IDENTITAS
GENOGRAM
KELUHAN
RIWAYAT KELUHAN
Pelanggan merasa tidak didukung dan kurang mampu membuka diri ketika dihadapkan pada suatu masalah yang dirasakan. Sehingga klien merasa kecewa dan marah atas perlakuan Sang Buddha serta teringat pengalamannya dengan anak Sang Buddha. Selain itu klien juga merasa takut akan masa depannya, klien mengatakan bahwa ibunya tidak pernah memahami kondisi klien.
Klien selalu merasa dipaksa oleh ibunya untuk menuruti keinginan ibunya, ia tidak pernah mengikuti perintah ibu dengan baik sehingga membuat klien merasa tertekan dengan kondisi tersebut. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat klien merasa pusing, jantung berdebar-debar dan sebaiknya klien mengurung diri di kamar. Klien juga merasakan ketakutan akan kematian karena klien pernah mengalami langsung kematian saudara kandungnya, sehingga ketika ada yang meninggal klien merasakan ketakutan yang berlebihan hingga klien menangis dan sulit melakukan aktivitas.
Hal ini mengakibatkan klien tidak dapat konsentrasi dalam pekerjaannya, kehilangan motivasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan sering menyalahkan diri sendiri, klien merasa bersalah dengan keadaan ibunya, sehingga tidak mampu melakukan sesuatu sesuai harapan ibunya. Ketakutan yang dirasakannya akibat adanya kematian di dekat rumah, sehingga klien merasa cemas dan gelisah.
ANAMNESA
- Riwayat Perkembangan
- Riwayat Pendidikan
- Riwayat Pekerjaan
- Riwayat Kesehatan
Ibunya juga memberikan batasan kepada klien dalam menjalin pertemanan agar klien tidak mempunyai terlalu banyak teman bermain sejak kecil. Akibat kondisi yang dialami klien selama bertahun-tahun akibat sikap kasar ibu dan kurangnya dukungan dari ayah, menurut Buleknya klien mempunyai keinginan bunuh diri dengan memotong tangan, hal tersebut dilakukan karena klien merasa tidak mampu lagi menerima kata-kata dari ibu dan Buddhanya. Selama bekerja di perusahaan, pelanggan merasa nyaman dan memiliki aktivitas untuk melupakan apa yang terjadi di rumah.
Dari pacaran, klien yakin bahwa calon suaminya dapat menjadi sahabat dan memahami kondisinya. Klien hanya memikirkan kesembuhannya, sehingga sering mendapat pertanyaan yang membuatnya semakin sedih dan terpukul. Klien merupakan pelajar yang pendiam, sulit bersosialisasi karena tidak berminat bersosialisasi dengan teman dan klien lebih banyak duduk di kelas.
Timbul perasaan kecewa dan putus asa sehingga menyebabkan klien memutuskan tidak akan melanjutkan sekolah jika orang tuanya tidak mendukungnya. Klien juga tidak merasa kesepian jika tidak mempunyai teman, karena mereka merasa nyaman jika mempunyai sedikit teman.
DUGAAN SEMENTARA
TINJAUAN TEORI
Meskipun orang yang mengalami gangguan kecemasan belum tentu memiliki semua gejala yang disebutkan di atas, namun harus terlihat jelas dengan ciri-ciri tersebut di atas untuk dapat didefinisikan sebagai gangguan kecemasan (Nevid, dkk. 2018). APA (American Psychological Association) 2013 menyatakan bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Hal ini sejalan dengan data Kementerian Kesehatan RI (2020) yang menyebutkan terdapat 450 juta orang yang hidup dengan gangguan kesehatan jiwa, dengan mayoritas penduduk berusia 18 tahun ke atas (11,6%) mengalami gangguan emosi dengan kategori kecemasan. gangguan dan depresi.
Dengan kata lain peningkatan gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa, dimana pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus sebesar 6% dan pada tahun 2018 sebesar 9,8% (Idham i Prajogo dan Yudiarso, 2021). Selain hasil gejala-gejala tersebut di atas, terdapat alat ukur psikologis yang dapat membantu memperjelas gangguan kecemasan pada individu, yaitu GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder – 7), GAI (Geriatric Anxiety Inventory), BAI (Beck Anxiety Inventory). Dalam kasus gangguan kecemasan, terdapat bentuk-bentuk pengendalian diri dalam pengobatan gangguan kecemasan pada individu Beck (Corey dalam Hayat, 2014) mengemukakan bahwa dengan terapi kognitif terdapat 6 tahapan dalam pengendalian diri individu untuk mengatasi gangguan kecemasan pada diri. , Tepat.
Selain pendapat Beck di atas, Powell Enright (Dalam Hayat 2014) menyatakan bahwa relaksasi dapat digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dimana relaksasi merupakan suatu keterampilan untuk mempelajari suatu respon, yang dapat dipraktekkan oleh klien dan dapat digunakan untuk mengatasi rasa takut dan melawan kecemasan. Maka dalam hal ini praktisi memilih penggunaan CBT dalam proses pemberian psikoterapi pada pasien gangguan kecemasan karena sesuai dengan penelitian dan penjelasan teori diatas dan juga bentuk pengukuran oleh BAI sebagai monitoring sebelum dan sesudah penggunaan intervensi berkelanjutan. . .
ASESMEN
Tujuan Asesmen
Rancangan Asesmen
Pelaksanaan Asesmen
ASESMEN: PELAKSANAAN DAN HASIL
- Hasil Obervasi
- Observasi Klien
- Observasi Lingkungan Rumah
- Hasil Wawancara
- Kesimpulan Progonosis
Saat itu, kondisi klien kurang stabil karena klien tidak bisa tidur dan klien terus menerus menangis saat berbincang dengan praktisi. Kemudian klien masuk ke SDR 3 seperti gambar 3. Kemudian klien masuk ke SDR 2 seperti gambar 4. Klien melanjutkan ke SDR 4 sebagai nomor 5. Kemudian klien menjawab di SDR &. Pengujian dilanjutkan dengan tes DAP klien...instruksi diberikan oleh praktisi sehingga klien melakukannya dengan cukup baik. Klien bekerja secara berurutan dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Hal ini menyebabkan kondisi klien kurang mendapat dukungan dan adanya anggapan bahwa ibunya tidak memahami kondisi klien serta menganggap ibunya keras, kasar dan tidak peduli terhadap klien. Jadi, dalam beberapa hari terakhir, jika klien mendengar suara keras dari ibunya atau mendapat kritikan dari ibunya, maka kondisi klien langsung terasa tidak tenang, timbul kecemasan hingga menimbulkan nyeri ulu hati dan sesak napas dalam beberapa hari. Hal ini membuat klien percaya bahwa Budhe tidak pernah memahami upaya klien dalam merawat bayinya dan tidak memahami kondisi klien dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Klien menyatakan bahwa bukan hanya keadaan yang telah dijelaskan sebelumnya, namun ada pula faktor lain yang menyebabkan kondisi klien memburuk. Dalam 6 bulan terakhir, kondisi klien kurang baik seperti sering sakit, sesak nafas, dan sering sakit maag kambuh. Pada masa perkenalan B belum mengetahui kondisi klien seperti yang dialaminya saat ini dan juga konflik yang terjadi dalam keluarga.
Ayahnya juga merasa terganggu dengan kondisi klien saat ini, klien sering sakit-sakitan dan sering berobat ke puskesmas. Pemeriksaan psikologi di komunitas center, karena kondisi klien cemas dan gelisah di rumah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi konflik antara klien dengan ibunya serta perasaan kecewa terhadap hubungan orang tua.
Ekspresi emosi Dukungan pasangan terhadap kesejahteraan klien dan perilaku yang baik juga mendukung proses pengobatan psikologis klien. Motivasi klien untuk mencapai kesembuhan sangat tinggi karena ada tujuan yang akan dicapai setelah kondisi klien stabil. Selain itu, keputusan klien dalam proses pengobatan untuk datang ke psikologi merupakan keputusannya sendiri sehingga semangatnya untuk sembuh tinggi karena klien mempunyai tujuan masa depan setelah proses intervensi selesai dan kondisi klien stabil.
Klien juga tidak mempunyai tempat untuk berbicara ketika mengalami beban atau kondisi klien tidak berdaya.Permasalahan stressor yang dialami klien sangat dekat karena stressor berasal dari keluarga yang tinggal cukup dekat dengan klien sehingga terulang kembalinya klien. kondisi ini cukup sering terjadi. Hasil tersebut terlihat dari skor GAD-7 sebagai ukuran kondisi klien sebelum dan sesudah perawatan.
Pelaksanaan dan Hasil Intervensi
REKOMENDAS
Tujuan dari pemberian psikoterapi CBT pada pasien GAD adalah untuk menciptakan pemikiran baru yang lebih positif pada klien. Tujuan kegiatan Klien dapat memahami situasi dan kondisi klien setelah pertemuan sebelumnya dan klien dapat mengalami kemajuan. Tujuan Kegiatan Klien dapat melanjutkan intervensi ini di rumah dan mengembangkan lebih banyak tugas rumah untuk membantu klien dalam proses penyembuhan.
Selalu muncul dalam pikiran klien dan perasaan klien bahwa klien merasakan sakit terhadap ibunya atau orang yang meninggal. Jadi dapat dikatakan bahwa strategi coping klien terhadap suatu permasalahan cukup lemah dan kurang tepat 13. Interpretasi : dari hasil data yang dianalisis dari berbagai aspek menunjukkan bahwa klien dikelilingi oleh orang-orang yang lebih positif dan perhatian terhadap pelanggan , itulah yang diasumsikan. mengenai atasannya, klien mempunyai atasan yang baik, meskipun klien juga menganggap ada sisi buruk dari atasannya, hal itu menunjukkan sikap yang wajar.
Dengan demikian hal ini tertanam dalam benak klien mengenai masa kecilnya dan klien menganggap masa kecilnya tidak berwarna dan dapat dikatakan bahwa masa lalu klien tidak menyenangkan baginya. Hal ini menandakan adanya pengalaman masa lalu klien yang masih melekat pada diri klien. Selain itu, jika dilihat secara keseluruhan, pelanggan cenderung menunjukkan super egonya, yang lebih terasa pada hasil pengujian ini.
Bisa dibilang klien mempunyai beberapa ide bagus, namun ide tersebut hanya berupa khayalan. Hal ini menunjukkan adanya sikap tertutup, tidak adanya keinginan untuk terbuka, penolakan terhadap ketergantungan dan penindasan terhadap permusuhan. KESIMPULAN : Dari hasil analisis data yang dilakukan terhadap hasil tes DAP terlihat adanya sikap klien yang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan sosial, hal ini dikarenakan berdasarkan hasil tes terdapat perasaan, ketidakpercayaan terhadap apa yang dimiliki klien dan apa yang dirasakannya.
Tidak hanya itu, klien juga memiliki sifat yang sangat agresif sehingga hasil tesnya menunjukkan kecenderungan paranoia dan kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang merasa rendah diri dalam kaitannya dengan kedudukannya dalam keluarga. KESIMPULAN : Dari hasil tes HTP kali ini dapat disimpulkan bahwa sikap ibu cukup dominan dalam keluarga, artinya dalam diri ibu banyak terdapat kekuasaan dan sikap otoriter untuk mengatur kelangsungan hidup, seperti dalam pengasuhan atau keseharian. kehidupan. kehidupan.
Emosi: berdasarkan hasil tes, klien memiliki jenis emosi yang eksklusif, artinya ketika menghadapi suatu masalah, klien melihat masalah lebih dari sudut pandangnya sendiri. Kemudian klien juga mengubah konsentrasi menjadi tindakan kompulsif atau fiksasi, hal ini membuat klien lebih terarah atau terfokus pada tujuan.