BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
3. Quantum Teaching
Pembelajaran Model quantum teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktekkan quantum teaching diruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Bobby De Porter (Fathurrohman, 2015: 179) menjelaskan penerapan metode quantum teaching merupakan konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.
Quantum teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi, dan sampai sejauh mana mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran.
Colin Rose (Fathurrohman, 2015: 179) juga berpendapat bahwa quantum teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha megakomodasi setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser music yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan memengaruhi kehidupan murid, guru seolah-olah memimpin konser saat berada diruang kelas.
Adapun tujuan quantum teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sementara perioritas adalah tahapan- tahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar dengan memadukan berbagai unsurnya dan melakukan pengubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai tujuan. Quantum teaching diturunkan dari quantum learning.
Adapun prinsip quantum teaching adalah sebagai berikut : a. Segalanya berbicara.
b. Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
c. Segalanya bertujuan. Semuanya yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karna itu, Kathy Wagone (Fathurrohman, 2015:180) membuat istilah yang memotivasi: “tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.
d. Pengalaman sebelum pemberian nama. Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karna itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
e. Akui setiap usaha. Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar dari kenyaman. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson (Fathurrohman, 2015: 180) bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif.
f. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kebalikan kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dyrden (Fathurrohman, 2015: 180) berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.
Aplikasi quantum teaching dapat dinamakan dengan tandur. tandur ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. tandur merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Adapun model quantum teaching terdiri atas dua tahap yaitu : a. Tahap Pertama (Konteks)
Tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi didalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada 4 aspek yang harus dipersiapkan, sebagai berikut. 1) Suasana, 2) Landasan, 3) Lingkungan, dan 4) Rancangan.
Wena (2013: 163-164), menjelaskan kategori konteks model pembelajaran quantum teaching dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kategori Konteks Model Pembelajaran Quantum Teaching
No.
Model Pembelajaran
Konteks
Penerapan Dalam PBM
1. Lingkungan Hal ini berkaitan dengan penataan ruang kelas seperti penataan meja kursi belajar, pencahayaan, penataan media pembelajaran, gambar/poster pada dinding kelas, tanaman di kelas, penataan alat bantu mengajar (media audiovisual). Semua yang ada di dalam kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif.
2. Suasana Hal ini terkait dengan penciptaan suasana batin siswa saat belajar. Lingkungan fisik kelas yang menyenangkan belum tentu bisa menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondisif. Oleh karana itu, seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
3. Landasan Merupakan kerangka kerja yang harus dibangun dan disepakati bersama antar guru dan murid.
Landasan ini mencakup (1) tujuan yang sama, (2) prinsip- prinsip dan nilai-nilai yang sama, (3) keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar, dan (4) kesepakatan, kebijakan prosedur dan peraturan yang jelas.
4. Rancangan Hal ini terkait dengan kemampuan guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan media dalam pembelajaran.
Berdasarkan definisi yang dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran quantum teaching adalah sebuah model pembelajaran yang berupaya memaksimalkan seluruh aktivitas, potensi,
sarana-prasarana, dan interaksi yang ada di dalam dan di luar momen belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna, efektif dan efisien, suatu perencanaan pembelajaran terarah yang membuat nuansa belajar menyenangkan dengan memadukan unsur seni, sehingga menimbulkan interaksi pembelajaran yang dinamis untuk menciptakan prestasi belajar yang tinggi.
b. Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua atau isi merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang meliputi 1) Presentasi, 2) Fasilitas, 3) Keterampilan belajar, 4) Keterampilan hidup.
Isi adalah sesuatu yang akan disampaikan oleh guru, maksudnya apa yang akan gurukatakan dalam menyiapkan materi atau info yang akan disampaikan.
Mengunakan strategi yang dibutuhkan peserta didik untuk bertanggung jawab atas apa yang peserta didik pelajari, penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar, dan ketrampilan hidup. Penggunaan bahasa tubuh sebagai media penyampaian mulai dari postur, kontak mata, ekspresi wajah sampai gerakan tubuh. Hal-hal tersebut, berkaitan dengan keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran (Bobbi De Porter dkk, 2012: 36).
Berdasarkan hal tersebut, tercipta rancangan langkah-langkah metode quantum teaching dikenal dengan singkatan TANDUR yang merupakan kepanjangan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.
Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi metode quantum teaching. Wena (2013: 165-166) menjelaskan langkah-langkah metode quantum teaching dalam table 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Metode Quantum Teaching
No. Rancangan Penerapan Dalam PBM
1. Tumbuhkan Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaran pengajar harus berusaha menumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya dan kehidupannya.
2. Alami Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang diajarkan. Demikian pula pengalaman siswa sebelumnya, akan bermakna bagi guru dalam mengajarkan konsep-konsep yang berkaitan.
3. Namai Namai mengandung makna bahwa panamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan mampu memuaskan hasrat alami otak untuk memberi identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan.
4. Demonstrasi Demonstrasikan berarti bahwa memberi peluang pada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan siswa. Kegiatan ini akan dapat menigkatkan hasil belajar siswa.
5. Ulangi Ulangi berarti bahwa proses pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu yakin terhadap kemampuan siswa. Pengulangan harus dilakukan secara mulitmodalitas, dan multikeceradasan.
6. Rayakan Rayakan mengandung makna pemberian penghormatan kepada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. Dengan kata lain perayaan berarti pemberian umpan balik yang positif kepada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian, pemberian hadiah, atau bentuk lainnya.
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan model quantum teaching yaitu (1) menumbuhkan minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran (tumbuhkan);
(2) memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar dengan percobaan (alami); (3) membimbing siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan informasi, fakta atau rumus yang ditemukan (namai); (4) memberi kesempatan kepada siswa untuk memaparkan hasil percobaan yang telah dilakukan(demonstrasi); (5) mengarahkan siswa untuk mengulangi pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam suatu persoalan supaya memperkuat koneksi saraf dalam pemahaman konsep (ulangi); dan (6) memberikan perayaan sebagai feedback positif terhadap usaha siswa selama proses pembelajaran (rayakan).