BAB II URGENSI MEMPELAJARI AYAT-AYAT
C. Rahasia Memahami Ayat Perumpamaan dalam al-Qur‟an
Ada empat rahasia untuk memahami ayat-ayat perumpamaan dalam al-Qur‟an, yaitu; senantiasa menjaga diri dengan kesucian, memiliki kemampuan berpikir logis yang kuat, menguasai bahasa Arab, dan memiliki penguasaan ilmu Balaghah yang memadai.
Pertama, senantiasa menjaga diri dengan kesucian. Seorang muslim wajib berusaha mencari rezeki halal dan makan makanan bergizi tinggi.
Ada enam ayat dalam surat yang berbeda dalam al-Qur‟an, tetapi redaksinya hampir sama dan memiliki tujuan yang satu, yaitu orang beriman berjuang memperoleh makanan dengan proses yang halal dan jika memakan makanan diutamakan makanlah makanan bergizi tinggi berupa manna wa al-salwa (unsur manna berarti sesuatu yang manis, mengandung karbohidrat yang berasal dari frukosa dan glukosa, seperti
18Rosihan Anwar, Samudera al-Qur’an (Bandung Pustaka Setia, 2001), hlm.
109.
madu dan buah kurma, sedangkan unsur salwa berarti mengandung protein yang berfungsi memperlancar metabolisme tubuh, dan vitamin utama bisa diperoleh melalui telur ayam kampung, ayam kampung, burung puyuh, burung dara, dan sejenisnya). Untuk memahami secara jelas dan luas masalah sumber karbohidrat dan protein dalam perspektif al-Qur‟an dapat membaca tulisan Yayun Mu‟tasimah.19 Adapun tujuan akhir mencari rezeki halal agar kita menjadi orang yang suci seperti sucinya (halalnya) makanan yang masuk ke perut kita. Bukankah Allah sudah menegaskan dalam firmanNya pada surat al-Waqi‟ah ayat 77-79 bahwa al-Qur‟an adalah bacaan yang sangat baik dan mulia dan orang yang menyentuh, membaca, mengkaji, dan menganalisisnya adalah orang-orang yang menjaga kesucian dirinya. Allah berfirman sebagai berikut:
ٞمي ِر َ ك ٞ
نا َء ۡر ُ ق َ
ل ۥ ه ُ َّ
ن ِإ ٖنو ن ُ ۡ .
ك َّم ٖبَٰ َ ط ِك ي ِ ف
َ . نو ُر َّه ي ُم َ ۡ
لٱ َّ
لٗ ِإ ٓۥ ُه ُّس َمَي َّ
لٗ
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur‟an ini adalah bacaan yang sangat mulia. Dalam kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al-Waqi‟ah/56: 77-79).20
Kedua, memiliki kemampuan berpikir logis yang kuat. Pada umumnya, di akhir ayat-ayat dalam al-Qur‟an banyak Allah menggunakan kata kerja aktif untuk mengajak manusia kafir dan utamanya orang beriman agar selalu menggunakan otaknya untuk berpikir secara serius. Secara umum pada awal ayat, Allah memberikan informasi masalah keberadaan matahari, bulan, bintang, burung di udara, ikan di laut, tumbuh-tumbuhan di gunung dan persawahan, diri manusia, dan hal-hal yang berkaitan dengan gaib dan abstrak, kemudian di akhir ayat menyuruh manusia berpikir, merenung, menganalisis, dan membuktikannya. Misalnya, Allah berfirman dalam surat ar-Ra‟du ayat 3 tentang penciptaan bumi, gunung, sungai, dan buah-buahan yang berpasang-pasangan, yang semuanya itu menjadi bahan pemikiran dan pengkajian bagi manusia. Bunyi ayatnya sebagai berikut:
َل َو َج ِتَٰ َر َم َّ
ثلٱ ِّل ُ
ك ن ِم َو ۖ ا ار َٰ َه ۡ
ن َ
أ َو َ ي ِ ش َٰ َو َر ا َهي ِف َل َو َج َو َضۡر َ ۡ لٱ َّ
د َم ي ِذ َّ
لٱ َو ُ
َّ ه َو نلٱ َلۡي َّ
لٱ ي ِ ش ۡ غ ُي ۖ ِ ۡ يَن ۡ
ثٱ ِ ي َج ۡو ۡ َ ز ا َهي ِف را َه ٖۚ َ
َ نو ُر َّ
ك َ ف َ
ط َي ٖم ۡو َقِّل ٖتَٰ َي ٓ َ ل َ
ك ِلَٰ َ ذ ي ِ ف َّ
ن ِإ
19Yayun Mu’tasimah, Makanan Baik dalam Persektif al-Qur’an (Malang: Media Nusa Creative, 2015), hlm. 40-63.
20Departemen Agama RI., al-Qur’an...., hlm. 784.
Artinya: “Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung- gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar-Ra‟du/13: 03).21
Ketiga, menguasai bahasa Arab. Penguasaan bahasa Arab hukumnya wajib bagi umat Islam karena banyak bacaan dalam bahasa Arab yang setiap saat menggunakannya, seperti kita berzikir pada Allah selalu pakai bahasa Arab, seperti lafadz La Ilaha Illa Allah. Kemudian jika kita menunaikan shalat wajib, kita juga wajib menggunakan bahasa Arab.
Demikian juga, apabila saudara kita yang bersin wajib dijawab dengan bahasa Arab pula. Bahkan lebih mendesak lagi, jika kita disuruh mendoakan ibu atau bapak yang sudah meninggal, wajib kita tahu penempatakan kata ganti ha atau hu. Bila mayatnya perempuan, maka gunakan kata ganti ha pada lafadz Allahumma gafir laha. Sebaliknya, jika mayatnya laki-laki, maka pakai kata ganti hu, pada lafadz Allahumma gafir lahu. Sama halnya jika saudara kita yang bersin berjenis kelamin perempuan, maka wajib kita menjawabnya dengan lafadz „yarhamuki Allah, dan bila saudara kita yang laki-laki bersin, maka kita wajib menjawab dengan lafadz „yarhamuka Allah. Kelihatannya ribet, tetapi ajaran Islam mengharuskan kita pintar memahami dan menggunakan bahasa Arab pada kejadian tertentu, apalagi dua lafadz yang harus diucapkan itu mengandung doa keselamatan bagi yang hidup dan yang sudah meninggal dunia.
Adapun berkaitan dengan ayat-ayat perumpamaan dalam al- Qur‟an, sudah pasti banyak kalimat yang memiliki ketidak-teraturan gramatika. Sering ditemukan, di dalam konteks ayat itu tidak jelas pelakunya (fa’il) dan tersembunyi, kadang obyeknya (maf’ul) juga tidak jelas, dan kadang dhomirnya silih berganti. Mengingat banyaknya perubahan kata kerja lampau (fi’il madhi) menjadi kata kerja bentuk sekarang (fi’il mudhori’) atau perubahan kata kerja (masdar) menjadi kata benda dengan segala derivasinya menjadikan bahasa Arab semakin kompleks, namun jika dipahami secara cermat, maka akan diketahui bahwa sebetulnya bahasa Arab mudah dipelajari, dipahami dan dikuasai sepanjang kita memahami secara ringkas dasar-dasar penting dalam ilmu nahwu dan sarah. Dengan bekal memahami bahasa Arab yang memadai,
21Ibid., hlm. 336.
insya Allah kata demi kata yang kelihatan musykil (sulit dipahami dan tidak teratur), akan terurai oleh kemampuan menguraikan mana fa’il, fi’il, dan maf’ul dalam sebuah kalimat pendek dan panjang. Kita harus mengakui, bahasa Arab memiliki keunggulan dari semua bahasa.
Maklum bahasa Arab adalah bahasa al-Qur‟an atau bahasa yang dipilih oleh Allah karena memiliki kelebihan dan kemudahan yang dipahami oleh semua otak manusia. Dalam surat Yusuf ayat 2, Allah menjelaskan demikian:
َٰ َ ن ۡ
ل زن َ َ أ ٓ
ا َّ
َ ن ِإ نو ُ
ل ِق ۡو َ ت ۡم ُ
ك َّ
ل َو َّ
ل ا اّي ِب َر َع اًنَٰ َءۡرُق ُه
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf/12: 02).22
Dengan demikian, untuk memahami rahasia di balik ayat-ayat perumpamaan dalam al-Qur‟an wajib hukumnya semua orang beriman belajar dan menguasai bahasa Arab, sebab hanya dengan menguasai gramatika dan kosakata, maka insya Allah melalui hidayah Allah akan terkuat pesan-pesan alegoris bersifat bathiniyah (asetoris) di balik makna dhohir. Untuk itu, bahasa Arab merupakan sin quanun bagi masyarakat muslim di seluruh penjuru dunia Islam, terutama yang sudah aqil balig.
Keempat, memiliki penguasaan ilmu Balaghah yang memadai.
Secara umum, ilmu Balaghah (retorika) adalah cabang ilmu yang biasanya dipelajari oleh mahasiswa yang mengambil jurusan satra Arab.
Sementara dalam ilmu Balaghah, terdapat tiga kajian keilmuan yaitu ilmu maani, badi’ dan bayani. Ketiga jenis konten ilmu Balaghah tersebut, ilmu bayani lebih banyak digunakan dalam memahami ayat-ayat perumpamaan, karena berkaitan dengan tasybih, ada at-tasybih, musyabbah bih, dan wajhu as-sabbah. Semua istilah terakhir ini erat kaitannya dengan persamaan istilah dalam ayat perumpamaan, seperti kata maśal berfungsi sebagai alat untuk menyamakan kedua obyek yang diperbandingkan, sementara kata adat at-tasybih juga berfungsi sebagai istilah yang menyamakan obyek-obyek yang diperbandingkan.
Dengan demikian, bagi orang beriman khususnya yang hendak mendalami ayat-ayat perumpamaan dalam al-Qur‟an wajib mempelajari ilmu Balaghah secara seksama agar berbagai macam teks ayat perumpamaan dalam al-Qur‟an yang memiliki susunan bahasa atau kata demi kata dan istilah yang sangat unik, asing, penuh misteri, dan
22Ibid., hlm. 317.
terkesan aneh dan tidak logis. Namun jika ditelusuri, direnungkan secara mendalam, dipikirkan secara matang, dianalisis secara komprhensif, maka akan terbuka rahasia kata, kalimat, dan istilah yang semula tampak tidak memiliki hubungan sama sekali, berubah menjadi kata, kalimat, dan istilah yang memiliki hubungan yang indah, saling memperkuat, logis, obyektif, menarik, bahkan memperkuat keyakinan kita bahwa apa yang dijelaskan dalam ayat perumpamaan tersimpan pesan alegoris yang sangat menakjubkan bagi orang yang berpikir. Orang itu akan mengatakan, oh begitu maksudnya. Maklum yang menyusun kalimat tersebut adalah Yang Maha Perkasa. Memang harus diakui, gaya bahasa dan kalimat yang tersusun dalam ayat-ayat perumpamaan adalah gaya bahasa simbol dan kalimatnya kadang tidak jelas mana subyek dan obyek tetapi tampak susunannya indah, padat, dan menarik. Akhirnya, dengan memenuhi kualifikasi berbagai unsur untuk membuka rahasia di balik ayat-ayat perumpamaan, maka akan terungkap pesan alegoris yang mengagumkan dan menakjubkan bagi orang-orang yang berpikir serius (ulul albab).
D. Kedudukan Ayat Perumpamaan dalam Ayat