BAB 1 PENDAHULUAN
G. MetodePenelitian
5. ProsedurPengumpulan data
Dalam prosedur pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga macam metode yaitu:
1. Observasi
Tindakan observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh manusia dengan menggunakan panca indra seperti mata sebagai alat bantu utama selain itu alat bantu observasi lainnya yang digunakan yaitu telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu kegiatan observasi dapat disimpulkan, bahwa observasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan masalah yang peneliti kaji mengenai “Upaya Guru Dalam
Mengatasi Kekerasan Verbal Siswa (Studi Kasus Di Kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Pelajaran 2019/2020).23
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan suatu informasi dengan tujuan untuk melakukan suatu penelitian dengan cara bertatap muka antara si pewawancara dengan narasumber. Dalam melakukan suatu wawancara digunakan suatu alat bantu yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Ada dua jenis wawancara menurut Bogdan Bungin antara lain:
a. Wawancara terstruktur
Suatu wawancara yang pewawancaranya menerapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Hal ini ditujukan untuk mencari jawaban hipotesis
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara yang pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu atau dengan kata lain sangat tergantung dengan keadaan atau subyek. Dari dua jenis tekhnik wawancara ini, yang digunakan peneliti adalah tekhnik interview (wawancara) tersetruktur. Dimana dalam hal ini wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah yaitu untuk mengetahui bagimana upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal dan tujuan wawancara
23Ibid.,hlm.170.
dilakukan dengan kepala sekolah yaitu untuk mengetahui profil dan sejarah sekolah.
c. Dokumentasi
Merupakan suatu fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat – surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Dalam penelitian ini, yang peneliti gunakan untuk pengumpulan data yaitu data tertulis yang dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan data lokasi penelitianyang berkenaan dengan data guru, sarana, prasarana, dan data struktur SD Negeri 4 Mamben Lauk.24
6. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis hasil wawancara yang diperoleh, baik itu catatan lapangan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif, yaitu tekhnik yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena terhadap objek yang diteliti melalui data yang ada dan yang telah terkumpul dengan
24Imam Gunawan, Metode Penelitian KualitatifTeori & Praktik, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 176
memberikan perhatian atau merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyuluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Langkah – langkah analisis data dikutip dari buku Sugiyono diantaranya:
a. Reduksi data
Menurut Sugiyono reduksi data adalah merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan planya dengan kata lain, peneliti merangkum kembali data – data untuk memilih dan memfokuskan pada bagian yang penting dan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya.
b. Penyajian data
Adalah suatu kegiatan dalam mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan label atau lainnya.
c. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan atas data – data yang
telah diperoleh dari hasil wawancara dan observas, sehingga menjadi penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang ada.25
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif pengecekan keabsahan data sangat diperhatikan karena suatu hal untuk memberikan gambaran tentang kebenaran data yang peneliti temukan di lapangan.Dalam Pengecekan keabsahan data, peneliti menggunakan tehnik triangulasi. Triangulasi adalah suatu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal – hal (data) lain untuk pengecekan atau perbandingan data.26
Dalam pengelolaan triangulasi data yang digunakan pada penelitian ini adalah Triangulasi sumber, yang berarti mengecek kembali dan membandingkan suatu informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan wawancara, membandingkan dokumen yang berkaitan dengan apa yang dikatakan masyarakat sekitar, siswa dan semua rekan yang bertugas di tempat penelitian. 27Menurut Sugiyono, Triangulasi menggunakan tiga macam cara dalam pengecekan data, yaitu sumber, teknik, dan waktu.
a. Triangulasi sumber
Menurut patton Moloeng bahwa” triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
25Nuning Indah Pratiwi, “ Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi,”Jurnal, Vol. 1. Nomor 2, Agusutus 2017, hlm. 211
26Ibid., hlm.274
27Admizal, “ Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada SiswaKelas V Di Sekolah Dasar”, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar,Vol. 3, Nomor 1, June 2018, hlm. 170.
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang bebeda dalam penelitian kualitatif.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi ini menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda menurut Sugiyono, maka peneliti melakukan diskusi untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi atau dokumentasi, jadi teknik ini memastikan untuk mendapatkan data yang dianggap benar c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data dan triangulasi waktu menguji kredibilitas data dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang- ulang sehingga sampai menemukan kepastian data.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini, peneliti memaparkan penelitiannya kedalam empat bagian. Masing – masing bagian berisi pemaparan yang berbeda – beda.
Adapun pemaparan tersebut mencakup beberapa hal yaitu sebagai berikut 1. Pendahuluan
Pendahuluan dalam penelitian ini, dipaparkan mulai dari latar belakang, kemudian peneliti menguraikan rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian.Dan untuk memperkuat penelitian ini, peneliti juga memaparkan ruang lingkup beserta setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori dan metode penlitian yang digunakan.
2. Paparan Data dan Temuan
Paparan data dan temuan dalam hal ini, peneliti mengungkapkan keadaan SD Negeri 4 Mamben Lauk yang merupakan lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.Temuan itu berupa pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam upaya mengatasi kekerasan verbal antar siswa. Temuan ini merupakan hasil dari suatu penelitian yang akan dilakukan.
3. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini adalah bentuk – bentuk kekerasan verbal siswa dan upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di SD Negeri 4 Mamben Lauk.
4. Penutup
Setelah melakukan analisis data, maka peneliti mendapatkan hasil akhir berupa kesimpulan. Hasil kesimpulan dipaparkan setelah melakukan semua proses yang telah dipaparkan dari awal penelitian.
Kesimpulan akan memaparkan bentuk- bentuk kekerasan verbal yang terjadi antar siswa dan upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal
siswa. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran- lampiran yang memperkuat keaslian skripsi.
BAB II
PAPARAN DATA dan TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil SDN 4 Mamben Lauk:
a. Nama Sekolah: SD Negeri 4 Mamben Lauk b. Alamat:
1) Jalan : Jln. Jurusan Mamben Daya – Lendang Karang 2) Desa/ Kelurahan : Mamben Lauk
3) Kecamatan : Wanasaba 4) Kabupaten/ kota : Lombok Timur
5) Provinsi : Nusa Tenggara Barat 6) Kode pos : 83658
7) No. Telpon/ HP : 081 917 801087 c. Mulai Operasional : 1983/1984 d. Luas Tanah : -
e. Luas Bangunan : -
f. Status Tanah : Milik Pemda g. Status Bangunan : Milik Pemda h. Terakreditasi : B
2. Visi dan Misi SDN 4 Mamben Lauk Visi
“ unggul dalam prestasi yang berwawasa IMTAQ dan IPTEK”
Misi
a. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi dibidang IMTAQ dan IPTEK
b. Membentuk sumber daya manusia (SDM) yangaktif, kreatif, inovatif yang sesuai dengan perkembangan zaman.
c. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya dimasyarakat.28 3. Guru yang ada di SD Negeri 4 Mamben Lauk
Tabel 1.1:Nama – nama guru dan Pegawai SD Negeri 4 Mamben Lauk.
No Nama Jabatan
1 H. Makmun, S.Pd. SD Kepala Sekolah
2 Qudsiah, A.Ma.Pd. Guru kelas
3 Hadijah, S.Pd. Guru kelas
4 Hilwani, S.Pd. Guru kelas
5 Faizatur rohmi, S.Pd. Guru kelas
6 Suhaimi, S.Ag. Guru PAI
7 H. Zaidun Penjaga
8 Abdul Hanan TU/ OPS
9 Hazmi, S.Pd.I Gr. Bised
10 Maryani .Z, S.Pd.I Gr. Bised
11 Izzatil Ihmala, S.Pd.I Gr. Bised
12 Sahrul Aini, A.Ma Gr. Bised
13 Rohamah, S,Pd Gr. Bised
Sumber: Data personal SD Negeri 4 Mamben Lauk 29
28Dokumentasi, Visi dan Misi SD Negeri 4 Mamben Lauk (Mamben: 3 Agustus, 2020) 29Dokumentasi, Nama – nama Guru SD Negeri 4 Mamben Lauk (Mamben: 3 Agustus, 2020)
4. Keadaan Siswa
Secara kualitas keadaan siswa siswi di SD Negeri 4 Mamben Lauk dapat dikategorikan sebagai sekolah yang relatif bagus dan memadai sedangkan secara kuantitas siswa siswi SD Negeri 4 Mamben Lauk pada tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 197 siswa, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 1.2: Data siswa siswi SD Negeri 4 Mamben Lauk. 30
No. Kelas Jumlah
1. I 24
2. II 50
3. III 27
4. IV 25
5. V 33
6. VI 37
Jumlah seluruh siswa 197
5. Batas Wilayah
Sebelah utara : Berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah selatan : Berbatasan dengan perkebunan penduduk
Sebelah barat : Berbatasan dengan persawahan penduduk
Sebelah timur : Berbatasan dengan rumah penduduk 6. Masyarakat sekitar
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh yaitu keadaan masyarakat disekitar SD Negeri 4 Mamben lauk tidak meiliki pengaruh negatif terhadap para siswa siswi maupun terhadap proses jalannya pembelajaran, karena masyarakat yang ada disekitar lingkungan SD
30Dokumentasi, Dokumen Jumlah siswa SD Negeri 4 Mamben Lauk tahun pelajaran 2019/
2020 (Mamben Lauk 13 Juli 2020)
Negeri 4 Mamben Lauk di dominasi oleh masyarakat yang beragama islam. Meskipun letak sekolah tesrsebut berada ditengah – tengah lingkungan penduduk, hal ini dapat pula memberikan ketenangan belajar dengan adanya sikap toleransi antara pihak Sekolah dengan masyarakat.
Disamping sikap toleransi yang cukup tinggi antara pihak sekolah dengan masyarakat sekitar, dapat dikatakan pula bahawa masyarakat disekitar lingkungan sekolah cukup ramah dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan.
B. Bentuk - Bentuk Kekerasan verbal siswa di kelas III Sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di SD Negeri 4 Mamben Lauk, siswa sering melakukan kekerasan verbal antar sesama teman yang lainnya baik itu di ruang kelas maupun di sekitar lingkungan sekolah,hal ini terlihat dari catatan guru mengenai siswa yang mempunyai kasus serupa seperti sering mengejek temannya dan lain- lain.
Untuk memastikan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan guru di SDN 4 Mamben Lauk yang menyatakan bahwa:
“Menurut saya, di sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk ini sering terjadi kekerasan verbal antar siswa di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah di mana bentuk kekerasan verbal yang sering kita lihat disini seperti menyebut nama orang tua temannya dengan panggilan yang tidak sesuai, mencela warna kulit temannya, sering
mengolok- olok nama kakek nenek temannya sehingga dari masalah ini menimbulkan perkelahian antar sesama siswa”.31
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa, di SDN 4 Mamben Lauk kerap terjadi kekerasan verbal siswa termasuk di kelas III dalam hal ini kekerasan verbal merupakan suatu perilaku yang seharusnya tidak terjadi di kalangan siswa karena hal tersebut dapat mengganggu perkembangan mental siswa. Maka dari sinilah peran guru sangat dibutuhkan dalam upaya mengatasi kekerasan verbal siswa. Selanjutnya untuk menguatkan data dari hasil wawancara dengan guru kelas 1 terkait dengan kekerasan verbal siswa di kelas III SDN 4 Mamben Lauk, maka peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas III. Seperti yang di ungkapkan oleh wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk.bahwa :
“Jadi, di kelas III ini sering terjadi perkelahian siswa yang terjadi di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsusng itu semua disebabkan karena kekerasan verbal yang bersifat non fisik, dimana bentuk kekerasan verbal yang sering terjadi yaitu siswa siswi sering saling ejek di dalam kelas seperti menyebut nama orang tua temannya, meneriaki, merebut alat tulis temannya. Begitu juga di sekitar lingkungan sekolah ada saja siswa yang menangis karena disebabkan dengan kasus yang sama”. Jadi dari kasus ini tidak jarang ditemukan siswa yang menangis karena mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman nya32
31Wawancara dengan Faizatur rohmi guru kelas 1 SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
32Wawancara dengan Hadijah guru kelas 4 SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
Senada dengan itu, hasil wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SDN 4 Mamben Lauk juga menjelaskan kekerasan verbal di SDN 4 Mamben Lauk sebagai berikut:
“Menurut saya, kekerasan verbal khusunya yang bersifat non fisik memang kerap terjadi antar siswa seperti saling mengejek nama orang tua, merebut alat tulis temannya, meneriaki temannya dengan panggilan yang tidak enak di dengar hal tersebut di sebabkan karena pengaruh lingkungan yang paling utama, latar belakang masing- masing siswa yang berbeda- beda, maupun karakter dari setiap siswa yang berbeda”.33
Untuk menguatkan data di atas, peneliti mencoba mencari informasi dari salah satu guru yang juga menjelaskan terkait dengan kekerasan verbal siswa yang menyatakan sebagai berikut:
“iya kekerasan verbal pada siswa memang sering terjadi baik itu di dalam kelas maupun di sekitar lingkungan sekolah , tetapi ada salah satu siswa yang memang sering mendapat kekerasan verbal dari temannya sendiri, dimana siswa tersebut sering menangis di dalam kelas karena kerap di olok – olok nama ibu bapak nya dengan panggilan yang terkadang tidak enak didengar”.
Senada dengan itu hasil wawancara peneliti dengan wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk juga menjelaskan bagaimana perilaku siswa didalam kelas terhadap temannya sebagai berikut:
“Menurut saya, prilaku maupun sopan santun setiap siswa berbeda, sekarang siswa tidak merasa takut untuk ribut, maupun saling ejek
33Wawancara dengan Izzatil Ihmala guru kelas III SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
didalam kelas ketika pembelajaran berlangsung meskipun itu sudah diingatkan akan tetapi siswa masih saja ribut didalam kelas, bahkan terkadang mengganggu temannya sudah menjadi kebiasaan mereka baik didalam kelas maupun dilingkungan sekolah, dari kasus ini sering kita temukan siswa maupun siswi yang menangis karena tidak terima di olok – olok oleh temannya”.
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 7 September 2020 di kelas III SDN 4 Mamben Lauk, peneliti mengamati bentuk karakteristik kekerasan verbal pada siswa ketika pembelajaran di dalam kelas maupun pada saat jam istirahat. Bentuk karakteristik kekerasan verbal ini dilakukan oleh beberapa siswa diantaranya yaitu:
1. M, melakukan kekerasan verbal terhadap N, yaitu mengolok nama orang tua N, sehingga N merasa tersinggung bahkan menangis dengan perkataan M. karena N tidak terima nama orang tuanya di olok – olok dengan panggilan yang tidak enak di dengar selain itu N merupakan siswa yang pendiam dan rajin sedangkan M anaknya pemalas dan nakal. Ketika jam istirahat peneliti mengamati tingkah laku M kepada N, selama melakukan observasi peneliti melihat M sedang mengolok – olok N, M mengejek nama orang tua N dengan sebutan yang tidak seharusnya, tidak hanya mengolok nama orang tua M juga mengejek warna kulit N.
2. A, melakukan kekerasan verbal terhadap L dengan “mengolok – olok L tanpa alasan” , L merasa tidak nyaman dan merasa terganggu serta takut, karena L anaknya pemalu serta pendiam. Dilain hari peneliti kembali mengamati A mengolok – olok L, A meneriaki L dengan menyebut nama orang tua L dengan sebutan yang tidak seharusnya “ Ago, Ago” L merasa takut didalam kelas karena di ancam akan di pukul ketika pulang sekolah.
3. “I” Melakukan kekerasan verbal terhadap Z dengan mengolok – olok nama orang tuanya dan menajili Z, Z kerap di ejek oleh A, Z juga sering menangis karena tidak terima diejek oleh I selain itu Z merupakan anak pendiam.
Dari hasil wawancara dan pengamatan diatas peneliti dapat mengetahui bentuk dan karakteristik kekerasan verbal yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maupun pada jam istirahat di lingkungan sekolah yaitu kekerasan verbal non fisik berupa mengejek, mempermainkan barang temannya, meneriaki temannya,berkata jorok.
C. Upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk.
Segala upaya tentu telah dilakukan oleh semua guru untuk mencegah perilaku kekerasan verbal siswa di Sekolah.Di SDN 4 Mamben Lauk. Upaya yang dilakukan antara lain seperti penjelasan wali kelas III Sekolah SDN 4 Mamben Lauk yang mengatakan bahwa:
“Menurut saya selaku wali kelas III, untuk mengatasi siswa yang melakukan kekerasan verbal antara siswa dilingkungan sekolah yaitu biasanya kita panggil siswa yang bersangkutan kemudian kita catat nama siswa tersebut, kita mencari permasalahan antar siswa yang bersangkutan kemudian kita pertemukan siswa yang melakukan kekerasan verbal dengan siswa yang menjadi korban selanjutnya kedua siswa kita nasehati, dan kita suruh untuk berdamai agar siswa yang melakukan kekerasan verbal kepada temannya tidak lagi mengulangi perbuatannya kepada temannya dan supaya bisa menumbuhkan hubungan yang harmonis sesama siswa”.
.
Berdasarkan penjelasan dari wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk, guru harus bisa menangani perilaku kekerasan verbal supaya tidak terjadi lagi dikalangan siswa maupun siswi. Dalam hal ini, untuk menguatkan pendapat di atas peneliti mewawancarai wakil kepala Sekolah SDN 4 Mamben Lauk mengungkapkan bahwa:
“Menurut saya, untuk mengatsi kekerasan verbal siswa terlebih dahulu kita panggil siswa yang bersangkutan, kemudian kita tanya siswa tersebut secara baik – baik apa yang menyebabkan ia melakukan kekerasan verbal kepada teman nya, selain itu jika siswa tersebut terus menerus melakukan kekerasan verbal secara berulang kepada temannya kita sebagai pendidik disini perlu mengatahui latar belakang keluarga siswa yang bersangkutan, dengan cara melakukan pendekatan dengan siswa, mengatahui apakah ada pengaruh dari lingkungan tempat tinggal siswa sehingga berefek pada siswa tersebut dan melakukannya terhadap temannya di sekolah dan mengatahui apakah ada permasalahan siswa dengan keluarga”.34
Berdasarkan penjelasan dari wakil kepala Sekolah SDN 4 Mamben Lauk, Dalam hal ini untuk memperkuat penelitian ini, peneliti mencoba mewawancarai guru yang lainnya di SDN 4 Mamben Lauk yang mengatakan bahwa:
“Jadi menurut saya, untuk mengatasi kekerasan verbal tersebut dengan cara memberikan siswa – siswi nasehat, supaya tidak lagi
34Wawancara dengan Izzati Ihmala wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
mengolok – olok temannya, maupun mengejek nama orang tua temannya supaya tidak terjadi perkelahian”.
Untuk memperkuat lagi penelitian diatas, peneliti mencoba melakukan wawancara dengan kepala sekolah SDN 4 Mamben Lauk. Sebagai berikut:
“Mnurut saya, untuk membantu para guru – guru yang lainnya dalam mengatasi kekerasan verbal yaitu dengan cara menasehati paling utama, kemudian bila dengan cara menasehati tidak didengarkan maka kita sebagai pihak sekolah memanggil siswa yang bersangkutan ke ruang guru kemudian kita tanya penyebab ia melakukan kekerasan verbal kepada temannya dan bila diulangi secara terus menerus maka kita berikan sanksi yang sewajarnya dan jika diulangi kembali setelah diberikan sanksi maka kita panggil orang tua siswa tersebut”.
Sesuai dengan hasil pengamatan wali kelas, peneliti mengetahui tindakan wali kelas saat menangani siswa bermasalah diantaranya yaitu :
1. M, Wali kelas memanggil siswa yang bernama M, keruang guru dia dipanggil karena sering mengolok-olok N. Wali kelas mencatat permasalahan tersebut kedalam buku catatan guru. Setelah M, dipanggil selanjutnya wali kelas memanggil korban dari M, yaitu N. dipanggil supaya guru dapat mengklarifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga wali kelas mengetahui permasalahan yang terjadi. Selanjutnya guru mempertemukan kedua siswa tersebut untuk menanyakan kebenaran tentang permasalahan yang terjadi antara M dan N . Dan ternyata setelah siswa tersebut ditanya
mengenai masalah yang dilakukan M kepada N , wali kelas mendapatkan informasi dari N bahwa ternyata benar M mengolok-olok N. Guru / wali kelas memberikan nasehat kepada kedua siswa tersebut untuk tidak saling mengolok baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah supaya tidak terjadi perkelahian dan meminta kedua siswa tersebut untuk saling memafkan dan menyuruh siswa tersebut berjanji untuk tidak mengulangi kembali kekersan verbal kepada teman nya.
2. A , Wali kelas memanggil A, karena dia menjahili temannya yang bernama L, A di panggil supaya dapat mengklraifikasi permasalahan tersebut.
Setelah A, di panggil ternyata benar bahwa dia sering menjahili L, kemudian wali kelas mempertemukan mereka untuk di berikan nasehat supaya permasalahan tersebut tidak terulang lagi.
3. I, Wali kelas memanggil I karena dia sering mengolok temannya yang bernama Z, Wali kelas mencatat permasalahan tersebut kedalam buku catatan guru. Setelah I dipanggil selanjutnya wali kelas memanggil korban dari I yaitu Z. Z, dipanggil supaya guru dapat mengklarifikasi permasalahan yang permasalahan yang terjadi, sehingga wali kelas mengetahui permasalahan yang terjadi. Selanjutnya guru mempertemukan kedua siswa tersebut untuk menanyakan kebenaran tentang permasalahan yang terjadi. Dan ternyata benar bahwa I mengolok-olok Z. Akhirnya guru meminta kedua siswa tersebut untuk saling memafkan, dan berjanji untuk tidak mengulangi permasalahn tersebut.
Pada saat terjadi perilaku kekerasan verbal antar siswa, peneliti juga mengamati wali kelas ketika mengatasi perilaku kekerasan verbal. Pada saat itu ketika jam pelajaran berlangsusng dan pada saat jam istirahat peneliti melihat “ A” sedang mengolok-olok “L” dengan mengatakan
“Tarok, Ago-Ago”. disni peneliti melihat Wali kelas mengadapi “A” sebagai pelaku kekerasan verbal dengan sabar dan tidak langsung menyudutkan “A”, setelah itu wali kelas memanggil “A” secra baik – baik untuk diberikan nasehat dan mengarahkan pelaku pada hal yang positif untuk menumbuhkan hubungan harmonis siswa.
Dari hasil penelitian di atas peneliti dapat mengetahui upaya kepala sekolah dan guru kelas dalam mengatasi kekerasan verbal yang terjadi dilingkungan sekolah. Sehingga perilaku kekerasan verbal tidak terulang lagi pada saat proses pembelajaran maupun pada saat jam istirahat.
D.Terbentuknya perilaku kekerasan verbal siswa kelas III di SD Negeri 4 Mamben Lauk
Perilaku kekerasan verbal sering ditemukan dalam kehidupan sehari- hari bahkan dalam lingkungan sekolah tetapi tidak semua orang menyadari bahwa perilaku kekerasan verbal sering terjadi. Terbentuknya perilaku kekerasan verbal di SD Negeri 4 Mamben Lauk dapat diketahui peneliti saat melakukan wawancara bersama siswa dan wali kelas III, dari hasil pengamatan peneliti dapat mengetahui faktor yang melatar belakangi terbentuknya kekerasan verbal siswa diantaranya disebabkan oleh latar belakang keluarga yang tidak rukun,