihat orang yang pura- pura bersedih
aer mate dara sangat sedih berduka terhadap orang yang kesedihannya men- dalam
aer muke rupa muka/wajah;
sangat sedih mendeskripsikan ekspresi orang lain
ahli kubur orang-orang yang
sudah dikuburkan menyebut orang yang telah dikubur di makam
ahli permili anggota kerabat yang
banyak dalam acara tertentu yang mendatangkan banyak anggota keluarga
ampir asar sudah tua menasihati orang yang
sudah tua agar cepat taubat ampir magrib sudah sangat tua menasihati orang yang
Ungkapan Arti Konteks
sudah tua agar cepat taubat amplop kosong gaji yang habis karena
bayar hutang melihat orang bersedih gajinya habis
anak bau kencur masih kecil menganggap anak muda/
anak-anak nakal karena belum mengerti apapun banyak lagu bertingkah laku men-
jengkelkan melihat orang yang tingkah lakunya berlebihan
banyak mulut suka membantah;
cerewet; banyak ber- alasan
merasa jengkel ketika berhadapan dengan omong- an orang yang tiada henti banyak tingke bertingkah laku men-
jengkelkan melihat orang yang tingkah lakunya berlebihan
barang antik wanita cantik yang
sombong melihat wanita cantik tetapi angkuh perilakunya
H. Peribahasa Bahasa Betawi dan Konteksnya
Berikut ini adalah contoh-contoh peribahasa dalam bahasa Betawi dan konteks penggunaannya:
Peribahasa Makna Konteks
aer selalu nyari jalan
nyang turun Kejadian atau hal yang
biasa. Saat ada kejadian yang sudah biasa terjadi dan merupakan kodrat alam.
aer laut siape nyang
asinin Siapa yang bisa
membuat air laut menjadi asin (memang sudah asin) adalah orang sombong.
Saat mendengar orang yang sedang menyom- bongkan dirinya.
anak ame babe sama
aje Sifat yang tidak berubah
setelah diturunkan ke anaknya.
Melihat tingkah laku seorang anak sama persis dengan orang tuanya.
anak arab pulang ke arab, anak cina pulang ke cina
Janji harus kembali
(harus ditepati). Saat ada orang berjanji agar ia menepati janjinya anak ayam kagak
ninggalin biangnye Anak tidak akan meninggalkan (meng- abaikan) keluarganya begitu saja.
Saat ingin merantau, saat mempertanyakan kepe- dulian anak terhadap keluarganya.
Peribahasa Makna Konteks banyak makan asem
garem Sudah banyak pengala-
man yang dilalui dalam kehidupan.
Saat ada orang meragu- kan kemampuan orang yang sudah ahli atau sukses di bidang tertentu.
banyak-banyak jadi
minyak Sesuatu yang ber-
lebihan tidaklah baik. Menasihati seseorang yang suka rakut, menim- bun, menyimpan sesuatu yang banyak, atau serakah.
dalem laut dapat diduge, dalem ati siape nyang tau
Seseorang tidak dapat melihat isi hati orang lain.
Saat menasihati orang yang selalu berprasangka terhadap niat orang lain.
dari ujung kaki ampe
ke ubun-ubun Secara keseluruhan. Mengamati sesuatu secara keseluruhan.
deket bau wangi, jauh
bau bangke Bila berdekatan selalu akrab, namun ketika
jauh selalu
bermusuhan.
Melihat seseorang dengan orang lain saling membenci saat tidak berhadapan satu sama lain.
denger geludug di
siang bolong Sangat terkejut. Ketika kaget/terkejut secara tiba-tiba.
die mau nyubit, kite
cubit duluan Dahuluan melakukan sesuatu ke orang lain sebelum ia melakukan sesuatu kepada kita.
Ketika hendak berkelahi, memukul, dsb.
duduk di tiker nyang
digelarin Hidup selalu mudah;
menikah tanpa biaya. Melihat seseorang yang hidupnya selalu terlihat mudah dan tenang dengan usaha yang sedikit.
dunie ga selebar daun
kelor Kesempatan untuk
memperoleh sesuatu di dunia masih dapat dicapai.
Menasihati seseorang yang gagal dalam suatu urusan agar mencoba hal lain.
ente baru jadi kadal,
ane ude jadi buaye Kamu belum menjadi apa-apa, saya sudah jadi penjahat besar.
Digunakan ketika bos atau atasan penjahat melihat bawahannya terlalu sombong.
I. Kesimpulan
Ungkapan dan peribahasa Betawi rupanya sangat banyak.
Terlihat dari analisis dan temuan di bagian isi dari karya tulis ini bahwa banyak ungkapan-ungkapan dan peribahasa yang terdengar unik bagi yang belum pernah mendengarnya. Tentunya peribahasa dan ungkapan tersebut tidak serta-merta tercipta begitu saja, tetapi masyarakat Betawi sudah menggunakannya sejak lama. Bahkan ungkapan dan peribahasa tersebut menjadi ciri khas bagi mereka.
Ungkapan dan peribahasa juga sering kali dimasukkan dalam kesenian lenong mereka sebagai bukti bahwa identitas masyarakat Betawi mengenal nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.