• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan Beban Aliran

Dalam dokumen Laporan Drainase dan Sewerage (Halaman 61-96)

Kriteria pembagian blok pelayanan penyaluran saluran Drainase didasari oleh kepadatan penduduk, keadaan topografi, keadaan elevasi, perkembangan daerah serta tata guna lahan.

Perhitungan Kapasitas Aliran

Koefisien pengaliran adalah suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada (SNI-03-3424-1994). Harga koefisien pengaliran suatu daerah tidaklah tetap sepanjang tahun, akan tetapi terus mengalami perubahan sesuai dengan kejenuhan tanah.

Koefisien pengaliran harus didasarkan pada pertimbangan lahan yang paling mendekati dan dipertimbangkan terhadap keragaman tata guna lahan. Untuk itu dalam perencanaan ini diperlukanlah peta topografi dan pelaksanaan survei lapangan agar corak topografi daerah perencanaan dapat lebih diperjelas. Perhitungan kapasitas aliran ditujukan untuk mengetahui debit banjir yang dihasilkan dari suatu saluran yang direncanakan. Debit yang telah diketahui nantinya akan digunakan untuk mendesain dimensi saluran serta mengatahui kecepatan aliran pada tiap saluran.

4.3.2.1. Perhitungan Koefisien Pengaliran

Nilai koefisien pengaliran untuk setiap tata guna lahan memiliki nilai yang berbeda. Faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan di dalam sungai yang paling utama adalah kelembaban tanah. Harga koefisien pengaliran (c) ditentukan dan disesuaikan dengan tata guna lahan yang mana nantinya akan dilewati saluran pada tiap sub blok yang akan dilayani. Berikut adalah tahapan perhitungan nilai koefisien pengaliran dengan mengambil contoh saluran S1 ke S2 dengan area penangkapan A :

a. Menentukan nilai C dari kondisi lahan yang ada.

Pada saluran S1 ke S2 dengan area penangkapan A terdapat 3 fungsi lahan dengan nilai c sebagai berikut :

 Pemukiman : 0,4

 Jalan : 0,8

 Lahan hijau : 0,15

Nilai-nilai C di atas dapat diketahui dari tabel fungsi lahan dengan nilai dari koefisien limpasan.

b. Menentukan persen pembagian tata guna lahan. Contoh untuk saluran SI ke S2 melewati blok A, dengan melihat pada peta kemudian diasumsikan persen fungsi lahannya , yaitu :

 Pemukiman : 35%

 Jalan : 50%

 Lahan hijau : 15%

c. Mencari nilai C gabungan

Tabel 4. 1 C Gabungan Saluran Primer Drainase

Saluran Primer No. Saluran

Primer

Blok Pelaya

nan

Luas (Ha)

Tipe Derah Aliran

Koefisien Limpasa

n ( C )

A

(%) A C.A Total C.A

C gabung

an 1 A1-A3 Blok 1 125

Pemukiman 0,4 35% 43,750 17,500

41,87

5 0,335

RTH 0,15 50% 62,500 9,375

Jalan 0,8 15% 18,750 15,000

2 A3-A5 Blok 3 149

Pemukiman 0,4 30% 44,700 17,880

48,05

3 0,323

RTH 0,15 55% 81,950 12,293

Jalan 0,8 15% 22,350 17,880

3 A5-A7 Blok 5 85

Pemukiman 0,4 60% 51,000 20,400

31,02

5 0,365

RTH 0,15 30% 25,500 3,825

Jalan 0,8 10% 8,500 6,800

4 A7-A9 Blok 7 124

Pemukiman 0,4 40% 49,600 19,840

32,55

0 0,263

RTH 0,15 55% 68,200 10,230

Jalan 0,4 5% 6,200 2,480

5 A9-A11 Blok 9 167

Pemukiman 0,4 45% 75,150 30,060

54,69

3 0,328

RTH 0,15 45% 75,150 11,273

Jalan 0,8 10% 16,700 13,360

6 A11-A13 Blok

11 163

Pemukiman 0,4 50% 81,500 32,600

55,42

0 0,340

RTH 0,15 40% 65,200 9,780

Jalan 0,8 10% 16,300 13,040

7 A13-A15 Blok

13 289

Pemukiman 0,4 30% 86,700 34,680

83,81

0 0,290

RTH 0,15 60% 173,400 26,010

Jalan 0,8 10% 28,900 23,120

8 A15-A17 Blok

15 278

Pemukiman 0,4 35% 97,300 38,920

84,09

5 0,303

RTH 0,15 55% 152,900 22,935

Jalan 0,8 10% 27,800 22,240

9 A17-A19 Blok

17 236

Pemukiman 0,4 60% 141,600 56,640

93,81

0 0,398

RTH 0,15 25% 59,000 8,850

Jalan 0,8 15% 35,400 28,320

10 A19-A20 Blok

19 161

Pemukiman 0,4 65% 104,650 41,860

60,77

8 0,378

RTH 0,15 25% 40,250 6,038

Jalan 0,8 10% 16,100 12,880

11 B1-B3 Blok

20 396

Pemukiman 0,4 20% 79,200 31,680

130,6

80 0,330

RTH 0,15 60% 237,600 35,640

Jalan 0,8 20% 79,200 63,360

12 B3-B5 Blok

22 234

Pemukiman 0,4 55% 128,700 51,480

82,48

5 0,353

RTH 0,15 35% 81,900 12,285

Jalan 0,8 10% 23,400 18,720

13 B5-B7 Blok

24 392

Pemukiman 0,4 50% 196,000 78,400

146,0

20 0,373

RTH 0,15 35% 137,200 20,580

Jalan 0,8 15% 58,800 47,040

14 B7-B9 Blok

26 479

Pemukiman 0,4 50% 239,500 95,800

162,8

60 0,340

RTH 0,15 40% 191,600 28,740

Jalan 0,8 10% 47,900 38,320

15 B9-B11 Blok

28 291

Pemukiman 0,4 40% 116,400 46,560

101,1

23 0,348

RTH 0,15 45% 130,950 19,643

Jalan 0,8 15% 43,650 34,920

16 B11-B13 Blok

30 299

Pemukiman 0,4 40% 119,600 47,840

103,9

03 0,348

RTH 0,15 45% 134,550 20,183

Jalan 0,8 15% 44,850 35,880

17 B13-B14 Blok

32 217

Pemukiman 0,4 35% 75,950 30,380

72,69

5 0,335

RTH 0,15 50% 108,500 16,275

Jalan 0,8 15% 32,550 26,040

Tabel 4. 2 C Gabungan Saluran Sekunder Drainase

Saluran Sekunder No. Saluran

Sekunder

Blok Pelayanan

Luas (Ha)

Tipe Derah Aliran

Koefisien Limpasan

( C )

A

(%) A C.A Total C.A

C gabungan 1 A 2-A3 BLOK 2 183

Pemukiman 0,4 20% 36,600 14,640

48,495

0,265

RTH 0,15 70% 128,100 19,215

Jalan 0,8 10% 18,300 14,640

2 A4-A5 BLOK 4 338

Pemukiman 0,4 35% 118,300 47,320

113,230

0,335

RTH 0,15 50% 169,000 25,350

Jalan 0,8 15% 50,700 40,560

3 A6-A7 BLOK 6 234

Pemukiman 0,4 30% 70,200 28,080

75,465

0,323

RTH 0,15 55% 128,700 19,305

Jalan 0,8 15% 35,100 28,080

4 A8-A9 BLOK 8 93

Pemukiman 0,4 25% 23,25 9,300

28,830

0,310

RTH 0,15 60% 55,8 8,370

Jalan 0,8 15% 13,95 11,160

5 A10-A11 BLOK 10 133

Pemukiman 0,4 45% 59,850 23,940

52,203

0,3925

RTH 0,15 35% 46,550 6,983

Jalan 0,8 20% 26,600 21,280

6 A12-A13 BLOK 12 113

Pemukiman 0,4 25% 28,250 11,300

26,838

0,2375

RTH 0,15 65% 73,450 11,018

Jalan 0,8 5% 5,650 4,520

7 A14-A15 BLOK 14 102

Pemukiman 0,4 20% 20,400 8,160

30,345

0,298

RTH 0,15 65% 66,300 9,945

Jalan 0,8 15% 15,300 12,240

8 A16-A17 BLOK 16 153

Pemukiman 0,4 60% 91,8 36,720

65,790

0,430

RTH 0,15 20% 30,6 4,590

Jalan 0,8 20% 30,6 24,480

9 A18-A19 BLOK 18 161

Pemukiman 0,4 15% 24,15 9,660

35,420

0,220

RTH 0,15 80% 128,8 19,320

Jalan 0,8 5% 8,05 6,440

10 B2-B3 BLOK 21 345

Pemukiman 0,4 30% 103,500 41,400

100,050

0,29

RTH 0,15 60% 207,000 31,050

Jalan 0,8 10% 34,500 27,600

11 B4-B5 BLOK 23 214

Pemukiman 0,4 30% 64,200 25,680

70,620

0,33

RTH 0,15 60% 128,400 19,260

12 B6-B7 BLOK 25 933

Pemukiman 0,4 35% 326,550 130,620

312,555

0,335

RTH 0,15 50% 466,500 69,975

Jalan 0,8 15% 139,950 111,960

13 B8-B9 BLOK 27 704

Pemukiman 0,4 40% 281,6 112,640

290,400

0,413

RTH 0,15 35% 246,4 36,960

Jalan 0,8 25% 176 140,800

14 B10-B11 BLOK 29 1.409

Pemukiman 0,4 40% 563,600 225,440

443,835

0,315

RTH 0,15 50% 704,500 105,675

Jalan 0,8 10% 140,900 112,720

15 B12-B13 BLOK 31 100

Pemukiman 0,4 35% 35,000 14,000

30,250

0,3025

RTH 0,15 55% 55,000 8,250

Jalan 0,8 10% 10,000 8,000

Analisa Hidrologi

Data curah hujan sangatlah diperlukan dalam setiap melakukan analisis hidrologi, terutama untuk menghitung debit banjir rencana baik secara empiris maupun menggunakan model matematik. Hal tersebut disebabkan karena data debit untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh atau tidak tersedia. Langkah-langkah untuk melakukan analisis hidrologi meliputi langkah-langkah yaitu melengkapi data curah hujan, menghitung curah hujan rata-rata, menghitung hujan harian maksimum rata-rata dari data curah hujan yang ada, menentukan distribusi hujan, dan menentukan intensitas hujan.

1. Data Curah Hujan Hilang

Melengkapi data curah hujan merupakan salah satu faktor pendukung terhadap terlaksananya perencanaan sistem Drainase karena besarnya debit dalam saluran Drainase ditentukan oleh banyaknya debit hujan yang ada, selain itu dengan diketahui curah hujan dapat ditentukan juga diketahui dimensi saluran yang direncanakan. Hilangnya data curah hujan biasanya diakibatkan oleh rusaknya alat pemantau curah hujan dan kesalahan yang dilakukan dalam pencatatan curah hujan tersebut pada proses pencatatan.

Tabel 4. 3 Data Curah Hujan Hilang

Tahun a b c d e

2001 171 153 130 172 132

2003 131 143 146 168

2004 171 157 183 198 188

2005 142 172 176 157

2006 183 160 175 164 163

2007 142 149 169 164 174

2008 138 160 131 122

2009 178 158 143 169 188

2010 168 189 168 169

2011 157 133 189 194 198

2012 162 180 193 152

2013 198 165 169 197

2014 168 146 172 152 143

2015 189 162 164 154

2016 142 134 187 163

2017 170 163 182 172

2018 131 152 157 182 158

2019 142 143 122 140 129

2020 166 141 163 149

2021 144 164 176 133 129

Total 2889 2773 2921 3016 2886

Rata- rata 160,5 154,0556 162,2778 167,5556 160,3333 Untuk menentukan metode yang dipakai maka dilakukanlah perhitungan terhadap nilai R (rasio) selisih. Dalam melakukan penentuan data curah hujan yang hilang ini, penentuan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode normal dan juga metode aritmatik.

Metode normal digunakan ketika nilai R selisih lebih dari 10% sedangkan metode aritmatik digunakan ketika nilai R selisih kurang dari 10%.

Metode yang digunakan pada perencanaan kali ini adalah metode aritmatik dikarenakan R selisih yang didapat kurang dari 10%. Contoh perhitungan R adalah sebagai berikut:

 Selisih Stasiun A dan C : 𝑅 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = |𝑅 − 𝑅𝑑|

𝑅 × 100

𝑅 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = |162,2 − 160,5|

162,2 × 100 = 1,09 %

4.3.3.1. Menghitung Curah Hujan Rata-Rata

Untuk dapat menghitung curah hujan rata rata dengan menggunakan 3 metode sebagai perbandingan, yaitu metode Aritmatik, Metode Reciprocal, dan Polygon Thiessen. Pada perencanaan ini perbandingan curah hujan rata rata akan menggunakan dua metode yaitu metode Aritmatik dan metode Polygon Thiessen.

a) Metode Artimatika

Metode Aritmatika adalah metode yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan nantinya akan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Metode aritmatik ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

𝑅𝑥 =𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ + 𝑟𝑛 𝑛

Berikut merupakan contoh perhitungan pada tahun 2003 :

Tabel 4. 4 Rata-Rata Curah Hujan Metode Aritmatik

Tahun a b c d e

2001 171 153 130 172 132

2003 131 143 147 146 168

2004 171 157 183 198 188

2005 161,75 142 172 176 157

2006 183 160 175 164 163

2007 142 149 169 164 174

2008 138 160 131 122 137,75

2009 178 158 143 169 188

2010 168 189 168 173,5 169

2011 157 133 189 194 198

2012 171,75 162 180 193 152

2013 198 165 169 197 182,25

2014 168 146 172 152 143

2015 189 167,25 162 164 154

2016 142 134 156,5 187 163

2017 170 163 182 171,75 172

2018 131 152 157 182 158

2019 142 143 122 140 129

2020 166 154,75 141 163 149

2021 144 164 176 133 129

Total 3222,5 3095 3224,5 3361,25 3206

Rata- rata 161,125 154,75 161,225 168,0625 160,3

b) Metode Polygon Thiessen

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwasannya air hujan yang turun adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga air hujan yang tercatat pada suatu stasiun akan dapat mewakili luasan tersebut. Selanjutnya, perhitungan akan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap- tiap stasiun.

Tabel 4. 5 Data Polygon Thiessen

Wilayah Luas (km2) Curah Hujan (mm)

A 276 161,13

B 425 154,75

C 425 161,23

D 338 168,06

E 263 160,30

JUMLAH 1727 805,46

Langkah selanjutnya iyattu menghitung curah hujan rerata dengan menggunakan rumus berikut :

=(𝑅1. 𝐴1) + (𝑅2. 𝐴2) + ⋯ + (𝑅𝑛. 𝐴𝑛) 𝐴

Dengan :

R = Curah hujan harian maksimum rata -rata

R1,R3,Rn = Curah hujan di tiap titik pengamatan stasiun hujan A1,A2,An = Luas bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan

Untuk dapat mengetahui nilai curah hujan dengan menggunakan metode Poligon Thiessen maka terlebih dahulu harus mengetahui rata-rata curah hujan dari stasiun pengamat serta luasan daerah dari jangkauan stasiun pengamat. Contoh perhitungan rata-rata hujan pada tahun 2003 ialah sebagai berikut :

𝑅 =(131 × 276) + (143 × 425) + (147 × 425) + (146 × 338) + (168 × 263) 1727

= 120,95

Tabel 4. 6 Data Curah Hujan Metode Polygon Thiessen

No Tahun

Stasiun

Rata- Rata(mm)

A B C D E

Curah hujan (mm)

Luas Wilayah

(km2)

Curah hujan (mm)

Luas Wilaya h (km2)

Cura h hujan (mm)

Luas Wilay ah (km2)

Cura h hujan (mm)

Luas Wilaya h (km2)

Curah hujan (mm)

Luas Wilayah

(km2)

1 2001 171 276 153 425 130 425 172 338 132 263 130,71

2 2003 131 276 143 425 147 425 146 338 168 263 120,95

3 2004 171 276 157 425 183 425 198 338 188 263 149,84

4 2005 161,75 276 142 425 172 425 176 338 157 263 137,65

5 2006 183 276 160 425 175 425 164 338 163 263 143,87

6 2007 142 276 149 425 169 425 164 338 174 263 133,13

7 2008 138 276 160 425 131 425 122 338 137,75 263 117,62

8 2009 178 276 158 425 143 425 169 338 188 263 135,67

9 2010 168 276 189 425 168 425 173,5 338 169 263 148,75

10 2011 157 276 133 425 189 425 194 338 198 263 142,38

11 2012 171,75 276 162 425 180 425 193 338 152 263 149,47

12 2013 198 276 165 425 169 425 197 338 182,25 263 152,48

13 2014 168 276 146 425 172 425 152 338 143 263 134,94

14 2015 189 276 167,25 425 162 425 164 338 154 263 143,41

15 2016 142 276 134 425 156,5 425 187 338 163 263 130,86

16 2017

170 276

163 425

182 425 171,7

5 338

172 263 145,77

17 2018 131 276 152 425 157 425 182 338 158 263 132,68

18 2019 142 276 143 425 122 425 140 338 129 263 115,38

19 2020 166 276 154,75 425 141 425 163 338 149 263 131,29

20 2021 144 276 164 425 176 425 133 338 129 263 132,80

Jumlah 3222,5 5518,833 3095 8509,42 1

3224,

5 8509 3361,

25 6760 3206 5262 2729,65

Rata-Rata 161,13 275,94 154,75 425,47 161,2 3

425,4 7

168,0

6 338,00 160,30 263,12 136,48

4.3.3.2. Distribusi Hujan

Dalam menghitung Hujan Harian Maksimum (HHM) dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Iway-Kadoya. Dan nantinya dari ke 3 metode tersebut akan dipilih yang menghasilkan nilai curah hujan yang paling besar. Berikut merupakan perhitungan curah hujan maksimum:

a. Metode Gumbel

Metode Gumbel adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data maksimum. Metode ini memiliki koefisien kemencengan (Coefficient of Skewness) atau Cs. Koefisien Cs ini adalah penyimpangan kesimetrisan suatu distribusi. Adapun untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode gumbel, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Curah Hujan Maksimum Metode Gumbel

No Tahun Rata-Rata Hujan

harian X (mm) (X-Xr) (X-Xr)^2

1 2001 135,2 -25,91 671,33

2 2003 138 -41,60 1730,56

3 2004 147,0 -32,40 1049,76

4 2005 149,2 -30,20 912,04

5 2006 151,6 -27,80 772,84

6 2007 155 -24,60 605,16

7 2008 156 -23,40 547,56

8 2009 156,2 -23,20 538,24

9 2010 156,5 -22,90 524,41

10 2011 159,6 -19,80 392,04

11 2012 161,8 -17,60 309,76

12 2013 167,2 -12,20 148,84

13 2014 167,3 -12,10 146,41

14 2015 169,0 -10,40 108,16

15 2016 171,8 -7,60 57,76

16 2017 171,8 -7,60 57,76

17 2018 173,5 -5,90 34,81

18 2019 174,2 -5,20 27,04

19 2020 179,4 0,00 0,00

20 2021 182,3 2,90 8,41

Rata-rata 161,11 442,40

Standar deviasi 21,33

Jumlah 3222,2 8642,89

Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mencari nilai Curah Hujan Harian menggunakan Metode Gumbel, sehingga didapat hasil sebagai berikut:

1. Standar Deviasi 𝑆 = √∑(𝑋 − 𝑋𝑟)2

𝑛 − 1 𝑆 = √(8642,89)

20 − 1

= 21,33 2. PUH 5 Tahun

𝑌𝑡 = 1,499 𝑌𝑛 = 0,5236 𝑆𝑛 = 1,0628 𝑘 =𝑌𝑡− 𝑌𝑛

𝑆𝑛

Sehingga nilai k, adalah

𝑘 =1,5 − 0,5236

1,0628 = 0,919

Tabel 4. 8 PUH 2, 5, 10 dan 25 Tahunan Metode Gumbel

PUH Sn Yt Yn HHM k b Se

HHM Gumbel dengan Rk (mm/hari) Minimu

m

Maksimu m 2 1,062

8

0,366 5

0,523 6

152,45

3 -0,148 0,912 4,350 145,319 159,587 5 1,062

8

1,5 0,523 6

346,88

0 0,919 1,767 8,428 333,059 360,701 10 1,062

8

2,25 0,523 6

475,52

6 1,624 2,452 11,696 456,345 494,707 25 1,062

8

3,199 0,523 6

638,30

6 2,517 3,353 15,991 612,081 664,532

b. Metode Log Pearson Tipe III

Metode Log Pearson III adalah metode yang digunakan untuk menganalisis variable hidrologi dengan nilai varian minimum seperti frekuensi distribusi dari debit minimum. Untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode log person III, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun data-data curah hujan (Ri) mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil a

2. Mengubah nilai R menjadi Log R (Xi) 3. Menghitung besarnya rata rata nilai log (𝑋̅𝑖)

Tabel 4. 9 Perhitungan Standar Deviasi Curah Hujan Metode Log Pearson iii

No Ri Xi = LogRi

(Xi-Xi Rata-

Rata)^2 (Xi-Xi Rata-Rata)^3

1 182,3 2,26 0,0030305 0,000166828

2 179,4 2,25 0,0023122 0,000111185

3 174,2 2,24 0,0012469 0,000044030

4 173,5 2,24 0,0011265 0,000037807

5 171,8 2,24 0,0008577 0,000025119

6 171,8 2,24 0,0008577 0,000025119

7 169,0 2,23 0,0004906 0,000010867

8 167,3 2,22 0,0003154 0,000005601

9 167,2 2,22 0,0003062 0,000005359

10 161,8 2,21 0,0000105 0,000000034

11 159,6 2,20 0,0000073 -0,000000020

12 156,5 2,19 0,0001259 -0,000001413

13 156,2 2,19 0,0001453 -0,000001752

14 156 2,19 0,0001591 -0,000002006

15 155 2,19 0,0002549 -0,000004070

16 151,6 2,18 0,0006269 -0,000015696

17 149,2 2,17 0,0010220 -0,000032670

18 147,0 2,17 0,0014761 -0,000056709

19 138 2,14 0,0044206 -0,000293915

20 135,2 2,13 0,0055891 -0,000417839

Jumlah 3222,20 44,11 0,0243813 -0,000394142 rata-rata 161,11 2,21

σ Rata-Rata Xi 0,04

Setelah itu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai curah hujan dengan menggunakan Metode Log Pearson, sehingga didapat hasil sebagai berikut:

1. Standar Deviasi 𝑆 = √∑(𝑋 − 𝑋𝑟)2

𝑛 − 1 𝑆 = 0,04

Tabel 4. 10 Curah Hujan Harian Metode Log Pearson III

PUH Cs Kx XT HMM Log PEARSON Tipe III (mm/hari)

2

0,1

-0,017 2,21 160,37

5 0,836 2,24 172,06

10 1,292 2,25 178,66

25 1,785 2,27 186,07

c. Metode Iwai Kadoya

Metode Iwai Kadoya bisa disebut salah satu cara distribusi terbatas sepihak. Prinsipnya adalah dengan mengubah variable (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harian maksimum ke log x atau mengubah kurva distribusi yang asimetris menjadi kurva distribusi normal, sehingga perhitungannya adalah variable normal. Berikut adalah langkah langkah dalam menghitung curah hujan harian maksimum untuk periode ulang hujan (PUH) dipilih :

1) Menyusun data-data curah hujan mulai dari harga terbesar dengan harga terkecil.

2) Memperkirakan harga 𝑋𝑖 dan 𝑋0 dengan persamaan : 𝑋𝑖 = log 𝑅𝑖

𝑋0 = 𝐴𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔∑ log 𝑅 𝑛 3) Memperkirakan Nilai b

 Nilai Xs merupakan angka tertinggi dari curah hujan tahunan. Banyaknya Xs ditentukan dari nilai m.

Misal m adalah 1, maka Xs adalah angka tertinggi pertama dari data curah hujan. Jika m adalah 2, maka Xs adalah angka tertinggi pertama dan tertinggi kedua. Nilai m dapat dicari dengan :

m = n 10

 Nilai Xt merupakan angka terendah dari curah hujan tahunan. Banyaknya Xt disesuaikan dengan Rs.

 Nilai bi dapat dicari melalui persamaan : 𝑏𝑖 = 𝑋𝑠. 𝑋𝑡− 𝑋02

2𝑋𝑖− (𝑋𝑠+ 𝑋𝑡)

Tabel 4. 11 Nilai bi

No Xs Xt (Xs.Xr)-

Xo^2 2Xo-(Xs+Xr) Bt

1 182,30 135,20 24646,8420 -316,8129 -77,7962 2 179,40 137,80 24721,2020 -316,5129 -78,1049 Jumlah -155,901

 Nilai b didapat dengan persamaan berikut : b = 1

m∑ 𝑏𝑖

𝑛

𝑖=1

= 1

4) Nilai b yang didapatkan, dijumlahkan dengan data awal, kemudian di-log kan, dijumlahkan dan dicari data rata- rata nya :

𝑋̅0 = 1

n∑log(Ri + b)

Tabel 4. 12 Curah Hujan Maksimum Metode Iwai Kadoya

METODE IWAI-KADOYA

No Ri Xi =

LogRi Ri+b (Ri+b)^2 Log(Ri+b) Log(Ri+b)^2

1 182,3 2,26 104,35 10888,81 2,018 4,074

2 179,4 2,25 101,45 10291,99 2,006 4,025

3 174,2 2,24 96,25 9263,96 1,983 3,934

4 173,5 2,24 95,55 9129,70 1,980 3,921

5 171,8 2,24 93,85 8807,72 1,972 3,890

6 171,8 2,24 93,85 8807,72 1,972 3,890

7 169,0 2,23 91,05 8290,00 1,959 3,839

8 167,3 2,22 89,35 7983,33 1,951 3,807

9 167,2 2,22 89,25 7965,47 1,951 3,805

10 161,8 2,21 83,85 7030,73 1,924 3,700

11 159,6 2,20 81,65 6666,63 1,912 3,656

12 156,5 2,19 78,55 6170,02 1,895 3,592

13 156,2 2,19 78,25 6122,98 1,893 3,585

15 155 2,19 76,85 5905,84 1,886 3,556

16 151,6 2,18 73,65 5424,24 1,867 3,486

17 149,2 2,17 71,25 5076,48 1,853 3,433

18 147,0 2,17 69,05 4767,83 1,839 3,383

19 138 2,14 59,85 3581,96 1,777 3,158

20 135,2 2,13 57,25 3277,50 1,758 3,090

JUMLAH 3222,20 44,11 1663,19 141544,62 38,29 73,40 Rata-Rata 161,11 2,21 83,16 7077,23 1,91 3,67

Tabel 4. 13 Nilai PUH 2, 5, 10, dan 25 Tahunan Metode Iwai Kadoya

PUH (Tahun)

ε 𝟏

𝒄(𝟏) Log(Xo+b)+(2) Anti log (3) HHM = (4)-b

(1) (2) (3) (4) (5)

2 - 0,0000 1,9172 82,6462 160,5968

5 0,5951 0,0061 1,9233 83,8114 161,7620

10 0,9062 0,0093 1,9265 84,4271 162,3776

25 1,2379 0,0126 1,9299 85,0885 163,0391

d. Perbandingan Metode Curah Hujan Maksimum

Berikut merupakan hasil perhitungan dari metode Gumbel minimum dan maksimum, Metode Log Pearson II dan Metode Iwai Kadoya dan dilakukan perbandingan yaitu sebagai berikut

Tabel 4. 14 Perbandingan Metode Curah Hujan Makssimum

PUH

HHM Gumbel HHM Log

PEARSON Tipe III

HMM Iwai- Kadoya Minimum Tanpa

Rk Maksimum

2 145,319 152,453 159,587 160,372 160,5968

5 333.059 346,880 360,701 172,062 161,762

10 456,345 475,526 494,707 178,657 162,3776

25 612,081 638,306 664,532 186,071 163,0391

Dari perbandingan Metode Gumbel, Metode log Pearson III dan Metode Iwai Kadoya diatas, yang dipilih ialah Metode yang menghasilkan HHM yang paling terbesar yaitu Metode

Gumbel Maksimum. Selain itu HHM pada Metode Gumbel memiliki banyak kemungkinan dikarenakan adanya rentang nilai dimana HHM Metode Gumbel ini sudah mencakup HHM Metode Log Pearson III maupun HHM Metode Iwai Kadoya.

Maka untuk mencari lengkung intensitas hujan digunakanlah nilai dari metode gumbel karena memiliki rentang nilai yang dimana sudah mencakup rentang nilai yang telah didapatkan dari metode HHM yang lainnya.

4.3.3.3. Intensitas Hujan

Analisis distribusi hujan digunakan untuk mencari nilai intensitas hujan berdasarkan waktu konsentrasi yang akan digunakan untuk mencari nilai debit rencana.

Dalam penentuan intensitas hujan, rumus yang digunakan adalah dengan metode Mononobe, Van Breen, Hasper-Weduwen, dan Bell Tanimoto. Dari keempat metode perhitungan yang digunakan, metode perhitungan dengan hasil intensitas hujan tertinggi akan digunakan untuk menghitung analisis lengkung intensitas hujna.

Adapun hasil perhitungan intensitas hujan yang didapat dari metode perhitungan di atas adalah sebagai berikut:

a. Metode Mononobe

Berikuyt merupakan persamaan metode Mononobe :

I = 𝑅24 24 (24

tc )

2 3

Keterangan

I = Intentitas curah hujan dalam mm/jam

R24 = Curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ruang tahun

Tc = Waktu konsentrasi dalam jam

Tabel 4. 15 Data yang Digunakan UNtuk Metode Mononobe

PUH

HHM Gumbel

Minimum Tanpa Rk Maksimum

2 145,319 152,453 159,587

5 333.059 346,880 360,701

10 456,345 475,526 494,707

25 612,081 638,306 664,532

Tabel 4. 16 Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe

tc (jam)

Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) PUH

2 5 10 25

1 277,03 630,32 864,09 1159,88

2 174,52 397,08 544,34 730,68

3 109,94 250,14 342,91 460,3

4 83,9 190,9 261,69 351,27

5 69,26 157,58 216,02 289,97

6 52,85 120,26 164,86 221,29

7 43,63 99,27 136,09 182,67

8 33,29 75,76 103,85 139,4

9 25,41 57,81 79,25 106,38

10 16,01 36,42 49,93 67,02

11 10,08 22,94 31,45 42,22

Gambar 4. 3 Grafik Lengkung Intensitas Hujan

b. Metode Van Breen

Metode Van Breen adalah metode yang digunakanuntuk menghitung intensitas hujan. Adapun rumus Intensitas Hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut:

𝐼𝑟 =54𝑅𝑟+ 0,007𝑅𝑇2 𝑡𝑐 + 0,3𝑅𝑡 Dimana:

𝐼𝑟 = Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)

𝑅𝑟 = Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

𝑡𝑐 = Durasi hujan dalam menit

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

0 2 4 6 8 10 12

INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)

DURASI HUJAN

Lengkung Intensitas Hujan

PUH 2 PUH 5 PUH 5 PUH 25

Sehingga hasil perhitungan Intensitas Hujan yang didapat dengan menggunakan metode Van-Breen adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 17 Nilai PUH Metode Gumbel

PUH

HHM Gumbel

Minimum Tanpa Rk Maksimum

2 145,319 152,453 159,587

5 333.059 346,880 360,701

10 456,345 475,526 494,707

25 612,081 638,306 664,532

Adapun contoh perhitungan dengan menggunakan metode Van-Breen pada Periode Ulang Hujan 2 Tahun dengan 𝑡𝑐 5 menit adalah sebagai berikut:

𝐼𝑟= 54𝑅𝑟+ 0,007𝑅𝑇2 𝑡𝑐 + 0,3𝑅𝑡

𝐼𝑟 =(54 ∗ 152) + (0,007 ∗ (152)2)) 5 + (0.3 ∗ 152)

𝐼𝑟= 165,47 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Tabel 4. 18 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 2 Tahun

PUH 2

No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)

1 5 152 165,47

2 10 152 150,62

3 20 152 127,71

4 30 152 110,85

5 40 152 97,92

6 60 152 79,40

7 80 152 66,77

8 120 152 50,65

9 180 152 37,19

10 360 152 20,69

11 720 152 10,96

Tabel 4. 19 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 5 Tahun

PUH 5

No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)

1 5 347 179,47

2 10 347 171,60

3 20 347 157,77

4 30 347 146,00

5 40 347 135,87

6 60 347 119,31

7 80 347 106,34

8 120 347 87,36

9 180 347 68,91

10 360 347 42,18

11 720 347 23,75

Tabel 4. 20 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 10 Tahun

PUH 10

No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)

1 5 476 184,62

2 10 476 178,58

3 20 476 167,60

4 30 476 157,89

5 40 476 149,25

6 60 476 134,52

7 80 476 122,44

8 120 476 103,79

9 180 476 84,49

10 360 476 54,23

11 720 476 31,60

Tabel 4. 21 Hasil Perhitungan Van Breen PUH 25 Tahun

PUH 25

No T (menit) HHM (mm/hari) intensitas (mm/jam)

1 5 638 189,93

2 10 638 185,22

3 20 638 176,46

4 30 638 168,50

5 40 638 161,22

6 60 638 148,40

7 80 638 137,46

8 120 638 119,81

9 180 638 100,46

10 360 638 67,67

11 720 638 40,94

c. Metode Hasper-Weduwen

Perhitungan distribusi hujan yang didapet dengan metode Hasper berdasarkan Metode Gumbel dengan langkah- langkah penyelsaian sebagai berikut :

Tabel 4. 22 Nilai PUH Metode Gumbel

PUH HHM Gumbell

Min Tanpa Rk Maks

2 145,319 152,453 159,587

5 333.059 346,880 360,701

10 456,345 475,526 494,707

25 612,081 638,306 664,532

Jumlah 334272,75 1613,17 1679,53 Rata-rata 83568,19 403,29 419,88

 Menentukan intervar waktu t (menit) dan kemudian di konversikan menjadi t (jam)

 Menentukan nilai Ri untuk 0 < t < 1 jam, dengan persamaan sebagai berikut:

𝑅𝑖 = 𝑋𝑡( 1218 ∗ 𝑡 + 54

𝑋𝑡∗ (1 − 𝑡 + 1272 ∗ 𝑡)) Dimana :

𝑋𝑡 = Curah Hujan Maksimum yang dipilih 𝑡 = Durasi hujan dalam satuan jam

Adapun contoh perhitungan nilai 𝑅𝑖 yang didapat pada intensitas hujan dengan PUH 2 Tahun dengan t 0,08 jam adalah sebagai berikut:

𝑅𝑖 = 𝑋𝑡( 1218 ∗ 𝑡 + 54

𝑋𝑡∗ (1 − 𝑡 + 1272 ∗ 𝑡)) 𝑅𝑖 = 160( 1218 ∗ 0,08 + 54

160 ∗ (1 − 0,08 + 1272 ∗ 0,08)) 𝑅𝑖 = 98,36

 Menentukan nilai 𝑅𝑡, untuk 0 < t < 1 jam, dengan persamaan sebagai berikut:

𝑅𝑡 = √11300 ∗ 𝑡 𝑡 + 3,12 ∗ 𝑋𝑡

100 Dimana :

𝑅𝑡 = Curah hujan menurut Hasper dan Der Weduwen 𝑋𝑡 = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari) 𝑡 = Durasi curah hujan (jam)

Adapun contoh perhitungan nilai Rt yang didapat pada intensitas hujan dengan PUH 2 tahun, dengan t 0,08 jam adalah sebagai berikut:

𝑅 = √11300 ∗ 𝑡 𝑡 + 3,12 ∗ 𝑋𝑡

100

𝑅 = √11300 ∗ 0,08 0,08 + 3,12 ∗160

100

𝑅𝑡 = 16,86

 Menentukan nilai I, dengan menggunakan rumus dan contoh perhitungan sebagia berikut:

𝐼 =𝑅 𝑡 𝐼 =16,86

0,08 𝐼 = 202,38𝑚𝑚

𝑗𝑎𝑚

Sehingga hasil perhitungan distribusi intensitas hujan yang didapat dengan menggunakan metode Haspers Weduwen adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 23 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 2 Tahun

PUH 2

No

Interval Waktu (t)

XT Ri R I

menit jam

1 5 0,08 160 98,36 16,86 202,38

2 10 0,17 160 118,88 28,46 170,75

3 20 0,33 160 138,41 45,71 137,13

4 30 0,50 160 147,82 58,40 116,79

5 40 0,67 160 153,35 68,40 102,60

6 60 1,00 160 159,59 83,58 83,58

7 80 1,33 160 163,01 92,82 69,62

8 120 2,00 160 166,65 106,03 53,01

9 180 3,00 160 169,22 118,77 39,59

10 360 6,00 160 171,92 137,60 22,93

11 720 12,00 160 173,31 151,13 12,59

Tabel 4. 24 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 5 Tahun

PUH 5

No

Interval Waktu (t)

XT Ri R I

menit jam

1 5 0,08 361 128,46 22,02 264,29

2 10 0,17 361 180,85 43,29 259,75

3 20 0,33 361 249,71 82,47 247,41

4 30 0,50 361 292,94 115,73 231,46

5 40 0,67 361 322,62 143,90 215,84

6 60 1,00 361 360,70 188,90 188,90

7 80 1,33 361 384,10 209,80 157,35

8 120 2,00 361 411,37 239,64 119,82

9 180 3,00 361 432,20 268,45 89,48

10 360 6,00 361 455,60 311,00 51,83

11 720 12,00 361 468,43 341,59 28,47

Tabel 4. 25 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 10 Tahun

PUH 10

No

Interval Waktu (t) XT Ri

R I

menit jam

1 5 0,08 495 137,50 23,57 282,89

2 10 0,17 495 203,67 48,75 292,52

3 20 0,33 495 301,89 99,70 299,11

4 30 0,50 495 371,30 146,69 293,38

5 40 0,67 495 422,96 188,65 282,98

6 60 1,00 495 494,71 259,08 259,08

7 80 1,33 495 542,17 287,75 215,81

8 120 2,00 495 601,10 328,68 164,34

9 180 3,00 495 648,97 368,19 122,73

10 360 6,00 495 706,03 426,55 71,09

11 720 12,00 495 738,87 468,49 39,04

Tabel 4. 26 Hasil Perhitungan Metode Van Breen PUH 25 Tahun

PUH 25

No

Interval Waktu (t)

XT Ri R I

menit jam

1 5 0,08 665 144,49 24,77 297,29

2 10 0,17 665 223,02 53,39 320,32

3 20 0,33 665 352,57 116,44 349,32

4 30 0,50 665 455,02 179,76 359,53

5 40 0,67 665 538,08 240,00 360,00

6 60 1,00 665 664,53 348,02 348,02

7 80 1,33 665 756,25 386,53 289,90

8 120 2,00 665 880,40 441,50 220,75

9 180 3,00 665 990,81 494,58 164,86

10 360 6,00 665 1135,27 572,97 95,50

11 720 12,00 665 1225,61 629,32 52,44

4.3.3.4. Penentuan Intensitas Hujan

Untuk menentukan nilai intensitas hujan dan persamaan lengkung intensitas, terdapat 3 metode yang dapat digunakan yaitu, Metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Nilai intensitas yang akan dipilih adalah metode yang memiliki nilai yang paling mendekati dengan perhitungan dengan Metode Bell Tanimoto.

a. Metode Talbot

Dalam menentukan nilai intensitas hujan dan persamaan lengkung intensitas dengan menggunakan metode talbot memiliki Langkah-langkah sebagai berikut:

𝐼 = (𝑎𝑡 𝑏) Dimana :

T = waktu

a dan b = Konstanta yang tergantung pada durasi hujan

Adapun persamaan yang dpat digunakan untuk mendapatkan nilai a dan b adalah sebagai berikut:

𝑎 =∑ 𝐼𝑡 ∑ 𝐼2 − ∑(𝐼2𝑡) ∑ 𝐼 𝑁 ∑ 𝐼2− (∑ 𝐼)2 𝑏 =∑ 𝐼 ∑ 𝐼𝑡 − 𝑁 ∑(𝐼2𝑡)

𝑁 ∑ 𝐼2− (∑ 𝐼)2 Dimana :

I = Intensitas Hujan (mm/jam) T = Durasi hujan (jam)

N = Jumlah Data

Contoh perhitungan metode Talbot pada PUH 2 tahun dengan t 0.08 jam adalah sebagai berikut:

 𝑎 =∑ 𝐼𝑡 ∑ 𝐼2− ∑(𝐼2𝑡) ∑ 𝐼

𝑁 ∑ 𝐼2−(∑ 𝐼)2

𝑎 =28313,7 ∗ 101580,12 − 2484885,3 ∗ 849,4 8 ∗ 101580,12 − 849,42

𝑎 = 8395,16

 𝑏 =∑ 𝐼 ∑ 𝐼𝑡−𝑁 ∑(𝐼2𝑡) 𝑁 ∑ 𝐼2−(∑ 𝐼)2

𝑏 =849,4 ∗ 28313,7 − 8 ∗ 2484885,3 8 ∗ 101580,12 − 849,42 𝑏 = 45,74

 𝐼 = (𝑎 ∗𝑡

𝑏)

𝐼 = (8395,16 ∗ 0,08 45,74) 𝐼 = 165,47 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Sehingga hasil yang didapat pada Periode Ulang Hujan lainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 27 Hasil Perhitungan Talbot PUH 2 Tahun TALBOT

t a b I

5 8395,16 45,74 165,47

10 8395,16 45,74 150,62

20 8395,16 45,74 127,71

30 8395,16 45,74 110,85

40 8395,16 45,74 97,92

60 8395,16 45,74 79,40

80 8395,16 45,74 66,77

120 8395,16 45,74 50,65

Jumlah 849,39

Tabel 4. 28 Hasil Perhitungan Talbot PUH 5 Tahun TALBOT

t a b I

5 19573,80 104,06 179,47

10 19573,80 104,06 171,60

20 19573,80 104,06 157,77

30 19573,80 104,06 146,00

40 19573,80 104,06 135,87

60 19573,80 104,06 119,31

80 19573,80 104,06 106,34

120 19573,80 104,06 87,36

Jumlah 1103,72

Tabel 4. 29 Hasil Perhitungan Talbot PUH 10 Tahun TALBOT

t a b I

5 27261,28 142,66 184,62

10 27261,28 142,66 178,58

20 27261,28 142,66 167,60

30 27261,28 142,66 157,89

40 27261,28 142,66 149,25

60 27261,28 142,66 134,52

80 27261,28 142,66 122,44

120 27261,28 142,66 103,79

Jumlah 1198,69

Tabel 4. 30 Hasil Perhitungan Talbot PUH 25 Tahun TALBOT

t a b I

5 37320,57 191,49 189,93

10 37320,57 191,49 185,22

20 37320,57 191,49 176,46

30 37320,57 191,49 168,50

40 37320,57 191,49 161,22

60 37320,57 191,49 148,40

80 37320,57 191,49 137,46

120 37320,57 191,49 119,81

Jumlah 1287,01

b. Metode Sherman

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung lengkung intensitas hujan dengan menggunakan metode Sherman adalah sebagai berikut:

𝐼 = (𝑎 𝑡𝑛) 𝐿𝑜𝑔 𝑎

=(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡2) − (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼 ∗ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) 𝑛(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡2) − (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2

𝑛 =(∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼) ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) − 𝑁 ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝐼 ∗ 𝐿𝑜𝑔 𝑡) 𝑁 ∗ (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2− (∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑡)2

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam) T = Durasi hujan (jam)

N = Jumlah Data a = Konstanta

Sehingga dengan persamaan diatas, hasil Periode Ulang Hujan yang didapat dengan menggunakan Metode Sherman adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 31 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 2 Tahun SHERMAN

t Log A a n I

5 1,03 10,63 0,37 5,88

10 1,03 10,63 0,37 4,55

20 1,03 10,63 0,37 3,53

30 1,03 10,63 0,37 3,04

40 1,03 10,63 0,37 2,73

60 1,03 10,63 0,37 2,35

80 1,03 10,63 0,37 2,12

120 1,03 10,63 0,37 1,82

Jumlah 26,030

Tabel 4. 32 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 5 Tahun TALBOT

t a b I

5 19573,80 104,06 179,47

10 19573,80 104,06 171,60

20 19573,80 104,06 157,77

30 19573,80 104,06 146,00

40 19573,80 104,06 135,87

60 19573,80 104,06 119,31

80 19573,80 104,06 106,34

120 19573,80 104,06 87,36

Jumlah 1103,72

Tabel 4. 33 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 10 Tahun TALBOT

t a b I

5 27261,28 142,66 184,62

10 27261,28 142,66 178,58

20 27261,28 142,66 167,60

30 27261,28 142,66 157,89

40 27261,28 142,66 149,25

60 27261,28 142,66 134,52

80 27261,28 142,66 122,44

120 27261,28 142,66 103,79

Jumlah 1198,69

Tabel 4. 34 Hasil Perhitungan Metode Sherman PUH 25 Tahun SHERMAN

t Log A a n I

5 0,15 1,42 0,14 1,14

10 0,15 1,42 0,14 1,04

20 0,15 1,42 0,14 0,94

30 0,15 1,42 0,14 0,89

40 0,15 1,42 0,14 0,86

60 0,15 1,42 0,14 0,81

80 0,15 1,42 0,14 0,78

120 0,15 1,42 0,14 0,74

Jumlah 7,183

a. Metode Ishiguro

Dalam menghitung nilai lengkung intensitas hujan dengan menggunakan Metode Ishiguro, Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

𝐼 = 𝑎

√𝑡 + 𝑏

Sehingga hasil perhitungan intensitas lengkung yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 35 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 2 Tahun ISHIGIRO

t a b I

5 715,97 1,55 189,09

10 715,97 1,55 151,93

20 715,97 1,55 118,88

30 715,97 1,55 101,88

40 715,97 1,55 90,92

60 715,97 1,55 77,02

80 715,97 1,55 68,22

120 715,97 1,55 57,26

Jumlah 855,20

Tabel 4. 36 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 5 Tahun ISHIGIRO

t a b I

5 1574,24 5,85 194,77

10 1574,24 5,85 174,74

20 1574,24 5,85 152,56

30 1574,24 5,85 139,02

40 1574,24 5,85 129,34

60 1574,24 5,85 115,82

80 1574,24 5,85 106,43

120 1574,24 5,85 93,70

Jumlah 1106,37

Tabel 4. 37 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 10 Tahun ISHIGIRO

t a b I

5 2153,47 8,69 197,07

10 2153,47 8,69 181,68

20 2153,47 8,69 163,60

30 2153,47 8,69 151,99

40 2153,47 8,69 143,41

60 2153,47 8,69 131,01

80 2153,47 8,69 122,11

120 2153,47 8,69 109,62

Jumlah 1200,49

Tabel 4. 38 Hasil Perhitungan Metode Ishiguro PUH 25 Tahun ISHIGIRO

t a b I

5 2906,51 12,29 200,08

10 2906,51 12,29 188,08

20 2906,51 12,29 173,39

30 2906,51 12,29 163,58

40 2906,51 12,29 156,13

60 2906,51 12,29 145,06

80 2906,51 12,29 136,87

120 2906,51 12,29 125,04

Jumlah 1288,23

Dalam dokumen Laporan Drainase dan Sewerage (Halaman 61-96)

Dokumen terkait