• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjalanan Misi Paulus

Dalam dokumen Buku Sejarah Gereja Kelas 10 (Halaman 115-141)

Bertobat

C. Perjalanan Misi Paulus

106

pertama adalah melakukan aniaya kepada pengikut Kristus. Lukas mengatakan bahwa Paulus memilih melaksanakan hukuman mati bagi orang-orang Kristen dan kemudian ia memperoleh surat perintah penangkapan umat Krtisten dari imam besar, untuk menangkap orang-orang Kristen di Damaskus (di mana ia mendapat wahyu). Ini adalah pernyataan berlebihan dari Lukas, karena Imam besar pada waktu itu tidak memiliki wewenang di Provinsi lain.

107

Kudus berkata, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus [Paulus] bagi-Ku untuk tugas yang telah kutentukan bagi mereka" (Kis. 13: 2). Jadi setelah berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka, Gereja di Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas dalam perjalanan misi pertama mereka.

Paulus dan Barnabas pertama kali berlayar ke pulau Siprus, yang merupakan kampung halaman dari Barnabas. Mereka tiba di Salamis dan mengajar di rumah- rumah ibadat bersama dengan Yohanes Markus, sepupu Barnabas. Ketiganya terus mengabarkan Injil di seluruh pulau dan akhirnya tiba di Pafos di seberang. Di Pafos Gubernur Sergius Paulus, memanggil Paulus dan Barnabas karena ingin mendengarkan firman Allah (lih. Kis. 13: 7). Namun, seorang nabi dan pesulap palsu Yahudi, Elimas, mencoba untuk mencegah prokonsul agar tidak percaya kepada pemberitaan Paulus dan Barnabas. Paulus yang dipenuhi dengan Roh Kudus membuat Elimas buta (lih. Kis. 13: 9-11). Setelah menyaksikan mukjizat tersebut, gubernur percaya. Paulus dan Barnabas kemudian berlayar dari Pafos untuk pergi ke Perga di Pamfilia sementara Yohanes Markus berlayar untuk kembali ke Yerusalem (Kis. 13: 13).

Dari Perga, Paulus dan Barnabas pergi ke Antiokhia yang adalah ibu kota Romawi di Provinsi Galatia daerah ini dikenal sebagai distrik danau kosmopolitan. Pada pertengahan abad 1 M, kota dan desa-desa di sekitarnya memiliki populasi hampir 100.000 orang, termasuk penduduk Galatia, Frigia, Yunani, Yahudi, dan veteran tentara Romawi. Antiokhia menikmati kategori status tertinggi di antara kota-kota di Kekaisaran Romawi dan banyak penduduk kota diberi kewarganegaraan Romawi.

Beberapa ahli Perjanjian Baru menilai, salah satu motivasi bagi Paulus untuk datang ke Antiokhia mungkin adalah mengunjungi keluarga Sergius Paulus, yang memiliki tanah luas di Timur Laut Kota. Keluarganya cukup terpandang di wilayah itu, dan satu prasasti Latin yang ditemukan di Antiokhia bahkan menyebutkan Sergius Paulus, yang bisa saja merupakan gubernur yang sama yang telah bertemu dengan Paulus dan Barnabas di pulau Siprus. Karena pemimpin Romawi yang

108

penting ini menjadi seorang Kristen, masuk akal bagi Paulus dan Barnabas untuk mencari keluarganya untuk berkunjung.

Ketika Paulus dan Barnabas memasuki kota mereka akan melewati tiga gerbang monumental yang dikenal sebagai "Propylon." Gerbang itu ada di Pisidian, Antiokhia didirikan untuk menghormati Kaisar Romawi Augustus dan dihiasi dengan relief dewa-dewi, makhluk bersayap dan perang. Ketika Paulus dan Barnabas berjalan melewati gerbang besar, mereka akan melihat banyak bangunan besar, yang terpenting adalah Kuil untuk Augustus.

Menurut sebuah prasasti Latin tahun 50 M, setidaknya ada 3.000 kaki (1 KM) jalan beraspal, seperti daerah Romawi lainnya. Antiokhia memiliki bangunan umum yang khas, altar penyembah berhala dan patung-patung. Patung Kaisar Romawi Agustus dan Tiberius dipajang di Antiokhia selama kunjungan Paulus. Sambil mengunjungi keluarga, di sini mereka mengajar di Sinagoge dan Tuhan memberkati sehingga banyak orang menjadi percaya. Namun, minggu berikutnya hampir seluruh kota berkumpul untuk mendengarkan khotbah Paulus dan Barnabas, diantar mereka hadir beberapa orang Yahudi yang mulai menentang mereka dan mulai melakukan penganiayaan terhadap Paulus dan Barnabas. Setelah penolakan terhadap Injil dari orang-orang Yahudi ini, Paulus berkata, "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain" (Kis. 13: 46). Di Antiokhialah pertama kali orang-orang yang percaya ajaran Rasul disebut sebagai orang Kristen (pengikut Kristus), dengan demikian Athiokhia adalah kota penting dalam sejarah Gereja.

Paulus dan Barnabas tetap menunjukkan semangat dalam pemberitaan Kabar Baik, melakukan mujizat dan meyakinkan banyak orang, meskipun pada akhirnya mereka diusir dari Antiokhia oleh orang-orang Yahudi. Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium dan mengajar di rumah ibadat. Di sana banyak yang percaya, Paulus dan Barnabas menunjukkan tanda dan mujizat selama mereka tinggal di Ikonium.

Namun, seiring waktu, kota itu terbagi antara mereka yang mengikuti orang-orang Yahudi dan mereka yang memihak para rasul. Ketika Paulus dan Barnabas mengetahui bahwa oposisi (lawan) mereka berencana untuk melempari mereka Paulus dan Barnabas di Listra

109

dengan batu, mereka melarikan diri ke Listra, Derbe dan daerah sekitarnya (Kis. 14:

5–6).

Di Listra, Paulus melakukan mukjizat dengan menyembuhkan seorang pria yang lumpuh sejak lahir. Sayangnya, mukjizat itu membuat orang-orang percaya bahwa Barnabas adalah dewa Zeus dan bahwa Paulus adalah Hermes yang adalah utusan dan kepala juru bicara para dewa. Paulus dan Barnabas bekerja keras untuk meyakinkan orang-orang bahwa mereka hanyalah manusia biasa dan mencegah memberikan korban persembahan untuk mereka. Kemudian orang-orang Yahudi dari Antiokhia di Perga dan dari Ikonium datang dan membujuk orang banyak untuk melempari Paulus dengan batu. Setelah dirajam, Paulus diseret keluar dari kota dan dibiarkan tergeletak. Namun, ketika para murid berkumpul di sekelilingnya, dia bangkit dan berjalan kembali ke Listra. Keesokan harinya, dia dan Barnabas pergi ke Derbe dan membagikan Injil dan banyak orang telah menjadi murid.

Setelah menyelesaikan waktu mengajar mereka di Derbe, Paulus dan Barnabas kembali menelusuri perjalanan mereka di Listra, Ikonium, Antiokhia di Perga untuk memotivasi orang-orang percaya dan menunjuk para penatua di setiap Gereja sebelum pulang ke Antiokhia di Siria. Untuk pergi dari Antiokhia di Siria, mereka melewati Perga dan berlayar dari Attalia, meluangkan waktu untuk membagikan Injil. Perjalanan misi tersebut diyakini telah memakan waktu 12 hingga 18 bulan.

Perjalanan misi yang terpanjang dalam masa awal ini membuka pintu gerbang kepada bangsa-bangsa lain untuk mengenal Mesias Sang Juruselamat Dunia (Kis.

14: 27). Diperkirakan perjalanan yang dilakukan Paulus mencapai +241,35 KM.

Misi Paulus 2

Perjalanan misi Paulus yang kedua dilakukan pada akhir tahun 49-52 M, ia menyusuri pulau Asia dan Eropa. Kisah perjalanan misi Paulus yang kedua tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul 15-18. Dimana ia bersama murid Tuhan dan jemaat di Yesusalem mengadakan persidangan. Paulus dan Barnabas mengadakan pertemuan dengan rasul Yakobus, Petrus dan Yohanes tentang masalah sunat (Gal.

2: 4-10). Hasil pertemuan para Rasul itu menyetujui bahwa sunat tidak diperlukan bagi orang bukan Yahudi untuk diselamatkan. Paulus dan Barnabas berhenti di Antiokhia dan terjadi diskusi yang tajam tentang membawa kembali Yohanes Markus dalam perjalanan misi. Yohanes Markus telah meninggalkan Paulus dan Barnabas pada perjalanan misi pertama. Paulus dan Barnabas tidak dapat menyelesaikan perselisihan, dan akhirnya Paulus dan Barnabas memutuskan untuk berpisah; Barnabas membawa Yohanes Markus bersamanya, sementara Silas bergabung dengan Paulus.

110

Perdebatan mengenai sunat dibahas lebih lanjut di antara para Rasul. Paulus dan Barnabas memberi tahu tentang mujizat dan keajaiban yang telah Allah lakukan di antara bangsa-bangsa lain melalui mereka pada sidang di Yerusalem (Kis. 15: 12).

Rasul Yakobus memberikan pandangannya, dan para Rasul, Penatua dan seluruh Gereja setuju dengan Yakobus bahwa bangsa-bangsa lain tidak perlu disunat untuk menjadi orang percaya dan menerima keselamatan. Para Rasul Sidang meminta Yudas dan Silas pergi ke Antiokhia untuk menyampaikan surat, yang ditulis oleh Yakobus, yang merangkum apa yang diputuskan di Yerusalem sehubungan dengan pertanyaan tentang sunat (Kis. 15: 30-32).

Paulus dan Silas awalnya mengunjungi Tarsus (tempat kelahiran Paulus), Derbe dan Listra. Di Listra, mereka bertemu dengan seorang murid bernama Timotius, yang dinilai baik oleh orang-orang Kristen yang ada di Listra dan Ikonium, dan memutuskan untuk membawanya bersama mereka. Timotius menjadi teman seperjalan Paulus, rekan sekerja dalam menyebarkan Injil dan sahabatnya (Kis. 16:

1; 1Tim. 1: 2, 4: 14). Rasul Paulus telah menyunat Timotius (Kis. 16: 3). Sementara itu, jumlah orang percaya terus bertambah setiap hari (Kis. 16: 5).

Paulus membawa Timotius dan Silas ke Gereja-gereja di wilayah Galatia (Ikonium) dan Frigia (Antiokhia) untuk menyampaikan keputusan yang diberikan pada sidang Yerusalem. Pada waktu Paulus melakukan perjalanan ke Barat Laut dan Antiokhia, ia berkeinginan mengkhotbahkan Injil ke Asia Barat. Namun, Roh Allah melarangnya (Kis. 16: 6). Rasul Paulus dan rekan-rekannya terus melakukan perjalanan ke utara menuju wilayah Asia. Ia ingin melakukan perjalanan ke timur ke Provinsi Bitinia tetapi sekali lagi ia dilarang melakukannya (Kis. 16: 7). Paulus dan rekan-rekannya kemudian memutuskan untuk pergi ke kota pelabuhan Troas di Laut Aegea.

Di Troas inilah Lukas bergabung dengan Paulus dan teman-temannya. Tuhan kemudian memberinya penglihatan tentang seorang pria di Makedonia (Yunani) memohon bantuan kepadanya (Kis. 16: 8-9). Paulus dan rekan-rekannya naik kapal yang berlayar di dekat pulau Samotrake sampai kemudian tiba di Neapolis (Kis. 16: 10-11). Dari Neapolis, rombongan itu pergi ke Filipi, tempat seorang wanita bernama Lidia yang mendengar khotbah Paulus. Pada hari Paulus dan Silas di Penjara di Filipi

111

Pentakosta tahun 50 M. Lidia dibaptis bersama dengan seluruh keluarganya (Kis.

16:12 - 15).

Paulus, ketika berada di Filipi, mengusir roh tenung dari hamba perempuan (Kis. 16: 16 - 18).

Namun, peristiwa tersebut justru membuat tuan hamba perempuan itu marah karena kehilangan kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak uang. Kisah

tersebut membangkitkan orang-orang di kota Filipi melawan Paulus dan Silas.

Sampai kedua penginjil itu ditangkap, dipukuli dan dimasukkan ke dalam penjara (Kis. 16: 19-24). Pada waktu Paulus dan Silas di penjara, gempa bumi yang ajaib menyebabkan semua pintu sel terbuka dan melepaskan belenggu ikatan. Peristiwa ini menyebabkan pertobatan kepala penjara di Filipi (Lih. Kis. 16: 19-40).

Paulus dan Silas dibebaskan bersama dengan Timotius dan Lukas. Mereka kembali melakukan perjalanan melalui kota-kota Amfipolis, Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di Tesalonika ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi (Kis. 17: 1). Di Tesalonika, Paulus mengunjungi sebuah sinagoge Yahudi dan selama tiga hari Sabat berturut-turut (Sabtu) tentang Yesus Kristus yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama sebagai Juru Selamat umat manusia (Kis. 17: 2-4).

Beberapa kelompok orang Yahudi yang iri dengan keberhasilan Penginjilan melakukan kerusuhan (Kis. 17: 4-5). Kelompok orang Yahudi yang membuat keributan pergi ke rumah Yason

mencari Paulus dan Silas.

Tetapi, kelompok tersebut tidak menemukan Paulus dan Silas, sehingga mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hakim sipil setempat dan menuduh mereka melakukan kesalahan (Kis. 17: 5-8). Namun, dalam waktu singkat, Yason dan saudara-saudara dilepaskan.

112

Paulus dan Silas berkhotbah di sebuah sinagoge di Berea. Orang-orang Berea tidak hanya mendengarkan apa yang mereka katakan, namun mereka juga memverifikasi apa yang diberitakan Paulus dan Silas yang menurut mereka melawan isi Perjanjian Lama (Kis. 17: 11-12). Hasilnya banyak orang Berea datang untuk memercayai Injil. Sayangnya, orang-orang Yahudi yang menentang Paulus dan Silas dari Tesalonika, tiba di Berea dan membuat lebih banyak masalah bagi Paulus dan Silas (Kis. 17: 13).

Paulus segera pergi berlayar ke Atena sementara rombongan lainnya tinggal di Berea (Kis. 17: 14). Paulus meminta Timotius dan Silas segera menyusul ke Atena (Kis. 17:15). Sambil menunggu di Atena, Paulus memberitakan Injil kepada semua orang Atena yang mau mendengarkan. Beberapa yang mendengar pesannya adalah orang Yahudi dan orang saleh. Yang lainnya adalah Epicureans (pengikut Epicurus) yang percaya bahwa tujuan tertinggi manusia adalah untuk mencari kehidupan yang menyenangkan sementara yang lain adalah Stoa. Kaum Stoa percaya bahwa kebahagiaan manusia didapatkan jika membawa dirinya menjadi selaras dengan alam semesta. Setelah mendengar beberapa pesan Paulus, para Epicurean dan Stoa membawanya ke Areopagus (atau seperti Bukit Mars) untuk menjelaskan lebih lanjut apa yang ia ajarkan (Kis. 17: 16-19). Di Areopagus, Paulus menggunakan altar yang didedikasikan untuk "dewa yang tidak dikenal." Paulus menggunakan hal itu sebagai batu loncatan untuk mengajar orang banyak tentang Allah yang nyata yang dapat diketahui (Kis. 17: 19, 22-23). Paulus meninggalkan Atena dan melakukan perjalanan ke Korintus. Korintus adalah kota perdagangan dan pelabuhan yang maju pada saat itu. Di situ Paulus pertama kali bertemu Priskila dan Akwila yang merupakan pasangan. Mereka mencari nafkah sebagai pembuat tenda, Paulus tinggal di rumah mereka dan memberitakan Injil setiap hari Sabat di rumah ibadat.

Silas dan Timotius bergabung dengan Paulus di Korintus (Kis. 18: 1-5). Di Korintus terjadi perpecahan kelompok di Sinagoge dan membentuk sebuah Gereja baru.

Setelah perpecahan Paulus tinggal dan mengajar di Korintus selama satu setengah tahun. Pada musim dingin sekitar tahun 51 M. Paulus dibawa ke hadapan kursi penghakiman Galio (Kis. 18: 12-18) dan dilepaskan.

Paulus mengajar di Atena

Sumber: https://www.drivethruhistory.com/paul-at-the- areopagus-of-athens/

113 Paulus tetap di

Korintus hingga Musim Semi 52 M, kemudian melakukan perjalanan ke kota pelabuhan Kengkrea. Di kota itu Paulus mencukur rambutnya karena nazarnya, Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara- saudara di situ, dan berlayar ke Siria. Priskila

dan Akwila menyertai Paulus (Kis. 18: 18). Paulus segera naik kapal dan melakukan perjalanan ke Efesus bersama Priskila dan Akwila. Di Efesus Paulus berkhotbah di sebuah sinagoge tetapi segera meninggalkan pasangan itu sehingga ia bisa berada di Yerusalem untuk merayakan Pesta Pondok Daun (Kis. 18: 19-21). Ia berlayar dari Efesus ke Kaisarea, lalu pergi ke Yerusalem. Paulus kembali ke Antiokhia (Kis. 18:

21-22). Dalam perjalanan misi kedua ini Paulus menempuh jarak sekitar 2.700 Mil (1.290 melalui laut dan 1.410 melalui darat).

Misi Paulus 3

Perjalanan misi Paulus ketiga berlangsung antara tahun 54-58 M. Dia melakukan perjalanan melalui bagian Asia dan Eropa. Perjalanan ini dijelaskan dalam Kitab Kisah Para Rasul 18: 23-28, 19, 20, 21: 17. Sekitar tahun 52 M Paulus pergi melalui Galatia mengunjungi Gereja-gereja di Derbe, Listra, Ikonium dan Antiokhia di Siria yang telah ia rintis selama perjalanan misi pertama lima tahun sebelumnya. Paulus kemudian pergi ke Efesus dan telah menghabiskan banyak waktu selama perjalanan misinya yang kedua. Di sana, ia bertemu dua belas orang yang telah diperintahkan oleh orang percaya Yahudi lainnya, Apolos. Sayangnya, pada saat itu, Apolos hanya mengetahui kisah Yesus sampai dengan pembaptisan Yohanes, jadi ia hanya mengajar kedua belas orang itu tentang baptisan pertobatan. Kedua belas orang itu tidak dilahirkan kembali oleh iman kepada pengorbanan Kristus di Kayu Salib dan mereka juga belum menerima Roh Kudus. Paulus menjelaskan kepada mereka pesan Injil yang lengkap dan para pengikut Apolos dibaptis (Kis. 19: 5). Paulus kemudian menumpangkan tangan ke atas mereka dan mereka menerima Roh Kudus.

Priskila, Akwila dan Paulus bersama membuat tenda Sumber:https://frankboulet.wordpress.com/tag/priscilla/

114

Paulus menghabiskan waktu tiga bulan untuk berkhotbah di sinagoge di Efesus, tetapi ketika orang-orang menjadi keras kepala dan terus dalam ketidakpercayaan, Paulus mengundurkan diri dengan para murid dan mulai bertukar pikiran setiap hari di aula Tiranus (Kis. 19: 9). Paulus terus mengajar dan melakukan mujizat selama dua tahun sampai semua orang di daerah itu telah mendengar firman Tuhan. Pada waktu itu anak-anak Imam Skewa mencoba menggunakan nama Yesus dan Paulus untuk melakukan pengusiran setan. Roh jahat mengakui otoritas nama Yesus dan mengetahui tentang Paulus, tetapi roh itu tidak tahu atau tunduk kepada anak-anak Skewa. Sebaliknya, orang yang kerasukan menyerang anak-anak Skewa dan akhirnya mereka melarikan diri dengan telanjang dan terluka. Ketika orang-orang Efesus mengetahui tentang kejadian itu, nama Yesus semakin banyak dipuji dan orang-orang yang mempraktikkan ilmu sihir bertobat dan membakar buku-buku mantera mereka (Kis. 19: 13–19). Paulus selama di Efesus menulis surat kepada jemaat di Korintus yang Pertama.

Paulus setelah mengalami peristiwa-peristiwa tersebut semakin menyakini bahwa ia dipimpin oleh Roh Kudus untuk melanjutkan perjalanan misinya, kemudian kembali ke Yerusalem, dan akhirnya pergi ke Roma (Kis. 19: 21). Sebagai persiapan, ia mengutus Timotius dan Erastus ke Makedonia. Sementara Paulus tetap tinggal di Efesus, ada seorang perajin perak bernama Demetrius, yang membuat berhala-berhala dewi Artemis, menghasut orang banyak untuk menentang Paulus karena pemberitaan Paulus mengancam cara hidup mereka. Setelah beberapa jam kerusuhan, petugas kota dapat menenangkan kerumunan dan mengirim semua orang pulang, memerintahkan mereka untuk membawa keluhan mereka terhadap Paulus ke pengadilan dalam persidangan yang layak.

Paulus kemudian dengan diam-diam mengucapkan selamat tinggal kepada para murid di Efesus dan berlayar ke Makedonia di mana ia menulis surat kepada jemaat Korintus yang Kedua. Ketika mengunjungi Gereja di Filipi, Tesalonika dan Berea, sebelum akhirnya pergi ke Korintus (Kis. 19: 23-20: 3).

Setelah tiga bulan di Korintus Paulus menulis surat Roma, ia berencana untuk berlayar ke Siria. Namun, ia menemukan lokasi orang-orang Yahudi yang tidak percaya untuk menghalanginya dalam perjalanan, jadi ia memutuskan untuk

Dewi Artemis

115

kembali melalui Makedonia, menelusuri kembali perjalanannya melalui Berea, Tesalonika, dan Filipi. Di Filipi, ia bertemu dengan Lukas dan merayakan Paskah.

Keduanya kemudian berlayar ke Troas di mana mereka bertemu dengan teman seperjalanan. Dalam perjalanan ke Yerusalem perwakilan Gereja di Filipi mengirimkan bantuan untuk Gereja yang dianiaya di Yerusalem. Mereka menghabiskan satu minggu di Troas dan pada hari terakhir Paulus berkhotbah sampai larut malam. Seorang pria muda bernama Eutikus yang mendengarkan khotbah tertidur dan jatuh dari jendela lantai tiga lalu meninggal. Namun, Paulus membangkitkannya dari kematian. Paulus terus melayani persekutuan dan terus memberitakan Kabar Baik sampai fajar menyingsing. Mujizat ini merupakan dorongan besar bagi orang-orang percaya di Troas (Kis. 20: 3-12).

Paulus berjalan ke Assos dan bertemu dengan para sahabatnya. Mereka kemudian berlayar ke Miletus dekat Efesus. Paulus sedang terburu-buru untuk tiba di Yerusalem pada waktu Pentakosta, jadi dia tidak mengunjungi Efesus namun meminta para penatua Gereja di Efesus bertemu dengannya di Miletus untuk kata perpisahan (Kis. 20: 13-38). Paulus, Lukas dan kawan-kawan kemudian melanjutkan berlayar ke Tirus di Siria untuk berhenti sebentar di Cos, Rhodes, dan Patara di sepanjang jalan. Mereka tinggal di Tirus tujuh hari. Banyak murid di sana mendesak Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem dimana ia yakin akan menghadapi penganiayaan. Namun, Paulus melanjutkan perjalanannya, berlayar ke Ptolemis dan kemudian ke Kaisarea. Selama tinggal di Kaisarea, seorang nabi Yahudi bernama Agabus menubuatkan bahwa Paulus akan diikat dan diserahkan ke tangan orang-orang bukan Israel ketika ia pergi ke Yerusalem (Kis. 21: 10–11). Para murid terus berusaha untuk mencegah Paulus memasuki Yerusalem, tetapi Paulus menyatakan, "Aku siap bukan hanya untuk dipenjara tetapi juga untuk mati di Yerusalem demi nama Tuhan Yesus" (Kis. 21: 13). Melihat bahwa Paulus tidak dapat

116

dibujuk, para murid berhenti berdebat dengan dia dan berkata, "Biarkan kehendak Tuhan dilakukan" (Kis. 21: 14). Paulus dan para murid kemudian memasuki Yerusalem di mana rekan-rekan seiman menerima mereka dengan senang hati.

Demikianlah berakhir perjalanan misionaris ketiga Paulus sekitar 56 M, sekitar empat tahun setelah ia meninggalkan Gereja asalnya di Antiokhia di Siria.

Perjalanan misi Paulus yang ketiga adalah contoh bagi orang percaya dalam banyak hal. Gereja-gereja kunjungannya yang telah ia dirikan sebelumnya menunjukkan pentingnya berhubungan kembali dan mendorong orang percaya baru. Interaksi Paulus dengan kedua belas pria di Efesus menunjukkan betapa orang yang berbeda dapat berperan dalam proses membawa orang lain ke dalam iman.

Peristiwa dengan tujuh putra Skewa menunjukkan pentingnya bermitra dalam hubungan dengan Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya daripada sekadar mencoba menggunakan nama-Nya. Fakta bahwa banyak orang yang menggunakan ilmu sihir berpaling dari cara mereka dan bertobat menunjukkan bahwa siapa pun dapat bertobat dan diselamatkan terlepas dari masa lalu mereka. Ketergantungan Paulus pada Roh Kudus untuk mengarahkan rencana perjalanannya dan memberi tahu dia kapan harus maju memberi contoh sejauh mana semua orang percaya harus memercayai arahan Allah.

Dorongan yang diterima para murid di Troas dari menyaksikan mujizat Paulus membangkitkan Eutikus dari antara orang mati harus menjadi inspirasi bagi semua pembaca untuk memercayai mukjizat Allah yang bekerj memberi kehidupan.

Kesediaan para tua-tua Efesus untuk melakukan perjalanan ke Miletus untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Paulus harus mendorong orang lain untuk meninggalkan zona nyaman mereka untuk menerima pengajaran dan menjadi berkat bagi para pemimpin dalam iman. Waktu Paulus di Tirus di mana ia menolak untuk dibujuk untuk mengikuti rencana Allah adalah contoh untuk berdiri teguh melawan oposisi. Komitmennya untuk menaati Tuhan bahkan dalam menghadapi penganiayaan dan bahaya ekstrem harus menginspirasi orang percaya untuk terus berjalan bersama Tuhan bahkan dalam situasi sulit. Dan akhirnya, sambutan hangat yang diterima Paulus dari orang-orang percaya yang teraniaya dan miskin di Yerusalem harus mengingatkan pembaca untuk bersikap ramah bahkan ketika tidak banyak yang bisa ditawarkan.

Meskipun Paulus pada akhirnya dipenjara dan diserahkan kepada otoritas bukan Yahudi seperti yang dinubuatkan Agabus, dalam Kisah Para Rasul 23: 11 Allah menegaskan bahwa itu semua adalah bagian dari rencana-Nya dan bahwa Ia akan dengan aman mengirimkan Paulus ke Roma untuk terus membagikan Kabar Baik dari Injil. Dengan demikian pembaca dapat yakin bahwa perjalanan misi Paulus yang ketiga, termasuk berakhirnya di Yerusalem, sama seperti yang dirancangkan Allah.

Dalam dokumen Buku Sejarah Gereja Kelas 10 (Halaman 115-141)