• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian

4.5. Profil SMP Swasta Bina Widya Aeknabara

Dapat dilihat secara monografi, SMP swasta Bina Widya Aeknabara terletak di jalan Bina Widya, nomor 12 Aeknabara, kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhanbatu. Sekolah ini terletak di dekat areal rumah masyarakat dan perkebunan kelapa sawit masyarakat Aeknabara.

Kalau dilihat dari jalan besar lintas Sumatera, SMP swasta Bina Widya cukup dekat dengan SMPN 1 Bilah Hulu, jarak kedua sekolah ini hanya 120 meter karena yang memisahkan jarak sekolah ini hanya jalan lintas Sumatera saja. Kalau kita dari Rantauprapat, lokasi SMP swasta Bina Widya sebelah kiri yang masuk ke dalam kurang lebih 20 meter. Sedangkan SMPN 1 Bilah Hulu terletah di sebelah kanan jalan besar lintas Sumatera. Luas areal sekolah ini kurang lebih 1 hektar dengan status kepemilikan tanah adalah milik perorangan atau pemilik yayasan pendidikan Bina Widya.

SMP swasta Bina Widya merupakan sekolah yang memiliki basis standart nasional yang tidak memiliki keterikatan dalam pendidikan agama seperti yayasan keagamaan yang ada di daerah Aeknabara tersebut. Sekolah ini juga sama dengan sekolah negeri yang memiliki mata pelajaran secara umum saja. Karena pendidikan secara formal diharapkan lebih dapat meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Aeknabara ini. Pada awal berdirinya sekolah ini,

jumlah siswanya mencapai 300 lebih siswa. hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat dari pedalaman daerah pelosok misalnya Pangkatan, Ajamu, dan lain-lain yang menyekolahkan anaknya ke sekolah ini. Karena sebelum berdirinya sekolah-sekolah di Aeknabara ini, masyarakat sekitarnya bersekolah ke kota Rantauprapat bahkan sampai ada yang tidak sekolah yang dikarenakan jauhnya akses jalan menuju sekolah tersebut. Walaupun sekolah swasta merupakan sekolah pelarian masyarakat yang anaknya tidak lulus di sekolah negeri yang dikarenakan rendahnya nilai rata-rata sekolah ataupun calon siswa SMP tidak lulus ujian masuk sekolah negeri. Tetapi sekolah swasta Bina Widya memberikan pendidikan yang terbaik mereka dengan memanfaatkan dana pas-pasan melalui uang sekolah siswa dan donatur dari pemerintah kepada pengelola sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan petugas tata usaha.

Kegiatan ekstrakulikuler di SMP ini sudah menurun yang dikarenakan minimnya jumlah siswa yang membuat motivasi siswa untuk mengembangkan kreatifitas semakin berkurang. Pada tahun 1990-an, kegiatan ekstrakulikuler siswa sangat baik prestasinya, siswa mengikuti kegiatan- kegiatan seperti pramuka, karate, dan olahraga. Semua perlombaan mereka ikuti, akan tetapi semakin bertambahnya tahun instruktur yang mengajarkan siswa tersebut berhenti dengan alasan pindah kerja, menikah, dan lain sebagainya. Sehingga kegiatan ektrakulikuler siswa SMP swasta ini mengalami kemandekan. Dan pada saat ini, kegiatan eksrakulikuler siswa SMP swasta ini hanya pramuka, itupun peminatnya sedikit. Alasan siswa tersbut karena teman mereka tidak banyak sehingga secara kuantitas, kegiatan ekstrakulikuler di sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa.

Dalam kegiatan mata pelajaran olah raga, siswa SMP swasta Bina Widya berbeda dengan siswa SMP lainnya yang memiliki seragam olahraga. Sekolah ini tidak memiliki seragam olahraga, mungkin dikarenakan tidak adanya dana yang cukup untuk membeli seragam olah

raga. Sehingga siswa disini menggunakan seragam bebas untuk melakukan kegiatan olah raga.

Bahkan lapangan mereka untuk berolahragapun dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit warga setempat. Karena kecilnya lokasi yang semakin dipadati gedung dan rumah warga membuat mereka harus melakukannya di lahan warga setempat.

4.5.1. Data Siswa SMP Swasta Bina Widya Aeknabara

Pada tahun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswa di sekolah ini secara keseluruhan sebanyak 47 siswa. Siswa di sekolah ini memang sangat sedikit, padahal pada awal berdirinya sekolah ini jumlah siswa di sekolah ini sampai ratusan siswa. akan tetapi totalitas siswa disini mengalami penurunan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Untuk melihat lebih jelas jumlah siswa di masing- masing kelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah siswa SMP Swasta Bina Widya di masing-masing kelas

Sumber: Data Statistik SMP Swasta Bina Widya 2012

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah kejadian (N) sebanyak 47 orang. Sehingga berdasarkan uji analisis menggunakan rumus distribusi frekuensi bahwa jumlah siswa kelas 1 sebanyak 14 siswa atau (29,7%), jumlah siswa kelas 2 sebanyak 15 siswa atau (32%), dan jumlah siswa kelas 3 sebanyak 18 siswa atau (38,3%). Dari data ini diketahui bahwa keseluruhan SMP swasta Bina Widya setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini terbukti dari jumlah siswa kelas 1 sangat sedikit, yaitu hanya mencapai 29,7% saja dibandingkan dengan jumlah siswa kelas 2 sekitar 32% dan kelas 3 sekitar 38,3%. Ini disebabkan oleh minat masyarakat di Aeknabara untuk menyekolahkan anaknya di SMP ini sangat kurang. Berdasarkan informasi

No Kelas Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Kelas 1 14 29,7

2 Kelas 2 15 32

3 Kelas 3 18 38,3

Jumlah 47 100

yang diperoleh peneliti dari kepala sekolah yaitu ibu Zubaidah Harahap, BA, bahwa ketika calon siswa SMP yang tidak lulus masuk ke sekolah negeri maka kebanyakan orang tua siswa lebih memilih sekolah yang berbasis agama daripada menyekolahkan anaknya di sekolah umum.

Dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang berbasis agama seperti SMP Metodist ataupun SMP Al Ikhtihad yang ada di Aeknabara tersebut, secara otomatis siswa akan mendapatkan pengetahuan agama yang lebih. Karena penduduk di kecamatan Bilah Hulu ini masih kuat dengan pemahaman agama dan juga budaya masyarakat yang sangat kental untuk lebih beriman kepada tuhannya.

Selain pengetahuan agama, pelajaran umum juga diprioritaskan oleh sekolah swasta yang berbasis agama. Meskipun biaya sekolah lebih mahal dari SMP swasta Bina Widya ini, misalnya biaya SPP SMP Metodis Aeknabara 70.000 per bulannya sedangkan SMP Swasta Bina Widya hanya Rp 50.000. Akan tetapi masyarakat lebih berminat untuk menyekolahkan anaknya di SMP swasta yang berbasis agama tersebut. Sehingga biaya pendidikan tidak dipermasalahkan oleh masyarakat demi masa depan anak yang lebih baik. Padahal kalau dilihat dari kualitas pendidikan sama-sama memiliki standart nasional. Oleh sebab itulah SMP swasta Bina Widya ini memiliki siswa yang sangat sedikit.

Meskipun dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sudah masuk ke sekolah ini, SMP swasta Bina Widya masih memungut biaya sekolah siswa setiap bulannya. Sekolah ini juga tidak terlepas dari siswa kurang mampu. Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak lulus masuk ke sekolah negeri sehingga mau tidak mau harus sekolah dengan mengeluarkan biaya Rp 50.000 per bulannya. Dari jumlah keseluruhan siswa tentu saja setiap siswa memiliki kondisi sosial ekonomi keluarga masing-masing. Sehingga dapat diketahui siswa tersebut mampu atau kurang mampu

dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya. Berdasarkan data dari SMP swasta Bina Widya, populasi siswa yang mampu dan siswa kurang mampu dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Jumlah populasi siswa SMP Swasta Bina Widya berdasarkan kondisi sosial ekonomi

Sumber: Data Statistik SMP Swasta Bina Widya 2012

Pada tabel 8, dapat dilihat bahwa jumlah kejadian (N) sebanyak 47 siswa. Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah populasi siswa yang mampu sebesar 27 siswa atau (57,4%), sedangkan jumlah populasi siswa kurang mampu sebesar 20 siswa atau (42,6%). Dalam hasil data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa kurang mampu di SMP swasta Bina Widya sangat banyak yaitu sekitar 42,6%. Hal ini hampir mencapai setengah dari jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak semua sekolah swasta memiliki siswa dengan latar belakang ekonomi menengah keatas. Tapi masih ada sekolah swasta yang memiliki latar belakang siswa kurang mampu dalam aspek sosial ekonomi.

4.5.2. Data Ruangan SMP Swasta Bina Widya Aeknabara

Gedung SMP swasta Bina Widya ini tidak hanya untuk kegiatan belajar mengajar guru dan siswa SMP saja. Melainkan siswa dan guru SMK bisnis manajemen juga melakukan aktifitas belajar mengajar di gedung tersebut. SMP dan SMK memiliki satu atap dalam mengoperasionalkan yayasan ini. Hanya saja yang membedakan pengoperasionalan sekolah ini adalah jadwal masuk pelajaran saja. Kalau SMP beroperasi pada pukul 08:00-13:00 WIB, sedangkan SMK bisnis manajemen beroperasi pada pukul 13:30-17:30 WIB. Berdasarkan data jumlah gedung milik yayasan pendidikan Bina Widya yaitu sebanyak 10 ruangan. Untuk melihat rincian gedung sekolah yang di pakai SMP swasta Bina Widya dapat dilihat pada Tabel 9.

No Populasi Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Siswa Mampu 27 57,4

2 Siswa Kurang mampu 20 42,6

Jumlah 47 100

Tabel 9. Jumlah bangunan berdasarkan ukuran dan unit kebutuhannya

Sumber: Data Statistik SMP Swasta Bina Widya 2012

Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa terdapat 3 ruangan dalam 1 gedung, yaitu ruangan kepala sekolah terdapat 2 unit dalam 1 ruangan, yang membedakannya hanyalah sekat triplek saja. Ruangan kepala sekolah ada 2 berukuran 2 x 4 meter. Hal ini dikarenakan 1 ruangan untuk kepala sekolah SMP dan 1 ruangan lagi untuk kepala sekolah SMK. Selain itu, terdapat ruangan tata usaha 1 unit 4 x 4 meter. Di gedung yang lain terdapat ruang guru 1 unit dengan ukuran 4 x 6 meter, ruang kelas untuk siswa belajar sebanyak 3 unit dengan ukuran 7 x 9 meter, perpustakaan 1 unit berukuran 7 x 8 meter, laboratorium komputer 1 unit berukuran 10 x 6 meter, dan mushola 1 unit berukuran 1 x 8 meter. Dari keseluruhan gedung yang digunakan adalah tempat beroperasinya kegiatan belajar mengajar siswa dan guru SMP swasta tersebut. Sebenarnya masih ada ruangan lainnya yang tidak disebutkan karena ruangan tersebut tidak digunakan oleh pihak SMP melainkan digunakan oleh pihak SMK saja.

4.5.3. Data Personil SMP Swasta Bina Widya Aeknabara

Dari data yang diperoleh pada tahun ajaran 2011/2012 bahwa jumlah persoil atau guru dan petugas administrasi di SMP swasta Bina Widya terdapat 12 orang. Untuk lebih jelas lagi melihat pembagian jumlah personil berdasarkan bidangnya dapat dilihat pada Tabel 10.

No Jenis Bangunan Ukuran (m2) Banyaknya Unit 1 Ruang Kepala Sekolah 2 x 4 2

2 Ruang Tata Usaha 4 x 4 1

3 Ruang Guru 4 x 6 1

4 Ruang Kelas 7 x 9 3

5 Perpustakaan 7 x 8 1

6 Lab. Komputer 10 x 6 1

7 Mushola 9 x 8 1

Jumlah 10

Tabel 10. Data personil berdasarkan bidang masing-masing

Sumber: Data Statistik SMP Swasta Bina Widya 2012

Berdasarkan dari tabel 10, jumlah kejadian (N) sebanyak 12 orang sehingga dapat diperoleh dari analisis statistik bahwa jumlah personil pada masing-masing bidang di SMP swasta Bina Widya tidak ada guru yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) melainkan pegawai tetap. Jumlah pegawai tetap ada 5 orang atau (41,7%), dari ke 5 orang ini sudah termasuk kepala sekolah, guru tetap, dan tata usaha. Sedangkan guru honor ada 6 orang atau (50%), guru bantu dari pusat 1 orang atau (8,3%). Guru bantu disini adalah guru yang sengaja ditugaskan oleh dinas pendidikan pusat untuk mengajar di sekolah ini. Dapat disimpulkan bahwa jumlah personil di sekolah ini cukup untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Karena jumlah siswa yang sedikit maka tenaga kerja pendidikan juga sesuai dengan kebutuhan sekolah.

No Jenis Bidang Frekuensi (f) Presentase %

1 Pegawai Tetap 5 41,7

2 Guru Honor 6 50

3 Guru Bantu 1 8,3

Jumlah 12 100

BAB V

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA

5.1. Karakteristik Responden Siswa Kurang Mampu dan Orang Tua siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu

Karakteristik responden merupakan salah satu cara untuk memudahkan penulis untuk lebih mengenal responden yang diteliti sehingga dapat lebih memudahkan penulis dalam melakukan penganalisaan data yang telah diperoleh. Responden ini juga merupakan hasil dari pengambilan sampel dari keseluruhan populasi siswa kurang mampu sebanyak 232 siswa kurang mampu dan 232 orang tua siswa kurang mampu yang terdapat di SMPN 1 Bilah Hulu dengan menggunakan rumus Taro Yamane sehingga total sampel yang diambil sebesar 70 sampel untuk siswa kurang mampu dan 70 sampel lagi untuk orang tua siswa kurang mampu. Dalam hal ini dapat dilihat dari 2 jenis responden yaitu responden siswa kurang mampu dan responden orang tua siswa kurang mampu di SMPN 1 Bilah Hulu dapat dilihat sebagai berikut.

5.1.1. Karakteristik Responden Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu

5.1.1.1. Komposisi Responden Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Jenis Kelamin

Dapat diketahui bahwa jumlah kejadian (N) adalah sebesar 70 sehingga dari analisis statistik dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu responden siswa kurang mampu berdasarkan jenis kelamin yang terdapat di SMPN 1 Bilah Hulu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Komposisi responden siswa kurang mampu SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan jenis kelamin

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 11, dapat dilihat bahwa 4 responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki, yakni responden laki-laki berjumlah 33 responden atau (47,1%), sedangkan perempuan sebanyak 37 responden atau (52,9%).

5.1.1.2. Komposisi Responden Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Usia

Siswa kurang mampu yang memiliki usia yang berbeda-beda, yaitu mulai dari usia 13 tahun sampai 16 tahun. Untuk melihat rincian masing-masing usia dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Komposisi responden siswa kurang mampu SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan usia

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 12, dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia dengan rincian responden yang berusia 13 tahun sebanyak 18 responden atau (25,7%), responden yang berusia 14 tahun sebanyak 31 responden atau (44,3%), responden yang berusia 15 tahun sebanyak 18 responden atau (25,7%), dan responden yang berusia 16 tahun sebanyak 3 responden atau (4,3%). Dari data ini dapat diketahui bahwa siswa yang sekolah di SMPN 1 Bilah Hulu sudah cukup ideal dalam mengenyam masa pendidikannya saat ini.

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Laki-laki 33 47,1

2 Perempuan 37 52,9

Jumlah 70 100

No Usia Frekuensi (f) Presentase (%)

1 13 Tahun 18 25,7

2 14 Tahun 31 44,3

3 15 Tahun 18 25,7

4 16 Tahun 3 4,3

Jumlah 70 100

5.1.1.3. Komposisi Responden Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Jumlah Siswa Per Kelas

Untuk melihat jumlah responden siswa kurang mampu berdasarkan jumlah siswa per kelasnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Komposisi responden siswa kurang mampu SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan kelas

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Pada tabel 13, terlihat bahwa jumlah responden siswa kurang mampu berdasarkan kelasnya masing-masing dengan rincian kelas 1 sebanyak 18 responden atau (25,7%), kelas 2 sebanyak 21 responden atau (30%), dan kelas 3 sebanyak 31 responden (44,3%). Hasil survey pada tahun 2012 dari data ini diketahui bahwa siswa kurang mampu yang terdapat SMPN 1 Bilah Hulu di kelas 1 sekitar 25,7%, kelas 2 sekitar 30%, dan di kelas 3 sekitar 44,3%. Dari setiap kelasnya, jumlah siswa kurang mampu terbanyak ada pada siswa kelas 3 sekitar 44,3%.

5.1.2. Karakteristik Responden Orang Tua Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data yang diperoleh dari lapangan, maka penulis juga melihat dari identitas orang tua siswa juga agar dapat mengetahui latar belakang orang tua siswa kurang mampu lebih rinci. Hal ini dapat terlihat jelas pada temuan data berikut ini.

5.1.2.1. Komposisi Responden Orang Tua Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden orang tua siswa kurang mampu berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 14.

No Kelas Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Kelas 1 18 25,7

2 Kelas 2 21 30

3 Kelas 3 31 44,3

Jumlah 70 100

Tabel 14. Komposisi responden orang tua siswa SMPN 1 Bilah Hulu menurut jenis kelamin

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 14, dapat dilihat bahwa jumlah kejadian (N) sebanyak 70 sehingga dari hasil analisis statistik dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Di lihat berdasarkan rincian bahwa yang orang tua siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 responden atau (68,6%) sedangkan perempuan sebanyak 22 responden atau (31,4%). Dari data ini diketahuibahwa sebanyak 68,6% orang tua laki-laki siswa kurang mampu masih berperan penting dalam menafkahi keluarganya.

5.1.2.2. Komposisi Responden Orang Tua Siswa SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Usia Usia responden disini sudah diberi pengelompokan pada masing-masing usianya. Untuk melihat komposisi responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Komposisi responden orang tua siswa SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan usia

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa kelompok usia 21-30 tahun berjumlah 5 responden atau (7,1%), kelompok usia 31-40 tahun berjumlah 23 responden atau (32,9%), kelompok usia 41-50 tahun berjumlah 32 responden atau (45,7%), dan kelompok usia 50 tahun keatas berjumlah 10 responden atau (14,3%). Dari data ini diketahui bahwa jumlah orang tua siswa berdasarkan kelompok umur terbanyak sekitar 45,7% yaitu berkisar umur 41-50 tahun. Hal ini dapat

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Laki-laki 48 68,6

2 Perempuan 22 31,4

Jumlah 70 100

No Usia Frekuensi (f) Presentase (%)

1 21-30 5 7,1

2 31-40 23 32,9

3 41-50 32 45,7

4 50-keatas 10 14,3

Jumlah 70 100

dikatakan bahwa orang tua siswa masih relatif mapan dan sanggup untuk menafkahi keluarganya.

5.1.2.3. Komposisi Responden Orang Tua Siswa SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden pada penelitian ini terdiri dari beberapa jenjang pendidikan yaitu, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, dan tamat SMU/sederajat. Adapun jumlah presentase dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Komposisi responden orang tua siswa SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan tingkat pendidikan

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 16, dapat dilihat bahwa responden orang tua siswa berdasarkan jenjang pendidikan yang jumlahnya paling besar adalah tamat SMA/sederajat, yaitu 22 responden (31,4%), tamat SMP/sederajat 21 responden (30%), tamat SD/sederajat 21 responden (30%), dan tidak tamat SD 6 responden (8,6%). Dari data tersebut dapat di analisis bahwa tingkat pendidikan orang tua siswa kurang mampu masih rendah. Karena masih ada orang tua siswa yang tidak tamat SD sekitar 8,6%, tamat SD dan SMP sekitar 30%, sedangkan yang tamat SMA tidak jauh beda dengan tamat SD dan tamat SMP lebih tinggi sedikit sekitar 31,4%. Sehingga dengan kurangnya pendidikan orang tua siswa dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga.

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Tidak tamat SD 6 8,6

2 Tamat SD/Sederajat 21 30

3 Tamat SMP/Sederajat 21 30

4 Tamat SMA/Sederajat 22 31,4

Jumlah 70 100

5.1.2.4. Komposisi Responden Orang Tua Siswa SMPN 1 Bilah Hulu Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Responden berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari petani, karyawan perkebunan, pedagang, supir angkutan antar kota, tukang becak, kuli bangunan, dan buruh. untuk mengetahui jumlah responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Komposisi responden orang tua siswa SMPN 1 Bilah Hulu berdasarkan jenis pekerjaan

Sumber: Data Primer (kuesioner) 2012

Dari tabel 17, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis pekerjaan pada responden penelitian ini yaitu jenis pekerjaan sebagai petani berjumlah 20 responden atau (28,6%), karyawan perkebunan 10 responden atau (14,3%), pedagang 8 responden atau (11,4%), supir angkutan antar kota 5 responden atau (7,1%), tukang becak 3 responden atau (4,3%), kuli bangunan 8 responden atau (11,4%), dan buruh 16 responden atau (22,9%). Karyawan perkebunan yang dimaksud adalah karyawan yang bekerja sebagai pengumpul hasil panen perkebunan kelapa sawit. Pedagang yang dimaksud adalah pedagang kecil-kecilan yang dijual di rumah mereka. Adapun jenis barang yang dijual seperti sayur mayur, ikan, sabun, jajan anak- anak, dan sembako dengan skala penjualan yang sangat kecil. Selain itu supir angkutan antar kota sekitar 7,1% yang mencari sewa dari Aeknabara ke Rantauprapat dan Aeknabara ke Pangkatan dan juga tukang becak sekitar 4,3%. Angkutan antar kota dan becak mesin adalah

No Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Petani 20 28,6

2 Karyawan Perkebunan 10 14,3

3 Pedagang 8 11,4

4 Supir Angkutan Antar Kota 5 7,1

5 Tukang Becak Mesin 3 4,3

6 Kuli Bangunan 8 11,4

7 Buruh 16 22,9

Jumlah 70 100

milik orang dengan sistem bayar sewa kepada pemilik angkutan kota atau becak setiap harinya.

Kalau becak biasanya kurang lebih sekitar Rp 30.000 - Rp 50.000 per harinya sedangkan angkutan kota kurang lebih sekitar Rp 50.000 – Rp 80.000 per harinya dan itu pun tergantung dari penghasilan tukang becak dan supir angkutan kota itu sendiri per harinya. Selain itu terdapat kuli bangunan sekitar 11,4% yang dimaksud adalah kuli yang diajak bekerja tidak tetap dengan pemborong, itu pun ketika ada borongan baru kuli tersebut ikut dengan pemborong. Responden orang tua siswa yang memiliki profesi terbanyak di SMPN 1 Bilah Hulu adalah petani sekitar 28%, petani yang dimaksud adalah mereka yang menggarap tanah orang lain dengan syarat bagi hasil dengan pemilik tanah. Tanaman yang di tanam yaitu berupa sayur mayur, padi, dan cabai.

Sedangkan responden kedua yang memiliki pekejaan paling banyak adalah buruh sekitar 22,9%.

buruh disini terdapat beberapa jenis, yaitu buruh cuci, pembantu rumah tangga, tukang sapu jalan raya, buruh harian di kebun masyarakat, dan buruh harian lepas di PTPN III.

5.2. Pengalokasian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Bagi Siswa Kurang Mampu SMPN 1 Bilah Hulu

Dalam pengalokasian dana Bantuan Opersional Sekolah (BOS), seluruh siswa mendapatkan jatah yang sama. Pada tahun 2011 dana yang dialokasikan kepada siswa sebesar Rp 570.000 yang diberikan pemerintah pusat melalui rekening bank sekolah setiap triwulan atau tiga bulan sekali. Jadi, dana yang dialokasikan sudah tertera dalam Rencana Kerja Akhir Sekolah (RKAS) sebelum mengirimkan proposal atau pengajuan anggaran sekolah ke pusat pendidikan di Jakarta. Dana yang diajukan pihak sekolah ke pusat tidak boleh lebih dari jumlah siswa yang ada di sekolah ini. Sehingga sebelum dana di realisasikan, pihak sekolah mengadakan rapat untuk mendiskusikan apa saja yang di prioritaskan dalam pengalokasian anggaran sekolah setiap tahunnya agar semua kebutuhan sekolah dapat terlengkapi setiap tahunnya. Namun, apabila ada

sebagian dana yang lebih dari anggaran yang dialokasikan pemerintah, maka pihak sekolah wajib mengembalikan dana tersebut kepada pemerintah.

Pada tahun 2011, jumlah keseluruhan siswa kurang mampu di SMPN 1 Bilah Hulu sebanyak 232 siswa. Siswa yang mendapatkan dana khusus bagi siswa kurang mampu dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kurang lebih 30 siswa yang benar-benar kondisi sosial ekonomi yang memperihatinkan. Akan tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah yaitu bapak Mukhlis Baizuri, S.Pd, mengatakan bahwa seluruh siswa kurang mampu pernah mendapatkan dana khusus bagi siswa kurang mampu berupa uang transportasi dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) setiap setahun sekali. Sekolah ini masih memiliki keterbatasan dalam pembagian dana yang dialokasikan untuk siswa kurang mampu. Karena masih banyak keperluan sekolah lainnya yang lebih dipriorotaskan sehingga yang mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berupa uang transportasi untuk siswa kurang mampu harus memiliki tahap-tahap dalam merealisasikannya. Pihak sekolah memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada siswa kurang mampu sebesar Rp 350.000 per siswanya berupa uang langsung tunai.

Selain digunakan untuk siswa kurang mampu, pengadaan buku perpustakaan, pembangunan dan perbaikan infrastruktur, sekolah ini juga mengalokasikan dana pada kegiatan- kegiatan siswa dalam mengikuti perlombaan maupun latihan ekstrakulikuler. Dalam kegiatan perlombaan ada beberapa kegiatan yang mereka ikuti, yaitu olimpiade sains, turnamen bola kaki, karate, dan pramuka. Sedangkan kegiatan ekstrakulikuler berupa kegiatan keagamaan seperti isra’ mi’raj, maulid, penyambutan natal, lalu ada juga kegiatan pelatihan berupa les privat untuk siswa kelas tiga dalam menyambut ujian nasional.