• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pelaksanaan dan Hasil Intervensi

I. REKOMENDAS

Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan maka terdapat beberapa rekomendasi yang bisa disarankan yaitu kepada :

a. Pasen

 Intervensi yang telah diberikan selama proses psikoterapi dapat dilanjutkan dirumah secara mandiri.

 Klien dapat melakukan pemeriksaan kembali sebagai bentuk kontrol selama 1 bulan setelah psikoterapi selesai diberikan

 Klien dapat meminta rujukan dari tenaga medis (Psikolog) di Puskesmas Piyungan ke psikiatri jika obat medis diperlukan

 Proses intervensi dapat dikembangkan secara mandiri setelah melakukan kontrol dan sesuai persetujuan psikolog dalam mendukungan proses kesembuhan

b. Keluarga

 Menyediakan waktu keluarga untuk berekreasi atau mengobrol bersama agar terjalin kedekatan yang lebih dalam.

 Klien dan keluarga dapat bersama-bersama melakukan intervensi secara mandiri sehingga proses terapi tidak berhenti

 Komitmen antar anggota keluarga untuk menciptakan kedekatan dan komunikasi terbuka

c. Psikolog Poli Psikologi Puskesmas Piyungan

Kepada psikolog dan praktikan lainnya dapat meneruskan proses intervensi yang telah berjalan karena adanya sedikit perubahan dari kondisi klien. Kemudian perlu adanyan penguatan kepada pihak keluarga agar pihak keluarga mau menerima kondisi klien dan keluarga tidak merasa terbebani dengan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.PT Refika Aditama.Bandung:2013

Maslin, Dr.Rusdi.Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, DSM-5, ICD-11.Perpustakaan Nasiona;Katalog Dalam Terbita:2019 Nevid, et al.Psikologi Abnormal jilid 2 (Di Dunia Yang Terus Berubah).Penerbit

Erlangga.Jakarta:2014.

Supratikna,Dr.A.Teori Psikodinamika (Klinis).Penerbit Kanisius.Yogyakarta;2009 Bilgel, N., & Bayram, N. (2010). Turkish Version of the Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42): Psychometric Properties. Archives of Neuropsychiatry/Noropsikiatri Arsivi, 47(2).

Caroline, M. (2013). Penerapan cognitive behavior therapy untuk meningkatkan self-esteem pada mahasiswa yang mengalami kecemasan akademik (Studi pada Universitas X) (Doctoral dissertation, Universitas Tarumanagara).

Chodijah, M., Nurjannah, D. S., Yuliyanti, A. Y., & Kamba, M. (2020). SEFT sebagai terapi mengatasi kecemasan menghadapi Covid-19. Karya Tulis Ilmiah LPPM UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Dewinta, P., & Menaldi, A. (2018). Cognitive behavior therapy for generalized anxiety disorder: A case study of arrhythmia patient. Humaniora, 9(2), 161-171.

Hayat, A. (2017). Kecemasan dan metode pengendaliannya. Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 12(1).

Padmi, N. M. D. (2017). Pengaruh Konseling Kognitif Behavioral Model Aaron Beck Dengan Strategi Manajemen Diri Terhadap Self Autonomy Ditinjau Dari Urutan Kelahiran Siswa Melalui Lesson Study. Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2).

Prajogo, S. L., & Yudiarso, A. (2021). Metaanalisis Efektivitas Acceptance and Commitment Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 26(1), 85-100.

Ulyah, S. (2014). Efektifitas Terapi Seft (Spiritual Emosional Freedom Tehnique) Dalam Menurunkan Kecemasan.(Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Wahidah, F. R., & Adam, P. (2019). Cognitive Behavior Therapy untuk Mengubah Pikiran Negatif dan Kecemasan pada Remaja. Indigenous:

Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2), 57-69.

Riza, W. L. (2016). Penerapan Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) untuk Mengurangi Simtom pada Subjek yang Mengalami Gangguan Kecemasan Umum. Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, 1(1), 21-30.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent 1

Lampiran 2. Informed Consent 2

Lampiran 3. Modul CBT MODUL

TERAPI KOGNITIF PERILAKU (COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY) PADA GANGGUAN KECEMASAN MENYELURUH

A. Pendahuluan

Kecemasan adalah kondisi umum dari ketakutan dan perasaan tidak nyaman. Kecemasan bermanfaat bagi seseoramng dikarenakan kecemasan membuat orang rutin melakukan pemeriksaan medis atau memotivasi kita untuk melakukan kegiatan (Nevid et al., 2018). Anxiety atau cemas merupakan kondisi ketidakberdayaan, perasaan tidak aman atau tidak matang serta tidak mampu menghadapi tuntutan lingkungan, kesulitan serta tekanan hidup sehari-hari (Yusuf dalam Chodijah dkk, 2020). Sementara pendapat lain menyatakan bahwa kecemasan merupakan ekspresi rasa risau dan tidak berani mengahadapi situasi yang tidak jelas (kartono dalam Chodijah dkk, 202). Definisi ini juga dikuatkan oleh Sarlito (Sarwono dalam Chodijah dkk, 202) yang menjelaskan bahwa objek dan alasan dari rasa cemas adalah sesuatu yang tidak jelas.

Penegakan diagnosa seseorang memiliki gangguan kecemasan harus berdasarkan ciri-ciri berupa ciri fisik, ciri perilaku dan ciri kognitif.

Walaupun orang dengan kecemasan tidak harus mengalami semua ciri-ciri ini. (Nevid et al., 2018). Dalam permasalahan kali ini klien mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh (F41.1) dimana gangguan kecemasan menyeluruh ditegakkan dikarenakan klien memenuhi pedoman diagnostika

pada PPDGJ III. Terdiri dari ciri perilaku, ciri perilaku, ciri kognitif.

Sehingga klien perlu mendapatkan penangan berupa intervensi psikologi.

Dari hasil assessment dan integritas data yang di dapat dalam proses pemeriksaan di Poli Psikologi Puskesmas Piyungan bahwa klien menunjukkan beberapa gejala yang memenuhi kriteria kecemasan seperti halnya gemeteran, keringat dingin, jantung berdetak kencang, pola tidur terganggu sering mimpi buruk, asam lambung naik, kepala pusing dan sesak nafas. Kondisi psikologis yang tampak dari diri klien adalah ketika stressor muncul maka klien mengalami kecemasan yang berlebihan, mengurung diri dikamar, kemudian menangis lebih dari 2 hari atau emotionalnya tidak stabil, sulit berkonsentrasi dalam pekerjaan serta menyalahkan diri sendiri. Dengan beberapa gejala yang muncul dalam diri klien perlu memerlukan sebuah psikoterapi yang membantu klien dalam mempengaruhi perilaku dan pikiran negatifnya sehingga dapat kembali ke keadaan yang lebih positif.

Intervensi psikologi yang dipilih berdasarkan Nevid et al., (2018) mengatakan bahwa model penangan gangguan kecemasan disertai dengan gangguan panik model penanganan dengan diterapkannya terapi kognitif dan perilaku dengan melatih teknik pernafasan sebagai tahapan relaksasi dalam diri klien kemudian melatih penderita dengan menangangi serangan panic dan cemas. Sejumlah penelitian yang terkontrol dengan membuktikan bahwa efektivitas CBT dalam menangani gangguan cemas

B. Pengertian CBT

Teknik CBT menurut Nevid et al., (2018) bahwa CBT membantu seseorang mendapatkan kemampuan-kemampuan yang dapat digunakan bahkan setelah penanganan selesai. Berdasarkan penelitian Wahid &

Adam (2019) dengan judul Cognitive Behavior Therapy untuk Mengubah Pikiran Negatif Dan Kecemasan yang dimana penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pada subjek tunggal selama satu bulan dalam pemberian intervensi. Penelitian mendapatkan hasil bahwa CBT efektif dalam menurunkan keyakinan-keyakinan pada diri remaja yang negatif dan juga CBT mampu menurunkan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tahapan yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan 3 sesi yang dimana setiap sesi berdurasi 60-120 menit.

C. Pengertian SEFT

Teknik relaksasi tersebut digabungkan dengan SEFT dalam menangani gangguan kecemasan pada diri klien. Terapi SEFT pertama kali di kembangkan di Indonesia oleh seorang psikolog bernama Ahmad Faiz Zainuddin setelah belajar ke berbagai negara seperti Amerika, Australia, Hongkong, Singapura dan berguru ke berbagai ahli seperti pada Richard Banddler belajar tentang NLP, Lester levensen belajar Sedona Methode, belajar Energy Psikologi pada Garry Craig, powerfull prayer pada Larry Dossey dan belajar loving kindness therapy pada Decher Keltner (Zainuddin, SEFT Total Solution, 2013), terapi tersebut

digabungkan dan disusun dari unsur spiritualitas, psikologi dan Teknik akupuntur dalam lima belas jenis terapi yang ada dalam terapi SEFT.

Teknik SEFT ini terpusat kedalam 3 tahapan yang digunakan dalam mengaplikasi teknik ini yaitu pada The Set-up, The Tune-in, Tapping (Uliyah, 2014). Pada teknik The Set-up sebagai langkah awal dalam terapi SEFT dengan menekan di titik sore spot dengan dua jari telunjuk dan jari tengah agar dapat di pastikan aliran energi dapat terarahkan dengan tepat. Langkah ini di lakukan tujuannya untuk menetralisir “Psiychologycal Reversal”. Pada proses ini klien diminta untuk sambil mengucapak kalimat doa dan memfokus dirinya pada hubungan vertical. Kalimat yang digunakan yaitu “Ya Allah …. Meskipun saya memiliki (Ucapkan Keluhan) saya terima saya ikhlas saya pasrah kepada-Mu” sambil menekan dua titik sore spot dengan memutarnya searah jarum jam. Penggunaaan kata Ya Allah dikarenakan klien beragama muslim (Chodijah, dkk 2020). Kemudian The Tune-in setelah melakukan the set-up yang harus di lakukan pada tahap selanjutnya adalah The Tune In, bias untuk keluhan fisik dan emosi, juga buat keluhan phobia, trauma dan kecanduan melakukan proses yang sama. Untuk masalah fisik, kita melakukan Tune-In ini dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan fikiran kita ke rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut kita mengatakan, Ya Allah saya ikhlas, saya pasrah. Atau Ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini dan saya pasrahkan pada-Mu

pada tahapan ketiga yang memiliki tujuan kita menetralisir energi negatif atau rasa sakit fisik (Chodijah, dkk 2020). Dan teknik terakhir adalah Tapping, caranya dengan mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus melakukan tune-in. tapping ini merupakan Teknik terapi yang diadopsi dari Teknik akupuntur secara ringan untuk mengaktifkan syaraf syaraf yang ada di titik meridian akupuntur, titik-titik ini adalah kunci dari “the Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali yang akan berdampak pada netralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Teknik mengetuk 18 titik pada tubuh manusia, yang sering digunakan di garis meridian, ada versi inti atau singkat disebut versi sortcut. Proses tapping diawal dari 9 titik utama (The Crown) yaitu 1) Crown Point (CP), 2) Eye Brow Point (EB), 3) Side Of Eyes Point (SE), 4) Under of Eyes Point (UE), 5) Under Nose Point (UN), 6) Chin Point (Ch), 7) Collar Bone Point (CB), 8) Under Arm Point (UA), 9) Bellow Nipple Point (BN). (Chodijah, dkk 2020).

D. Evidance Base

Teknik CBT menurut Nevid et al., (2018) bahwa CBT membantu seseorang mendapatkan kemampuan-kemampuan yang dapat digunakan bahkan setelah penanganan selesai. Berdasarkan penelitian Wahid &

Adam (2019) dengan judul Cognitive Behavior Therapy untuk Mengubah Pikiran Negatif Dan Kecemasan yang dimana penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pada subjek tunggal selama satu bulan dalam

pemberian intervensi. Penelitian mendapatkan hasil bahwa CBT efektif dalam menurunkan keyakinan-keyakinan pada diri remaja yang negatif dan juga CBT mampu menurunkan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tahapan yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan 3 sesi yang dimana setiap sesi berdurasi 60-120 menit.

 Sesi Pertama, tahapan 1 dengan Cognitive Model dimana disini terapis membantu klien dalam mengidentifikasi keyakinan- keyakinannya, mengubah core belief dalam diri klien, mengidentifikasi distoris kognitif, mampu menemukan aturan dan asumsi serta mengidentifikasi pemeikiran yang otomatis.

 Selanjutnya tahapan 2 dengan recronstruction kognitif dimana pada tahapan kedua ini klien diajak untuk merekrontuksi kognitifnya

 Sesi ketiga, adalah terapis mengajak untuk menemukan aspek positif dan menemukan kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas positifnya.

 Di Setiap akhir sesi pasti diberikan evaluasi agar klien mendapatkan insight baru yang nanti akan dikerjakan dirumah dan dibawanya kembali pada saat pertemuan sesi selanjutnya.

 Tahapan terakhir adalah tahapan evaluasi, pada tahapan ini klien dan terapis mengevaluasi tahapan-tahapan intervensi, teknik- teknik yang digunakan seperti apa apakah ada perubahan dalam

Temuan lain dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Riza kepada penderita GAD (Generalized Anxiety Disorder) dengan metode single case desaign selama 9 fase yang dilewati yaitu dari fase awal sampai fase intervensi dengan cara membandingkan sebuah teori, kemudian dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi serta perkembangan hasil intervensi. Dimana hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penderita setelah dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah menggunkana GAD-7 mendapatkan hasil pre-test 13 dalam kategori sedang dan post-test 6 dalam ketegori ringan sehingga dapat dikatakan bahwa CBT memiliki efisiensi dalam menangani penderita GAD.

E. Tujuan CBT

 Tujuan dalam pemberian psikoterapi CBT terhadap penderita GAD untuk menciptakan suatu pemikiran baru yang lebih positif dari diri klien

 Klien mampu memahami permasalahan yang dihadapi dan mampu memahami pemikiran negative yang melekat selama ini dalam diri penderita

 Klien dapat menciptakan suatu pemikiran yang bebas dan lepas sehingga klien dapat bekerja serta beraktivitas lebih produktif

 Klien dapat menemukan suatu insight serta pandangan kedepan lebih positif setelah menjalakan suatu proses psikoterapi.

F. Manfaat CBT

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari pemberian CBT pada penderita GAD yang pertama adalah penderita mampu memahami suatu bentuk permasalahan yang dihadapi selama ini dimana permasalahan tersebut berasal dari pemikiran yang sudah mengakar dalam diri sehingga mempengaruhi perilakunya yang menetap. Kemudian manfaat selanjutnya menciptakan suatu pemikiran baru yang lebih positif agar bisa menciptakan suatu perilaku baru agar dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih positif. Manfaat berikutnya penguatan diri muncul atas dasar pemikiran baru dan insight dari dalam diri sehingga penderita dapat memahami apa yang harus dilakukan setelah pengobatan terselesaikan dan dapat dijalankan dengan mandiri

G. Metode

Metode yang digunakan dalam proses intervensi ini terdapat 7 sesi dengan 8 pertemuan yaitu sesi Building Raport, Sesi 1 Relaksasi dan SEFT, Sesi 2 Cognitive model, reconstruction cognitive, Sesi 3 EvaluasiSesi 4 Aktivitas Pemikiran Positif, Sesi 5 Evaluasi, Sesi 6 Terminasi dan Sesi 7 Evaluasi Keseluruhan

H. Prosedur Pelaksanaan

Building Raport

Kegiatan Building Raport, Pengenalan Intervensi dan Penjelasan Prosedure

Tujuan kegiatan - Klien memahami alur proses intervensi yang akan dijalankan

- Klien dan praktikan memahami kesepakatan yang telat di buat

- Klien mampu menentukan tujuan dan harapan dalam proses intervensi yang akan dijalankan

Prosedur - Menjelaskan permasalahan yang dihadapi selama proses assessment

- Mengetahui kondisi dan menentukuan tujuan serta harapan yang akan dicapai

- Menjelaskan procedure setiap tahapan intervensi kepada pasien

- Perjanjian informed consent yang terkhususkan untuk pasien

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan - Hasil Asessment

- Rancangan intervensi - Informed Consent

Diskusi Praktikan membangun rasa aman dan nyaman dengan klien dan menjelaskan proses intervensi yang akan dilakukan.

Waktu ± 60 Menit

Sesi 1 Kegiatan Relaksasi dan SEFT

Tujuan kegiatan  Klien mampu belajar dengan benar teknik relaksasi dan mampu mempraktiknya secara mandiri

 Klien bisa memahami kondisi dirinya lewat proses relaksasi yang akan dipraktikan

 Klien mampu melibarkan Tuhan dan proses berdamai dengan dirinya.

Prosedur  Pada sesi awal dilakukan penjelasan mengenai bentuk relaksasi yang akan dijalankan

 Penguatan dan menyiapkan klien dalam posisi nyaman

 Kemudian memberikan contoh terlebih dahulu proses pelaksanaan

 Klien diminta untuk mengulangi kembali sesuai contoh yang diberikan sampai klien memahami

 Pada saat masuk kedalam SEFT procedure yang dijalankan pada awal sama dengan proses relaksasi namun dengan pembedaan adalah mengenai pendelasan titik tubuh yang akan disentuh

 Klien dipandu dengan alunan music yang merdu serta situasi ruangan yang nyaman

 Pada saat pelaksaan SEFT klien dipandu dari The Set Up sampai The Crown

 Evaluasi proses pelaksaan serta propping dari

hasil pelaksanaan

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan Musik

Kursi

Tisu Diskusi dan

Praktik

Kegiatan dilakukan pada saat klien datang pada proses pemeriksaan dimana kegiatan ini didampingi oleh praktikan dan dilakukan pada ruangan khusus poli psikologi. Setelah proses berlangsung adanya diskusi mengenai hasil yang didapatkan oleh klien dalam proses pelaksaannya Waktu ± 60 Menit

Sesi 2

Kegiatan Cognitive Model, Reconctraction Cognitive dan Tugas

Tujuan kegiatan  Mengetahui pola interaksi perilaku, emosi, kognitif

 Mengidentifikasi core belief (keyakinan yang mendasar)

 Mengidentifikasi cognitive distortion

 Mengidentifikasi aturan dan asumsi

 Mengidentifikasi pikiran yang otomatis

 Mengetahui insight yang didapat

Prosedur 1. Pemberan psikoedukasi mengenai CBT kepada klien

2. Klien diajak untuk menentukkan prioritas permasalahan yang dialami untuk diselesaikan dapat proses intervensi

3. Praktikan mengajak klien untuk memahami core believe negative yang masih melekat dalam diri 4. Dari hasil pemahaman tersebut klien diminta

untuk menunjukkan bukti-bukti dari pemahaman tersebut dan dampak apa yang ditimbulkan 5. Setelah itu adanya pembentukkan pemikiran

baru dengan penerpan sebuah aturan dan asumsi dalam menentukan insight baru dalam

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan  Guide CBT

 HVS

 Bolpoint

 Worksheet Diskusi dan

Praktik

Praktikan dan klien melakukan diskusi bertahap dengan guide yang telah diseiakan dan juga memberikan psikoedukasi mengenai CBT terhadap klien agar mendapatkan sutau pemahaman bersama Waktu ± 60 Menit/pertemuan

Sesi 3

Kegiatan Evaluasi Cognitive Model dan Recontraction Cognitive

Tujuan kegiatan 1. Klien mampu memahami kembali core belieaf negative yang masih melekat dalam dirinya setelah mengerjakan tugas rumah 2. Klien mampu lebih terbuka dengan kondisi

dirinya sendiri

Prosedur  Praktikan menanyakan kondisi klien setelah 1 minggu pertemuan dan mengkroscek tugas rumah yang diberikan

 Menanyakan kembali core believe yang masih belum terbuka dalam diri klien dan masih menjadi pemahaman negatif klien selama ini

 Pembentukan suatu pemikiran positif dari hasil pemahaman core believe negatif yang ada dalam pemikiran klien

 Mengubah pemikiran positif baru tersebut kedalam aturan dan asumsi yang telah dilakukan

 Menentukan suatu komitmen dalam diri klien terhadap kepatuhan pemeriksaan serta penguatan diri

Lokasi Poli Psikologi

Alat dan Bahan  Form Tugas Rumah

 Bolpoint

 Handphone

 Buku Diskusi dan

Praktik Praktikkan mendiskusikan pemaham-pemahman klien dan memandu klien dalam mengevaluasi dirinya dalam procedure guide yang telah disiapkan

Waktu ± 45 Menit/Pertemuan

Sesi 4

Kegiatan Aktivitas Pemikiran Positif dan Tugas

Tujuan kegiatan 1. Membantu klien dalam menemukan aspek- aspek positif dalam dirinya

2. Membantu klien menemukan aktivitas yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari yang positif

3. Klien mampu menemukan insight baru Prosedur

-

 Menggali pemahaman klien terhadap diri dari sebuah perbedaan kondisi klien sebelum dan sesudah klien melakukan suatu pengobatan

 Klien diminta untuk menceritakan kondisi masa lalu yang kuat dan tangguh dalam menghadapi situasi serta kondisi berat

 Praktikkan mengapresiasi perkembangan positif klien dan memberikan suatu penguatan dalam bentuk afrmasi

 Membimbing klien dalam menentukan suatu kata-kata positif yang membantu klien dalam proses penguatan diri

 Menentukan suatu harapan kedepan apa yang akan klien lakukan setelah proses intervensi selesai dilakukan

 Pemberian Tugas Rumah Klien dengan tema “Life Story”

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan  Form Tugas

 Worksheet

 Handphone

 Bolpoint Diskusi dan

Praktikan

Praktikan dan klien mendiskusikan suatu bentuk penguatan-penguatan baru yang diperoleh oleh klien dalam proses intervensi dan juga pernah klien alami selama ini

Sesi 5

Kegiatan Evaluasi Aktivitas Pemikiran Positif

Tujuan kegiatan  Klien dapat memahami situasi dan kondisi klien setelah pertemuan sebelumnya serta klien ada progress yang didapatkan oleh klien

 Klien mempu menjelaskan kondisi dirinya setelah aktivitas-aktivitas itu dilakukan dirumah Prosedur

-

 Mengevaluasi kondisi klien setelah pertemuan sebelumnya dan mengkroscek hasil pengerjaan tugas rumah klien

 Membantu klien dalam menentukan penguatan-penguatan baru dalam dirinya

 Klien di bimbing dalam menentukan evaluasi apa yang tepat untuk dirinya

 Mengkroscek kegiatan-kegiatan positif apa yang telah terrealisasikan dari hasil pertemuan sebelumnya kemudian apa dampak yang didapat oleh klien setelah melakukan hal itu

 Memberikan penguatan dan afirmasi positif kepada klien

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan  Form Tugas Rumah

 Handphone

 Biolpoint Diskusi dan

Praktikan

Klien diminta untuk melakukan beberapa gerakan sesuai instruksi klien seperti halnya angkat satu kaki, loncat kekanan loncat kekiri, kemudian lompat jangkit agar bisa melatih keseimbangan klien dalam mengkoordinasikan antara otak dan gerakan tubuh

Jumlah Pertemuan 3 kali dalam seminggu Waktu ± 45Menit/Perrtemuan

Sesi 6 Kegiatan Terminasi

Tujuan kegiatan  Menemukan insight baru yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari

 Mendapatkan hasil keefektivitasan terapi pada diri klien

Prosedur  Praktikkan mengulas kembali hal-hal positif yang telah klien capai selama proses intervensi

 Praktikan mengarahkan klien untuk

- mengingat tujuan dan harapan diawal yang telah dituliskan dan diberikan tanda mana yang telah terrealisasikan

 Praktikan mencoba menanyakan apa yang harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi dari diri klien

 Praktikan membimbing klien evaluasi apa yang harus di benahi dari diri klien

 Memberikan penguatan kepada klien terkait keberhasilan-keberhasilan atas pencapaiannya

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan  Handphone

 Lembar tugas rumah Diskusi dan

Praktikan

Praktikan memberikan penguatan atas hasil capaian klien selama proses intervensi berlangsung dengan melihat dari rentang angka serta pantauan tugas

Waktu ± 60 Menit/Perrtemuan Sesi 7 Kegiatan Evaluasi Keseluruhan

Tujuan kegiatan  Klien dapat melanjutkan intervensi ini di rumah dan mengembangkan tugas rumah lebih banyak untuk membantuk klien dalam proses penyembuhan

Prosedur

-

 Praktikan mengevaluasi kesulurahan hasil pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan

 Memberikan penguatan klien bahwa intervensi dapat dilanjutkan

 Praktikkan memberikan informasi bahwa perlu ada kontroling 1 bulan untuk kembali ke poli psikologi

 Psikoedukasi ulang terkait management emosi

Lokasi Poli Psikologi Puskesmas Piyungan Alat dan Bahan  Handphone

 Lembar tugas rumah Diskusi dan

Praktikan

Praktikan memberikan penguatan atas hasil capaian klien selama proses intervensi berlangsung dengan melihat dari rentang angka serta pantauan tugas

Lampiran 4. Lembar Tes SSCT

Lampiran 5. Intepretasi SSCT RATING SHEET :

1. Sikap Terhadap Ibu :

14. Ibu saya aslinya baik karena tekanan sering marah 29.Ibu saya dan saya jarang komunikasi hampir tidak

44.Saya pikir bahwa semua ibu menginginkan anaknya sukses dan bahagia 59.Saya menyukai ibu saya, tetapi tidak dengan sifat marahnya

Rating : X

Persepsi : ada suatu anggapan negatif terhadap kondisi ibunya bahwa klien menganggap bahwa ibunya marah karena adanya sebuah tekanan selain juga bahwa klien tidak menyukai sifat ibunya yang marah-marah. Dengan situasi tersebut bahwa komunikasi yang terbentuk dari diri klien kepada ibunya hampir tidak ada.

2. Sikap terhadap ayah :

1.Saya merasa bahwa ayah saya jarang peka terhadap apa yang saya sampaikan 16.Seandainya ayah saya mau sedikit mengerti bahwa sekarang tidak baik-baik saja

31.Saya harap ayah saya bisa lebih memahami keluarga lagi 46.Saya merasa bahwa ayah saya adalah penyayang

Rating : 2

Persepsi : klien menganggap bahwa ayahnya tidak memahami dan mengerti kondisi klien serta kurang peka terhadap kondisi keluarganya namun adanya

Dalam dokumen Laporan Praktik Kerja Psikologi Bidang Klinis (Halaman 125-200)

Dokumen terkait