• Tidak ada hasil yang ditemukan

Progam Tahfidz Al-Qur’an

Dalam dokumen pembentukan karakter religius santri (Halaman 42-49)

BAB V PEMBAHASAN

B. Kajian Teori

1. Progam Tahfidz Al-Qur’an

kehidupan yang mana Al-Qur’an senantiasa ada dan hidup didalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.13

b. Pengertian Al-Qur’an

Al-Lihyani, berkata bahwa Al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar Qara’a (membaca) sebagaimana kata kata rujhan dan ghufran. Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagai nama firman Allah yang diturunkan kepada nabi kita, Muhammad saw.

Penanaman ini masuk kedalam kategori “tasmiyah al-ma’ruf bi al- masdhar” (penanaman isim maf’ul dengan isim masdar). Mereka merujuk firman Allah surat Al-Qiyamah (75) ayat 17-18).

اَ ذِ اَ ف ُ هٰ نۡ اَ رَ ق ۡعِبَّ تاَ ف

هَ نٰ اۡ رُ ق

ۚ

اَ نۡ يَ لَع َّ نِ ا هَ عۡ مَج

هَ نٰ اۡ رُ قَ و

Artinya: “Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu.”(Al-Qiyamah 17-18)14

Al-Qur’an itu ialah kitab suci yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana rahmat dan petunjuk

13 Khalid Sriwijbant, Antologi Hadist Tarbawi: Pesan-pesan Nabi saw tentang Pendidikan,, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), hal 105

14 Arif Rifhan (ed), Al-Qur’an Tiga Bahasa, (Depok : Al-Huda,2010),756.

bagi manusia di dalam hidupnya menurut harfiyah, Al-Qur’an itu berarti bacaan.15

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Baduwailan yang mengatakan bahwa menghafal al-Qur’an dimudahkan bagi seluruh umat manusia, tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau usia. Menghafal al-Qur’an adalah proyek yang tidak mengenal kata rugi. Menghafal al-Qur’an memperoleh kedudukan yang mulia di dunia maupun akirat, diselamatkan dari api neraka, yang menghafal dan mempelajarinya lebih baik daripada perhiasan dunia.

Al-Qur’an memberikan syafaat kepada pembaca dan penghafalnya pada hari kiamat kelak.16

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Yunahar Ilyas tentang beberapa keistimewaan al-Qur’an yaitu:

1) Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapanpun berada sampai akhir zaman nanti.

2) Ajaran mencakup seluruh aspek kehidupan

3) Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah dari segala bentuk penambahan, pengurangan dan pemalsuan.

4) Allah menjadikan al-Qur’an muda untuk dipahami, dihafal, dan diamalkan.

5) Berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mashaddiq terhadap kitab-kitab suci sebelumnya

6) Berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad17 Dengan demikian yang disebut Al-Qur’an itu hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi-nabi lain seperti Taurat diturunkan

15 Mujadidul Islam Mafa, Jalaluddin Al-Akbar, Keajaiban Kitab Suci Al-Qur’an, (Sidayu: Delta Prima Press, 2010), 14.

16 Ahmad Baduwailan,Menjadi Hafizh: Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an, (Solo:

Aqwam,2016), 17.

17 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, 124

kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, dan Zabur kepada Nabi Dawud. Namun selain itu semua, ada kalam Allah swt yang tidak disebut dengan Al Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw bahkan orang yang membacannya tidak dianggap sebagai ibadah, yaitu yang disebut hadist Qudsi.

c. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an

Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan qur’an, yang makna keduanya mempunyai arti yang berbeda. Yaitu tahfidz yang berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa Arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.18

Dalam menghafal Al-Qur’an, ada yang mudah dan ada yang sulit. Pengalaman spesifikasinnya yang terinternalisasi dengan menghafal al-Qur’an adalah ketika memahami makna al-Qur’an, selalu timbal baik. Rasa ingin baik dan memperbaiki diri agar sesuai dengan akhlak al-Qur’an. Untuk menjaga hafalan, tipsnya adalah terus mengulang-ulnag hafalan tersebut. Sehingga semakin lekat dan kuat dalam hati dan ingatan.19

Ada sebagian pendidikan kontemporer yang mengkritik kegiatan menghafal al-Quran yang dilakukan pada saat anak-anak, karena menurut mereka ketika anak-anak menghafal al-Qur’an tanpa pemahaman adalah hal yang salah.

18 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990),105.

19Mujadidul Imam Mafa, Jalaludin Al-Akbar, “Keajaiban Kitab Suci Al-Qur’an”, (Sidayu; Delta Prima Press, 2010),14.

Namun, kaidah ini tidak dapat diaplikasikan kepada al- Qur’an karena tidak masalah seorang anak menghafal al-Qur’an pada masa kanak-kanak untuk kemudian memahaminnya pada saat dewasa. Sebab menghafal pada masa kanak-kanak seperti memahat di atas batu, seperti perkataan orang bijak pada masa lalu.

Walaupun orang dewasa lebih matang akalnya, namun kesibukannya jauh lebih banyak. Ajaklah anak berdialog yang intinya adalah untuk meyakinkanya tentang pentingnya al-Qur’an baik di dunia maupun di akhirat dan juga keutamaan orang-orang yang membaca al-Qur’an dibandingkan dengan orang yang tidak membacannya. Kemudian yakinkan juga dengan hadits-hadits yang memotivasi untuk belajar al-Qur’an seperti hadits Rasulullah yang berbunyi : ”Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al- Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori)20

Sejak al-Qur’an diturunkan hingga ini banyak orang yang menghafal al-Qur’an. Lahirlah lembaga-lembaga pendidikan menghafal al-Qur’an, baik untuk anak-anak, remaja, maupun dewasa. Pengalaman menghafal al-Qur’an dapat dikaji dari berbagai sisi misalnya: motifasi seseorang menghafal al-Qur’an, dan persepsinya tentang fadhilah atau keutamaan menghafal dan orang yang hafal al-Qur’an, metode menghafal al-Qur’an yang diterapkan pada lembaga pendidikan hafalan al-Qur’an, kebijakan

20 Muhammad Syah Putra, “Mudah dan Praktis Menghafal Juz Amma dan Asamaul Husana”

(Surabaya: Quntum Media, 2015),22

yang diterapkan oleh ustadz atau ustadzah kepada peserta didik yang mengambil progam menghafal al-Qur’an, cara peserta didik menghafal al-Qur’an dengan asumsi bahwa masing-masing peserta didik mempunyai kebiasaan tersendiiri dalam usahannya dalam menghafal al-Qur’an baik menyangkut waktu yang efektif untuk menghafal, situasi yang mendukung penghafal, cara mematangkan hafalan, cara menjaga dan mengulang-ulang hafalan yang telah dimiliki, hal-hal yang dihindari dan hal-hal yang dilakukan peserta didik agar mudah menghafal dan hafalannya bertahan dengan baik, misalnya menyangkut pengendalian makanan, minuman, tatakrama, pandangan dan perbuatan, suka duka menghafal al- Qur’an, jadwal setoran hafalan kepada ustadz atau ustadzah, cara- cara ustadz atau ustadzah menyimak hafalan peserta didik.21

Menghafal al-Qur’an adalah simbol bagi umat Islam dan duri bagi masuknya musuh-musuh Islam. James Mansiz berkata,

“Boleh jadi, al-Qur’an merupakan kitab yang paling banyak dibaca di seluruh dunia dan tanpa diragukan lagi dikarenakan kitab yang mudah dihafalkan”.22

Dengan demikian istilah tahfidz al-Qur’an dapat diartikan sebagai proses mempelajari al-Qur’an dengan cara menghafalnya

21 M. Mansyur, Metodologi Penelitian Living Al-Qur’an & Hadi, (Yogyakarta: TH Press, 2007), 23-24

22 Ahmad Salim Badwillah, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), 27

agar selalu di ingat dan dapat mengucapkannya di luar kepala tanpa melihat mushaf.

Perlu banyak cara agar kegiatan menghafal menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Metode menghafal al- Qur’an yang dapat dilaksanakan antara lain :

1) Menghafal dengan membacakan kepada guru atau sering disebut dengan setoran (‘aradh) di mana seorang guru menyimak hafalan santrinya. Jika santri melakukan kesalahan, ustadz (guru) akan segera membenarkan bacaannya. Penghafal dengan cara ini yakni menghafal beberapa ayat, setelah itu menyetorkan hafalannya kepada ustadz (guru) yang mutqin (menguasai al-Qur’an baik hafalan dan bacaan).

2) Menghafal dengan metode talaqqi, yaitu ustadz (guru) membacakan secara perlahan ayat-ayat yang akan dihafal murid. Setelah santri (murid) mendengar bacaan ustadz (guru) mereka kemudian mengikuti bacaan tersebut guru mengulang bacaannya beberapa kali sehingga santri (murid) yang mengikuti bacannya akan hafal ayat-ayat itu dengan baik. Allah berfirman pada:” dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi al-Qur’an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Naml:6)

3) Menghafal al-Qur’an secara mandiri, penghafal akan menghafal sendiri. 23

Dalam dokumen pembentukan karakter religius santri (Halaman 42-49)

Dokumen terkait