i
UPAYA GURU DALAM MENGATASI KEKERASAN VERBAL SISWA (Studi Kasus di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/ 2020 )
Oleh Novi Hardianti NIM 160106173
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
ii
UPAYA GURU DALAM MENGATASI KEKERASAN VERBAL SISWA (Studi Kasus di Kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/ 2020 )
Skripsi
Di ajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Novi Hardianti NIM 160106173
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
vi
vii MOTTO
او وكي ْ أ ى سع م ْوق ْنم م ْوق ْرخ ْسي َ اونمآ نيذلا اهيأ اي
ْْ هْنم ارْيخ
“ Hai orang- orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok- olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok- olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok- olok. ( QS. Al – Hujuraat: 11) 1
1Departemen Agama RI. Al- Jumanatul Ali, Qur’an danTerjemahannya Surat Al – Hujuraat: 11 ( Bandung: CV. J-Art, 2005)
viii PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsi ini untu kalmamaterku,
semua guru dandosenku, serta orang tua kutercinta yang tiadahentinya memberiku semangat Kedua orang tuaku, ayah kutercinta Hijri, dan ibundaku tersayang Nurhayati, sebagai ungkapan terimakasih ananda yang sebesar- besarnya atas setiap tetesan, keringat, didikan, dan bimbingan, nasehat serta curhatan kasih sayang yang tidak henti- hentinya disetiap hembusan napasku. Baktiku serta pengorbanan apapun takkan bisa menggantikan jasa kalian, semoga Allah SWT membalas semuanya.
Buat Kakakku tersayang Nova Hermawati,S.Kep, terimakasih telah membimbing dan mendukungku, serta adekku tersayang Indra Saputa, semoga menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan Negara semoga sukses dalam menggapai cita-cita yang diimpikan.”
ix
KATA PENGANTAR
AlhamdulillahiRobbilalamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantia samelimpahkan dan rahmatnya dan hidayah-Nya. Serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul, “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kekerasan Verbal Siswa (Studi Kasus di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020),” Penyusun Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana strata satu (S-1) pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) MataramTahun 2020.
Dalam penyusunan Skripsi peneliti menyadari bahwa proses menyelesaikan Skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Rabiatul Adawiyah, MA. Sebagai Pembimbing 1 dan Bapak Ar.
Rasikh, M.Fi.I.I sebagai pembimbing II yang memberi bombing dan motivasi, dan koreksi mendetail, terus- menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya meluangkan waktu untuk membimbing peneliti.
2. Bapak Dr.Ahmad Sulhan, M.Pd.I sebagai Ketua Jurusan Guru Madrasah Ibtidaiyah;
3. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
x
4. Bapak prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang memberi tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu.
5. Kepada semua dosen yang ada di FakutasTabiyah dan keguruan UIN Mataram yang telah membagikan ilmu, nasehat, dan bimbingan selama menuntut ilmu di UIN Mataram,
6. Kepada Kepala Sekolah SDN 4 Mamben Lauk, Wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan guna terselesaikannya penelitian ini.
7. Semua rekan mahasiswa (kelas F angkatan 2016), terimakasih atas semua dukungan dan motivasi serta cerita yang takkan terlupakan.
Tidak ada yang dapat peneliti perbuat sebagai balas budi atas kebaikan kecuali hanyado’a semoga amal merek amendapat imbalan yang terbaik dari Allah SWT. Dan semoga ilmu yang peneliti terima ini dapat bermanfaat terutama bagi diri sendiri, dan bagi Masyarakat, Bangsa dan Agama. Amin Yarobbal Alamin.
Mataram, _______________
Penulis
Novi Hardianti NIM .160 106 173
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
NOTA DINAS PEMBIMBIN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 4
C. TujuandanManfaatPenelitian ... 5
D. RuangLingkupdanSettingPenelitian ... 6
E. TelaahPustaka ... 7
F. KerangkaTeori ... 9
1. KonsepDasarKekerasan Verbaldankarakteristikkekerasa9 verbal ... 9
2. Jenis- Jeniskekerasan verbal ... 14
3. Bentuk – BentukKekerasan Verbal ... 15
4. Dampakkekerasan verbal Dan Perkembangan Mental Anak .... 16
5. Upayapencegahan (Preventif ) Kekerasan Verbal ... 17
6. Upayamengatasikekerasan verbal ... 18
G. MetodePenelitian ... 20
1. Pendekatanpenelitian ... 20
2. KehadiranPeneliti. ... 20
3. LokasiPenelitian ... 21
4. Sumber Data ... 21
5. ProsedurPengumpulan data ... 22
6. Tekhnikanalisa data ... 24
7. Pengecekankeabsahan data ... 26
H. SistematikaPembahasan ... 28
BAB II Paparan Data danTemuan ... 29
A. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 29
B. Bentukkekerasan verbal siswa di kelas III SD Negeri 4 MambenLauk ... 32
C. Upaya guru dalammengatasikekerasan verbal siswa dikelas III SD Negeri 4 MambenLauk ... 35
xii
BAB III PEMBAHASAN ... 40
1. BentukKekerasan verbal siswa di kelas III SD Negeri 4 MambenLauk ... 4
2. Upaya general yang dilakukan guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa (Studi kasus di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020) ... 41
BAB IV PENUTUP ... 42
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.I Nama- nama guru danpegawai SD Negeri 4 MambenLauk …………
Table I.2 Data siswa- siswi SD Negeri 4 MambenLauk ………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 : Pedoman wawancara Kepala Sekolah SD Negeri 4 Mamben Lauk Lampiran2 : Pedoman wawancara dengan Guru SD Negeri 4 Mamben Lauk Lampiran 3: Foto Dokumentasi
Lampiran4: FotoWawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 4 Mamben Lauk
Lampiran5: FotoWawancara dengan Guru SD Negeri 4 Mamben Lauk.
xv
UPAYA GURU DALAM MENGATASI KEKERASAN VERBAL SISWA (Studi Kasus di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020)
Oleh Novi Hardianti
160 106 173 ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa dan jenis- jenis kekerasan vebal yang dilakukan siswa kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020 dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi kasus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan dalam beberapa tahap untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu, observasi, dokumentasi, wawancara mendalam. Sumber data berasal dari guru, siswa dan kepala sekolah dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.Tindakan kekerasan dalam penelitian ini merupakan tindakan kekerasan yang berupa kekerasan verbal yaitu jenis kekerasan yang berasal dari kata – kata seperti menghina, mengolok – olok dan berkata yang tidak seharusnya diucapkan.Secara ringkas hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa terjadinya tindak kekerasan pada siswa merupakan bagian dari tindakan sosial secara rasional yang bersifat afektif. Dalam hal ini tindak kekerasan yang dilakukan karena siswa pemikirannya masih labil sehingga dengan leluasa melakukan tindakan tersebut kepada temannya , bila tidak ditangani dengan baik tindakan ini akan berdampak pada pelaku dan korban kekerasan, sehingga upaya guru di sekolah sangat dibutuhkan untuk meminimalisir tindak kekerasan verbal adalah dengan cara pembinaan siswa dan penertiban siswa melalui tatatertib sekolah. .
Kata kunci: Guru, Kekerasan, Verbal, Sekolah dasar, Peserta didik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu faktor utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas.Pendidikan merupakan usaha dasar yang dengan segaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan dilakukan berbagai usaha.Dalam hal ini dapat terwujud di sekolah, yang disana terjadi interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar terjadi hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukasi yang memiliki tujuan tertentu. Interaksi antar guru dan siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar. Namun perlu digaris bawahi bahwa interaksi yang terjadi disini bukan hanya sekedar pemberian materi, namun penanaman sikap dan nilai pada diri siswa juga perlu ditanamkan.
Guru mempunyai tanggung jawab penuh pada siswa. Guru sendiri merupakan suatu jabatan profesi yang memerlukan keahlian kusus tidak semua orang yang pandai berbicara bisa disebut dengan guru, untuk menjadi guru diperlukan syarat khusus, terlebih untuk menjadi guru profesional harus menguasai seluk- beluk pendidikan dan pengajaran dalam berbagi ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Seorang guru harus mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal untuk menjadikan siswa untuk memiliki akhlak yang mulia.
Siswa merupakan salah satu penerus harapan bangsa, oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan supaya dapat menentukan prestasi dan produktifikasi siswa tersebut.Namun banyak masalah yang terjadi pada tahapan pendidikan siswa maka dari itu bimbingan dan konseling yang produktifitas sangat diperlukan untuk membentuk siswa kearah kemajuan supaya berguna dan bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa.2masalah yang sering terjadi yaitu kekerasan verbal saat ini sangat memperihatinkan bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menimba ilmu dan membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktik- praktik kekerasan verbal.3
Kekerasan verbal adalah perlakuan tidak menyenangkan yang dialami oleh siswa di sekolah.Pelaku kekerasan verbal pada umumnya teman sebaya, siswa yang lebih senior.kekerasan verbal muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan penghukuman, terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku, yaitu muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan dengan kemampuan efektif. Selain itu, dipengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami moving faster sehingga menimbulkan sikap instant solution atau jalan pintas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial- ekonomi pelaku.Sebagai guru atau orang tua pasti pernah
2Novan Ardy Wiyani, Save Our Childern from School Bullying( Jogjakarta, Jl. Anggrek 126 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Slman : Ar- Ruzz Media, 2012) hlm. 7
3 Ibid, hlm. 5
atau bahkan sering menyaksikan aksi sekelompok anak menertawakan dan mengolok – olok seorang anak lainnya dengan ejekan atau sebutan yang bersifat menghina.Peristiwa- peristiwa itu dapat kita temui di halaman sekolah, luar pagar sekolah (perjalanan dari rumah ke sekolah dan sebaliknya), lingkungan tempat tinggal, atau tempat anak- anak bermain.Perilaku mengolok - olok atau mengejek, terkesan biasa karena lazim terjadi.4
Berdasarkan studi pendahuluan hasil wawancara yang dilakukan guru di SDN 4 Mamben Lauk, didapatkan, “ bahwa masih ditemukan di kalangan siswa yang sering murung di dalam kelas, tidak percaya diri, bahkan ada yang terkadang malas ke sekolah, merasa takut untuk bergaul dengan teman sebayanya akibat kekerasan verbal sesama teman di lingkungan sekolah seperti siswa sering mengejek teman sebayanya, meneriaki teman di dalam kelas.5
Berdasarkan masalah tersebut, disini peran dari guru sekolah sangat dibutuhkan dalam mengatasi kekerasan verbal siswa.Peran seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, pendidik maupun pembimbing melainkan sebagai pelindung bagi siswanya dan harus melakukan tindakan preventif (pencegahan) terhadap masalah- masalah yang di akibatkan oleh kekerasan verbal sesama siswa. Peran guru disini senantiasa menggambarkan pola
4Niken Suryatmini, “ Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan,” (Jakarta : PT.Grasindo, 2016), hlm .2
5Jaja Suteja, “ Dampak kekerasan orang tua terhadap kondisi psikologis anak dalam keluarga,” Jurnal Vol. 1, Nomor 2, Desember 2019, hlm. 172
tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai kegiatan interaksinya baik dengan siswa yang terutama, sesama guru maupun dengan staf yang lain.
Pentingnya masalah yang diteliti oleh peneliti yaitu untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di SDN 4 Mamben Lauk. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang.” Upaya guru dalam mengatasi kekerasan vebalsiswa (Studi kasus di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan untuk dijadikan sebagai kajian pokok dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah jenis- jenis kekerasan verbal siswa kelas III di SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/ 2020?
2. Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di kelas III SDN 4 Mamben Lauk6 Tahun Ajaran 2019/2020?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui jenis-jenis kekerasan verbal siswa kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/ 2020.
b. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020.
6SDN 4 Mamben Lauk, Observasi 19 Agustus, 2020
2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoretis
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan informasi baru bagi peneliti serta dapat dijadikan sebagai kajian maupun pertimbangan dan tindak lanjut sebagai kebijakan, khususnya kebijakan yang berkenaan dengan upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa (Studi Kasus di kelas III SD Negeri 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/ 2020).
2. Dapat menjadi salah satu masukan bagi guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di kelas III SD Negeri 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/2020.
b. Secara Praktis
1. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam mengatasi kekerasan verbal siswa, sekaligus sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan pendidikan khususnya melalui upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam mengatasi kekerasan verbal siswa disekolah dasar sehingga dapat menumbuhkan semangat bagi para tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar tanpa adanya kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang segala yang terkait dengan kekerasan verbal khususnya pada upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa (Studi Kasus di Kelas III SD Negeri 4 Mamben Lauk Tahun Ajaran 2019/202).
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 4 ( empat) bulan, 1 bulan pengumpulan data, 1 bulan observasi , 1 bulan wawancara,1 bulan dokumentasi, dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SDN 4 Mamben Lauk, Kec.Wanasaba, Jlb. Labuan Lombok, Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun Pelajaran 2019/2020.
3. Setting penelitian
Setting penelitian dilakukan di SDN 4 Mamben Lauk, dengan melihat upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa. Selain itu di SDN 4 Mamben Lauk memiliki siswa yang beragam, baik dari latar belakang asal tempat tinggal dan perbedaan pola tingkah laku.Dan menjadikan tugas bagi sekolah SDN 4 Mamben Lauk terutama guru dalam mengatasi
kekerasan verbal siswa.SDN 4 Mamben Lauk merupakan salah satu sekolah yang berada di Desa Mamben Lauk dan dekat dengan lingkungan masyarakat.
E.Telaah Pustaka
Berdasarkan penelusuran penulis pada beberapa literatur, penulis menemukan beberapa sumber referensi yang cukup terkait dengan judul “ upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa” (Studi kasus di kelas III SDN 4 Mamben lauk Tahun Ajaran 2019/2020).Berikut diantara skripsi terkait yang relevan sebagai berikut.
1. Angle Mamesh, 2018, jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, dengan judul Hubungan Verbal Abuse ( kekerasan Verbal) Orang Tua dengan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di SD Inpres Tempok Kecamatan Temposo, penelitian pada skripsi tersebut lebih fokus pada perkembangan kognitif anak usia sekolah. Sedangkan persamaannya dengan penelitian sekarang yaitu sama – sama meneliti tentang kekerasan verbal..7
2. Anari Wahyu Utami, 2015, Jurusan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Studi mengenai tindak kekerasan verbal dan nonverbal oleh guru terhadap siswa sma negeri di surakarta tahun ajaran 2014/2015, penelitian ini memfokuskan tentang tindakan
7Angle Mamesah, “Hubungan Verbal Abuse orang tua dengan perkembangan kognitif pada anak usia sekolah di SD Inpres Tempok Kecamatan Tompaso.” Journal,Vol. 6 Nomor 2, November 2018, hlm. 2
kekerasan verbal dan non verbal. pada bebrapa penelitian terdahulu , para peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dan beberapa alat tes, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. sedangkan persamaannya dengan penelitian sekarang adalah sama meneliti tentang kekerasan verbal.
3. Wenny Wijayanti, 2019. dengan judul Persepsi Peserta Didik Terhadap Kekerasan Verbal oleh Guru di SMP se-Kota Madiun. penelitian ini memfokuskan persepsi siswa terhadap kekerasan verbal, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana hubungan persepsi peserta didik terhadap tindakan kekerasan verbal mempunyai hubungan yang signifikan. sedangkan persamaannya dengan penelitian sekarang adalah sama – sama meneliti tentang tindakan kekerasan verbal. .8
Dari beberapa telaah pustaka di atas, terdapat kesamaan variabel antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama- sama meneliti tentang kekerasa verbal (verbal abuse). Perbedaannya terletak pada metode, hasil, dan tempat penelitian, penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif dan deskriptif sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan penelitian kualitatif.
8Novi Indrayati, Gambaran Verbal Abuse Orang tua pada anak Usia Sekolah.”
Jurnal.Vol.2Nomor 1, Mei 2019.hlm. 12.
F.Kerangka Teori
1. Konsep dasar kekerasan verbal dan karakteristik kekerasan verbal a. Perkembangan Mental Anak
Adapun Perkembangan mental anak di bagi menjadi empat diantaranya yaitu:
1) Tahap sensori motorik (sensori motor stage )
Tahap ini merupakan tahap perkembangan yang dialami semenjak lahir hingga usia sekitar 2 tahun. Untuk anak pada tahap ini, yang utama adalah berpengalaman melalui berbuat dan sensori.
Sedangkan berpikirnya melalui perbuatan ( tindakan), gerak, dan reaksi yang spontan. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar,dan lain- lain. 9
2) Tahap per operasi (pre operational stage)
Tahap kedua perkembangan mental manusia dari Piaget adalah tahap pre operasi. Istilah “ operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain.
9Idrus Alhaddad, Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget Pada Konsep Kekekalan Panjang.”Jurnal. Vol. 1, Nomor 1, Februari 2012, hlm. 35- 3
3) Tahap operasi kongkrit ( concrete oreational stage)
Tahap ini merupakan tahap anak- anak sekolah dasar pada umumnya. Pada tahap ini, anak dapat memahami operasi ( logis) dengan bantuan benda- benda kongkrit. Yang dimaksud dengan bantuan benda- benda kongkrit disini adalah tindakan atau perbuatan mental mengenai kenyataan dalam kehidupan nyata.Anak tidak perlu selalu dengan bantuan benda- benda kongkrit ketika melakukan operasi.Akan tetapi ada kemungkinan, anak- anak masih kesulitan membuat generalisasi verbal dari contoh- contoh yang serupa.
4) Tahap operasi formal ( formal operational stage)
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget.Pada tahap ini, seorang siswa sudah dapat berpikir logis.
b. Pengertian dasar kekerasan verbal
Verbal abuse atau kekerasan verbal merupakan suatu bentuk prilaku kekerasan dari segi ucapan yang menimbulkan rasa sakit hati, perasaan atau secara psikis. Mengucapkan kata- kata kasar tanpa menyentuh fisik, memfitnah, mengancam, menakutkan, menghina atau membesar- besarkan kesalahan orang lain. Verbal abuse menyebabkan gejala tidak spesifik misalnya mengganggu
perkembangan kognitif agresif, konsep diri yang rendah, gangguan emosional dan kepribadian anti sosial.10
Kekerasan verbal (Verbal Abuse) adalah setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, menghina, mengintimidasi, rasist, seksis, homofobik, ageism atau menghujat.Termasuk membuat pernyataan sarkastik, menggunakan nada suara yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak diinginkan (Johnson, 2020).
(Erniwati & Fitriani, 2020), menyebutkan kekerasan verbal dilakukan melalui tutur kata yaitu membentak, memaki, menghina, mencemooh, meneriaki, memfitnah dan berkata kasar serta mempermalukan seseorang di depan umum dengan kata-kata kasar.
Selanjutnya (Huraerah, 2018), menyebutkan bahwa kekerasan verbal dilakukan dalam bentuk memarahi, memaki, mengomel dan membentak secara berlebihan, termasuk mengeluarkan kata-kata yang tidak patut diucapkan kepada anak.11
Tanpa disadari bahwa di lingkungan sekolah antar sesama siswa atau teman sebaya pernah melakukan kekerasan verbal. Salah satu bentuk kekerasan verbal yang sering dilakukan yaitu melalui kata - kata yang menyakitkan biasanya bermakna melecehkan kemampuan siswa yang menjadi korban, ucapan- ucapan bernada
10Novi Indrayati, “Gambaran Verbal Abuse Orang tua pada anak Usia Sekolah.” Jurnal.Vol. 2 Nomor 1, Mei 2019.hlm. 12.
11Edo Dwi Cahyo, Dkk, “Kekerasan Verbal (Verbal Abuse) Dan Pendidikan Karakter,”Jurnal,Vol. 3, Nomor 2, Tahun 2020, hlm. 250.
menghina dan merendahkan itu akan direkam dalam memori siswa yang menjadi korban. Semakin lama prilaku tersebut dilakukan, maka akan bertambah berat dan membuat siswa yang menjadi korban memiliki citra negatif.
Siswa yang sering mengalami kekerasan verbal di kemudian hari akan hilang rasa percaya dirinya. Bahkan hingga memicu kemarahannya, merencanakan untuk melakukan aksi balas dendam, dan berpengaruh terhadap caranya bergaul. Jika tindakan ini terus dilakukan dan tidak dapat di tangani dengan tepat maka akan berdampak terhadap perasaan siswa tersebut dan dapat mempengaruhi citra diri mereka.12
Perekembangan siswa akan terhambat jika mendapat perlakuan kejam (child abuse ) berkisar sejak pengabdian siswa (anak) sampai kepada pelecehan dan pembunuhan. Empat macam abuse yaitu emotional abuse, verbal abuse, physical abuse dan sexual abuse, perkembangankecerdasan kognitif anak akan terhambat jika mereka mengalami salah satu dari abuse ini, apalagi untuk menderita keempatnya sekaligus. Satu dari keempat yang dilakukan terus menerus akan menyebabkan siswa (anak) menderita gangguan psikologis.
12Bonita Muhammad, “ Kekerasan Verbal Pada Anak,” Jurnal., Vol. 12, Nomor 2, Desember 2019, hlm. 692
c. Karakteristik kekerasan verbal
Kekerasan verbal memiliki berbagai karakteristik, yaitu:
1. Kekerasan verbal sangatlah menyakitkan dan biasanya dilakukan oleh orang- orang terdekat korban yang memiliki kesempatan untuk melakukan kekerasan verbal, yaitu dimana korban akhirnya mempercayai pelaku bahwa ada sesuatu yang salah dari dirinya dan memulai merasa dirinya tidak berharga dan dirinya merupakan sumber masalah.
2. Kekerasan verbal mungkin terjadi dalam perilaku tidak tampak (cuci otak, komentar dengan pandangan- pandagan yang merendahkan korban).
3. Kekerasan verbal sangat manipulativ dan bertujuan untuk mengontrol korban, merupakan agresi tersembunyi akan membuat korban menjadi bingung dan akhirnya sangat mudah dikontrol dimana korban akhirnya mempercayai pelaku bahwa ada sesuatu. Walaupun cara melakukannya harus (korban dan brain washing) namun tetap saja ada tujuan utamanya adalah mengontrol dan memanipulasi.13
4. Kekerasan verbal membuat self esteem korban semakin menurut tanpa disadari oleh korban, yaitu dan semakin menarik diri dari
13Titik Lestari, Verbal Abus: Dampak Buruk dan solusi penanganan pada anak, ( Yogyakarta:
Psikosian, 2016),hlm.7
lingkungan sehingga korban akan mengubah perilakunya dan pasrah pada pelaku entahlah itu disadari atau tidak.
5. Kekerasan verbal ini mungkin akan semakin meningkat intensitas, frekuensinya dan variasinya. Kekerasan verbal mungkin diselubungi dengan gurauan sehingga tidaklah kentara namun melalui korban. Kekerasan verbal mungkin juga dilanjutkan dengan kekerasan fisik dimulai dengan kecelakaan kecil seperti melempar barang atau mendorong.
6. kekerasan verbal tidak dapat diprediksi, dalam kenyataannya terkadang pelaku memaki, bersikap kasar, mengeluarkan komentar pedas, menjatuhkan atau membandingkan dengan orang lain yang lebih baik .
2. Jenis- Jenis kekerasan verbal
Kekerasan verbal itu ada berbagai macam jenis diantaranya a. Menghina
Menghina merupakan suatu prilaku yang tidak sewajarnya dilakukan oleh para peserta didik terhadap sesama baik kepada guru, orang tua bahkan masyarakat maupun sesama teman sebaya.Tindakan menghina sendiri bisa berupa merendahkan misalnya dengan mengejek nama panggilan atau menuduh dengan kata bodoh kepada teman sebaya.14
14Annora Mentari Putri, dkk, “ Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak,”
Jurnal, Vol . 1, Nomor 1, Tahun 2012, hlm. 10.
b. Mengisolasi
Tindakan mengisolasi sendiri merupakan suatu prilaku yang bersifat untuk menjauhi teman baik seperti dalam bergaul misalnya melarang atau membatasi kebebasan dan kontak orang lain.
c. Penolakan
Tindakan penolakan sendiri merupakan suatu tindakan merendahkan terhadap siswa yang menjadi korban yang dapat menimbulkan rasa sakit hati maupun perasaan misalnya mengatakan bahwa dia tidak berguna mengakibatkan tidak menghargai perasaannya d. Menakuti
Tindakan menakuti sendiri merupakan suatu tindakan mengancam yang tidak boleh ditiru misalnya memaksa untuk melakukan sesuatu, mengajak pada tempat yang berbahaya.
3. Bentuk – Bentuk Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal menurut Nafizah dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a. Tidak sayang dan dingin, misalnya : menunjukkan sedikit atau tidak sama sekali sayang anak (seperti pelukan), kata-kata sayang.
b. Intimidasi bisa berupa : berteriak, menjerit, mengancam anak, mengomel, memarahi anak dan membentak anak.
c. Mengecilkan atau mempermalukan anak, tindakan ini dapat berupa merendahkan anak, mencela nama, membuat perbedaan negatif antar anak, menyatakan bahwa anak tidak baik, tidak berharga, jelek, atau sesuatu yang didapat dari kesalahan.
d. Kebiasaan mencela anak tindakan ini bisa dicontohkan : mengatakan semua yang terjadi adalah kesalahan anak.
e. Tidak mengindahkan atau menolak anak bisa berupa : tidak memperhatikan anak, memberi respon dingin, mengurung anak dalam kamar gelap, atau mengikat anak dikursi untuk waktu lama dan meneror.15
f. Dampak kekerasan verbal Dan Perkembangan Mental Anak
Dampak kekerasan verbal bukan menjadi sesuatu yang tak perlu diperhitungkan. Seperti yang dikemukakan oleh Baryadi dalam Harian Bernas bahwa dampak kekerasan verbal tidak kalah berbahaya dengan dampak kekerasan fisik. Kekerasan verbal tidak berdampak pada kerusakan fisik, tetapi berakibat pada luka psikis bagi korbannya. Oleh sebab itu, kekerasan verbal ini sering digolongkan juga pada kekerasan psikologis (psychological violence). Kekerasan verbal dapat menyebabkan ketidak stabilan suasana psikologis bagi penerimanya, seperti takut, kecewa, rendah diri, minder, patah hati, frustasi, tertekan (stress ), sakit hati, murung, depresi, gila, dan sebagainya.” sedangkan dampak psikologis kekerasan verbal pada anak adalah:
1. Anak menjadi tidak peka dengan perasaan orang lain, akibat verbal abuse anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak peka terhadap perasaan orang lain sehingga kata – kata cenderung kasar.
15Ibid., hlm. 251
2. Mengganggu perkembangan 3. Anak menjadi agresif
4. Gangguan emosi, verbal abuse mengakibatkan gangguan emosi pada perkembangan konsep diri yang positif.
5. Hubungan sosial terganggu
6. Rendahnya motivasi belajar,akibat verbal abuse yang berkepanjangan minat belajar anak akan berkurang dan perstasi belajarnya menurun.
7. bunuh diri, anak yang mendapatkan perkataan yang bernada negatif secara terus menerus maka mengakibatkan anak menjadi lemah mentalnya.
Dilihat dari dampak adanya kekerasan verbal tersebut, pendidikan sebagai garda terdepan untuk menghindarkan peserta didik dari kekerasan verbal, pendidikan sebagai garda terdepan untuk menghindarkan peserta didik dari kekerasan. Pendidikan menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka. Namum pada kenyataannya banyak yang tidak sejalan dengan idealisme pendidikan.Hal ini dapat dilihat dari moral para pelajar yang tidak lagi memiliki sopan santun, berkata kasar, dan sebagainya. Kasus - kasus kekerasan tersebut terjadi karena pada umumnya pembelajaran yang ada di sekolah lebih mengedepankan aspek kognitif(
tingginya nilai pelajaran yang diperoleh oleh peserta didik) dari pada aspek
afektif dan psikomotorik yaitu pada pembelajaran akhlak atau karakter para pesera didik.16
8. Upaya pencegahan (preventif) Kekerasan Verbal dan upaya mengatasi kekerasan verbal
a. Upaya Pencegahan (preventif) kekerasan verbal
Upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah, untuk menjaga kekerasan verbal sesama siswa supaya tidak terjadi kejadian yang tidak di inginkan. Dimana guru dapat membentuk atau membuat program preventif antara lain:17
1) Guru dapat melakukan bimbingan individu maupun bimbingan kelompok dengan memberikan pembinaan mental spiritual keagamaan, agar siswa memiliki keperibadian yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan bersusila
2) Bimbingan individu maupun kelompok perlu ditanamkan kepada siswa tentang kejujuran, kasih sayang terhadap sesama manusia, dan diberi penjelasan, jangan cepat berperasangka buruk yang dapat mengakibatkan timbulnya pertengkaran
3) Guru dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada siswa tentang bahaya prilaku kekersan verbal yang berupa mencaci, menghina, mencela sesama teman.
4) Guru perlu membangun kerja sama dengan orang tua.
16Wenny Wijayanti, Dkk. “ Perestasi Peserta Didik Terhadap Kekerasan Verbal,” Jurnal, Vol.
2, Nomor 2, November 2019, hlm. 83
17Rabiah Al Adawiah, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak,”Jurnal, Vol. 1, Nomor. 2 Juli 2015, hlm.281
b. Upaya mengatasi kekerasan verbal
Semakin maraknya kekerasan verbal yang dilakukan oleh setiap kalangan diera digital, semakin meresahkan masyarakat khususnya sebagian yang aktif sebagai pengguna media sosial. Mekera menjadi lebih berhati- hati dalam menggunakan media sosial agar tidak mendapat kecaman dari pada netizen oleh karean itu, agar tidak semakin menimbulkan banyak korban kekerasan verbal, perlu ada batasan- batasan atau pencehagan dalam perilaku tersebut. Upaya pencegahan ini perlu adanya tindakan yang serius baik dari pihak masyarakat, guru dan orang tua. Adapun upaya untuk mencegah perilaku kekerasan verbal:
1) Menghindari berita hoax
2) Menanamkan kebiasaan berperilaku baik sejak usia dini ( orang tua harus berhati- hati saat berbicara dihadapan anaknya).
3) Membuat iklan persuasi sebagai bentuk mempererat hubungan sosial
4) Membiasakan kritik yang positif 5) Menghargai privasi orang lain
6) Senantiasa menggunakan alat komunikasi secara profesional 7) Menjaga etika berkomunikasi
8) Menghindari konten berbentuk sara, serta rasis.18
9) Upaya mengatasi tindakan kekerasan verbal dengan menggunakan formulasi bahasa santun terhadap siswa.Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan verbal perlu adanyaformulasi hubungan orang tua terhadap anak, dan perlu diadakannya langkah – langkah sebagai berikut:
a) Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagiandari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kurangnya 4perhatian terhadap anak
b) Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkanmoral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anaktersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri.
c) Sesekali ajaklah berbicaradengan tutur kata yang lembut, ramah, dan bicaralah secara terbuka pada anakserta berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang.
Halini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik danmemberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadp anak, karena banyaksekali kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
18Fitriana Yuni, “ Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Orang Tua dalam Melakukan Kekerasan Verbal Terhadap Anak Usia Pra Sekolah “ Jurnal Psikologi Undip Vol. 14 Nomor 1 April 2015, hlm. 176
d) Ajarkan kepada anak untuk bersikap arif, bijaksana dan santun dalam berbahasa baik kepada orang tua, teman sebaya maupun di bawahnya dan selalu waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal.19
G.Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang berbicara tentang Upaya Guru dalam Mengatasi Kekerasan Verbal Siswa(Studi Kasus di Kelas III SDN 4 Mamben Lauk). Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata atau lisan dari orang – orang dan prilaku yang dapat diamati.Dengan menggunakan pendekatan penelitiandeskriptif kualitatif ini peneliti bermaksud untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang berhubungan dengan apa yang diteliti. Dalam penelitian menggunakan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa kata – kata, gambar dan bukan angka.20
2. Kehadiran Peneliti.
Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti dilapangan sangatlah berguna. Karena kehadiran peneliti merupakan alat pengumpul data utama dan mutlak diperlukan, karena hanya manusia sebagai alat yang dapat berinteraksi atau berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan
19Ibid.,hlm. 274.
20Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek”,Journal, Vol. 2, Nomor 2, Tahun 2013, hlm 6.
hanya manusia yang mampu memahami terkait dengan kenyataan yang dilapangan. Oleh karena itu, peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan dilapangan.21kehadiran peneliti ditempat penelitian harus terbuka dan menjelaskan maksud penelitian yang akan dilakukan kepada subyek yang akan diteliti sehingga peneliti dapat lebih bebas bertindak untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Mamben Lauk Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat 4. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berhubungan dengan fokus penelitian. Menurut Moloeng, Mendefinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dan tindakan yang dapat diamati22 Kehadiran peneliti disini sangat diperlukan, bahkan menjadi instrumen kunci dalam proses penelitian. Selain itu, kehadiran peneliti di tempat lokasi penelitian diperlukan karena pada akhir penelitian, peneliti sendiri yang akan menyimpulkan hasil penelitiannya dengan mendeskripsikan semua data yang ditemukan di lokasi penelitian yang berkenaan dengan masalah yang diteliti dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian
21Lexy J, Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 6
22Muhammad, Pardigma Kualitatif Penelitian Bahasa, ( Yogyakarta: Liebe Book press, 2010) hlm. 9.
itu dilakukan. Dalam melakukan penelitin, yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah:
a. Guru b. Siswa
c. Kepala Sekolah SD Negeri 4 Mamben Lauk, dan semua guru yang ada di SD Negeri 4 Mamben Lauk.
Sumber data dalam penelitian ini berperan sebagai informasi untuk memperoleh data dalam informasi di lokasi penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan data
Dalam prosedur pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga macam metode yaitu:
1. Observasi
Tindakan observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh manusia dengan menggunakan panca indra seperti mata sebagai alat bantu utama selain itu alat bantu observasi lainnya yang digunakan yaitu telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu kegiatan observasi dapat disimpulkan, bahwa observasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan masalah yang peneliti kaji mengenai “Upaya Guru Dalam
Mengatasi Kekerasan Verbal Siswa (Studi Kasus Di Kelas III SDN 4 Mamben Lauk Tahun Pelajaran 2019/2020).23
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan suatu informasi dengan tujuan untuk melakukan suatu penelitian dengan cara bertatap muka antara si pewawancara dengan narasumber. Dalam melakukan suatu wawancara digunakan suatu alat bantu yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Ada dua jenis wawancara menurut Bogdan Bungin antara lain:
a. Wawancara terstruktur
Suatu wawancara yang pewawancaranya menerapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Hal ini ditujukan untuk mencari jawaban hipotesis
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara yang pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu atau dengan kata lain sangat tergantung dengan keadaan atau subyek. Dari dua jenis tekhnik wawancara ini, yang digunakan peneliti adalah tekhnik interview (wawancara) tersetruktur. Dimana dalam hal ini wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah yaitu untuk mengetahui bagimana upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal dan tujuan wawancara
23Ibid.,hlm.170.
dilakukan dengan kepala sekolah yaitu untuk mengetahui profil dan sejarah sekolah.
c. Dokumentasi
Merupakan suatu fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat – surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Dalam penelitian ini, yang peneliti gunakan untuk pengumpulan data yaitu data tertulis yang dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan data lokasi penelitianyang berkenaan dengan data guru, sarana, prasarana, dan data struktur SD Negeri 4 Mamben Lauk.24
6. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis hasil wawancara yang diperoleh, baik itu catatan lapangan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif, yaitu tekhnik yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena terhadap objek yang diteliti melalui data yang ada dan yang telah terkumpul dengan
24Imam Gunawan, Metode Penelitian KualitatifTeori & Praktik, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 176
memberikan perhatian atau merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyuluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Langkah – langkah analisis data dikutip dari buku Sugiyono diantaranya:
a. Reduksi data
Menurut Sugiyono reduksi data adalah merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan planya dengan kata lain, peneliti merangkum kembali data – data untuk memilih dan memfokuskan pada bagian yang penting dan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya.
b. Penyajian data
Adalah suatu kegiatan dalam mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan label atau lainnya.
c. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan atas data – data yang
telah diperoleh dari hasil wawancara dan observas, sehingga menjadi penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang ada.25
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif pengecekan keabsahan data sangat diperhatikan karena suatu hal untuk memberikan gambaran tentang kebenaran data yang peneliti temukan di lapangan.Dalam Pengecekan keabsahan data, peneliti menggunakan tehnik triangulasi. Triangulasi adalah suatu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal – hal (data) lain untuk pengecekan atau perbandingan data.26
Dalam pengelolaan triangulasi data yang digunakan pada penelitian ini adalah Triangulasi sumber, yang berarti mengecek kembali dan membandingkan suatu informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan wawancara, membandingkan dokumen yang berkaitan dengan apa yang dikatakan masyarakat sekitar, siswa dan semua rekan yang bertugas di tempat penelitian. 27Menurut Sugiyono, Triangulasi menggunakan tiga macam cara dalam pengecekan data, yaitu sumber, teknik, dan waktu.
a. Triangulasi sumber
Menurut patton Moloeng bahwa” triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
25Nuning Indah Pratiwi, “ Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi,”Jurnal, Vol. 1. Nomor 2, Agusutus 2017, hlm. 211
26Ibid., hlm.274
27Admizal, “ Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial Pada SiswaKelas V Di Sekolah Dasar”, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar,Vol. 3, Nomor 1, June 2018, hlm. 170.
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang bebeda dalam penelitian kualitatif.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi ini menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda menurut Sugiyono, maka peneliti melakukan diskusi untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi atau dokumentasi, jadi teknik ini memastikan untuk mendapatkan data yang dianggap benar c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data dan triangulasi waktu menguji kredibilitas data dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang- ulang sehingga sampai menemukan kepastian data.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini, peneliti memaparkan penelitiannya kedalam empat bagian. Masing – masing bagian berisi pemaparan yang berbeda – beda.
Adapun pemaparan tersebut mencakup beberapa hal yaitu sebagai berikut 1. Pendahuluan
Pendahuluan dalam penelitian ini, dipaparkan mulai dari latar belakang, kemudian peneliti menguraikan rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian.Dan untuk memperkuat penelitian ini, peneliti juga memaparkan ruang lingkup beserta setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori dan metode penlitian yang digunakan.
2. Paparan Data dan Temuan
Paparan data dan temuan dalam hal ini, peneliti mengungkapkan keadaan SD Negeri 4 Mamben Lauk yang merupakan lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.Temuan itu berupa pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam upaya mengatasi kekerasan verbal antar siswa. Temuan ini merupakan hasil dari suatu penelitian yang akan dilakukan.
3. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini adalah bentuk – bentuk kekerasan verbal siswa dan upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa di SD Negeri 4 Mamben Lauk.
4. Penutup
Setelah melakukan analisis data, maka peneliti mendapatkan hasil akhir berupa kesimpulan. Hasil kesimpulan dipaparkan setelah melakukan semua proses yang telah dipaparkan dari awal penelitian.
Kesimpulan akan memaparkan bentuk- bentuk kekerasan verbal yang terjadi antar siswa dan upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal
siswa. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran- lampiran yang memperkuat keaslian skripsi.
BAB II
PAPARAN DATA dan TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil SDN 4 Mamben Lauk:
a. Nama Sekolah: SD Negeri 4 Mamben Lauk b. Alamat:
1) Jalan : Jln. Jurusan Mamben Daya – Lendang Karang 2) Desa/ Kelurahan : Mamben Lauk
3) Kecamatan : Wanasaba 4) Kabupaten/ kota : Lombok Timur
5) Provinsi : Nusa Tenggara Barat 6) Kode pos : 83658
7) No. Telpon/ HP : 081 917 801087 c. Mulai Operasional : 1983/1984 d. Luas Tanah : -
e. Luas Bangunan : -
f. Status Tanah : Milik Pemda g. Status Bangunan : Milik Pemda h. Terakreditasi : B
2. Visi dan Misi SDN 4 Mamben Lauk Visi
“ unggul dalam prestasi yang berwawasa IMTAQ dan IPTEK”
Misi
a. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi dibidang IMTAQ dan IPTEK
b. Membentuk sumber daya manusia (SDM) yangaktif, kreatif, inovatif yang sesuai dengan perkembangan zaman.
c. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya dimasyarakat.28 3. Guru yang ada di SD Negeri 4 Mamben Lauk
Tabel 1.1:Nama – nama guru dan Pegawai SD Negeri 4 Mamben Lauk.
No Nama Jabatan
1 H. Makmun, S.Pd. SD Kepala Sekolah
2 Qudsiah, A.Ma.Pd. Guru kelas
3 Hadijah, S.Pd. Guru kelas
4 Hilwani, S.Pd. Guru kelas
5 Faizatur rohmi, S.Pd. Guru kelas
6 Suhaimi, S.Ag. Guru PAI
7 H. Zaidun Penjaga
8 Abdul Hanan TU/ OPS
9 Hazmi, S.Pd.I Gr. Bised
10 Maryani .Z, S.Pd.I Gr. Bised
11 Izzatil Ihmala, S.Pd.I Gr. Bised
12 Sahrul Aini, A.Ma Gr. Bised
13 Rohamah, S,Pd Gr. Bised
Sumber: Data personal SD Negeri 4 Mamben Lauk 29
28Dokumentasi, Visi dan Misi SD Negeri 4 Mamben Lauk (Mamben: 3 Agustus, 2020) 29Dokumentasi, Nama – nama Guru SD Negeri 4 Mamben Lauk (Mamben: 3 Agustus, 2020)
4. Keadaan Siswa
Secara kualitas keadaan siswa siswi di SD Negeri 4 Mamben Lauk dapat dikategorikan sebagai sekolah yang relatif bagus dan memadai sedangkan secara kuantitas siswa siswi SD Negeri 4 Mamben Lauk pada tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 197 siswa, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 1.2: Data siswa siswi SD Negeri 4 Mamben Lauk. 30
No. Kelas Jumlah
1. I 24
2. II 50
3. III 27
4. IV 25
5. V 33
6. VI 37
Jumlah seluruh siswa 197
5. Batas Wilayah
Sebelah utara : Berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah selatan : Berbatasan dengan perkebunan penduduk
Sebelah barat : Berbatasan dengan persawahan penduduk
Sebelah timur : Berbatasan dengan rumah penduduk 6. Masyarakat sekitar
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti peroleh yaitu keadaan masyarakat disekitar SD Negeri 4 Mamben lauk tidak meiliki pengaruh negatif terhadap para siswa siswi maupun terhadap proses jalannya pembelajaran, karena masyarakat yang ada disekitar lingkungan SD
30Dokumentasi, Dokumen Jumlah siswa SD Negeri 4 Mamben Lauk tahun pelajaran 2019/
2020 (Mamben Lauk 13 Juli 2020)
Negeri 4 Mamben Lauk di dominasi oleh masyarakat yang beragama islam. Meskipun letak sekolah tesrsebut berada ditengah – tengah lingkungan penduduk, hal ini dapat pula memberikan ketenangan belajar dengan adanya sikap toleransi antara pihak Sekolah dengan masyarakat.
Disamping sikap toleransi yang cukup tinggi antara pihak sekolah dengan masyarakat sekitar, dapat dikatakan pula bahawa masyarakat disekitar lingkungan sekolah cukup ramah dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan.
B. Bentuk - Bentuk Kekerasan verbal siswa di kelas III Sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di SD Negeri 4 Mamben Lauk, siswa sering melakukan kekerasan verbal antar sesama teman yang lainnya baik itu di ruang kelas maupun di sekitar lingkungan sekolah,hal ini terlihat dari catatan guru mengenai siswa yang mempunyai kasus serupa seperti sering mengejek temannya dan lain- lain.
Untuk memastikan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan guru di SDN 4 Mamben Lauk yang menyatakan bahwa:
“Menurut saya, di sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk ini sering terjadi kekerasan verbal antar siswa di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah di mana bentuk kekerasan verbal yang sering kita lihat disini seperti menyebut nama orang tua temannya dengan panggilan yang tidak sesuai, mencela warna kulit temannya, sering
mengolok- olok nama kakek nenek temannya sehingga dari masalah ini menimbulkan perkelahian antar sesama siswa”.31
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa, di SDN 4 Mamben Lauk kerap terjadi kekerasan verbal siswa termasuk di kelas III dalam hal ini kekerasan verbal merupakan suatu perilaku yang seharusnya tidak terjadi di kalangan siswa karena hal tersebut dapat mengganggu perkembangan mental siswa. Maka dari sinilah peran guru sangat dibutuhkan dalam upaya mengatasi kekerasan verbal siswa. Selanjutnya untuk menguatkan data dari hasil wawancara dengan guru kelas 1 terkait dengan kekerasan verbal siswa di kelas III SDN 4 Mamben Lauk, maka peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas III. Seperti yang di ungkapkan oleh wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk.bahwa :
“Jadi, di kelas III ini sering terjadi perkelahian siswa yang terjadi di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsusng itu semua disebabkan karena kekerasan verbal yang bersifat non fisik, dimana bentuk kekerasan verbal yang sering terjadi yaitu siswa siswi sering saling ejek di dalam kelas seperti menyebut nama orang tua temannya, meneriaki, merebut alat tulis temannya. Begitu juga di sekitar lingkungan sekolah ada saja siswa yang menangis karena disebabkan dengan kasus yang sama”. Jadi dari kasus ini tidak jarang ditemukan siswa yang menangis karena mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman nya32
31Wawancara dengan Faizatur rohmi guru kelas 1 SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
32Wawancara dengan Hadijah guru kelas 4 SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
Senada dengan itu, hasil wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SDN 4 Mamben Lauk juga menjelaskan kekerasan verbal di SDN 4 Mamben Lauk sebagai berikut:
“Menurut saya, kekerasan verbal khusunya yang bersifat non fisik memang kerap terjadi antar siswa seperti saling mengejek nama orang tua, merebut alat tulis temannya, meneriaki temannya dengan panggilan yang tidak enak di dengar hal tersebut di sebabkan karena pengaruh lingkungan yang paling utama, latar belakang masing- masing siswa yang berbeda- beda, maupun karakter dari setiap siswa yang berbeda”.33
Untuk menguatkan data di atas, peneliti mencoba mencari informasi dari salah satu guru yang juga menjelaskan terkait dengan kekerasan verbal siswa yang menyatakan sebagai berikut:
“iya kekerasan verbal pada siswa memang sering terjadi baik itu di dalam kelas maupun di sekitar lingkungan sekolah , tetapi ada salah satu siswa yang memang sering mendapat kekerasan verbal dari temannya sendiri, dimana siswa tersebut sering menangis di dalam kelas karena kerap di olok – olok nama ibu bapak nya dengan panggilan yang terkadang tidak enak didengar”.
Senada dengan itu hasil wawancara peneliti dengan wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk juga menjelaskan bagaimana perilaku siswa didalam kelas terhadap temannya sebagai berikut:
“Menurut saya, prilaku maupun sopan santun setiap siswa berbeda, sekarang siswa tidak merasa takut untuk ribut, maupun saling ejek
33Wawancara dengan Izzatil Ihmala guru kelas III SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
didalam kelas ketika pembelajaran berlangsung meskipun itu sudah diingatkan akan tetapi siswa masih saja ribut didalam kelas, bahkan terkadang mengganggu temannya sudah menjadi kebiasaan mereka baik didalam kelas maupun dilingkungan sekolah, dari kasus ini sering kita temukan siswa maupun siswi yang menangis karena tidak terima di olok – olok oleh temannya”.
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 7 September 2020 di kelas III SDN 4 Mamben Lauk, peneliti mengamati bentuk karakteristik kekerasan verbal pada siswa ketika pembelajaran di dalam kelas maupun pada saat jam istirahat. Bentuk karakteristik kekerasan verbal ini dilakukan oleh beberapa siswa diantaranya yaitu:
1. M, melakukan kekerasan verbal terhadap N, yaitu mengolok nama orang tua N, sehingga N merasa tersinggung bahkan menangis dengan perkataan M. karena N tidak terima nama orang tuanya di olok – olok dengan panggilan yang tidak enak di dengar selain itu N merupakan siswa yang pendiam dan rajin sedangkan M anaknya pemalas dan nakal. Ketika jam istirahat peneliti mengamati tingkah laku M kepada N, selama melakukan observasi peneliti melihat M sedang mengolok – olok N, M mengejek nama orang tua N dengan sebutan yang tidak seharusnya, tidak hanya mengolok nama orang tua M juga mengejek warna kulit N.
2. A, melakukan kekerasan verbal terhadap L dengan “mengolok – olok L tanpa alasan” , L merasa tidak nyaman dan merasa terganggu serta takut, karena L anaknya pemalu serta pendiam. Dilain hari peneliti kembali mengamati A mengolok – olok L, A meneriaki L dengan menyebut nama orang tua L dengan sebutan yang tidak seharusnya “ Ago, Ago” L merasa takut didalam kelas karena di ancam akan di pukul ketika pulang sekolah.
3. “I” Melakukan kekerasan verbal terhadap Z dengan mengolok – olok nama orang tuanya dan menajili Z, Z kerap di ejek oleh A, Z juga sering menangis karena tidak terima diejek oleh I selain itu Z merupakan anak pendiam.
Dari hasil wawancara dan pengamatan diatas peneliti dapat mengetahui bentuk dan karakteristik kekerasan verbal yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maupun pada jam istirahat di lingkungan sekolah yaitu kekerasan verbal non fisik berupa mengejek, mempermainkan barang temannya, meneriaki temannya,berkata jorok.
C. Upaya guru dalam mengatasi kekerasan verbal siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri 4 Mamben Lauk.
Segala upaya tentu telah dilakukan oleh semua guru untuk mencegah perilaku kekerasan verbal siswa di Sekolah.Di SDN 4 Mamben Lauk. Upaya yang dilakukan antara lain seperti penjelasan wali kelas III Sekolah SDN 4 Mamben Lauk yang mengatakan bahwa:
“Menurut saya selaku wali kelas III, untuk mengatasi siswa yang melakukan kekerasan verbal antara siswa dilingkungan sekolah yaitu biasanya kita panggil siswa yang bersangkutan kemudian kita catat nama siswa tersebut, kita mencari permasalahan antar siswa yang bersangkutan kemudian kita pertemukan siswa yang melakukan kekerasan verbal dengan siswa yang menjadi korban selanjutnya kedua siswa kita nasehati, dan kita suruh untuk berdamai agar siswa yang melakukan kekerasan verbal kepada temannya tidak lagi mengulangi perbuatannya kepada temannya dan supaya bisa menumbuhkan hubungan yang harmonis sesama siswa”.
.
Berdasarkan penjelasan dari wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk, guru harus bisa menangani perilaku kekerasan verbal supaya tidak terjadi lagi dikalangan siswa maupun siswi. Dalam hal ini, untuk menguatkan pendapat di atas peneliti mewawancarai wakil kepala Sekolah SDN 4 Mamben Lauk mengungkapkan bahwa:
“Menurut saya, untuk mengatsi kekerasan verbal siswa terlebih dahulu kita panggil siswa yang bersangkutan, kemudian kita tanya siswa tersebut secara baik – baik apa yang menyebabkan ia melakukan kekerasan verbal kepada teman nya, selain itu jika siswa tersebut terus menerus melakukan kekerasan verbal secara berulang kepada temannya kita sebagai pendidik disini perlu mengatahui latar belakang keluarga siswa yang bersangkutan, dengan cara melakukan pendekatan dengan siswa, mengatahui apakah ada pengaruh dari lingkungan tempat tinggal siswa sehingga berefek pada siswa tersebut dan melakukannya terhadap temannya di sekolah dan mengatahui apakah ada permasalahan siswa dengan keluarga”.34
Berdasarkan penjelasan dari wakil kepala Sekolah SDN 4 Mamben Lauk, Dalam hal ini untuk memperkuat penelitian ini, peneliti mencoba mewawancarai guru yang lainnya di SDN 4 Mamben Lauk yang mengatakan bahwa:
“Jadi menurut saya, untuk mengatasi kekerasan verbal tersebut dengan cara memberikan siswa – siswi nasehat, supaya tidak lagi
34Wawancara dengan Izzati Ihmala wali kelas III SDN 4 Mamben Lauk, 14 Septermber, 2020
mengolok – olok temannya, maupun mengejek nama orang tua temannya supaya tidak terjadi perkelahian”.
Untuk memperkuat lagi penelitian diatas, peneliti mencoba melakukan wawancara dengan kepala sekolah SDN 4 Mamben Lauk. Sebagai berikut:
“Mnurut saya, untuk membantu para guru – guru yang lainnya dalam mengatasi kekerasan verbal yaitu dengan cara menasehati paling utama, kemudian bila dengan cara menasehati tidak didengarkan maka kita sebagai pihak sekolah memanggil siswa yang bersangkutan ke ruang guru kemudian kita tanya penyebab ia melakukan kekerasan verbal kepada temannya dan bila diulangi secara terus menerus maka kita berikan sanksi yang sewajarnya dan jika diulangi kembali setelah diberikan sanksi maka kita panggil orang tua siswa tersebut”.
Sesuai dengan hasil pengamatan wali kelas, peneliti mengetahui tindakan wali kelas saat menangani siswa bermasalah diantaranya yaitu :
1. M, Wali kelas memanggil siswa yang bernama M, keruang guru dia dipanggil karena sering mengolok-olok N. Wali kelas mencatat permasalahan tersebut kedalam buku catatan guru. Setelah M, dipanggil selanjutnya wali kelas memanggil korban dari M, yaitu N. dipanggil supaya guru dapat mengklarifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga wali kelas mengetahui permasalahan yang terjadi. Selanjutnya guru mempertemukan kedua siswa tersebut untuk menanyakan kebenaran tentang permasalahan yang terjadi antara M dan N . Dan ternyata setelah siswa tersebut ditanya