• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pulau Lombok

Dalam dokumen Harga dan Prinsip Pembiayaan Syariah (Halaman 72-75)

1. Kondisi Geografi, Tata Ruang dan Demografi

Lombok merupakan salah satu pulau yang berada di bagian tenggara wilayah Indonesia. Berada di sebelah timur pulau Bali dan kini menjadi lokasi yang sangat terkenal sebagai salah satu destinasi wisata. Secara geografis, Pulau Lombok merupakan pulau yang sangat eksotis. Panorama alam Lombok sangat variatif, ada pegunungan yang menawan, pantai yang elok, hingga area persawahan dan ladang hijau yang menghampar. Keindahan alam itulah yang menjadi daya tarik para wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Sebelum peristiwa bencana alam gempa bumi melanda pulau ini, kegiatan pariwisata berlangsung sangat lancar dan berkembang dengan pesat. Di bulan Juli hingga Desember biasanya merupakan puncak kegiatan turisme.

Secara administratif pemerintahan, Pulau Lombok terbagi dalam empat kabupaten dan satu kotamadya. Empat kabupaten itu adalah Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan untuk kotamadya adalah Kota Mataram. Kota Mataram adalah Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sarana infrastruktur, terutama jalan-jalan protokol, terbangun dengan apik.

Jalan-jalan aspal yang mulus menghubungkan satu kota dengan kota lainnya. Tidak heran bila lalulintas orang dan barang dapat berjalan dengan lancar. Pelabuhan berada di bagian Barat dan Timur Lombok. Pelabuhan di bagian Barat melayani penyeberangan ke Bali dan Jawa. Sedangkan pelabuhan yang ada di bagian Timur melayani penyeberangan ke Pulau Sumbawa, wilayah yang juga merupakan satu provinsi dengan Lombok.

Denyut nadi perekonomian masyarakat disokong tidak hanya oleh transportasi darat dan laut, tetapi juga transportasi udara. Lombok memiliki bandara bertaraf internasional yang diberi nama BIL (Bandara Internasional Lombok). Bandara yang

78 terletak di wilayah Lombok Tengah ini setiap hari melayani ribuan penumpang dan sebagian besar turis dari dan menuju Lombok. Dengan pembangunan yang terus meningkat, Lombok menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang bukan hanya untuk kepentingan wisata yang sifatnya temporal, tetapi juga untuk investasi dan bahkan menetap tinggal di wilayah ini dalam jangka waktu yang lama. Berbagai sarana hunian seperti hotel, cottage, villa menjamur di Lombok Barat dan Lombok Utara. Para pemilik modal besar-besaran menggelontorkan investasinya di sektor pariwisata. Tidaklah mengherankan bila kemudian pulau Lombok menjelma menjadi destinasi wisata dunia. Bahkan kemajuan dan popularitas Lombok semakin meningkat sejak tahun 2015, ketika Lombok ditetapkan sebagai World’s Best Halal Tourism Destination and the World’s Best Halal Honeymoon Destination.

Meningkatnya popularitas Lombok dari sisi pariwisata, memberi dampak berikutnya yaitu berupa peningkatan jumlah penduduk di pulau seluas 4.725 km2. Warga yang mendiami pulau ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Warga yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, budaya dan agama yang berbeda membentuk komunitas baru yang multikultur di pulau Lombok. Kedatangan banyak orang yang masuk ke wilayah Lombok secara tidak langsung berpengaruh terhadap hubungan sosial diantara warganya. Pola relasi dan komunikasi antar warga berlangsung secara dinamis dan sering kali berkelindan dengan kondisi modal sosial.

2. Kehidupan Sosial Keagamaan

Dari aspek sosial keagamaan, mayoritas penduduk Lombok memeluk agama Islam. Islam telah dipeluk masyarakat Lombok sejak ratusan tahun yang lalu. Hanya saja, masyarakat tergolong heterogen. Baik heterogen dari sisi agama maupun dari sisi etnis. Heterogenitas warga seperti inilah yang menjadikan kota-kota di Pulau Lombok, terutama Kota Mataram tergolong sebagai kota multikultur. Di Kota Mataram, ibu kota provinsi NTB, kondisi masyarakatnya terdiri atas beragam agama dan etnis. Di kota ini tinggal komunitas muslim, hindu, kristen, katolik, budha, konghucu. Dari sisi komposisi etnis, ada etnis Sasak (etnis asli Lombok), etnis Jawa, Bali, Arab, Mbojo, Melayu dan lain sebagainya.

Relasi antarwarga berlangsung secara aman dan harmonis. Perbedaan etnis dan agama yang ada di masyarakat tampaknya tidak berpengaruh terhadap relasi sosial antarwarga. Relasi sosial yang berlangsung secara harmonis ini dimungkinkan terjadi mengingat adanya modal sosial (sosial capital) yang terjaga dengan baik.

Modal sosial, seperti diketahui, dapat terjaga dan terawat dengan baik setidaknya karena empat hal, yaitu, norma-norma (norms), kepercayaan (trust), tradisi timbal balik (reciprocity) dan ikatan antarwarga (civic engagement). Keempat hal inilah yang menyokong berkembangnya harmoni antar warga pulau Lombok. Norma-norma yang berkembang di masyarakat yang ikut menjaga kohesi dan harmoni sosial banyak ragamnya. Norma, pada kondisi tertentu, dapat dinyatakan sebagai kesepakatan sosial tersebut sebagaian ada yang tertulis dan sebagian tidak tertulis. Secara umum, paling tidak ada tiga norma yang ikut merawat kohesi sosial, yaitu norma agama, norma adat dan norma hukum.

Dari sisi norma agama, dapat dilihat secara langsung bahwa masyarakat Lombok sebagian besar beragama Islam. Nilai-nilai Islam menjadi ruh dan terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat Lombok baik secara personal maupun

79 sosial. Nuansa islami bahkan sangat terlihat jelas dalam dinamika masyarakat yang mendiami pulau berjuluk Pulau Seribu Masjid ini. Julukan atau sebutan seribu masjid menggambarkan banyaknya masjid, jumlahnya sebenarnya bisa beribu, yang didirikan oleh masyarakat di Pulau Lombok. Taufan Hidjadz seorang dalam risetnya yang dibukukan dengan judul Lombok, Negeri Beribu Masjid, menyebutkan bahwa jumlah masjid di pulau Lombok hampir mencapai 9 (sembilan) ribu buah. Tafan menyatakan bahwa dari 518 desa kantong hunian di Lombok terdapat 3.676 masjid desa yang besar (jami’) dan 5.184 masjid dusun dengan ukuran lebih kecil. Jika ditotal, menurut Taufan, jumlah masjid di Lombok mencapai 8.951 masjid atau hampir 9 ribu masjid. Masih seputar masjid, Taufan menyatakan bahwa masjid merupakan sentra bagi pemukiman masyaraka Lombok. Terbentuknya struktur ruang budaya Sasak karena determinasi hubungan ruang dengan kegiatan terpola dari kehidupan sehari-hari yang dijalani. Dilandasi oleh cara pandang masyarakat terhadap dunia (worldview) berbasis Islam yang menjadi way of life. Dengan demikian masjid menjadi orientasi tata kehidupan masyarakat muslim Lombok.

Selain masjid, banyak sekali institusi pendidikan Islam seperti madrasah dan pondok pesantren. Pendirian masjid, madrasah dan pesantren sebagaian besar dilakukan secara swadaya dan swadana. Masyarakat secara langsung bergotong royong mendirikan ketiga sarana ibadah tersebut. Jumlah masjid, madrasah dan pondok pesantren bertambah setiap tahun. di Mataram dan Lombok Barat misalnya, hampir tiap bulan bangunan masjid berdiri. Fenomena semacam ini menjelaskan kepada kita bahwa nuansa keislaman sangat tinggi di kalangan masyarakat Lombok.

Nuansa keagamaan juga semakin terasa terutama pada saat perayaan hari besar keagamaan, seperti perayaan maulid, ramadhan, ied al-fitri, ied al-ad}h}a, isra’ mi’raj dan lainnya. Jamaah haji asal Pulau Lombok juga terbilang sangat banyak.

Antusiasme masyarakat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima sangat luar biasa.

Daftar antrean untuk bisa berangkat ke tanah suci bahkan bisa mencapai lebih dari 20 tahun.

Dari paparan mengenai kondisi sosial keagamaan seperti yang diungkap di atas, dapat dinyatakan bahwa norma-norma agama menjadi salah satu unsur modal sosial yang berpengaruh dalam relasi sosial antar warga. Selain norma agama, norma adat juga memberi kontribusi pembuka dalam membangun dan menjaga relasi dan harmoni antar warga. Norma budaya yang mewujud dalam sejumlah aturan tak tertulis dan kebiasaan-kebiasaan yang telah mentradisi dalam masyarakat memberi panduan dan preseden bagi warga dalam menjaga hubungan baik dengan tetangga mereka.

Diantara norma ada yang mendasari pola relasi antar warga adalah adanya peraturan kesepakatan di kalangan warga Lombok yang dikenal dengan sebutan awiq-awiq.

Kepercayaan (trust) juga menjadi salah satu unsur penting dalam interaksi sosial antarwarga. Tanpa kepercayaan rasanya sulit berkembang hubungan antar warga secara alami dan terbuka. Dengan kata lain bahwa berkembangnya relasi yang positif antarwarga disumbang oleh berkembangnya sikap saling percaya. Sikap saling percaya yang terbangun dengan baik inilah yang kemudian memberi kontribusi bagi berlangsungnya modal sosial berikutnya yaitu reciprocity. Reciprocity (saling) di Lombok menurut Suprapto dan Miftahul Huda, dapat dilihat dalam tradisi saling. Ada sejumlah tradisi seperti saling ngejot (saling antar makanan), saling pelangarin (saling bertakziyah, mengantar jenazah bila ada keluarga yang meninggal), saling ayon

80 (saling membantu), saling besila (saling mengundang bila ada tetangga yang sedang punya hajatan/begawe) dan berbagai tradisi saling lainnya. Semua tradisi yang disebutkan menurt Suprapto dan Miftahul Huda memberi kontribusi penting bagi terpeliharanya sikap saling membantu gotong royong dan berbagai hubungan lain.1

Berbagai unsur modal sosial seperti yang diuraikan di atas memberi andil bagi terciptanya civic engagement (ikatan antar warga) di pulau Lombok. Hal itu dapat dilihat dari pola komunikasi dan relasi antar warga yang berlangsung secara harmoni dan damai. Kedamaian seperti itulah yang secara umum terlihat di hampir semua wilayah di Pulau Lombok. Berbagai perbedaan identitas baik etnis, agama, suku dan lain-lain tidak menjadi penghalang bagi berkembangnya ikatan antara warga.

Beberapa ketegangan dan konflik memang sering terjadi, seperti konflik atau ketegangan antar kampung, ketegangan di kalangan remaja, ketegangan antar aliran keagamaan. Sesuai dengan nama dan penyebabnya konflik yang terjadi sangat beragam. Hanya saja, sejauh ini konflik-konflik tersebut dapat diatasi dnegan relatif baik.

Seperti diuraikan di awal bab ini, sebagai daerah tujuan wisata, masyarakat Lombok tergolong terbuka. Berbagai etnis, suku bangsa, baik dari dalam maupun luar negeri silih berganti mengunjungi Lombok. Hal itu berarti dari sisi tingkat keterbukaan masyarakat Lombok sangat terbuka dengan aneka ragam budaya.

Persingungan budaya di antara warga berlangsung secara dinamis. Model keterbukaan seperti ini menjadikan masyarakat Lombok sebagai masyarakat yang tidak tertutup alias eksklusif. Kebiasaan berjumpa, berinteraksi dengan komunitas lain menjadikan masyrakat Lombok tidak mudah kaget dengan budaya (culture shock).

B. Geliat Bisnis Perumahan

Dalam dokumen Harga dan Prinsip Pembiayaan Syariah (Halaman 72-75)