A. Potensi Ekonomi
1. Potensi Pertanian
110
111 pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk memanfaatkan potensi pertanian secara berkelanjutan dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Keadaan geografis dan demografis Kabupaten Wonosobo sangat ideal untuk pengembangan pertanian, khususnya hortikultura. Kabupaten Wonosobo dikenal sebagai penghasil tanaman hortikultura.
Beberapa komoditas pertanian dan produk-produk unggulan yang dihasilkan Kabupaten Wonosobo antara lain padi, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan beberapa tanaman biofarma. Pada tahun 2022, kentang memiliki produksi sayuran tertinggi, diikuti oleh salak dengan 2.824.945-an kwintal. Kapulaga, dengan nilai produksi 4.601.700-an kilogram, adalah tanaman biofarmaka terbesar pada tahun 2022, dan krisan, dengan nilai produksi 1.266.750-an tangkai, adalah tanaman hias terbesar.
Tanaman kentang adalah sektor pertanian yang paling potensial di Wonosobo. Kentang (Solanum Tuberosum) adalah tanaman umbi-umbian yang populer yang dapat tumbuh dengan baik di lingkungan sedang hingga dingin seperti Wonosobo. Kentang lebih cocok tumbuh di wilayah dengan suhu yang relatif sejuk, antara 15°C hingga 20°C, dengan curah hujan yang cukup.
112 Gambar 7.1 Tanaman Kentang di Wonosobo
Sumber : swadayaonline.com
Luas lahan panen untuk tanaman kentang sebesar 3.461 hektar, lalu untuk total jumlah panennya menjadikan jumlah produksinya sebesar 533.722 kwintal per tahun, yang merupakan hasil produksi paling tinggi di Jawa Tengah.
Gambar 7.2 Luas Panen dan Produksi Kentang Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
Pertanian Kubis (Brassica Oleracea var. Capita) juga merupakan potensi paling unggul di Kabupaten Wonosobo. Dengan keadaan Kabupaten Wonosobo yang terletak di dataran tinggi, memberikan keuntungan bagi pertumbuhan kubis, sebab tanaman ini umumnya tumbuh dengan baik.
113 Gambar 7.3 Luas Panen dan Produksi Kubis Menurut Kecamatan di
Kabupaten Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
114 Gambar 7.4 Peta Pengembangan Tanaman Kentang di Kabupaten Wonosobo
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
115 Gambar 7.5 Peta Pengembangan Tanaman Kubis di Kabupaten Wonosobo
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
116 Pada setiap kecamatan produksi sayuran akan berbeda-beda tergantung dengan suhu dan iklim masing-masing daerah. Produksi sayuran paling banyak pada tahun 2021 hingga 2022 yaitu tanaman kentang sebanyak 473.709 kuintal pada 2021 dan 617.857 kuintal pada tahun 2022. Kubis juga merupakan produksi sayuran paling banyak, pada tahun 2021 produksinya sebesar 558.840 kuintal, dan produksi tahun 2022 sebesar 501.279 kuintal.
Berikut jumlah produksi beberapa tanaman sayuran yang di budidaya di Kabupaten Wonosobo :
Gambar 7.6 Total Produksi Tanaman Bawang Merah dan Cabai Besar Menurut Kecamatan di Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
117 Gambar 7.7 Total Produksi Tanaman Cabai Rawit dan Kentang Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
118 Gambar 7.8 Total Produksi Tanaman Kubis dan Tomat Menurut Kecamatan di
Kabupaten Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
Gambar 7.8 Total Produksi Tanaman Bawang Putih, Bawang Daun dan Sawi Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
Sumber : wonosobokab.bps.go.id
119 Gambar 7.9 Peta Pengembangan Tanaman Bawang Daun di Kabupaten Wonosobo Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
120 Gambar 7.10 Peta Pengembangan Cabai di Kabupaten Wonosobo
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
121 Tanaman Ketela Pohon (Manihot Esculenta) atau biasa disebut dengan singkong juga merupakan tanaman yang populer dan penting di Kabupaten Wonosobo. Tanaman Ketela dapat tumbuh dengan baik karena cocok dengan iklim tropis hingga subtropis.
Ketela Pohon merupakan salah satu sumber makanan paling penting, karena digunakan sebagai makanan pokok atau bahan baku untuk berbagai makanan seperti tape, peyeum, atau tepung singkong. Wonosobo, sebagai wilayah yang strategis dan dekat dengan kota-kota besar, dapat memiliki potensi pasar yang baik untuk produk- produk singkong.
Ketela Pohon dapat tumbuh dengan baik di semua Kecamatan di Wilayah Kabupaten Wonosobo. Ketersediaan lahan untuk tanaman Ketela Pohon mencapai 6.828 hektar. Ketela Pohon dapat dipanen pada umbi dan sebagai sumber karbohidrat, tetapi daunnya dapat dimanfaatkan juga utnuk sayuran.
Dengan produksi 156.300 ton ketela pohon dan produktivitas 354,91 kuintal per hektar. Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu penghasil ketela pohon terbesar keempat di Jawa Tengah.
122 Gambar 7. 11 Peta Pengembangan Ketela Pohon di Kabupaten Wonosobo
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
123 Gambar 7.12 Peta Pengembangan Tanaman Biofarmaka Jahe
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
124 Tanaman Jahe (Zingiber Officinale) juga merupakan potensi investasi di Kabupaten Wonosobo. Jahe adalah tanaman rimpang yang memiliki banyak manfaat dan digunakan dalam berbagai industri, seperti makanan, obat-obatan, dan industri parfum. Di Indonesia, jahe adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang paling penting dan banyak dibudidayakan, dan salah satu daerah yang paling banyak dibudidayakan adalah Kabupaten Wonosobo.
Sebagai tanaman rimpang, jahe tumbuh di dalam tanah, dan bagian yang sering digunakan adalah rimpangnya, yang merupakan akar tanaman. Rimpang jahe memiliki aroma khas dan rasa pedas yang kuat, sehingga sering digunakan sebagai bahan penyedap dan bumbu dalam berbagai masakan, minuman, serta obat tradisional.
Budidaya jahe dapat dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Wonosobo. Pertanian jahe biasanya memerlukan iklim hangat dan lembab dengan tanah yang kaya dan subur. Proses penanaman, perawatan, dan panen jahe membutuhkan perhatian khusus untuk memastikan hasil yang optimal. Luas panen jahe dan luas tanahnya yaitu sebesar 938.817 meter persegi, sedangkan jumlah panennya sebanyak 1.174.591 kilogram.
125 Gambar 7.13 Peta Pengembangan Buah Carica di Kabupaten Wonosobo
Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
126 Carica (Vasconcella Cundinamarcencis) atau Papaya merupakan buah yang tidak bisa tumbuh di mana saja. Tanaman Carica hanya dibudidayakan di dataran tinggi Dieng karena hanya ada di sana. Karena itu, Carica menjadi salah satu komoditas unggulan di Wonosobo. Buah Carica sangat mirip dengan papaya, hanya saja yang membedakan yaitu ukurannya yang lebih kecil dan menyerupai campuran papaya dan juga kakao.
Gambar 7.14 Buah Carica Khas Dieng, Wonosobo Sumber : merdeka.com
Sebenarnya, buah carica tidak berasal dari Indonesia. Penjajah Belanda membawa buah ini dari dataran tinggi Andes Amerika Selatan selama Perang Dunia II.
Karena buah itu hanya tumbuh di wilayah dengan ketinggian antara 1.500 dan 2.000 meter diatas permukaan laut, penjajah Belanda memilih Dieng sebagai tempat uji coba.
Hanya Dieng dan Bedugul Bali dari sejumlah tempat yang memenuhi kriteria tersebut yang dapat menanam buah ini dengan baik. Buah ini disebut Gedang Memedi di Bali, tetapi tidak banyak orang yang menanamnya.
127 Pohon Carica di Dataran Tingi Dieng berbuah sepanjang tahun. Namun, periode Maret-April menunjukkan puncaknya. Selain itu, pohon-pohon Carica dapat ditemukan di ladang-ladang di lereng bukit, pekarangan rumah penduduk, dan kebun yang ada di lokasi tersebut. Penduduk sekitar kemudian mengolah sebagian besar Carica menjadi produk kuliner baru seperti selai, jus, dan manisan.
Gambar 7.15 Luas Lahan Carica Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
Tembakau (Nicotiana Tabacum) adalah tanaman yang biasa dibudidayakan pada daunnya yang digunakan dalam industri rokok, cerutu, tembakau pipa, dan produk tembakau lainnya. Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah di Indonesia yang cukup terkenal denan budidaya tembakau.
128 Gambar 7.16 Tanaman Tembakau di Kabupaten Wonosobo
Sumber : kompasiana.com
Di antara kabupaten-kabupaten terbesar di Indonesia, Wonosobo menghasilkan jumlah panen yang signifikan. Setiap tahun, hasil panen tembakau Wonosobo mengalami fluktuasi yang tidak stabil karena perubahan musim. Namun, para petani tetap menanam karena tembakau memiliki pasar jual tersendiri, yaitu pabrik, yang memastikan bahwa hasil panen mereka dapat dijual.
Area tanaman tembakau seluas 1.961 hektar di Kecamatan Kepil, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, dan Kecamatan Mojotengah, dengan produksi total 1.272.357 ton pada tahun 2020. Kecamatan Kertek adalah daerah yang paling produktif untuk penanaman tembakau.
129 Gambar 7.17 Peta Pengembangan Tanaman Tembakau di Kabupaten Wonosobo Sumber : Profil Investasi Kabupaten Wonosobo
130