Kriteria pembagian blok pelayanan penyaluran saluran Drainase didasari oleh kepadatan penduduk, keadaan topografi, keadaan elevasi, perkembangan daerah serta tata guna lahan.
Perhitungan Kapasitas Aliran
Koefisien pengaliran adalah suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada (SNI-03-3424-1994). Harga koefisien pengaliran suatu daerah tidaklah tetap sepanjang tahun, akan tetapi terus mengalami perubahan sesuai dengan kejenuhan tanah.
Koefisien pengaliran harus didasarkan pada pertimbangan lahan yang paling mendekati dan dipertimbangkan terhadap keragaman tata guna lahan. Untuk itu dalam perencanaan ini diperlukanlah peta topografi dan pelaksanaan survei lapangan agar corak topografi daerah perencanaan dapat lebih diperjelas. Perhitungan kapasitas aliran ditujukan untuk mengetahui debit banjir yang dihasilkan dari suatu saluran yang direncanakan. Debit yang telah diketahui nantinya akan digunakan untuk mendesain dimensi saluran serta mengatahui kecepatan aliran pada tiap saluran.
4.3.2.1. Perhitungan Koefisien Pengaliran
Nilai koefisien pengaliran untuk setiap tata guna lahan memiliki nilai yang berbeda. Faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan di dalam sungai yang paling utama adalah kelembaban tanah. Harga koefisien pengaliran (c) ditentukan dan disesuaikan dengan tata guna lahan yang mana nantinya akan dilewati saluran pada tiap sub blok yang akan dilayani. Berikut adalah tahapan perhitungan nilai koefisien pengaliran dengan mengambil contoh saluran S1 ke S2 dengan area penangkapan A :
a. Menentukan nilai C dari kondisi lahan yang ada.
Pada saluran S1 ke S2 dengan area penangkapan A terdapat 3 fungsi lahan dengan nilai c sebagai berikut :
Pemukiman : 0,4
Jalan : 0,8
Lahan hijau : 0,15
Nilai-nilai C di atas dapat diketahui dari tabel fungsi lahan dengan nilai dari koefisien limpasan.
b. Menentukan persen pembagian tata guna lahan. Contoh untuk saluran SI ke S2 melewati blok A, dengan melihat pada peta kemudian diasumsikan persen fungsi lahannya , yaitu :
Pemukiman : 35%
Jalan : 50%
Lahan hijau : 15%
c. Mencari nilai C gabungan
Tabel 4. 1 C Gabungan Saluran Primer Drainase
Saluran Primer No. Saluran
Primer
Blok Pelaya
nan
Luas (Ha)
Tipe Derah Aliran
Koefisien Limpasa
n ( C )
A
(%) A C.A Total C.A
C gabung
an 1 A1-A3 Blok 1 125
Pemukiman 0,4 35% 43,750 17,500
41,87
5 0,335
RTH 0,15 50% 62,500 9,375
Jalan 0,8 15% 18,750 15,000
2 A3-A5 Blok 3 149
Pemukiman 0,4 30% 44,700 17,880
48,05
3 0,323
RTH 0,15 55% 81,950 12,293
Jalan 0,8 15% 22,350 17,880
3 A5-A7 Blok 5 85
Pemukiman 0,4 60% 51,000 20,400
31,02
5 0,365
RTH 0,15 30% 25,500 3,825
Jalan 0,8 10% 8,500 6,800
4 A7-A9 Blok 7 124
Pemukiman 0,4 40% 49,600 19,840
32,55
0 0,263
RTH 0,15 55% 68,200 10,230
Jalan 0,4 5% 6,200 2,480
5 A9-A11 Blok 9 167
Pemukiman 0,4 45% 75,150 30,060
54,69
3 0,328
RTH 0,15 45% 75,150 11,273
Jalan 0,8 10% 16,700 13,360
6 A11-A13 Blok
11 163
Pemukiman 0,4 50% 81,500 32,600
55,42
0 0,340
RTH 0,15 40% 65,200 9,780
Jalan 0,8 10% 16,300 13,040
7 A13-A15 Blok
13 289
Pemukiman 0,4 30% 86,700 34,680
83,81
0 0,290
RTH 0,15 60% 173,400 26,010
Jalan 0,8 10% 28,900 23,120
8 A15-A17 Blok
15 278
Pemukiman 0,4 35% 97,300 38,920
84,09
5 0,303
RTH 0,15 55% 152,900 22,935
Jalan 0,8 10% 27,800 22,240
9 A17-A19 Blok
17 236
Pemukiman 0,4 60% 141,600 56,640
93,81
0 0,398
RTH 0,15 25% 59,000 8,850
Jalan 0,8 15% 35,400 28,320
10 A19-A20 Blok
19 161
Pemukiman 0,4 65% 104,650 41,860
60,77
8 0,378
RTH 0,15 25% 40,250 6,038
Jalan 0,8 10% 16,100 12,880
11 B1-B3 Blok
20 396
Pemukiman 0,4 20% 79,200 31,680
130,6
80 0,330
RTH 0,15 60% 237,600 35,640
Jalan 0,8 20% 79,200 63,360
12 B3-B5 Blok
22 234
Pemukiman 0,4 55% 128,700 51,480
82,48
5 0,353
RTH 0,15 35% 81,900 12,285
Jalan 0,8 10% 23,400 18,720
13 B5-B7 Blok
24 392
Pemukiman 0,4 50% 196,000 78,400
146,0
20 0,373
RTH 0,15 35% 137,200 20,580
Jalan 0,8 15% 58,800 47,040
14 B7-B9 Blok
26 479
Pemukiman 0,4 50% 239,500 95,800
162,8
60 0,340
RTH 0,15 40% 191,600 28,740
Jalan 0,8 10% 47,900 38,320
15 B9-B11 Blok
28 291
Pemukiman 0,4 40% 116,400 46,560
101,1
23 0,348
RTH 0,15 45% 130,950 19,643
Jalan 0,8 15% 43,650 34,920
16 B11-B13 Blok
30 299
Pemukiman 0,4 40% 119,600 47,840
103,9
03 0,348
RTH 0,15 45% 134,550 20,183
Jalan 0,8 15% 44,850 35,880
17 B13-B14 Blok
32 217
Pemukiman 0,4 35% 75,950 30,380
72,69
5 0,335
RTH 0,15 50% 108,500 16,275
Jalan 0,8 15% 32,550 26,040
Tabel 4. 2 C Gabungan Saluran Sekunder Drainase
Saluran Sekunder No. Saluran
Sekunder
Blok Pelayanan
Luas (Ha)
Tipe Derah Aliran
Koefisien Limpasan
( C )
A
(%) A C.A Total C.A
C gabungan 1 A 2-A3 BLOK 2 183
Pemukiman 0,4 20% 36,600 14,640
48,495
0,265
RTH 0,15 70% 128,100 19,215
Jalan 0,8 10% 18,300 14,640
2 A4-A5 BLOK 4 338
Pemukiman 0,4 35% 118,300 47,320
113,230
0,335
RTH 0,15 50% 169,000 25,350
Jalan 0,8 15% 50,700 40,560
3 A6-A7 BLOK 6 234
Pemukiman 0,4 30% 70,200 28,080
75,465
0,323
RTH 0,15 55% 128,700 19,305
Jalan 0,8 15% 35,100 28,080
4 A8-A9 BLOK 8 93
Pemukiman 0,4 25% 23,25 9,300
28,830
0,310
RTH 0,15 60% 55,8 8,370
Jalan 0,8 15% 13,95 11,160
5 A10-A11 BLOK 10 133
Pemukiman 0,4 45% 59,850 23,940
52,203
0,3925
RTH 0,15 35% 46,550 6,983
Jalan 0,8 20% 26,600 21,280
6 A12-A13 BLOK 12 113
Pemukiman 0,4 25% 28,250 11,300
26,838
0,2375
RTH 0,15 65% 73,450 11,018
Jalan 0,8 5% 5,650 4,520
7 A14-A15 BLOK 14 102
Pemukiman 0,4 20% 20,400 8,160
30,345
0,298
RTH 0,15 65% 66,300 9,945
Jalan 0,8 15% 15,300 12,240
8 A16-A17 BLOK 16 153
Pemukiman 0,4 60% 91,8 36,720
65,790
0,430
RTH 0,15 20% 30,6 4,590
Jalan 0,8 20% 30,6 24,480
9 A18-A19 BLOK 18 161
Pemukiman 0,4 15% 24,15 9,660
35,420
0,220
RTH 0,15 80% 128,8 19,320
Jalan 0,8 5% 8,05 6,440
10 B2-B3 BLOK 21 345
Pemukiman 0,4 30% 103,500 41,400
100,050
0,29
RTH 0,15 60% 207,000 31,050
Jalan 0,8 10% 34,500 27,600
11 B4-B5 BLOK 23 214
Pemukiman 0,4 30% 64,200 25,680
70,620
0,33
RTH 0,15 60% 128,400 19,260
12 B6-B7 BLOK 25 933
Pemukiman 0,4 35% 326,550 130,620
312,555
0,335
RTH 0,15 50% 466,500 69,975
Jalan 0,8 15% 139,950 111,960
13 B8-B9 BLOK 27 704
Pemukiman 0,4 40% 281,6 112,640
290,400
0,413
RTH 0,15 35% 246,4 36,960
Jalan 0,8 25% 176 140,800
14 B10-B11 BLOK 29 1.409
Pemukiman 0,4 40% 563,600 225,440
443,835
0,315
RTH 0,15 50% 704,500 105,675
Jalan 0,8 10% 140,900 112,720
15 B12-B13 BLOK 31 100
Pemukiman 0,4 35% 35,000 14,000
30,250
0,3025
RTH 0,15 55% 55,000 8,250
Jalan 0,8 10% 10,000 8,000
Analisa Hidrologi
Data curah hujan sangatlah diperlukan dalam setiap melakukan analisis hidrologi, terutama untuk menghitung debit banjir rencana baik secara empiris maupun menggunakan model matematik. Hal tersebut disebabkan karena data debit untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh atau tidak tersedia. Langkah-langkah untuk melakukan analisis hidrologi meliputi langkah-langkah yaitu melengkapi data curah hujan, menghitung curah hujan rata-rata, menghitung hujan harian maksimum rata-rata dari data curah hujan yang ada, menentukan distribusi hujan, dan menentukan intensitas hujan.
1. Data Curah Hujan Hilang
Melengkapi data curah hujan merupakan salah satu faktor pendukung terhadap terlaksananya perencanaan sistem Drainase karena besarnya debit dalam saluran Drainase ditentukan oleh banyaknya debit hujan yang ada, selain itu dengan diketahui curah hujan dapat ditentukan juga diketahui dimensi saluran yang direncanakan. Hilangnya data curah hujan biasanya diakibatkan oleh rusaknya alat pemantau curah hujan dan kesalahan yang dilakukan dalam pencatatan curah hujan tersebut pada proses pencatatan.
Tabel 4. 3 Data Curah Hujan Hilang
Tahun a b c d e
2001 171 153 130 172 132
2003 131 143 146 168
2004 171 157 183 198 188
2005 142 172 176 157
2006 183 160 175 164 163
2007 142 149 169 164 174
2008 138 160 131 122
2009 178 158 143 169 188
2010 168 189 168 169
2011 157 133 189 194 198
2012 162 180 193 152
2013 198 165 169 197
2014 168 146 172 152 143
2015 189 162 164 154
2016 142 134 187 163
2017 170 163 182 172
2018 131 152 157 182 158
2019 142 143 122 140 129
2020 166 141 163 149
2021 144 164 176 133 129
Total 2889 2773 2921 3016 2886
Rata- rata 160,5 154,0556 162,2778 167,5556 160,3333 Untuk menentukan metode yang dipakai maka dilakukanlah perhitungan terhadap nilai R (rasio) selisih. Dalam melakukan penentuan data curah hujan yang hilang ini, penentuan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode normal dan juga metode aritmatik.
Metode normal digunakan ketika nilai R selisih lebih dari 10% sedangkan metode aritmatik digunakan ketika nilai R selisih kurang dari 10%.
Metode yang digunakan pada perencanaan kali ini adalah metode aritmatik dikarenakan R selisih yang didapat kurang dari 10%. Contoh perhitungan R adalah sebagai berikut:
Selisih Stasiun A dan C : 𝑅 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = |𝑅 − 𝑅𝑑|
𝑅 × 100
𝑅 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = |162,2 − 160,5|
162,2 × 100 = 1,09 %
4.3.3.1. Menghitung Curah Hujan Rata-Rata
Untuk dapat menghitung curah hujan rata rata dengan menggunakan 3 metode sebagai perbandingan, yaitu metode Aritmatik, Metode Reciprocal, dan Polygon Thiessen. Pada perencanaan ini perbandingan curah hujan rata rata akan menggunakan dua metode yaitu metode Aritmatik dan metode Polygon Thiessen.
a) Metode Artimatika
Metode Aritmatika adalah metode yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan nantinya akan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Metode aritmatik ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑥 =𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ + 𝑟𝑛 𝑛
Berikut merupakan contoh perhitungan pada tahun 2003 :
Tabel 4. 4 Rata-Rata Curah Hujan Metode Aritmatik
Tahun a b c d e
2001 171 153 130 172 132
2003 131 143 147 146 168
2004 171 157 183 198 188
2005 161,75 142 172 176 157
2006 183 160 175 164 163
2007 142 149 169 164 174
2008 138 160 131 122 137,75
2009 178 158 143 169 188
2010 168 189 168 173,5 169
2011 157 133 189 194 198
2012 171,75 162 180 193 152
2013 198 165 169 197 182,25
2014 168 146 172 152 143
2015 189 167,25 162 164 154
2016 142 134 156,5 187 163
2017 170 163 182 171,75 172
2018 131 152 157 182 158
2019 142 143 122 140 129
2020 166 154,75 141 163 149
2021 144 164 176 133 129
Total 3222,5 3095 3224,5 3361,25 3206
Rata- rata 161,125 154,75 161,225 168,0625 160,3
b) Metode Polygon Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwasannya air hujan yang turun adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga air hujan yang tercatat pada suatu stasiun akan dapat mewakili luasan tersebut. Selanjutnya, perhitungan akan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap- tiap stasiun.
Tabel 4. 5 Data Polygon Thiessen
Wilayah Luas (km2) Curah Hujan (mm)
A 276 161,13
B 425 154,75
C 425 161,23
D 338 168,06
E 263 160,30
JUMLAH 1727 805,46
Langkah selanjutnya iyattu menghitung curah hujan rerata dengan menggunakan rumus berikut :
=(𝑅1. 𝐴1) + (𝑅2. 𝐴2) + ⋯ + (𝑅𝑛. 𝐴𝑛) 𝐴
Dengan :
R = Curah hujan harian maksimum rata -rata
R1,R3,Rn = Curah hujan di tiap titik pengamatan stasiun hujan A1,A2,An = Luas bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Untuk dapat mengetahui nilai curah hujan dengan menggunakan metode Poligon Thiessen maka terlebih dahulu harus mengetahui rata-rata curah hujan dari stasiun pengamat serta luasan daerah dari jangkauan stasiun pengamat. Contoh perhitungan rata-rata hujan pada tahun 2003 ialah sebagai berikut :
𝑅 =(131 × 276) + (143 × 425) + (147 × 425) + (146 × 338) + (168 × 263) 1727
= 120,95
Tabel 4. 6 Data Curah Hujan Metode Polygon Thiessen
No Tahun
Stasiun
Rata- Rata(mm)
A B C D E
Curah hujan (mm)
Luas Wilayah
(km2)
Curah hujan (mm)
Luas Wilaya h (km2)
Cura h hujan (mm)
Luas Wilay ah (km2)
Cura h hujan (mm)
Luas Wilaya h (km2)
Curah hujan (mm)
Luas Wilayah
(km2)
1 2001 171 276 153 425 130 425 172 338 132 263 130,71
2 2003 131 276 143 425 147 425 146 338 168 263 120,95
3 2004 171 276 157 425 183 425 198 338 188 263 149,84
4 2005 161,75 276 142 425 172 425 176 338 157 263 137,65
5 2006 183 276 160 425 175 425 164 338 163 263 143,87
6 2007 142 276 149 425 169 425 164 338 174 263 133,13
7 2008 138 276 160 425 131 425 122 338 137,75 263 117,62
8 2009 178 276 158 425 143 425 169 338 188 263 135,67
9 2010 168 276 189 425 168 425 173,5 338 169 263 148,75
10 2011 157 276 133 425 189 425 194 338 198 263 142,38
11 2012 171,75 276 162 425 180 425 193 338 152 263 149,47
12 2013 198 276 165 425 169 425 197 338 182,25 263 152,48
13 2014 168 276 146 425 172 425 152 338 143 263 134,94
14 2015 189 276 167,25 425 162 425 164 338 154 263 143,41
15 2016 142 276 134 425 156,5 425 187 338 163 263 130,86
16 2017
170 276
163 425
182 425 171,7
5 338
172 263 145,77
17 2018 131 276 152 425 157 425 182 338 158 263 132,68
18 2019 142 276 143 425 122 425 140 338 129 263 115,38
19 2020 166 276 154,75 425 141 425 163 338 149 263 131,29
20 2021 144 276 164 425 176 425 133 338 129 263 132,80
Jumlah 3222,5 5518,833 3095 8509,42 1
3224,
5 8509 3361,
25 6760 3206 5262 2729,65
Rata-Rata 161,13 275,94 154,75 425,47 161,2 3
425,4 7
168,0
6 338,00 160,30 263,12 136,48
4.3.3.2. Distribusi Hujan
Dalam menghitung Hujan Harian Maksimum (HHM) dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Iway-Kadoya. Dan nantinya dari ke 3 metode tersebut akan dipilih yang menghasilkan nilai curah hujan yang paling besar. Berikut merupakan perhitungan curah hujan maksimum:
a. Metode Gumbel
Metode Gumbel adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data maksimum. Metode ini memiliki koefisien kemencengan (Coefficient of Skewness) atau Cs. Koefisien Cs ini adalah penyimpangan kesimetrisan suatu distribusi. Adapun untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode gumbel, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Curah Hujan Maksimum Metode Gumbel
No Tahun Rata-Rata Hujan
harian X (mm) (X-Xr) (X-Xr)^2
1 2001 135,2 -25,91 671,33
2 2003 138 -41,60 1730,56
3 2004 147,0 -32,40 1049,76
4 2005 149,2 -30,20 912,04
5 2006 151,6 -27,80 772,84
6 2007 155 -24,60 605,16
7 2008 156 -23,40 547,56
8 2009 156,2 -23,20 538,24
9 2010 156,5 -22,90 524,41
10 2011 159,6 -19,80 392,04
11 2012 161,8 -17,60 309,76
12 2013 167,2 -12,20 148,84
13 2014 167,3 -12,10 146,41
14 2015 169,0 -10,40 108,16
15 2016 171,8 -7,60 57,76
16 2017 171,8 -7,60 57,76
17 2018 173,5 -5,90 34,81
18 2019 174,2 -5,20 27,04
19 2020 179,4 0,00 0,00
20 2021 182,3 2,90 8,41
Rata-rata 161,11 442,40
Standar deviasi 21,33
Jumlah 3222,2 8642,89
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mencari nilai Curah Hujan Harian menggunakan Metode Gumbel, sehingga didapat hasil sebagai berikut:
1. Standar Deviasi 𝑆 = √∑(𝑋 − 𝑋𝑟)2
𝑛 − 1 𝑆 = √(8642,89)
20 − 1
= 21,33 2. PUH 5 Tahun
𝑌𝑡 = 1,499 𝑌𝑛 = 0,5236 𝑆𝑛 = 1,0628 𝑘 =𝑌𝑡− 𝑌𝑛
𝑆𝑛
Sehingga nilai k, adalah
𝑘 =1,5 − 0,5236
1,0628 = 0,919
Tabel 4. 8 PUH 2, 5, 10 dan 25 Tahunan Metode Gumbel
PUH Sn Yt Yn HHM k b Se
HHM Gumbel dengan Rk (mm/hari) Minimu
m
Maksimu m 2 1,062
8
0,366 5
0,523 6
152,45
3 -0,148 0,912 4,350 145,319 159,587 5 1,062
8
1,5 0,523 6
346,88
0 0,919 1,767 8,428 333,059 360,701 10 1,062
8
2,25 0,523 6
475,52
6 1,624 2,452 11,696 456,345 494,707 25 1,062
8
3,199 0,523 6
638,30
6 2,517 3,353 15,991 612,081 664,532
b. Metode Log Pearson Tipe III
Metode Log Pearson III adalah metode yang digunakan untuk menganalisis variable hidrologi dengan nilai varian minimum seperti frekuensi distribusi dari debit minimum. Untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode log person III, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyusun data-data curah hujan (Ri) mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil a
2. Mengubah nilai R menjadi Log R (Xi) 3. Menghitung besarnya rata rata nilai log (𝑋̅𝑖)
Tabel 4. 9 Perhitungan Standar Deviasi Curah Hujan Metode Log Pearson iii
No Ri Xi = LogRi
(Xi-Xi Rata-
Rata)^2 (Xi-Xi Rata-Rata)^3
1 182,3 2,26 0,0030305 0,000166828
2 179,4 2,25 0,0023122 0,000111185
3 174,2 2,24 0,0012469 0,000044030
4 173,5 2,24 0,0011265 0,000037807
5 171,8 2,24 0,0008577 0,000025119
6 171,8 2,24 0,0008577 0,000025119
7 169,0 2,23 0,0004906 0,000010867
8 167,3 2,22 0,0003154 0,000005601
9 167,2 2,22 0,0003062 0,000005359
10 161,8 2,21 0,0000105 0,000000034
11 159,6 2,20 0,0000073 -0,000000020
12 156,5 2,19 0,0001259 -0,000001413
13 156,2 2,19 0,0001453 -0,000001752
14 156 2,19 0,0001591 -0,000002006
15 155 2,19 0,0002549 -0,000004070
16 151,6 2,18 0,0006269 -0,000015696
17 149,2 2,17 0,0010220 -0,000032670
18 147,0 2,17 0,0014761 -0,000056709
19 138 2,14 0,0044206 -0,000293915
20 135,2 2,13 0,0055891 -0,000417839
Jumlah 3222,20 44,11 0,0243813 -0,000394142 rata-rata 161,11 2,21
σ Rata-Rata Xi 0,04
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai curah hujan dengan menggunakan Metode Log Pearson, sehingga didapat hasil sebagai berikut:
1. Standar Deviasi 𝑆 = √∑(𝑋 − 𝑋𝑟)2
𝑛 − 1 𝑆 = 0,04
Tabel 4. 10 Curah Hujan Harian Metode Log Pearson III
PUH Cs Kx XT HMM Log PEARSON Tipe III (mm/hari)
2
0,1
-0,017 2,21 160,37
5 0,836 2,24 172,06
10 1,292 2,25 178,66
25 1,785 2,27 186,07
c. Metode Iwai Kadoya
Metode Iwai Kadoya bisa disebut salah satu cara distribusi terbatas sepihak. Prinsipnya adalah dengan mengubah variable (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harian maksimum ke log x atau mengubah kurva distribusi yang asimetris menjadi kurva distribusi normal, sehingga perhitungannya adalah variable normal. Berikut adalah langkah langkah dalam menghitung curah hujan harian maksimum untuk periode ulang hujan (PUH) dipilih :
1) Menyusun data-data curah hujan mulai dari harga terbesar dengan harga terkecil.
2) Memperkirakan harga 𝑋𝑖 dan 𝑋0 dengan persamaan : 𝑋𝑖 = log 𝑅𝑖
𝑋0 = 𝐴𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔∑ log 𝑅 𝑛 3) Memperkirakan Nilai b
Nilai Xs merupakan angka tertinggi dari curah hujan tahunan. Banyaknya Xs ditentukan dari nilai m.
Misal m adalah 1, maka Xs adalah angka tertinggi pertama dari data curah hujan. Jika m adalah 2, maka Xs adalah angka tertinggi pertama dan tertinggi kedua. Nilai m dapat dicari dengan :
m = n 10
Nilai Xt merupakan angka terendah dari curah hujan tahunan. Banyaknya Xt disesuaikan dengan Rs.
Nilai bi dapat dicari melalui persamaan : 𝑏𝑖 = 𝑋𝑠. 𝑋𝑡− 𝑋02
2𝑋𝑖− (𝑋𝑠+ 𝑋𝑡)
Tabel 4. 11 Nilai bi
No Xs Xt (Xs.Xr)-
Xo^2 2Xo-(Xs+Xr) Bt
1 182,30 135,20 24646,8420 -316,8129 -77,7962 2 179,40 137,80 24721,2020 -316,5129 -78,1049 Jumlah -155,901
Nilai b didapat dengan persamaan berikut : b = 1
m∑ 𝑏𝑖
𝑛
𝑖=1
= 1
4) Nilai b yang didapatkan, dijumlahkan dengan data awal, kemudian di-log kan, dijumlahkan dan dicari data rata- rata nya :
𝑋̅0 = 1
n∑log(Ri + b)
Tabel 4. 12 Curah Hujan Maksimum Metode Iwai Kadoya
METODE IWAI-KADOYA
No Ri Xi =
LogRi Ri+b (Ri+b)^2 Log(Ri+b) Log(Ri+b)^2
1 182,3 2,26 104,35 10888,81 2,018 4,074
2 179,4 2,25 101,45 10291,99 2,006 4,025
3 174,2 2,24 96,25 9263,96 1,983 3,934
4 173,5 2,24 95,55 9129,70 1,980 3,921
5 171,8 2,24 93,85 8807,72 1,972 3,890
6 171,8 2,24 93,85 8807,72 1,972 3,890
7 169,0 2,23 91,05 8290,00 1,959 3,839
8 167,3 2,22 89,35 7983,33 1,951 3,807
9 167,2 2,22 89,25 7965,47 1,951 3,805
10 161,8 2,21 83,85 7030,73 1,924 3,700
11 159,6 2,20 81,65 6666,63 1,912 3,656
12 156,5 2,19 78,55 6170,02 1,895 3,592
13 156,2 2,19 78,25 6122,98 1,893 3,585
15 155 2,19 76,85 5905,84 1,886 3,556
16 151,6 2,18 73,65 5424,24 1,867 3,486
17 149,2 2,17 71,25 5076,48 1,853 3,433
18 147,0 2,17 69,05 4767,83 1,839 3,383
19 138 2,14 59,85 3581,96 1,777 3,158
20 135,2 2,13 57,25 3277,50 1,758 3,090
JUMLAH 3222,20 44,11 1663,19 141544,62 38,29 73,40 Rata-Rata 161,11 2,21 83,16 7077,23 1,91 3,67
Tabel 4. 13 Nilai PUH 2, 5, 10, dan 25 Tahunan Metode Iwai Kadoya
PUH (Tahun)
ε 𝟏
𝒄(𝟏) Log(Xo+b)+(2) Anti log (3) HHM = (4)-b
(1) (2) (3) (4) (5)
2 - 0,0000 1,9172 82,6462 160,5968
5 0,5951 0,0061 1,9233 83,8114 161,7620
10 0,9062 0,0093 1,9265 84,4271 162,3776
25 1,2379 0,0126 1,9299 85,0885 163,0391
d. Perbandingan Metode Curah Hujan Maksimum
Berikut merupakan hasil perhitungan dari metode Gumbel minimum dan maksimum, Metode Log Pearson II dan Metode Iwai Kadoya dan dilakukan perbandingan yaitu sebagai berikut
Tabel 4. 14 Perbandingan Metode Curah Hujan Makssimum
PUH
HHM Gumbel HHM Log
PEARSON Tipe III
HMM Iwai- Kadoya Minimum Tanpa
Rk Maksimum
2 145,319 152,453 159,587 160,372 160,5968
5 333.059 346,880 360,701 172,062 161,762
10 456,345 475,526 494,707 178,657 162,3776
25 612,081 638,306 664,532 186,071 163,0391
Dari perbandingan Metode Gumbel, Metode log Pearson III dan Metode Iwai Kadoya diatas, yang dipilih ialah Metode yang menghasilkan HHM yang paling terbesar yaitu Metode
Gumbel Maksimum. Selain itu HHM pada Metode Gumbel memiliki banyak kemungkinan dikarenakan adanya rentang nilai dimana HHM Metode Gumbel ini sudah mencakup HHM Metode Log Pearson III maupun HHM Metode Iwai Kadoya.
Maka untuk mencari lengkung intensitas hujan digunakanlah nilai dari metode gumbel karena memiliki rentang nilai yang dimana sudah mencakup rentang nilai yang telah didapatkan dari metode HHM yang lainnya.
4.3.3.3. Intensitas Hujan
Analisis distribusi hujan digunakan untuk mencari nilai intensitas hujan berdasarkan waktu konsentrasi yang akan digunakan untuk mencari nilai debit rencana.
Dalam penentuan intensitas hujan, rumus yang digunakan adalah dengan metode Mononobe, Van Breen, Hasper-Weduwen, dan Bell Tanimoto. Dari keempat metode perhitungan yang digunakan, metode perhitungan dengan hasil intensitas hujan tertinggi akan digunakan untuk menghitung analisis lengkung intensitas hujna.
Adapun hasil perhitungan intensitas hujan yang didapat dari metode perhitungan di atas adalah sebagai berikut:
a. Metode Mononobe
Berikuyt merupakan persamaan metode Mononobe :
I = 𝑅24 24 (24
tc )
2 3
Keterangan
I = Intentitas curah hujan dalam mm/jam
R24 = Curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ruang tahun
Tc = Waktu konsentrasi dalam jam
Tabel 4. 15 Data yang Digunakan UNtuk Metode Mononobe
PUH
HHM Gumbel
Minimum Tanpa Rk Maksimum
2 145,319 152,453 159,587
5 333.059 346,880 360,701
10 456,345 475,526 494,707
25 612,081 638,306 664,532
Tabel 4. 16 Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe
tc (jam)
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) PUH
2 5 10 25
1 277,03 630,32 864,09 1159,88
2 174,52 397,08 544,34 730,68
3 109,94 250,14 342,91 460,3
4 83,9 190,9 261,69 351,27
5 69,26 157,58 216,02 289,97
6 52,85 120,26 164,86 221,29
7 43,63 99,27 136,09 182,67
8 33,29 75,76 103,85 139,4
9 25,41 57,81 79,25 106,38
10 16,01 36,42 49,93 67,02
11 10,08 22,94 31,45 42,22
Gambar 4. 3 Grafik Lengkung Intensitas Hujan
b. Metode Van Breen
Metode Van Breen adalah metode yang digunakanuntuk menghitung intensitas hujan. Adapun rumus Intensitas Hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut:
𝐼𝑟 =54𝑅𝑟+ 0,007𝑅𝑇2 𝑡𝑐 + 0,3𝑅𝑡 Dimana:
𝐼𝑟 = Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
𝑅𝑟 = Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
𝑡𝑐 = Durasi hujan dalam menit
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
0 2 4 6 8 10 12
INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)
DURASI HUJAN
Lengkung Intensitas Hujan
PUH 2 PUH 5 PUH 5 PUH 25
Sehingga hasil perhitungan Intensitas Hujan yang didapat dengan menggunakan metode Van-Breen adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 17 Nilai PUH Metode Gumbel
PUH
HHM Gumbel
Minimum Tanpa Rk Maksimum
2 145,319 152,453 159,587
5 333.059 346,880 360,701
10 456,345 475,526 494,707
25 612,081 638,306 664,532
Adapun contoh perhitungan dengan menggunakan metode Van-Breen pada Periode Ulang Hujan 2 Tahun dengan 𝑡𝑐 5 menit adalah sebagai berikut:
𝐼𝑟= 54𝑅𝑟+ 0,007𝑅𝑇2 𝑡𝑐 + 0,3𝑅𝑡
𝐼𝑟 =(54 ∗ 152) + (0,007 ∗ (152)2)) 5 + (0.3 ∗ 152)
𝐼𝑟= 165,47 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
Tabel 4. 18 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 2 Tahun
PUH 2
No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)
1 5 152 165,47
2 10 152 150,62
3 20 152 127,71
4 30 152 110,85
5 40 152 97,92
6 60 152 79,40
7 80 152 66,77
8 120 152 50,65
9 180 152 37,19
10 360 152 20,69
11 720 152 10,96
Tabel 4. 19 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 5 Tahun
PUH 5
No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)
1 5 347 179,47
2 10 347 171,60
3 20 347 157,77
4 30 347 146,00
5 40 347 135,87
6 60 347 119,31
7 80 347 106,34
8 120 347 87,36
9 180 347 68,91
10 360 347 42,18
11 720 347 23,75
Tabel 4. 20 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 10 Tahun
PUH 10
No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)
1 5 476 184,62
2 10 476 178,58
3 20 476 167,60
4 30 476 157,89
5 40 476 149,25
6 60 476 134,52
7 80 476 122,44
8 120 476 103,79
9 180 476 84,49
10 360 476 54,23
11 720 476 31,60
Tabel 4. 21 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 25 Tahun
PUH 25
No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)
1 5 638 189,93
2 10 638 185,22
3 20 638 176,46
4 30 638 168,50
5 40 638 161,22
6 60 638 148,40
7 80 638 137,46
8 120 638 119,81
9 180 638 100,46
10 360 638 67,67
11 720 638 40,94
c. Metode Hasper-Weduwen
Perhitungan distribusi hujan yang didapet dengan metode Hasper berdasarkan Metode Gumbel dengan langkah- langkah penyelsaian sebagai berikut :
Tabel 4. 22 Nilai PUH Metode Gumbel
PUH HHM Gumbell
Min Tanpa Rk Maks
2 145,319 152,453 159,587
5 333.059 346,880 360,701
10 456,345 475,526 494,707
25 612,081 638,306 664,532
Jumlah 334272,75 1613,17 1679,53 Rata-rata 83568,19 403,29 419,88
Menentukan intervar waktu t (menit) dan kemudian di konversikan menjadi t (jam)
Menentukan nilai Ri untuk 0 < t < 1 jam, dengan persamaan sebagai berikut:
𝑅𝑖 = 𝑋𝑡( 1218 ∗ 𝑡 + 54
𝑋𝑡∗ (1 − 𝑡 + 1272 ∗ 𝑡)) Dimana :
𝑋𝑡 = Curah Hujan Maksimum yang dipilih 𝑡 = Durasi hujan dalam satuan jam
Adapun contoh perhitungan nilai 𝑅𝑖 yang didapat pada intensitas hujan dengan PUH 2 Tahun dengan t 0,08 jam adalah sebagai berikut:
𝑅𝑖 = 𝑋𝑡( 1218 ∗ 𝑡 + 54
𝑋𝑡∗ (1 − 𝑡 + 1272 ∗ 𝑡)) 𝑅𝑖 = 160( 1218 ∗ 0,08 + 54
160 ∗ (1 − 0,08 + 1272 ∗ 0,08)) 𝑅𝑖 = 98,36
Menentukan nilai 𝑅𝑡, untuk 0 < t < 1 jam, dengan persamaan sebagai berikut:
𝑅𝑡 = √11300 ∗ 𝑡 𝑡 + 3,12 ∗ 𝑋𝑡
100 Dimana :
𝑅𝑡 = Curah hujan menurut Hasper dan Der Weduwen 𝑋𝑡 = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari) 𝑡 = Durasi curah hujan (jam)
Adapun contoh perhitungan nilai Rt yang didapat pada intensitas hujan dengan PUH 2 tahun, dengan t 0,08 jam adalah sebagai berikut:
𝑅 = √11300 ∗ 𝑡 𝑡 + 3,12 ∗ 𝑋𝑡
100
𝑅 = √11300 ∗ 0,08 0,08 + 3,12 ∗160
100
𝑅𝑡 = 16,86
Menentukan nilai I, dengan menggunakan rumus dan contoh perhitungan sebagia berikut:
𝐼 =𝑅 𝑡 𝐼 =16,86
0,08 𝐼 = 202,38𝑚𝑚
𝑗𝑎𝑚
Sehingga hasil perhitungan distribusi intensitas hujan yang didapat dengan menggunakan metode Haspers Weduwen adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 23 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 2 Tahun
PUH 2
No
Interval Waktu (t)
XT Ri R I
menit jam
1 5 0,08 160 98,36 16,86 202,38
2 10 0,17 160 118,88 28,46 170,75
3 20 0,33 160 138,41 45,71 137,13
4 30 0,50 160 147,82 58,40 116,79
5 40 0,67 160 153,35 68,40 102,60
6 60 1,00 160 159,59 83,58 83,58
7 80 1,33 160 163,01 92,82 69,62
8 120 2,00 160 166,65 106,03 53,01
9 180 3,00 160 169,22 118,77 39,59
10 360 6,00 160 171,92 137,60 22,93
11 720 12,00 160 173,31 151,13 12,59
Tabel 4. 24 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 5 Tahun
PUH 5
No
Interval Waktu (t)
XT Ri R I
menit jam
1 5 0,08 361 128,46 22,02 264,29
2 10 0,17 361 180,85 43,29 259,75
3 20 0,33 361 249,71 82,47 247,41
4 30 0,50 361 292,94 115,73 231,46
5 40 0,67 361 322,62 143,90 215,84
6 60 1,00 361 360,70 188,90 188,90
7 80 1,33 361 384,10 209,80 157,35
8 120 2,00 361 411,37 239,64 119,82
9 180 3,00 361 432,20 268,45 89,48
10 360 6,00 361 455,60 311,00 51,83
11 720 12,00 361 468,43 341,59 28,47
Tabel 4. 25 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 10 Tahun
PUH 10
No
Interval Waktu (t) XT Ri
R I
menit jam
1 5 0,08 495 137,50 23,57 282,89
2 10 0,17 495 203,67 48,75 292,52
3 20 0,33 495 301,89 99,70 299,11
4 30 0,50 495 371,30 146,69 293,38
5 40 0,67 495 422,96 188,65 282,98
6 60 1,00 495 494,71 259,08 259,08
7 80 1,33 495 542,17 287,75 215,81
8 120 2,00 495 601,10 328,68 164,34
9 180 3,00 495 648,97 368,19 122,73
10 360 6,00 495 706,03 426,55 71,09
11 720 12,00 495 738,87 468,49 39,04
Tabel 4. 26 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 25 Tahun
PUH 25
No
Interval Waktu (t)
XT Ri R I
menit jam
1 5 0,08 665 144,49 24,77 297,29
2 10 0,17 665 223,02 53,39 320,32
3 20 0,33 665 352,57 116,44 349,32
4 30 0,50 665 455,02 179,76 359,53
5 40 0,67 665 538,08 240,00 360,00
6 60 1,00 665 664,53 348,02 348,02
7 80 1,33 665 756,25 386,53 289,90
8 120 2,00 665 880,40 441,50 220,75
9 180 3,00 665 990,81 494,58 164,86
10 360 6,00 665 1135,27 572,97 95,50
11 720 12,00 665 1225,61 629,32 52,44
4.3.3.4. Penentuan Intensitas Hujan
Untuk menentukan nilai intensitas hujan dan persamaan lengkung intensitas, terdapat 3 metode yang dapat digunakan yaitu, Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Nilai intensitas yang akan dipilih adalah metode yang memiliki nilai yang paling mendekati dengan perhitungan dengan Metode Bell Tanimoto.
a. Metode Talbot
Dalam menentukan nilai intensitas hujan dan persamaan lengkung intensitas dengan menggunakan metode talbot memiliki Langkah-langkah sebagai berikut:
𝐼 = (𝑎𝑡 𝑏) Dimana :
T = waktu
a dan b = Konstanta yang tergantung pada durasi hujan
Adapun persamaan yang dpat digunakan untuk mendapatkan nilai a dan b adalah sebagai berikut:
𝑎 =∑ 𝐼𝑡 ∑ 𝐼2 − ∑(𝐼2𝑡) ∑ 𝐼 𝑁 ∑ 𝐼2− (∑ 𝐼)2 𝑏 =∑ 𝐼 ∑ 𝐼𝑡 − 𝑁 ∑(𝐼2𝑡)
𝑁 ∑ 𝐼2− (∑ 𝐼)2 Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam) T = Durasi hujan (jam)
N = Jumlah Data
Contoh perhitungan metode Talbot pada PUH 2 tahun dengan t 0.08 jam adalah sebagai berikut:
𝑎 =∑ 𝐼𝑡 ∑ 𝐼2− ∑(𝐼2𝑡) ∑ 𝐼
𝑁 ∑ 𝐼2−(∑ 𝐼)2
𝑎 =28313,7 ∗ 101580,12 − 2484885,3 ∗ 849,4 8 ∗ 101580,12 − 849,42
𝑎 = 8395,16
𝑏 =∑ 𝐼 ∑ 𝐼𝑡−𝑁 ∑(𝐼2𝑡) 𝑁 ∑ 𝐼2−(∑ 𝐼)2
𝑏 =849,4 ∗ 28313,7 − 8 ∗ 2484885,3 8 ∗ 101580,12 − 849,42 𝑏 = 45,74
𝐼 = (𝑎 ∗𝑡
𝑏)
𝐼 = (8395,16 ∗ 0,08 45,74) 𝐼 = 165,47 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
Sehingga hasil yang didapat pada Periode Ulang Hujan lainnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 27 Hasil Perhitungan Talbot PUH 2 Tahun TALBOT
t a b I
5 8395,16 45,74 165,47
10 8395,16 45,74 150,62
20 8395,16 45,74 127,71
30 8395,16 45,74 110,85
40 8395,16 45,74 97,92
60 8395,16 45,74 79,40
80 8395,16 45,74 66,77
120 8395,16 45,74 50,65
Jumlah 849,39
Tabel 4. 28 Hasil Perhitungan Talbot PUH 5 Tahun TALBOT
t a b I
5 19573,80 104,06 179,47
10 19573,80 104,06 171,60
20 19573,80 104,06 157,77
30 19573,80 104,06 146,00
40 19573,80 104,06 135,87
60 19573,80 104,06 119,31
80 19573,80 104,06 106,34
120 19573,80 104,06 87,36
Jumlah 1103,72
Tabel 4. 29 Hasil Perhitungan Talbot PUH 10 Tahun TALBOT
t a b I
5 27261,28 142,66 184,62
10 27261,28 142,66 178,58
20 27261,28 142,66 167,60
30 27261,28 142,66 157,89
40 27261,28 142,66 149,25
60 27261,28 142,66 134,52
80 27261,28 142,66 122,44
120 27261,28 142,66 103,79
Jumlah 1198,69
Tabel 4. 30 Hasil Perhitungan Talbot PUH 25 Tahun TALBOT
t a b I
5 37320,57 191,49 189,93
10 37320,57 191,49 185,22
20 37320,57 191,49 176,46
30 37320,57 191,49 168,50
40 37320,57 191,49 161,22
60 37320,57 191,49 148,40
80 37320,57 191,49 137,46
120 37320,57 191,49 119,81
Jumlah 1287,01
b. Metode Sherman
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung lengkung intensitas hujan dengan menggunakan metode Sherman adalah sebagai berikut:
𝐼 = (𝑎 𝑡𝑛) 𝐿𝑜𝑔 𝑎
=(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡2) − (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼 ∗ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) 𝑛(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡2) − (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2
𝑛 =(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) − 𝑁 ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼 ∗ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) 𝑁 ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2− (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam) T = Durasi hujan (jam)
N = Jumlah Data a = Konstanta
Sehingga dengan persamaan diatas, hasil Periode Ulang Hujan yang didapat dengan menggunakan Metode Sherman adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 31 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 2 Tahun SHERMAN
t Log A a n I
5 1,03 10,63 0,37 5,88
10 1,03 10,63 0,37 4,55
20 1,03 10,63 0,37 3,53
30 1,03 10,63 0,37 3,04
40 1,03 10,63 0,37 2,73
60 1,03 10,63 0,37 2,35
80 1,03 10,63 0,37 2,12
120 1,03 10,63 0,37 1,82
Jumlah 26,030
Tabel 4. 32 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 5 Tahun TALBOT
t a b I
5 19573,80 104,06 179,47
10 19573,80 104,06 171,60
20 19573,80 104,06 157,77
30 19573,80 104,06 146,00
40 19573,80 104,06 135,87
60 19573,80 104,06 119,31
80 19573,80 104,06 106,34
120 19573,80 104,06 87,36
Jumlah 1103,72
Tabel 4. 33 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 10 Tahun TALBOT
t a b I
5 27261,28 142,66 184,62
10 27261,28 142,66 178,58
20 27261,28 142,66 167,60
30 27261,28 142,66 157,89
40 27261,28 142,66 149,25
60 27261,28 142,66 134,52
80 27261,28 142,66 122,44
120 27261,28 142,66 103,79
Jumlah 1198,69
Tabel 4. 34 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 25 Tahun SHERMAN
t Log A a n I
5 0,15 1,42 0,14 1,14
10 0,15 1,42 0,14 1,04
20 0,15 1,42 0,14 0,94
30 0,15 1,42 0,14 0,89
40 0,15 1,42 0,14 0,86
60 0,15 1,42 0,14 0,81
80 0,15 1,42 0,14 0,78
120 0,15 1,42 0,14 0,74
Jumlah 7,183
a. Metode Ishiguro
Dalam menghitung nilai lengkung intensitas hujan dengan menggunakan Metode Ishiguro, Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
𝐼 = 𝑎
√𝑡 + 𝑏
Sehingga hasil perhitungan intensitas lengkung yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 35 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 2 Tahun ISHIGIRO
t a b I
5 715,97 1,55 189,09
10 715,97 1,55 151,93
20 715,97 1,55 118,88
30 715,97 1,55 101,88
40 715,97 1,55 90,92
60 715,97 1,55 77,02
80 715,97 1,55 68,22
120 715,97 1,55 57,26
Jumlah 855,20
Tabel 4. 36 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 5 Tahun ISHIGIRO
t a b I
5 1574,24 5,85 194,77
10 1574,24 5,85 174,74
20 1574,24 5,85 152,56
30 1574,24 5,85 139,02
40 1574,24 5,85 129,34
60 1574,24 5,85 115,82
80 1574,24 5,85 106,43
120 1574,24 5,85 93,70
Jumlah 1106,37
Tabel 4. 37 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 10 Tahun ISHIGIRO
t a b I
5 2153,47 8,69 197,07
10 2153,47 8,69 181,68
20 2153,47 8,69 163,60
30 2153,47 8,69 151,99
40 2153,47 8,69 143,41
60 2153,47 8,69 131,01
80 2153,47 8,69 122,11
120 2153,47 8,69 109,62
Jumlah 1200,49
Tabel 4. 38 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 25 Tahun ISHIGIRO
t a b I
5 2906,51 12,29 200,08
10 2906,51 12,29 188,08
20 2906,51 12,29 173,39
30 2906,51 12,29 163,58
40 2906,51 12,29 156,13
60 2906,51 12,29 145,06
80 2906,51 12,29 136,87
120 2906,51 12,29 125,04
Jumlah 1288,23