• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan Sekunder

Dalam dokumen MODUL PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI (Halaman 35-44)

BAB III KEGIATAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

3.1 Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi

3.1.7 Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan Sekunder

Pembagian air adalah kegiatan penyaluran air dalam jaringan utama. Faktor- faktor yang menjadi dasar Pembagian Air adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan Air Irigasi oleh Tanaman

Kebutuhan air irigasi oleh tanaman dihitung berdasarkan luas tanaman dan kebutuhan air irigasi per satuan luas tanaman.

b) Ketersediaan Air Irigasi

c) Kaidah Hidraulik Bangunan dan Saluran

1) Batas Minimum agar air dapat dialirkan ke petak tersier .

2) Batas Maksimum air mengalir tidak melebihi kapasitas saluran atau bangunan, sehingga dapat dihindari kondisi over topping atau kerusakan bangunan.

Setelah ditetapkan rencana pembagian dan pemberian air tahunan oleh bupati/ walikota, gubernur, atau menteri maka masing-masing pengelola irigasi tersebut menyusun rencana pembagian dan pemberian air pada jaringan sekunder dan primer.

Perencanaan tersebut disesuaikan dengan luas areal yang telah ditetapkan akan mendapatkan pembagian dan pemberian air dari jaringan sekunder dan primer. Perencanaan tersebut merupakan jumlah Rencana Pemberian Air (RPA) di petak tersier ditambah kehilangan air di saluran primer dan sekunder.

Besarnya kehilangan air ini biasanya sebesar 10% sd. 20% (tergantung panjang saluran, jenis tanah dll).

Ada beberapa metode yang dapat dipakai dalam membuat rencana pembagian air yaitu :

a) Metode Pasten

b) Metode Faktor Palawija Relatif (FPR) c) Metode Faktor K

Penentuan metode tergantung dari pelaksanaan di setiap daerah masing- masing.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 25 a) Metode Pasten

Metoda pasten adalah suatu cara pembagian air berdasarkan pada kesediaan air untuk irigasi terhadap total luas areal palawija relatif. Metode ini walaupun kurang teliti, namun cukup mudah untuk dilaksanakan, karena tidak memakai perhitungan yang rumit, sehingga semua petugas operasi irigasi dapat menghitungnya.

Secara matematis, metode ini dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

Pasten = Besarnya satuan pemberian air untuk palawija.

Q = Bebit yang tersedia di bendung

LPRG.P = Luas areal palawija relatif gabungan di pintu pengambilan bendung.

Prinsip dalam perhitungan metode pasten

a) Luas tanaman yang ditanam didalam petak tersier dinyatakan dalam luas Areal Palawija Relatif (LPR). yaitu dengan rnengkalikan areal tanaman dengan faktor konfersi, sesuai dengan tingkat pertumbuhanya.

Keterangan:

LPR = Luas Areal palawija relatif A = Luas Areal realisasi tanam

FT = Faktor tanaman, yang merupakan perbandingan kebutuhan air terhadap palawija.

b) Kehilangan air dalam jaringan irigasi dinyatakan dalam tambahan hektar palawija. Dengan demikian untuk mengetahui total areal palawija relatif gabungan di Tersier (LPRG.T), di Sekunder (LPRG.S) dan di pintu bendung dapat dihitung dengan rumus.

26 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

( )

( )

( ) Atau

Keterangan:

FK.T = Faktor Kehilangan air di jaringan tersier FK.S = Faktor kehilangan di jaringan sekunder FK.I = Faktor kehilangan di jaringan induk

c) Perbandingan antara jumlah air yang tersedia dengan kebutuhan dan kehilangan air, menghasilkan jumlah air yang tersedia tiap hektar palawija di sawah. Harga inilah yang dinamakan Pasten.

Pemberian air pada tiap pintu pengambilan, dapat dihitung dengan mengkalikan luas palawija relatif gabungan di pintu pengambilan (intake), kali pasten.

Contoh Perhitungan dengan Metode Pasten

Daerah irigasi "Sabuk inten" seperti dalam skema, yang dapat dilihat pada gambar, terdiri dari dua Sekunder, "Lumbung kerep" dan "Argo Makmur"

dengan kondisi sebagai berikut:

1) Sekunder Lumbung Kerep mempunyai 2 petak tersier dengan area!

rnasing-masing 100 ha dan 150 ha.

2) Sekunder Argo Makmur mempunyai 3 petak tersier, dengan areal masing masing 110 ha, 160 ha dan 120 ha.

3) Periode pemberian air tiap 15 hari

4) Efisiensi : Tersier 70 %, Sekunder 90 %, dan Primer 95 % 5) Kebutuhan untuk Air Minum 200 l/det. diambil dari bendung.

6) Keadaan tanaman per petak tersier dapat dilihat pada blanko laporan terlampir.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 27 7) Debit tersedia dibendung menurut laporan, adalah : 450 l/det.

Diminta: Rencanakan pembagian air untuk periode 15 Mei 1990 sampai dengan 31 Mei 1990.

Penyelesaian :

Kumpulkan data luas tiap jenis tanaman beserta tingkat pertumbuhannya untuk tiap-tiap petak tersier, dengan menggunakan blangko 01. Masukkan data tanaman dari blanko 01 kedalam kumpulan data tanaman, dengan menggunakan blanko 02, dan hitung total areal palawija relatif di tiap tersier.

Kebutuhan air di Tersier (dalam ha palawija relatif) 100 / 70 x 704 ha = 1.006 ha

Kebutuhan air di sekunder ( ha palawija sekunder) 100 / 90 x 1.006 ha = 1.117 ha

Kebutuhan air di bendung ( ha palawija bendung) : 100 / 95 x 1.117ha = 1.176 ha

Pasten = (450-200) / 1.176 = 0.21 I/dt/ha Berapa besarnya debit diberikan pada setiap pintu Pintu Tersier Q diberikan sebesar =

T1 diberikan =

= 18.90 I/dt

T2 diberikan =

= 45.00 I/dt

T3 diberikan =

= 43.05 I/dt

T4 diberikan =

= 60.90 I/dt

T5 diberikan =

= 43.35 I/dt

Jumlah = 211.20 I/dt

Pintu Sekunder

Argo Makmur, Q diberikan sebesar =

( )

Lempung Kerep, Q diberikan sebesar =

( )

28 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Pintu Bendung

⁄ ( ) ⁄

No. Sekunder Areal (ha) Tersier (ha) Keterangan

I.

1 2

Lumbung Kerep 250

T1 T2

100 150 II.

1 2 3

Argo Makmur 390

T3 T4 T5

110 160 120

Jumlah 640

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 29 Dari perhitungan di Blangko 02, terlihat total areal palawija relative di tersier

Padi :

a) Pengelolaan tanah + persemaian = 45 ha

b) Pertumbuhan = 164 ha

c) Pemasakan = 0 ha

Tebu :

a) Pengelolaan tanah + persemaian = 45 ha

b) Pertumbuhan = 100 ha

c) Pemasakan = 0 ha

Palawija :

a) Perlu banyak air = 350 ha

b) Perlu sedikit air = 0 ha jumlah = 704 ha Palawija relatif

b) Metode FPR

Ada 3 (tiga) faktor dalam merencanakan kebutuhan air:

Q = Debit rencana (satuannya l/detik) yaitu debiet air yang di harus tersedia di pintu pengambilan bangunan utama (bendung).

FPR = Faktor Polowijo Relatif (satuannya liter/detik/ha/pol) adalah

banyaknya air (liter) per satuan waktu (detik) yang dibutuhkan tanaman yang luasnya dipersamakan dengan 1 ha tanaman polowijo dan diperhitungkan di pintu teratas/pengambilan.

LPR = Luas Polowijo Relatif (satuannya ha.pol) adalah luas tanaman sesungguhnya kali koefisien tanaman yang bersangkutan.

Hubungan ketiga faktor tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Dalam suatu petak tersier, untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan air irigasi, perlu diketahui data antara lain:

1) Luas Tanaman 2) Jenis Tanaman

30 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

3) Koefisien Tanaman

 Untuk Padi

Tanaman , setara 4 x polowijo Uritan, setara 20 x polowijo Garapan, setara 6 x polowijo

 Untuk Tebu

Tanaman, setara 1,5 x polowijo

 Untuk Bero

Bero setara 0 x polowijo

Contoh Perhitungan dengan Metode FPR

B.

Kr.1 22 Ha B.

Kr.2 18 Ha

B.

Kn.1 21 Ha

B.

Kn.2 19 Ha

B.

Kn.3 20 Ha

Dam Balud

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 31 Suatu jaringan irigasi melayani lahan sawah seluas 100 Ha mempunyai sub blok masing-masing:

 Sub blok Kanan, luas lahan 60 Ha

 Sub blok Kiri, luas lahan 40 Ha Hitung Debit kebutuhan di tersier!

Penyelesaian:

Kehilangan air di jaringan umumnya terjadi karena penguapan, infiltrasi, dll.

Kehilangan air di jaringan berkisar 25 % (persen).

Sehingga:

Koefisien Kehilangan air di jaringan tersier

Perbandingan koefisien tanaman polowijo dengan tanaman padi adalah sebesar 1:4, atau kebutuhan air untuk polowijo ¼ dari kebutuhan air tanaman padi.

KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADI SEBESAR = 1,2 liter / detik / ha Dengan demikian kebutuhan air untuk polowijo adalah:

Karena FPR diperhitungkan di pintu tersier, maka untuk mencari besarnya FPR dilakukan dengan mengalikan angka kebutuhan air untuk 1 Ha Polowijo di sawah dengan koefisien Kehilangan air di saluran

Sub Blok Kanan60 Ha.

Keadaan tanaman padi:

Uritan = 2 Ha, LPR = 2 x 20 = 40 Ha.pol

Garapan = 50 Ha, LPR = 50 x 6 = 300 Ha.pol

Tanaman = 8 Ha, LPR = 8 x 4 = 32 Ha.pol

Jadi LPR blok Kanan = 372 Ha pol

Sub Blok Kiri 40 Ha.

Keadaan tanaman padi:

Uritan = 1 Ha, LPR = 1 x 20 = 20 Ha.pol Garapan = 25 Ha, LPR = 25 x 6 = 150 Ha.pol

Tanaman = 10 Ha, LPR = 10 x 4 = 40 Ha.pol

Tebu giling = 4 Ha, LPR = 4 x 1.5 = 6 Ha.pol

Jadi LPR blok Kiri = 216 Ha pol

Jumlah LPR Jaringan Irigasi:

LPR sub blok kanan = 372 Ha pol LPR sub blok kiri = 216 Ha pol

Jumlah LPR = 588 Ha.pol

33 , 75 1 100 25 100

100  

ha dt lt ha

dt

lt/ / 0.3 / / 4

2 ,

1 

32 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Jadi FPR = 0,3 lt/dt/ha x 1,33 = 0,4 lt/dt/ha

Q = LPR x FPR

= 588 Ha x 0,40 lt/dt/ha

= 235,20 lt/dt, dibulatkan menjadi 235 lt/dt.

Dengan demikian, Jaringan Irigasi Balud dengan luas 100 Ha, dengan keadaan LPR nya seluas 588 Ha, membutuhkan air untuk mengairi tanamannya sebesar 235 lt/dt, dengan rincian sebagai berikut:

Yang dibutuhkan saluran sub blok kanan sebesar:

372 ha x 0,4 lt/dt/ha = 148,8 l/dt dibulatkan = 149 l/dt.

Yang dibutuhkan saluran sub blok kiri sebesar:

216 ha x 0,4 l/dt/ha = 86,4 l/dt dibulatkan = 86 l/dt.

c) Metode Faktor K

Metode faktor K adalah suatu cara pembagian air berdasarkan air yang tersedia di bendung dikurangi kehilangan air disaluran Induk/Sekunder di bagi jumlah kebutuhan air seluruh tanaman.

Untuk menghitung faktor K diperlukan data sebagai berikut:

1) Debit air yang tersedia 2) Kebutuhan air

3) Kehilangan air

Secara matematis, metode ini dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

= Faktor Koreksi = Debit tersedia = Kehilangan air

= Total kebutuhan air di pintu tersier

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 33

Dalam dokumen MODUL PELAKSANAAN OPERASI JARINGAN IRIGASI (Halaman 35-44)

Dokumen terkait