BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Kebijakan Refocusing APBD
Dalam Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka peneyelenggaraan Pemerintah Daerah (pemda) yang dapat dinilai dengan uang serta segala bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milih daerah dengan hak dan kewajiaban daerahnya.
Mengacu pada Perbup Nomor 41 tahun 2019 tentang penjabaran anggaran pendapatan dan belanja daerah, pemerintah Kabupaten Barru dituntut untuk melakukan Refocusing APBD dalam meminimalisir dampak pandemi Covid 19.
Dimana Pemerintah Daerah diwajibkan untuk melakukan penyesuaian anggaran APBD yang berfokus pada :
a. Penanganan Kesehatan
b. Penanganan Ekonomi Sosial Masyarakat yang terdampak akibat Covid 19 c. Penyediaan Jaring Pengaman Sosial (Sosial Safety Net)
d. Menyedeiakan tempat karantina
e. Memberikan kecukupan sembako bagi masyarakat
Mengenai Besaran dana Refocusing APBD Kabupaten Barru dalam meminimalisir dampak pandemi Covid 19 melalui regulasi kemampuan fiscal daerah berjumlah Rp22.551.942.073. Berdasarkan model Implementasi Kebijakan yang dikemukakan oleh Thomas B. Smith 2010 terdapat 4 variabel yang dapat menentukan keberhasilan suatu kebijakan yaitu :
a. Kebijakan Ideal (Ideal Policy)
Dasar utama pelaksanaan refocusing dalam rangka penanganan pandemi Covid 19 adalah Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang- Undang No. 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid 19. Pemerintah Kabupaten Barru melakukan antisipasi dalam penanganan dari penularan Covid 19 dimana seluruh pendanaan yang digunakan untuk keperluan gugus tugas dibebankan kepada BKAD.
Dalam hal keberhasilan implementasi kebijakan refocusing APBD untuk penanganan Covid 19 penentuan kebijakan adalah awal yang terpenting dalam pelaksanan refocusing, dalam hal ini yang terkait dalam
penganggaran harus terlibat terhadap pihak terkait dalam mengimplementasikan kebijakan refocusing.
Hasil wawancara dengan MA selaku Anggota DPRD Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa :
“Sebelumnya pemerintah sudah mengupayakan kepada masing masing SKPD dikabupaten Barru mengenai kegiatan pergeseran anggaran sesuai dengan petunjuk dari pemerintah dengan target untuk penanganan kesehatan, perlindngan sosial dan lain-lain, dengan jumlah anggaran yang cukup memadai. Kemudian dilakukan Sosialisai dan rapat baik secara daring maupun langsung dengan memperhatikan protokol kesehatan.” (Wawancara MA. 30 juni 2022)
Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan AS selaku Penyusun Rencana Keuangan Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa :
“Dalam pelaksanaan Kebijakan Refocusing di Kabupaten Barru yang terlibat dalam pelaksanaan adalah seluruh SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Barru bersama dengan DPRD Kab. Barru dibawah Koordinasi Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).” (Wawancara AS, tanggal 4 Juli 2022).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa seluruh SKPD bersama dengan DPRD Kab. Barru dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan Refocusing APBD harus dilaksankaan dengan menyesuaikan terget dari tiap SKPD dibawah koordinasi pimpinan daerah yang kemudian dibahas bersama dengan Bupati Kabupaten Barru.
Adapun kebijakan yang dilaksanakan di Kabupaten Barru dalam melakukan refocusing APBD dapat dijelasakan dalam hasil wawancara informan yaitu AS yang mengatakan bahwa :
“Pada saat pelaksanaan refocusing di daerah ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pengimplemntasiannya bisa dikatakan berhasil jadi pertama itu kita berkoordinasi langsung
dengan tiap SKPD untuk mempercepat pengumpulan laporan penyesuain, kemudian mengupdate informasi terkait pelaksanaan refocusing, lalu kita adakan rapat bersama DPRD dan Bupati.
Maka dalam pelaksaaan kebijakan tesebut pemerintah daerah menegaskan bahwa pelaksanaan refocusing fokusnya hanya untuk pengalokasian penanganan Covid 19, dan semua kegiatan yang tidak berkaitan maka akan diberhentikan walaupun kegiatannya sedang berjalan.” (Wawancara AS Tanggal 4 juli 2022)
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan penggunaan APBD di tiap SKPD diprioritaskan untuk penanganan Covid 19 dan mekanisme pelaksanaanya dengan melakukan rapat bersama perangkat daerah yang ada di Kabupaten Barru.
Adapun pendapat dari MA selaku Anggota DPRD Kabupaten Barru yang mengatakan bahwa :
“Pelaksanaan refocusing dan realokasi kita ini dilaksanakan sejak tahun 2020 dan sampai tahun ketiga sekarang ini masih ada perpanjangan anggaran. Bisa kita katakan berakhir seiring dengan menurunya efek dari pandemi. Namun, ada pengajuan perubahan APBD dianggap belum sesuai sehingga rasionalisasi anggaran harus dirapatkan, terkait ketepatan anggaran dimana semua laporan kami koreksi dan dirapatkan bersama, kemudian untuk kebijakan yang kami lakukan selain penanganan Kesehatan yaitu melakukan pembagian BLT kepada masyaraka desa sekitar 300 ribu perbulan dan ada juga di kelurahan dan hanya ada di Kabupaten Barru yang khusus untuk Kelurahan” (Wawancara 30 Juni 2020)
Kesimpulan dari hasil wawancara tersebut adalah pelaksnaan kebijakan refocusing di Kabupaten Barru dilksanakan selama tiga tahun dan perpanjangan anggaran Covid 19 dikatakan berkahir seiring menurunya dampak dari pendemi. Namun disisi lain ternyata anggaran dinilai masih belum sesuai dengan target yang ditetapkan, sehingga
dilakukan rasionalisasi sehingga basis data baik pusat dan daerah dan dapat dipastikan bisa efektif kepada pihak-pihak yang terdampak.
b. Sasaran (Target Group)
Tujuan refocusing anggaran pada realokasi dan pemerataan anggaran dalam menunjang penanganan pandemi Covid 19 diharapkan dapat memenuhi sasaran yaitu harus menyentuh langsung masyarakat, karena pandemi bukan saja telah meningkatkan kemiskinanan, tetapi juga bisa meningkatkan ketimpangan pendapatan masyarakat, sehingga Implementasi Kebijakan Refocusing sendiri bisa dikatakan tepat sasaran secara baik dan merata.
Untuk mencari informasi yang lebih akurat mengenai tepat sasaranya refocusing APBD yang dilaksnakan maka peneliti mengajukan pertanyaan mengenai pihak siapa saja yang terlibat dalam melancarakan implementasi kebijakan APBD.
Berikut pernyataan dari hasil wawancara peneliti dengan MA selaku anggota DPRD Kab. Barru bahwa :
“APBD yang dialokasikan untuk kebutuhan masyarakat menjadi instrument untuk memberikan keadilan pemerataan untuk penganan Covid 19 yang dibutuhkan masyarakat dan menjadi prioritas utama Pemerintah Kab. Barru seperti penyaluran BLT, perlengkapan Nakes, Penyaluran anggaran Perlindunagn social dan lain lain, dengan begitu kita arahkan sejauh mana pemanfaatan dana yang direfocusing bisa tepat sasaran.” (wawancara MA, 30 juni 2022)
Dari hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa penyaluran anggaran harus merata dimasa pandemi sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan AS selaku Penyusun Rencana Keuanagan Daerah Kabupaten Barru yang mengatakan :
“Untuk mengantisipasi kendala yang mungkin saja terjadi atau ditimbulkan dari pelaksanaan kebijakan refocusing pemerintah terkait senantiasa mengalokasikan anggaran yang khusus untuk masyarakat terdampak kemudian digunakan dengan sebaik baiknya dalam rangka penangan Covid 19” (Wawancara tangal 4 juli 2022) Hasil wawancara dapat disimpulkan bawha DPRD dan BPKAD dalam menjalankan fungsinya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam meminimalisir dampak pandemi Covid 19.
Berdasarkan hasil obseravasi peneliti menemukan adanya fakta bahwa kegiatan refocusing APBD di Kabupaten Barru sangat mengutamakan pada penaganan Kesehatan dan kebutuhan social masyarakat. Sehingga, berdampak signifikan terhadap kestabilan keuangan daerah.
c. Lembaga Pelaksana (Implementing Organization)
Salah satu keberhasilan Implementasi Kebijakan Refocusing APBD adalah pihak yang terkait dalam pelaksanaan Refocusing APBD dalam penanganan Covid 19 di Kabupaten Barru. Dengan Langkah mempercepatan penanganan pandemi yang dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran yang memiliki skala prioritas terhadap kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakuakan dengan MA selaku anggota DPRD Kab. Barru yang mengatakan bahwa :
“Jadi yang lalu itu kita selalu rapat dengan pendapat semua SKPD yang di refocusing anggarannya apakah sudah tepat sasaran atau
tidak dengan prioritas target perlindungan social bagi masyarakat yang terdampak, kita juga bertanya kepada kepala dinas, terutama Dinas Kesehatan dan Pendidikan yang paling banyak refocusingnya apakah memang sudah tepat sasaran untuk penggunaanya dan kita awasi yang seperti itu. Jadi, tidak dilepas begitu saja, tetap kita mengawasi, dan Alhamdulillah di Kabupaten Barru sendiri sudah tepat sasaran dan sudah tercapai.” (Wawancara dengan MA, 30 juni 2022)
Adapun pendapat dari AS selaku Penyusun Rencana Keuangan mengatakan :
“Proses pengalokasian Anggaran Refocusing sebelum digunakan terlebih dahulu tak terlepas dari sasaran penaganan kesehatan dan ekonomi social bagi masyarakat yang tedampak, terkait ketepatan sasaran anggaran yang akan dialokasi dilakukan pelaporan atau pemberitahuan ke DPRD dan tentunya akan diajukan didalam perubahan APBD dimana semua laporan pertanggungjawaban akan di evaluasi dan akan mendapatkan persetujuan dari DPRD.”
(Wawancara AS, 4 juli 2022)
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dalam pelakssanaan Implementasi Kebijakan Refocusing APBD dalam hal ketepatan sasaran dalam meminimalsir dampak pendemi Covid 19 harus dilaksanakan dengan penyesuain target sasaran dan pendapatan daerah dalam pelaksanaan anggaran SKPD. Sinkronisasi regulasi hingga basis data anggaran baik pusar dan daerah dapat dipastikan bahwa Kebijakan Refocusing berdampak efektif kepada masyarakat dalam meminimalisir dampak pandemi Covid 19 di Kabupaten Barru.
Selanjutnya peneliti mewawancarai narasumber AA Selaku Kepala Dinas Pendidikan yang mengatakan bahwa :
“Kita dari pendidikan memang terlibat dalam refocusing dan itu mau tidak mau harus untuk pelaksnaan penenagan Covid 19, jadi kami dari dinas pendidikan itu punya kegiatan yang Namanya Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup dan sduah berjalan
beberapa tahun terkahir namun ditahun 2020 karena adanya Covid 19 kegiatan ini terkendala dan sempat tertunda akibat dari pelaksanaan refocusing.” (wawancara AA tanggal 7 Agustus 2022) Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dari kegiatan yang dijalankan di Dinas Pendidikan Kabupaten Barru mengalami keterhambatan akibat adanya pelakssanaan Refocusing APBD.
Kemudian untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai tepat sasarannya refocusing APBD maka peneliti Kembali mengajukan pertanyaan mengenai pihak yang terlibat dalam melaksanakan kegiatan realokasi anggaran.
Berdasarakan hasil wawancara yang dilakuakan peneliti dengan AS selaku Penyusun Rencana Keuangan
“Untuk capaian pada pelaksanan Refocusing APBD Jumlah Anggaran yang dikeluarkan Pemda sudah mencukupi guna menunjang program dan kegiatan dalam rangka penanganan dampak pendemi Covid 19 hal tersebut sesuai yang diamanatkan dalam Permendagri Nomor 20 tahun 2020 tentang percepatan penanganan Covid 19 di lingkup Pemerintahan Daerah. Pemda sendiri berusaha memberikan yang terbaik kepada masyarakat dimana kewajiban pemda untuk merefocusing anggaran belanja barang dan jasa serta belanja modal yang belum terealisasi kemudian dijadwalkan ulang untuk ditunda pelaksanaanya dan tidak relevansi dengan program penanganan pandemi Covid 19”.
(Wawancara AS tanggal 4 juli 2022)
Dari penelitian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jumlah anggaran yang direalokasikan dari anggaran yang di Refocusing sudah memadai dalam menunjang program penanganan pandemi Covid 19.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan MA anggota DPRD Kab.
Barru terkait keterlibatan atau peran DPRD dalam pelaksanaan Refocusing APBD yang mengatakan :
“Jadi, kalau DPRD itu tidak bisa Bupati mengalihkan anggaran tanpa persetujuan dari DPRD yang dibahas bersama Bupati, jadi kita lihat juga yang di refocusing itu dialihkan kegiatan pembangunan yang tadinya untuk apa dialihkan untuk penangan Covid 19, Jadi, harus ada persetujuan DPRD tidak bisa dihilangkan itu kita laksanakan Bersama dengan Bupati dan Semua SKPD apalagi jumlah anggaran yang dikeluarkan sebanyak 22,5 untuk penanganan Covid 19. Maka dari itu harus dilaksanakan secara transparan terhadap pelaksnaanya.” (Wawancara MA pada tanggal 30 juni 2022)
Adapun pernyataan yang dikatakan AA selaku Kepala Dinas Pendidikan yang mengatakan bawa :
“Jumlah anggaran yang kami potong adalah senilai Rp.53.975.000 semuanya dari belanja Alat Keterampilan Life Skill atau Bahan Praktik Kecantikan untuk Lima PKBM yaitu PKBM Mattirowalie, Manuba, Sinar Maspul, Al Ihlas Maspul dan Tompo Galung. Dan ini semua kami rapatkan Bersama dengan DPRD bupati dan beberapa dari SKPD yang ada di Barru.” (Wawancara AA pada tanggal 7 agustus 2022)
Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi refocusing dari salah satu Dinas yang ada di Kabupaten Barru menyatakan jumlah anggaran yang direfocusing sebesar Rp. 53 juta dari kegiatan yang sudah terlaksana untuk dialihkan ke penanganan Covid 19 di Kabupaten Barru.
Dilihat dari hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan anggaran APBD dalam hal penanganan Covid 19 di
lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Barru sepenuhnya digunakan oleh pihak eksekutif dan dengan persetujuan dewan. Selain itu, legislative memiliki fungsi pengawan sehingga mengenai anggaran tersebut semuanya bisa tepat sasaran kepada masyarakat.
d. Faktor Lingkungan (Enviromental Factors)
Hal terkahir yang perlu diperhatikan dalam menilai keberhasilan Implementasi Kebijakan Refocusing APBD adalah sejauh mana lingkungan dapat mendorong pemerintah dalam meminimalisir pandemi Covid 19. Selain itu kecukupan anggaran tergantung pada keadaan SDA dan SDM serta dapat menerima dukungan anggaran yang memadai.
Kecukupan ialah tingkat dimana Pemerintah Daerah dapat menganalisa bahwa sumber anggarannya cukup dan memadai untuk memenuhi syarat yang diinstruksikan pemerintah pusat, dimana para SKPD Kabupaten Barru memiliki informasi yang berpengaruh terhadap lingkup anggaran yang dikehendaki untuk menyelesaikan tugas dibidang pekerjaan mereka.
Berikut pernyataan dari hasil wawancara peneliti dengan MA selaku Anggota DPRD yang mengatakan bahwa :
“Anggaran Penanganan Covid 19 secara khusus tujuan utamanya adalah bagaimana meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat, karena kita tahu yang lalu pandemi betuk betul semua kegiatan perekonomian itu anjlok dengan begitu kita arahkan bagaimana dikegiatan bantuan untuk Covid 19 BLT bisa meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat, kalau bisa jika anggaran tidak mencukupi pemda harus lebih bekerja keras untuk bisa mendapatkan anggaran lagi jika pasien Covid 19 membeludak.” (Wawancara MA, 30 juni 2022)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa, tujuan utama refocusing APBD adalah memberikan pelayanan secara cepat dan baik kepada masyarakat yang terdampak dan pembangunan ekonomi masyarakat yang melemah sehinngga pemerintah harus menaikkan level anggaran dengan memperhatikan SDA Kabupaten Barru dalam Implementasi Kebijakan penganggarannya dimana anggaran APBD yang di refocussing bisa menunjang program kegiatan dimasa pandemi.
Adapun hasil wawancara oleh SS selaku Tokoh Masyarakat Desa Mattirowalie yang mengatakan bahwa :
“Jadi sebelumnya kami Bersama Perangkat Desa Mattirowalie mendukung penuh adanya program BLT di masa pandemi, Bantuan ini ditujukan untuk keluarga miskin dan rentan yang memenuhi kriteria serta belum menerima PKH, BPNT, dan Kartu Prakerja, dan menurut saya semua prosedur sudah dilaksanakan secara transparan untuk membantu warga, setidaknya ada 227 di 6 dusun yang sudah terdaftar mendapatkan.” (Wawancara SS 7 juli 2022)
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa respon dari tokoh masyarakat terhadap BLT untuk perlindungan social masyarakat tidak ada penyimpangan yang dapat menyebabkan ketidak percayaan masyarakat Pemerintahan Desa Mattirowalie
Berikut hasil wawancara dengan HM selaku masyarakat yang terdampak pandemi Covid 19 di Kabupaten Barru yaitu :
“Sempat terjadi masalah terkait bantuan dimasa Covid 19, sebenarnya program bantuan social seperti BLT dan pembagian sembako sudah sesuai dan dapat membantu masyarakat miskin seperti kami dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, hanya saja dari keluh kesah beberapa masyarakat lain seperti tetangga yang
membutuhkan juga banyak yang kelewatan tidak dapat bantuan.”
(Wawancara HM tanggal 7 juli 2022)
Dari hasil wawancara dengan HM selaku masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Hasmiati yang terdampak Covid 19 sudah merasakan dampaknya dan dikatakan tepat sasaran tetapi beberapa masayarakat yang menjadi prioritas ternyata masih banyak yang belum menjadi prioritas penerima bantuan jarring social.
Adapun hasil wawancara Bersama IR sekaligus tetangga dari HM yang menyatakan sebagai berikut:
“Saya sebagai masyarakat sudah mendaftarkan diri dan mengikuti prosedur dari perangkat desa, yang jadi masalah ketika bantuan akan dibagikan nama kami tidak ada kami merasa pemerintah desa tidak mendeteksi masayrakat yang mememang sedang mebutuhkan karena sebelumnya kami juga telah mensosialisasikan syarat penderita program BLT dana desa dan tidak ada bantuan yang kami dapatkan baik itu makanan pokok ataupun tunai.”
(Wawancara 7 juli 2022)
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan diatas bahwa masih ada pengaduan dari masyarakat bahwa ada beberapa masyarakat yang sebenarnya tidak layak menerima tapi tetap menerima dan mungkin terdapat adanya penyimpangan dalam pembagian langsung tunai.
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan tokoh masyarakat SS yang mengatakan bahwa:
“Bantuan langsung tunai menurut saya sudah sangat membantu bagi masyarakat terutama yang terkena dampaknya. Namun dalam penentuan penerimannya saya selaku tokoh masyarakat disini masih menerima pengaduan bahwa ada beberapa masyarakat yang sebenarnya tidak layak menerima tapi tetap menerima, selaku tokoh masyarakat saya Bersama perangkat desa mengatakan bahwa
tidak ada unsur kesengajaan, kalaupun ada karena bisa jadi memiliki Nomor Induk Kependudukan yang tidak terdaftar di Dinas Sosial Kabupaten Barru.” (Wawancara 7 juli 2022)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa masih ada pengaduan dari masyarakat bahwa ada beberapa masyarakat yang sebenarnya tidak layak menerima tapi tetap menerima, hal tersebut di jelaskan bahwa tidak ada unsur kesengajaan apabila hal tersebut terjadi di masyarakat penerima program BLT dikarenakan NIK yang mereka miliki tidak terdaftar di Dinas Sosial Kabupaten Barru dan inilah factor yang mempengaruhi mengapa ada masyarakat yang membutuhkan tetapi tidak menerima bantuan Langsung Tunai.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Informan MA yang menjelaskan hal senada bahwa :
“Kalau dari pandangan jika ada masyarakat mengatakan tidak mendapatkan bantuan tetapi layak mendapatkan. kami, itu sepertinya terkendala dipendataan, karena sebelum itu data yang dimasukkan tidak ada, terutama memang masyarakat miskin yang harus mendapatkan bantuan dan hal ini patut kita awasi apakah sudah tepat sasaran atau belum. (Wawancara MA tanggal 30 juni 2020)
Berikut hasil wawancara dengan HM yaitu masyarakat Desa Mattirowalie yang mengatakan :
“Kami berterima kasih kepada pemerintah daerah karena telah memberikan kami bantuan sosial sehingga kami bisa bertahan dalam menghadapi Covid 19, dan saya juga berharap kepada pemerintah agar kedepannya dengan adanya bantuan sosial, masyarakat dapat merasakan secara adil dan menyeluruh bantuan bantuan sosial agar mereka yang berpenghasilan rendah dapat bertahan hidup di masa pandemi Covid 19. (Wawancara SB, 7 juli 2022)
Dari hasil wawancara tersebut ketepatan anggaran terhadap komitmen pemerintahan daerah Kabupaten Barru sangat berpengaruh, hal ini berarti ketepatan anggaran memiliki efek terhadap perubahan pada pemerintah daerah.
Dari beberapa wawancara dengan infroman diatas dapat dijelaskan bahwa pengasan terhadap pengelolaan APBD yang dilakukan DPRD merupakan hak setiap anggota DPRD, pengelolaanya harus bisa mencapai optimalisasi dan seimbang dengan pengeluaran yang tepat sasaran untuk keperluan dalam meminimalisir dampak pandemi Covid 19. Pengawasan sendiri merupakan salah satu fungsi untuk menjamin pelaksanaan refocusing yang telah ditetapkan dan memsatikan tujuannya dapat tercapai secara efektif.
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi dari peneliti dilapangan bahwa refocusing anggaran APBD harus dilakuakan perencanaan secara merata sesuai dengan harapan dalam meminimalisir dampak pandemi di Kabupaten Barru. Selain itu, peneliti melihat bahwa refocusing hanya memiliki 1 tahun masa penganggaran, walaupun begitu Covid 19 sudah bisa dikatakan berkurang dan dalam masa pemulihan ekonomi bisa berjalan terus.