BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Tinjauan Teori
2. Refocusing APBD
Secara etimologi (asal kata), pengertian refocusing anggaran adalah memusatkan atau memfokuskan kembali anggaran. Sedangkan secara terminologi refocusing anggaran adalah memusatkan atau memfokuskan kembali anggaran untuk kegiatan yang sebelumnya tidak dialokasikan melalui mekanisme perubahan anggaran dengan cara menggeser, mengalihkan, memindahkan anggaran dari kegiatan sebelumnya ke kegiatan lainnya (KBBI).
Menurut (Silalahi & Ginting, 2020) refocusing anggaran ini juga diperlukan untuk mengurangi asumsi anggaran untuk pendapatan dan pemerintah juga dapat mengurangi pengeluaran pada belanja-belanja tertentu misalnya pengeluaran untuk perjalanan dinas, belanja rapat, bimbingan teknis, penyuluhan dan sejenisnya harus dialihkan pada penanganan Covid 19 yaitu biaya perjalanan dinas dan biaya belanja modal anggaran, pada dasarnya merupakan perwujudan dari rencana operasional pemerintah dan dalam kondisi tertentu anggaran dapat diubah (Jaweng et al., 2020).
Refocusing anggaran berpusat dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Indonesia (APBN) dilanjutkan ketingkat daerah yang di sebut dengan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Indonesia (APBD). Dasar hukum APBN telah di atur di dalam UUD 1945 dalam bab VIII undang-undang dasar 25 1945 amandemen IV pasal 23 yang mengatur tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN). Secara garis besar struktur APBN di bagi menjadi:
a. Pendapatan negara dan hibah b. Belanja negara
c. Keseimbangan primer d. Surplus/defisit anggaran e. Pembiayaan
(Puspasari, 2020) menegaskan kriteria pemangkasan APBD yaitu
a. Merasionalkan pengeluaran barang dan jasa dan belanja modal serta belanja pegawai dan belanja lainnya masing-masing minimal sebesar 50%
b. Pemerintah daerah melakukan upaya rasionalisasi belanja daerah dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan memberikan toleransi total rasionalisasi belanja barang/jasa dan belanja modal minimal 35%.
c. Menurunnya aktivitas masyarakat merupakan dampak penurunan PAD yang ekstrem
d. Tingkat pandemi Covid 19 di masing-masing daerah yang perlu segera mendapatkan penanganan dengan anggaran yang memadai e. Penggunaan hasil rasionalisasi belanja daerah untuk dialokasikan
untuk pencegahan atau penanganan Covid 19, jaring pengaman sosial dan pemulihan perekonomian di daerah.
Direktorat Jenderal Anggaran menyampaikan pentingnya pemahaman dan semangat yang sama kepada Kementerian/Lembaga dalam melaksanakan Refocussing dan Realokasi Belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2021 sesuai yang tercantum pada SE Nomor S-30/MK.02/2021. Pendanaan kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme revisi anggaran secara cepat, sederhana dan akuntabel. Untuk memudahkan perencanaan kegiatan, koordinasi pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi kegiatan, termasuk pergeseran antara unit organisasi, antar fungsi dan/atau antar program dalam
penanganan pandemi Covid 19, pengalokasian dana penanganan Covid 19 dilakukan berdasarkan klasifikasi akun khusus Covid 19. (Lestyowati Jamila, 2020)
Refocusing anggaran dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di Tahun Anggaran (TA) 2021 merupakan salah satu upaya yang telah diwujudkan secara konkret melalui penggunaan Dana Bagi Hasil (DBH) yang dioptimalkan untuk mendukung penanganan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi serta penggunaan minimal sebesar 8% dari Dana Alokasi Umum (DAU) untuk vaksinasi Covid 19 dan insentif tenaga kesehatan daerah (Inakesda).
“Pemerintah Daerah diharapkan dapat mempercepat penyerapan anggaran guna memanfaatkan APBD dalam membantu masyarakat, Usaha Kecil Menengah (UKM), dan penanganan Covid 19. Hal ini dapat diimplementasikan melalui anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sesuai kewenangan masing-masing Pemda,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam acara Economic Talk yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam dengan tajuk “Pemulihan Ekonomi Nasional melalui Inovasi Pemerintah Daerah dalam Penanganan Pandemi Covid 19” secara virtual. (Limanseto, 2021).
Refocusing dan Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid 19 sendiri, fokus pengaturan lebih menitiktekankan upaya realokasi anggaran yang sebelumnya diperuntukkan untuk selain penanganan Covid 19 yang kemudian diubah
fokus pada upaya mempercepat penanganan Covid 19. Hal ini menjadi sangatlah penting mengingat Covid 19 menjadi salah satu kejadian yang sangat luar biasa. Maka secara substansi jika kita meninjau dari konsep kepentingan masyarakat refocusing anggaran menjadi suatu hal yang keharusan (Inpres Nomor 4 tahun 2020).
Percepatan tahapan refocusing dalam penanganan Covid 19 di Kabupaten Barru dilakukan melalui optimlisasi belanja tidak langsung yang wajib diprioritaskan terhadap sektor kesehatan masyarakat, seperti sarana dan prasarana kesehatan, perekrutan tenaga medis dan tempat isolasi. Selain itu Pemda didorong untuk terus melakukan monitoring serta optimalisasi kegiatan yang diharapakan dapat memberi stimulus bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kapasitas penanganan Kesehatan terhadap dampak Kesehatan, Ekonomi dan Pengamanan Sosial.
Dalam ketentuan refocusing dan realokasi Anggaran pada Pemerintah Daerah, ada penjabaran rincian anggaran yang harus diubah, yaitu penyesuaian target pendapatan daerah dan rasionalisasi belanja. Namun, dalam melakukan langkah antisipasi dan penanganan dampak penularan Covid 19, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dengan pembebanan langsung pada belanja tidak terduga yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. Apabila belanja tidak terduga tersebut tidak mencukupi, maka Pemerintah Daerah menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program dan
kegiatan lainnya serta pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan dan/atau memanfaatkan uang kas yang tersedia.
Jika dilihat dari aspek kebijakan penganggaran, maka setiap regulasi yang disusun pemerintah tentunya berbasiskan anggaran. Hal ini tidak terlepas dari substansi bahwa terdapat pengaturan yang khusus terkait Refocusing anggaran yang dibuat pemerintah yaitu Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid 19, akan tetapi setiap regulasi yang dibuat pemerintah tentunya telah berbasiskan kebutuhan anggaran.
Dalam perspektif jika meninjau Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, terdapat beberapa asas pokok. Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan wajib mendasarkan pada:
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat c. Kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan f. Kejelasan rumusan
g. Keterbukaan
Di samping asas-asas tersebut dalam Pasal 5, asas lainnya yang juga terkandung pada peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah:
a. Pengayoman b. Kemanusiaan c. Kebangsaan d. Kekeluargaan e. Kenusantaraan
f. Bhinneka Tunggal Ika g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan i. Ketertiban dan Kepastian hukum, dan
j. Keseimbangan, Keserasian dan keselarasan
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, berdasarkan ketentuan/peraturan yang berlaku, maka pemerintah daerah harus melakukan refocusing dan realokasi anggaran yang ada sebagai bentuk percepatan penanganan Covid 19. Beberapa hal yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka refocusing dan realokasi anggaran sesuai ketentuan/peraturan antara lain:
a. Kepala Daerah harus melakukan penyesuaian target pendapatan daerah dalam APBD;
b. Kepala Daerah harus melakukan penyesuaian belanja daerah;
c. Selisih anggaran hasil penyesuaian target pendapatan daerah dengan penyesuaian belanja daerah digunakan untuk mendanai Belanja bidang
kesehatan, penyediaan jaring pengamanan sosial dan penanganan dampak ekonomi;
d. Kepala Daerah harus melakukan pengutamaan penggunaan anggaran dan metode pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
e. Kepala Daerah harus melakukan penyesuaian target pendapatan daerah dan rasionalisasi belanja daerah dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2020;
f. Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian dan menyampaikan laporan hasil penyesuaian APBD beserta Laporan pencegahan dan/atau penanganan Covid 19 tersebut kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri dalam Negeri c.q Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah;
g. Dalam rangka memastikan pelaksanaan penyesuaian APBD tahun anggaran 2020:
1) Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) secara berjenjang melakukan pembinaan dan pengawasan;
2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah porvinsi dan kabupaten/kota agar melakukan pengawasan terhadap proses penyesuaian APBD tahun anggaran 2020 di masing-masing daerah. (Engel, 2014)