komunitas dapat membentuk sebuah simbiosis, simbiosis merupakan hubungan dekat antara dua spesies makhluk hidup berbeda dalam sebuah habitat yang sama. Interasi simbiosis berupa komensalisme, mutualisme, dan parasitisme.
3) interaksi antara komunitas dengan komponen abiotik, interaksi antar komponen biotik dan komponen abiotik akan membentuk sebuah sistem ekosistem. Interaksi yang terjadi bisa berupa proses makan dan dimakan sehingga terjadi daur dan pemanfaatan energi; 4) interaksi antar ekosistem membentuk biosfer, di permukaan bumi terdapat berbagai macam ekosistem yang saling berinteraksi; 5) Interaksi antar komponen abiotik, dalam suatu ekosistem antar komponen abiotik juga saling berinteraksi, contohnya pada proses pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim, sedangkan cuaca dan iklim sendiri juga akan mempengaruhi keberadaan air.
Tabel 7.1 Pola Interaksi dalam Sebuah Komunitas Macam
interaksi Pengertian Contoh
Mutualisme Hubungan antar 2 organisme yang berbeda spesies, dan saling menguntungkan
Bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang- kacangan Komensalisme Hubungan antar 2
organisme berbeda spesies, yang salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan
Tumbuhan epifit yang hidup menempel pada batang atau cabang pohon Parasitisme Hubungan antar 2
organisme berbeda spesies, yang salah satu spesies merugikan spesies lainnya
Benalu dengan pohon, jamur dengan inang yang ditempeli Predasi Hubungan antara
pemangsa dan mangsa Ular dengan tikus Kompetisi Interaksi antar
organisme, yang mana antar organime saling berkompetisi/berebut makanan, tempat berlindung, sumber air, dan pasangan kawinnya
Kompetisi intraspesifik (kompetisi pada spesies yang sama) dan kompetisi interspesifik (kompetisi pada spesies yang berbeda)
Di alam proses aliran energi dalam suatu energi tidak sesederhana seperti rantai makanan. Setiap rantai makanan dapat bercabang dan saling berhubungan atau berkaitan satu dengan yang lain. Keadaan itu digambarkan akan membantuk gambaran sebagai jaring-jaring makanan, sehingga disebut dengan jaring-jaring makanan. Gambar 7.2 menunjukkan perbandingan gambar rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang terjadi di laut.
Jaring-Jaring Makanan Rantai Makanan
Gambar 7.2 Rantai dan Jaring-Jaring Makanan di Laut Sumber : © Encyclopædia Britannica, Inc.
Pada suatu ekosistem yang kompleks, setiap organisme menerima energi dari tumbuhan dengan jumlah yang berbeda- beda, tergantung posisi organisme dalam rantai makanan.
Tumbuhan berklorofil sebagai produsen dan awal dari suatu rantai makanan, dikatakan menempati tingkat trofik I.
Sedangkan, konsumen tingkat I atau konsumen primer berada pada tingkat trofik II, dan seterusnya.
Perpindahan energi dari organisme satu ke organisme lain, berjalan dari tingkat Trofik I ke tingkat trofik selanjutnya, selama perpindahan energi akan terlepas. Dengan demikian, semakin pendek rantai makanan atau semakin dekat dengan awal rantai makanan maka energi makanan yang terserap dan tersedia semakin besar pula. Sebaliknya semakin jauh posisi organisme dari titik awal rantai makanan maka semakin sedikit energi yang tersedia.
Gambar 7.3 Piramida Ekologi: a. Piramida Jumlah; b. Piramida biomassa; c. Piramida Energi
Sumber: Clapham (1973)
Tingkat trofik menggambarkan suatu interaksi dalam rantai makanan serta hubungan antara organisme dan dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang dikenal sebagai piramida ekologi. Piramida ini menggabarkan secara garis besar hubungan antara rantai makanan dengan komponen biotik dalam suatu ekosistem. Piramida ekologi memiliki tiga macam bentuk yaitu 1) piramida jumlah, piramida ini
menggabarkan jumlah individu pada masing-masing tingkat tropik; 2) piramida biomassa, piramida ini menggambarkan besarnya biomassa pada masing-masing tropik; 3) piramida energi, piramida ini menggambarkan aliran energi atau produksivitas pada setiap tingkat tropik. Piramida energi dapat digunakan untuk mengetahui besarnya aliran energi yang terdapat pada masing-masing tingkat tropik. Gambaran setiap piramida ekologi dapat dilihat pada Gambar 7.3.
Piramida energi dapat digunakan untuk menghitung efisiensi ekologi/ efisiensi asimilasi. Efisiensi ekologi adalah rasio laju energi pada berbagai tingkat trofik. Pada piramida ekologi tumbuhan berada pada tingkat tropik I dan berperan sebagai produsen, yang mampu menangkap energi cahaya matahari melalui kegiatan fotosintesis sehingga mampu menghasilkan materi organik yang berasal dari materi anorganik. Banyaknya cahaya yang dapat dirubah menjadi energi kimia oleh produsen sebut dengan Produktivitas Primer. Jumlah total produktivitas dikenal sebagi Produktivitas Primer Kotor (PPK). Sebagian produk materi organik akan digunakan pada proses respirasi seluler, sebagian lainnya akan disimpan di dalam tubuh tumbuhan.
Materi organik yang tersimpan di dalam tubuh tumbuhan disebut dengan Produktivitas Primer Bersih (PPB). PPB merupakan PPK dikurangi dengan energi yang digunakan oleh produsen untuk respirasi.
PPB akan diserap dan dimanfaatkan oleh konsumen atau makhluk hidup heterotrof. Konsumen akan mensintesis kembali materi organik yang diperoleh dan menyimpan dalam
jaringan tubuh, produk ini disebut dengan Produktivitas sekunder. Konsumen mendapatkan energi dan memanfaatkan untuk melakukan aktifitas hidup dan akan disimpan menjadi cadangan makanan didalam tubuhnya. Misalnya: ikan kecil memakan fitoplankton dilautan, berarti energi kimia yang tersimpan dalam fitoplankton berpindah ke ikan mola-mola.
Perpindahan energi biasanya akan melepaskan sedikit energi dalam bentuk panas. Sebagian energi kimia yang dimakan oleh ikan kecil digunakan untuk kegiatan hidupnya dan sebagian lagi akan disimpan dalam jaringan sebagai energi potensial berupa bahan makanan cadangan. Kemudian ikan kecil akan dimakan oleh ikan hiu kecil dan selanjutnya hiu kecil akan dimakan oleh ikan hiu besar. Ikan hiu besar akan mati lalu diuraikan oleh pengurai dan pengurai memperoleh energi kimia terakhir yang terkandung pada ikan hiu besar yang mati.
Gambar 7.4 Aliran Energi dalam Ranta Makanan Sumber: https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/
Produktifitas Sekunder akan berkurang pada saat perpindahan energi dari satu tingkatan tropik ke tingkatan tropik yang lainnya, sehingga energi kimia yang tersedia bagi konsumen tingkat tertinggi semakin berkurang. Jadi semakin pendek suatu rantai makanan, semakin sedikit kehilangan energi yang dapat digunakan, sehingga produktivitas sekunder makin besar. Gambaran aliran energi pada setiap tropik terlihat pada Gambar 7.4.