• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap –Tahap Penelitian

Dalam dokumen pembentukan karakter religius santri (Halaman 83-106)

BAB V PEMBAHASAN

H. Tahap –Tahap Penelitian

diperoleh kesimpulanumum yang bersifat grounded dari data pengenalan, pemahaman, pengenalan, reflektif dan hasil tindak lanjut dari Pondok Pesantren Modern Al-Mukhtar Watukebo Ambulu Jember.

Dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verivikasi selama penelitian berlangsung melibatkan intrepretasi peneliti.

3) Mengadakan penelitian dan mengumpulkan data c. Tahapan analisis data sebagai berikut :

1) Setelah data terkumpul, maka kemudian dilakukan pengelompokan dan analisis

2) Menyusun laporan

d. Tahapan laporan sebagai berikut : 1) Menyusun kerangka laporan

2) Perincian kerangka laporan kedalam pokok-pokok khusus 3) Membuat laporan akhir (final)

68 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data dan Analisis

1. Tahap Pengenalan pembentukan karakter religius santri melalui progam tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Mukhtar Watukebo-Ambulu-Jember

Maksud dari pengenalan ini adalah seorang anak diperkenalkan tentang hal-hal positif atau hal-hal yang baik dari lingkungan pondok. Contohnya anak diajarkan tentang kejujuran, tenggang rasa, gotong royong, bertanggung jawab dan sebagainya. Tahapan ini bertujuan untuk menanamkan hal positif dalam memorinya. Selain itu juga disampaikan hal-hal yang dilarang. Hal ini tercantum dalam peraturan santri putra dan santri putri.1

Adi Setiawan sebagai pengasuh mengatakan:

“Sebelum awal masuk dikenalkan aturan pondok. Ini sangatlah penting bagi anak. Kalau usia sekolah dasar biasanya justru lebih gampang dinasehati. Kalau sudah remaja, mereka kecenderungan sudah bisa memilih dan berani. Agar tidak menyimpang maka harus ada yang membimbing. Aturan itu di sini ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis. Yang tertulis sudah tercantum dalam jadwal pelajaran atau jadwal kegiatan dan juga peraturan santri. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Pagi sekolah, setelah sekolah melakukan kegiatan pondok. Aturan putra dan putri ada sendiri mengenai tata krama contonya tata terti berpakaian, gaya rambut, barang elektronik tertentu. Yang tidak tertulis .2

Berdasarkan wawancara dan dokumentasi tersebut, pada masa remaja lebih diperlukan pengawasan yang lebih intensif, sebab gejolak emosi dimulai pada masa remaja, hal ini memerlukan bimbingan pendalaman wawasan

1 Dokumentasi, Tata Tertib Santri Putra dan Putri, 10 Februari 2023, PP. Al Mukhtar

2Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar

Oleh karena itu di pondok pesantren Al-Mukhtar dibuat rambu-rambu atau peraturan supaya santri tetap berada di jalan yang seharusnya sesuai tuntunan agama Islam. Pembentukan karakter bagi remaja sangat penting demi mewujudkan cita-cita bangsa agar dapat mengelola dan memperbaiki berbagai segi kehidupan dengan dasar iman dan taqwa.

Nurseno juga mengemukakan beberapa hal yang dikenalkan kepada santri sebelum melaksanakan aktivitas pondok dalam suatu orientasi pondok pesantren. Ia mengatakan:

Orientasi pondok pesantren bertujuan untuk mengenalkan dunia Ponpes Al Mukhtar. Beberapa agenda yang tersusun ada acara pembukaan yang dibuka langsung oleh pengasuh dan dihadiri oleh para ustadz, penyampaian materi tentang profil pesantren, kurikulum pendidikan pesantren, tata tertib pesantren, silsilah keluarga dan sejarah singkat tentang pondok pesantren. Dikenalkan juga lokasi dan profil pendiri keluarga yang sudah wafat. Aturan-aturan pesantren terkait hak dan kewajiban santri. Sanksi hukuman apa saja yang ada bagi yang melanggar aturan pesantren. Di sini santri diajarkan bagaimana menjadi santri yang siap berjuang dan belajar, siap hidup secara mandiri dan memiliki sikap kepedulian dan kerjasama.”3

Yusron sebagai santri juga mengatakan hal yang hampir sama sebagai berikut:

“Dulu awal masuk pondok ada acara perngenalan lingkungan pondok.

Diceritakan tentang keluarga dari pendiri pondok, sejarah didirikannya pondok, sampai pada aturan-aturan yang harus dilaksanakan dan dilarang. Hukuman-hukuman bagi pelanggar aturan pondok, dan lain- lain.”

Berdasarkan wawancara tersebut, tahap pengenalan dalam pembentukan karakter diawali dengan pengenalan peraturan yang berlaku di

3 Nurseno,wawancara, 15 Maret 2023, PP.Al Mukhtar.

mengatur sikap dan perilaku santri untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Tata tertib yang ditentukan menjadikan santri lebih disiplin dan bertanggung jawab. Selain itu adanya aturan menjadikan santri lebih mandiri.

Fungsi aturan sebagai tolak ukur suatu perilaku santri menjadikan santri lebih berhati-hati dalam memilih tindakan yang diperintahkan dan dilarang. Santri menjadi mengerti batasan-batasan dengan menjaga hak dan kewajiban antar manusia sehingga tecipta masyarakat yang teratur.

2. Tahap Pemahaman pembentukan karakter religious santri melalui progam tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Mukhtar Watukebo-Ambulu-Jember

Pemahaman yang dimaksud di sini yaitu penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan karakter santri. Karakter dapat menampilkan sikap dan perilaku yang didorong dari dalam untuk menampilkan dan mewujudkan hal- hal yang menunjukkan seseorang berkarakter baik atau tidak. Menurut Adi Setiawan sebagai pengasuh, tim pondok menggunakan alternatif ayat-ayat pilihan yang berkaitan dengan akhlak sehari-hari para santri. Adi Setiawan mengatakan:

“Trik kita adalah menyusun beberapa ayat pilihan. Tapi tidak dilakukan di masjid. Dilakukan di dalam kelas. Di dalam kelas itu ada materi semacam tafsir tapi bukan tafsir. Lebih ke terjemahan. Ayat- ayat pilihan yang berkaitan dengan akhlak-akhlak keseharian kemudian kita tanamkan, kita mintak hafalkan. Kalau tahfidz kan hafalan saja, misal an-Naba’ sampai seterusnya, al-Baqarah ayat 1 sampai juzz 1. Kitalebih banyak ke nasehat. Kita kumpul nyaris sehari sampai 2 atau 3 kali, habis shalat ashar, maghrib, isya’. Ada

hukuman adzan. Ada dokumentasinya.4

Berdasarkan wawancara yang telah dipaparkan, dapat dipahami bahwa hukuman dapat menjadi solusi bagi santri yang melanggar agar mereka lebih berhati-hati dalam bertindak. Hukuman adalah cara terakhir apabila teguran, peringatan, dan nasihat belum bisa mencegah santri melakukan pelanggaran.

Avika sebagai guru tahfidz juga mengatakan bahwa ayat-ayat pilihan ini sengaja dibuat untuk dihafalkan dan dapat dikatakan merupakan hafalan wajib dengan cara menulis ulang ayat dan terjemahannya. Dari sini para santri memahami yang diajarkan untuk dibiasakan ada dalil yang mendasari.

Ada perintah dan larangan yang sangat relevan dengan apa yang mereka baca dan mereka hafalkan.5

Program tahfidz al-Qur’an di dalamnya terdapat materi tentang ayat- ayat pilihan berkaitan dengan sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh santri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Muhammad Abdul Basit selaku wakil kurikulum mengatakan, “Tahfidz al-Quran dapat membentuk karakter religius tentunya dengan bimbingan yang baik. Kalau di sini kita menyisipkan ayat-ayat al-Qur’an yang dihafalkan dan belajar tafsir dengan ayat-ayat pilihan yang ada maknanya dan ada hikmahnya juga.”6

Santri bernama Chika mengatakan, “Di kelas ada penjelasan ayat pilihan. Di situ kita disuruh nulis ulang ayat itu kemudian diterjemahkan.

4Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar

5Avika Nuryandani,wawancara,28 Februari 2023,PP.Al Mukhtar

6 Muhammad Abdul Basit,wawancara,15 Maret 2023, PP. Al Mukhtar

kita mengamalkan ayat ini. Lumayan banyak ayat pilihannya.”7

Berdasarkan wawancara tersebut, dalam program tahfidz terdapat aktivitas tafahhum yakni usaha untuk memahami arti dan makna dari setiap ayat yang dihafalkan. Dikarenakan al-Qur’an menggunakan bahasa Arab, maka santri mempelajari makna ayat berdasarkan kaidah bahasa Arab. Hal ini sangat membantu santri saat menghafal karena santri sudah memahami arti dari ayat yang dihafalkan. Santri juga melakukan aktivitas kitabah yang artinya menulis, maksudnya menulis ulang ayat-ayat pilihan yang sudah ditentukan oleh tim pengembang pondok untuk dihafalkan. Salah satu cara agar memiliki ingatan yang kuat adalah dengan cara menulis. Ketika santri menulis maka otomatis santri juga membaca. Pada kegiatan menulis ayat dan terjemahan secara otomatis santri membaca ulang dan memperkuat hafalan.

Pada muqoddimah ‘Kumpulan Ayat-Ayat Pilihan’ oleh tim pengembang pondok telah disebutkan bahwa meski dicetak, para santri wajib menulis ulang di buku catatan masing-masing untuk menguatkan hafalan dan pemahaman mereka. 8 Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i bahwa “ilmu adalah buruan, dan tulisan adalah pengikatnya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.” Ilmu jika didengar tidak sampai ke hati dan mudah terlupa. Jika hati sering lupa maka ilmu akan hilang secara perlahan.

7 Chika Putri Amelia,wawancara,10 Maret 2023, PP. Al Mukhtar

8 Dokumentasi, Kumpulan Ayat-Ayat Pilihan, 2 Februari 2023, PP. Al-Mukhtar.

“Dalam ayat-ayat pilihan itu sebelumnya ada kata-kata motivasi yang membuat santri merenungkan kembali apa yang dia baca dan dia hafalkan. Motivasinya intinya kalau hafalan itu nggal merubah sifat santri menjadi lebih baik berarti ada yang salah. Mestinya ayat yang dihafalkan ngerti artinya, ngerti maksud dan maknanya apa dan diamalkan.”9

Berdasarkan dokumentasi “Kumpulan Ayat-Ayat Pilihan” yang ada, terdapat peringatan dalam kotak pada halaman 2 oleh Ustadz Adi Hidayat bahwa jika Anda menghafal al-Qur’an dan tidak mengubah sifat dan sikap Anda, maka pasti ada yang keliru dalam hafalannya. Peneliti menelusuri kalimat tersebut untuk lebih memahami apa yang dimaksud kalimat yang dikemukakan oleh Ustadz Adi Hidayat sebagai pendiri Quantum Akhyar Institute sebagai berikut:

“Setiap para penghafal al-Qur’an akan terbagi menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama yaitu dzalimun linafsih (mendzalimi diri sendiri).

Pengertian dzalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Pada kelompok ini ada para penghafal al-Qur’an yang tidak menempatkan ayat al-Qur’an pada tempatnya. Misalnya, seseorang hafal surat al-Ikhlas dan memahami bahwa Allah itu Esa, tapi ia mengatakan bahwa semua agama itu sama, menuju Tuhan yang sama, hanya caranya berbeda. Ia hafal al-Qur’an tetapi ayatnya tidak membimbing dia dalam kehidupan. Jika seseorang menghafal al- Qur’an lalu pulang dengan hati tenang, taat, ibadahnya meningkat, berarti ia berada di tempat belajar yang benar. Sebaliknya jika pulang membawa hafalan 30 juzz namun perilakunya tidak terbimbing oleh al-Qur’an, menjadi sulit diatur, shalatnya terlambat dan seadanya saja, maka itu musibah. Kelompok kedua adalah waminhum muqtashid, artinya ia merasa belum cukup untuk berbagi. Meskipun hafal 30 juzz masih senang memperbaiki bacaan dan hafalannya. Para penghafal kelompok ini menghafalkan al-Qur’an untuk dirinya sendiri. Ustadz Adi Hidayat menyebutnya paket hemat. Hemat untuk dirinya saja dan belum bisa berbagi. Kadang salah, ia perbaiki lagi.Kelompok ketiga adalah sabiqun bil khirat bi idznillah, artinya seorang penghafal al- Qur’an yang baik, ia akan bergegas mengambil nilai-nilai kebaikan

9 Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar

Ketika menemukan kebaikan, ia selalu ingin menjadi yang pertama melakukannya.10

Peneliti juga berdialog dengan Adi Setiawan sebagai pengasuh tentang hal ini. Ia mengatakan, “Memang benar hafal al-Qur’an bagus, tapi alangkah lebih baik jika apa yang dihafalkan itu diamalkan, terutama soal adab atau akhlak. Adab di atas ilmu. ‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia’, ‘Tidak diciptakan jin dan manusia melainkan untuk ibadah kepada Allah’. Pepatah Arab mengatakan bahwa ‘ilmu tidak diamalkan laksana pohon tak berbuah’. Amal adalah buah dari ilmu.”11

Berdasarkan wawancara dan dokumen tersebut, harapan dari adanya program tahfidz Al-Qur’an tertuju pada kelompok yang ketiga menurut Ustadz Adi Hidayat yang bergegas mengambil nilai-nilai kebaikan dan selalu berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, dan selalu ingin terdepan dalam melakukan segala bentuk kebaikan berdasarkan pedoman al-Qur’an.

3. Tahap Penerapan pembentukan karakter religious santri melalui progam tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Mukhtar Watukebo-Ambulu-Jember

Penerapan merupakan pelaksanaan berbagai perilaku dan tindakan santri dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter santri dapat diterapkan dengan membiasakan perilaku positif. Adi Setiawan sebagai pengasuh mengatakan:

10 Dokumentasi, https://www.muslimobsession.com/ada-tiga-kelompok-para-penghafal-al-quran- anda-termasuk-yang-mana/ diakses 3 Februari 2023.

11 Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar.

Pertama, menjaga dalam artian menghafal dengan ucapan dan menyimpan dalam memori otak kita. Kedua, mempelajari makna ayat al-Qur’an dan mengajarkannya. Yang ketiga, mengamalkan dalam kehidupan. Ketiga-tiganya ini harus dilakukan semua saling beriringan.

Sekedar hafal saja tidak cukup, harus ngerti juga apa maknanya. Hafal, paham, tapi perbuatannya tidak sesuai dengan ayat yang dihafalkan, jadi ada rasa malu secara otomatis. Sadar diri. Penerapan ayat-ayat yang sudah dihafalkan sebagian sudah dilaksanakan dalam pembiasaan atau rutinitas sehari-hari sesuai dengan jadwalnya.”

Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Muhammad Abdul Basit sebagai waka kurikulum mengatakan:

“Intinya pada pembiasaan atau ritual keseharian para santri seperti pada umumnya kalau orang Islam sejak kecil dibiasakan sholat lima waktu tepat waktu. Begitu pula dengan tafidz, rutin hafalan sesuai dengan target yang sudah ditentukan. Ketika sholat wajib terlaksana maka nambah yang sunnah, kalau target hafalan sudah memenuhi maka nambah lagi hafalan tambahan.”12

Berdasarkan wawancara ini, tahfidz merupakan program yang pelaksanaannya rutin karena termasuk program inti dan mendominasi jika dibandingkan dengan kegiatan yang lain seperti muhadhoroh dan tadarrus al Qur'an, Dilihat dari jadwal keseharian santri, tahfidz al Qur'an dilaksanakan pada pukul 05.15 - 05.45 dan 19. 00-19.30WIB bagi santri putra. Sedangkan santri putri pada pukul 05.15-05.45 dan 18.00-18.30 WIB.13

Avika sebagai guru tahfidz mengatakan:

“Yang secara nyata bisa dilihat ada pada konsistennya santri dalam menyetorkan hafalan. Santri yang disiplin bisa segera memenuhi target hafalan. Biasanya santri yang disiplin itu cepat selesai dalam sehari bisa hafal 5 ayat setoran bahkan 1 halaman. Kalau yang agak

12Muhammad Abdul Basit,wawancara,15 Maret 2023, PP. Al Mukhtar

13 Dokumentasi,Jadwal Harian Santri, 18 Februari 2023.

ibadah-ibadah yang lain juga sama. Sering terakhir-terakhir saat jama'ah, tadarrus, dan lain-lain. Ini kan banyak santri yang masih memperbaiki bacaan al-Qur’an, jadi nyari kelemahannya dulu di mana. Ya perlu motivasi yang lebih supaya ada semangat dan ada keyakinan kemauan menempuh target.”14

Berdasarkan penuturan Avika, peneliti memperoleh gambaran karakter para santri yang disiplin dan tidak disiplin dalam setoran hafalan. Hal ini juga dilihat dari keseharian santri dalam rutinitas ibadah. Santri yang tidak disiplin sering berada di posisi akhir pada setiap ritual ibadah, misalnya ketika shalat berjama'ah dan tadarrus al-Qur'an datang saat paling akhir.

Peneliti juga memperoleh informasi bahwa santri masih banyak yang berada dalam posisi perbaikan dalam membaca Al-Quran yang dalam dunia tahfidz dikenal dengan istilah tahsin. Tahsin merupakan proses memperbaiki bacaan al-Qur’an. Proses ini dilakukan bagi para santri yang belum lancar membaca al-Qur’an. Adi Setiawan mengatakan:

“Inputnya beragam. Masyarakatnya, karakter rumah mereka kan beragam. Sehingga itu menjadi kendala. Plus kita tidak ada saringan.

Dulu-dulu ini tidak ada saringan. Siapapun bisa masuk. Tidak ada saringan apakah sudah bisa membaca al-Qur’an atau belum. Jadi tidak ada halangan untuk masuk. Sehingga solusinya kita sendirikan. Yang belum-belum kita buat pertemuan halaqah tersendiri.”15

Muhammad Abdul Basit sebagai waka kurikulum mengatakan:

“Pembagian kelas terbagi menjadi tiga, kelas dengan kemampuan yang rendah, sedang, dan tinggi. Yang rendah membacanya belum lancar, terutama pada bacaan yang termasuk gharib. Kalau sedang sudah lancar dan hafalnya sudah sesuai standar yang ditentukan. Kalau yang tinggi adalah santri yang punya kelebihan dari segi baca sudah lancar,

14 Avika Nuryandani,wawancara,28 Februari 2023,PP.Al Mukhtar

15Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar

maupun kualitasnya.”16

Berdasarkan wawancara ini, kelas dibagi menjadi tiga kategori.

Pertama, santri berkemampuan rendah yang harus menjalankan tahsin santri berkemampuan sedang sudah memenuhi standar sesuai dengan program reguler, dan santri berkemampuan tinggi yang melebihi standar yang telah ditentukan masuk dalam program intensif. Pembagian jenjang ini ditanggapi Nurseno selaku direktur sebagai berikut:

“Klasifikasi kelas tahfidz berguna untuk mengelompokkan santri sesuai kemampuan, juga membantu ustadz-ustadzah dalam mengajar dan memberi arahan. Ketika yang diajar santrinya itu cenderung homogen, kemampuannya mirip akan memudahkan juga dalam melihat kemajuan yang dicapai santri. Kalau kita sudah tau santri itu tergolong pada kelompok yang masih pada tingkat tahsin, maka kita langsung tau juga bagaimana solusinya, diadakan pertemuan sendiri secara khusus.”17

Jadwal Tahsinul Qiro’ah putra pada hari Sabtu pukul 19.00 WIB (ba’da isya’), sedangkan putri pada hari Ahad (Minggu) pukul 18.00 WIB (ba’da maghrib).18 Dalam tahsin atau perbaikan bacaan yang difokuskan dalam hal tajwid, makharijul huruf, bacaan waqaf, serta ayat-ayat gharib sebagaimana penuturan dari Winda sebagai santri putri sebagai berikut:

“Saya ikut kegiatan yang memperbaiki bacaan karena memang belum lancar bacanya. Saya diajari bagaimana tanda waqaf, makarijul huruf, gharib, dan tajwid juga, terutama yang macem-macem hukum bacaan mad yang agak susah. Selama ini ternyata banyak yang saya dapat.

Banyak hal-hal yang baru saya ketahui misalnya macam-macam mad lazim sudah dapat waktu SD tapi belum paham. Di sini dibahas semua lengkap menurut saya enak penyampaiannya bisa masuk. ”19

16Muhammad Abdul Basit,wawancara,15 Maret 2023, PP. Al Mukhtar

17Nurseno,wawancara, 15 Maret 2023, PP.Al Mukhtar.

18 Dokumentasi,Jadwal Harian Santri, PP.Al Mukhtar.

19 Winda Fina Karomah,wawancara, 1 Februari 2023, PP.Al-Mukhtar.

Implementasi program tafidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al- Mukhtar juga menggunakan metode talaqqi. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 4 Februari 2023 di pondok putra. Guru tahfidz membaca ayat yang hendak dihafalkan oleh para santri, kemudian santri menirukannya. Hal ini diulang sampai tiga kali. Proses peniruan sebelumnya dengan cara melihat gerak mulut guru agar santri memahami bagaimana cara membaca ayat Al- Qur’an yang benar. Sebab, bukan hanya hukum bacaan saja yang harus diperhatikan melainkan juga makarijul huruf dalam pengucapan atau pelafalan.20 Pada tanggal 28 Februari 2023 peneliti melakukan observasi di pondok putri. Santri mendengarkan bacaan gurunya, kemudian menirukan bacaan tersebut. Setelah diulang lagi secara bersama, santri secara bergiliran menglang bacaan secara bergiliran, dan guru tahfidz mengoreksi bacaan santri. Santri yang lain juga melihat dan menyimak bacaan temannya. Dengan demikian, setiap santri berkesempatan untuk mencoba menerapkan bacaan sesuai dengan contoh guru tahfidz. Santri juga dapat melihat di mana letak kesalahan teman-temannya dalam pelafalan ayat yang akan dihafalkan.21 Talaqqi juga dijelaskan oleh Adi Setiawan selaku pengasuh sebagai berikut:

“Talqin merupakan cara mengafal dengan mendengarkan sesuatu yang akan dihafal. Pada lingkungan pesantren disebut dengan metode talaqqi, yaitu ustadz membacakan secara perlahan ayat-ayat yang akan dihafal santri. Setelah santri mendengar bacaan ustadz, mereka kemudian mengikuti bacaan tersebut mengulang bacaannya beberapa kali sehingga santri akan hafal ayat-ayat itu dengan baik.”22

20 Observasi,4 Februari 2023, Pondok Putra di PP. Al Mukhtar.

21 Observasi,28 Februari 2023, Pondok Putri di PP. Al Mukhtar.

22 Adi Setiawan,wawancara,31 Januari 2023,PP.Al Mukhtar

direktur. Ia mengatakan:

“Sudah sangat umum sekali kalau menirukan apa yang diucapkan oleh guru juga bisa memperkuat hafalan. Apa lagi dibaca secara lantang, suaranya keras dan jelas. Semacam melekatkan bacaan ke dalam memori melalui pendengaran kita dan melihat bagaimana gerak mulut, cara melafalkan huruf-huruf dalam ayat al-Qur’an dengan benar. Saya yakin semua orang masa kecilnya belajar berbicara dan membaca juga dengan cara meniru.”23

Selain itu Avika sebagai guru tahfidz juga menjelaskan lebih lanjut mengenai metode talaqqi sebagai berikut:

“Dalam menirukan bacaan gurunya, santri memperhatikan apa yang kita ucapkan. Dari cara membaca yang kita ajarkan. Bagaimana cara mengucapkan kata demi kata, tiap huruf memiliki tempat keluarnya masing-masing. Jika ada kendala tidak bisa melafalkan dengan benar maka kita latih secara rutin sampai bisa. Karena cara membaca satu huruf saja pasti akan digunakan seterusnya dalam mengafal.”24

Menurut Winda sebagai santri, dirinya merasa termotivasi dengan metode talaqqi, sebab di saat menirukan bacaan guru, dia mengetahui bagaimana cara melafalkan ayat dengan benar dan tepat. Makharijul huruf dan tajwidnya sangat jelas. Proses talaqqi yang pertama adalah guru membaca-santri mendengar, kemudian guru membaca-santri menirukan, selanjutnya guru dan santri membaca bersama-sama. 25 Dengan demikian para santri secara otomatis belajar satu ayat sebanyak tiga kali melalui metode talaqqi.

23 Nurseno, wawancara, 15 Maret 2023, PP.Al Mukhtar.

24Avika Nuryandani,wawancara,28 Februari 2023,PP.Al Mukhtar.

25 Winda Fina Karomah,wawancara, 1 Februari 2023, PP.Al-Mukhtar.

Dalam dokumen pembentukan karakter religius santri (Halaman 83-106)

Dokumen terkait