• Tidak ada hasil yang ditemukan

نإ

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Untuk mempermudah agar tidak terjadi pembiasaan pemahaman maka dalam penilitian ini lebih di fokuskan pada penafsiran Ayat-ayat yang berkaitan langsung dengan konsep masyarakat islam dalam persfektif Al-Qur‟an. Kajian tentang Ayat-ayat dalam konsep pengembangan masyarakat secara garis besar membahas permasalahan- permasalahan umat yang secara implisit terdapat dalam Al-Qur‟an terutama ketika melihat pandangan tersebut menurut perspektif Ibn Katsîr dan Muhammad Quraish Shihab kemudian dikaji kembali dan dianalisa untuk ditemukan benang merah. Penafsiran disinyalir menjadi penyebab terjadinya pemahaman serta solusi yang berbeda, Akibat dari cara pandang yang berbeda tersebut tidak jarang menimbulkan penafsiranyang berbeda pula dalam mentransformasi ayat-ayat dengan problem umat islam yang terjadi pada problemamasyarakat saat ini. Dengan demikian perlu menampilkan penafsiran yang lebih konseptual dan konstekstual dalam memahami ayat-ayat tersebut.

2. Pembatasan Masalah

Seperti yang dikemukakan dalam latar belakang di atas, bahwa penelitian ini mengkaji penfasiran Ibn Katsîr dan Muhammad Quraish Shihab terhadap Ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan Tema Pengembangan Masyarakat islam. Alasan Penulis memilih dua

16

KitabTafsir ini adalah karena dua orang penulis dari dua kitab tafsir ini sangat berkompeten dalam ilmu Tafsir,28 Serta Kitab Tafsîr Al-Qur‟an Al-

„azhîm dan Tafsîr Al-Mishbâh sudah merakyat, beredar ke semua kalangan umat Islam dengan berbagai macam latar belakang organisasi, selanjutnya penulis melihat bahwa latar belakang Ibn Katsîr sangat kental dengan tradisi salaf sebagaimana yang dilakukan oleh generasi Sahabat, yaitu generasi terbaik sebagaimana perkataan Nabi Muhammad saw, Tafsîr Al-Qur‟an Al-„Azhîm sendiri diketahui muncul pada abad ke-8 H29, yaitu pada periode pertengahan, adapun periode pertengahan terjadi pada periode sekitar abad ke-3 H sampai abad 7-8 H 30 .Sebagai pembanding, penulis memilih Tafsîr Al-Mishbâh karya Prof. Dr. Quraish shihab. Karena beliau adalah salah satu penafsir Al-Qur‟an kontemporer abad ini, yang sangat mungkin bahasan-bahasannya akan berkenaan langsung dengan perkembangan dan kehidupan masyarakat modern, sehingga penafsiran beliau akan terasa nyata dan lebih dekat dengan aspek kehidupan masyarakat hari ini, beliau pula merupakan pakar tafsir yang banyak menggunakan metode maudhu'i yang bisa jadi akan menguatkan tema yang penyusun angkat didalam Tesis ini, dengan demikian penyusun menganggap bahwa dengan menggunakan tafsir Al- Misbah akan menjadi lebih representatif dalam kajian ini. Supaya tidak terjadi bias, maka perlu dijelaskan ayat-ayat mana saja yang akan dikaji.

Maka penelitian ini akan terfokus pada ayat-ayat yang berkaitan denganbeberapa konsep pengembangan masyarakat. 31

a. Surat al-Mu‟minun ayat : 1-9, berkaitan dengan Pengembangan Individu, surat Al-Mu‟minun ayat 1-9 menjelaskan dengan lengkap sifat-sifat yang harus dimiliki seorang mukmin, dan menurut penulis ayat-ayat didalam surat al-Mukminun ini, sangat konprehensif dan cukup mengakomodir dalam membahas sifat-sifat seorang mukmin.

28 As-Suyuti berkata bahwa Tafsîr Al-Qur‟ân Al-„Azhîm merupakan karya tafsir yang tidak ada duanya. Belum pernah ditemukan kitab tafsir yang sistematik dan karakteristiknya menyamai kitab tafsir ini, lihat Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyat, hal. 74

29Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah (yogyakarta, TH-Press,2010), hal.

135

30Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur‟an (Yogyakarta, LSQ Ar-Rahmah, 2012), hal 90.

31Dan penyusun melihat bahwa Ada beberapa konsep dan tujuan pengembangan masyarakat Islam, salah satunya yang dinukilkan Ibnu Khaldun. Beliau membagi kepada beberapa aspek, diantaranya: Individu, Ashabiyah, Masyarakat Ijtima‟ al-Insani, Negara dan Peradaban. Juga Menurut Nanih Machendrawaty, dalam bukunya Pengembangan Masyarakat Islam, Ada tiga macam pemberdayaan yang harus di perjuangkan dalam konteks keumatan masa kini. Yakni pemberdayaan dalam tataran ruhaniah, intlektual, dan ekonomi. Lihat Nanih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)

17 b. Surat Luqman ayat 12-19 dan Surat Ar-Rûm ayat 21 berkaitan dengan perkembangan Keluarga, Adapun alasan peneliti memilih surat Luqman ayat 12-19, karena pentingnya sosok orang tua dalam sebuah keluarga dan bahwa Luqman adalah contoh figur orang tua yang mempunyai akhlak yang baik dalam mendidik anak-anaknya.

Luqman al-Hakim adalah satu pribadi besar dan mulia yang diakui oleh Allah. Dalam Al-Qur‟an didapati satu surat yang disebut dengan surat Luqman. Nasehat-nasehat yang humanis ala Luqman al-Hakim diakui oleh Allah di dalam Al-Qur‟an sebagai nasehat yang Qur‟âni, yang seharusnya menjadi pedoman terutama bagi orang tua dan para pendidik.

Surat Ar-Rûm ayat 21 memberikan pengertian bahwa terbentuknya sebuah keluarga (Rumah Tangga) haruslah dari niat yang ikhlas yang diikat dengan perjanjian suci (Mîtsâqan Ghalidzan) sehingga cita- cita untuk terwujudnya keluarga sejahtera dan bahagia itu akan tercapai.Inilah tujuan yang ensensial dan mulia dari sebuah perkawinan dan sebuah keluarga, “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tanggga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah”. Keluarga Sakinah akan melahirkan generasi yang berkualitas, beriman,bertaqwa dan berakhlak mulia sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga.

c. Surat Al-Baqarah ayat 177 berkaitan dengan perkembangan Masyarakat atau Ijtima‟ al-Insani, setidaknya ada 2 alasan penyusun memilih ayat ini. Pertama, dalam ayat ini Allah menyebutkan contoh-contoh kebajikan sosial yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Antara lain berupa kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain, sehingga ia rela memberikan harta yang dicintainya secara tulus kepada kerabat-kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, para musafir yang memerlukan pertolongan, orang yang meminta-minta dan juga memberi untuk memerdekakan hamba sahaya (manusia yang diperjualbelikan / ditawan oleh musuh / hilang kebebasannya akibat penganiayaan).

Kedua, Ayat ini menyebutkan beberapa objek keimanan, Iman kepada Allah, Hari Akhir, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan iman kepada Malaikat. yang berkaitan erat dengan kebajikan-kebajikan Sosial yang disebutkan didalam-Nya, seakan memberi pesan yang kuat bahwa keimanan yang baik belum teraplikasi dengan benar jika belum melakukan kebaikan-kebaikan sosial yang didasari darinilai- nilai kemanusiaan (nilai humanis). Dimana objek dan pelaku

18

kebaikan-nya diperankan oleh manusia itu sendiri (kebaikan humanis).

d. Surat An-Nisa 58-59, berkaitan dengan pengembangan Negara.

Didalam Al-Qur‟an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang mempunyai akar kata yang sama dengan istilah Ulil Amri, Negara atau Pemerintahan. menurut penyusun 2 ayat ini, yakni Q.S. An- Nisa : 58-59sangat signifikan dalam membahas konsep ulil amri, Negara atau Pemerintahan. Didalam ayat-ayat ini juga terdapat redaksi kalimat Ulil Amri, disamping ada redaksi lain yang berkaitan langsung dengan karakter dalam diri setiap Ulil amri, seperti kata adil, taat dan amanah. oleh karena itu, penyusun menggunakan kedua ayat tersebut sebagai objek utama penelitian konsep pengembangan Negara.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan permasalahan untuk mengetahui komparasi antara penafsiran Ibn Katsîr dan Muhammad Quraish Shihab mengenai Ayat-ayat menyangkut Pengembangan Masyarakatdengan simpulan pertanyaan:

a. Bagaimana penafsiran Al-Qur‟an tentang Pengembangan Masyarakat Islam yang humanis menurut Ibn Katsîr dalam Tafsîr Al-Qur‟an Al-„Azhîm dan Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsîr Al-Mishbâh ?

Dokumen terkait