• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Bentuk Pola Bagi Hasil Sistem Gaduh di Desa Darmasari

3. Resiko Bagi Hasil Dengan Sistem Gaduh

c. Perselisihan antar kedua belah pihak.

Perselisihan antar kedua belah pihak sering terjadi. Hal ini berkaitan dengan tata cara perawatan ternak dan kemanan terhadap ternak sapi. msalah pembagian keuntungan juga sering menjadi perdebatan antara kedua belah pihak dikarenakan perjanjian yang dilakukan tidak secara tertulis. Namun, hal ini dapat diselesaikan dengan musyawarah.

50

A. Analisis Pendapatan Masyarakat Desa Darmasari Sebelum dan Sesudah adanya Pola Kerjasama Sistem Gaduh

Dari data Desa Darmasari, dapat di ketahui bahwa profesi yang ada di Desa tersebut adalah sebagian besar sebagai petani dan buruh tani. Disamping itu ada pula yang berprofesi sebagai guru, pengrajin, tukang (kayu/batu), karyawan swasta, montir/sopir, PNS, TNI, POLRI dan pedagang. Sebagian besar masyarakt Desa Darmasari bekerja sebagai buruh tani. Disini juga dapat di jelaskan bahwa, dari segi ekonomi masyarakat di Desa Darmasari tergolong masyarakat ekonomi menengah. Mereka mengandalkan penghasilan sehari-hari dari hasil pertanian. Penghasilan dari profesi yang sudah mereka geluti bertahun tahun itu belum mampu mencukupi kebutuhan hidup karena biaya hidup sekarang yang meningkat tajam. Mereka juga merasa belum dapat menyisihkan uang sebagai tabungan untuk kepentingan hari tua mereka. Oleh karena itu sebagian orang diantara mereka juga menekuni profesi yang sudah sering dilakukan oleh masyarakat Desa Darmasari. Mereka melakukan profesi sampingan dengan cara mengelola ternak. Mereka memperoleh ternak dengan cara membeli sapi dipasar hewan atau menggaduh sapi milik orang lain untuk mendapatkan imbalan bagi hasil.

hal ini mereka lakukan karena harga sapi yang mahal membuat mereka akan kesulitan untuk membeli sapi. Dengan profesi sampingan tersebut mereka mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup besar hingga mereka dapat

menyisihkan untuk kepentingan masa tua. Menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat bernama Bapak Khusnul Fajri yang berprofesi sebagai guru swasta dan sekaligus sebagai peternak di Desa Darmasari mengatakan bahwa, faktanya praktik tersebut tidak hanya diminati oleh orang yang berprofesi sebagai petani saja akan tetapi PNS dan guru swasta. Di beberapa tempat justru mereka lebih antusias untuk terlibat di dalamnya, karena penghasilan dari gaduh sapi ini cukup besar untuk ukuran masyarkat Pedesaan dan bisa jadi investasi masa depan. Bagi mereka yang menjadi PNS, TNI, Polri, pengusaha atau guru swasta yang memiliki modal biasanya menjadi pihak pemilik modal, karena tidak memiliki waktu untuk mengurus ternaknya sendiri, apalagi memiliki ternak lebih dari satu ekor. Disamping itu juga mereka mempunyai prinsip untuk memberi pekerjaan kepada masyarakat lain yang membutuhkan bantuan.66

Pada tabel di bawah ini dapat kami paparkan sampel tingkat penghasilan mereka sebelum dan sesudah dilaksanakannya sistem gaduh, terutama para penggaduh yang berasal dari kalangan buruh tani. Hal ini dilakukan oleh mereka karena bisa dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Mereka dapat memanfaatkan lingkungan sekitar berupa limbah pertanian atau rumput yang melimpah sebagai pakan ternak sambil pulang dari pekerjaanya atau setelah pulang bekerja tanpa mengurangi jam kerja mereka. Untuk diketahui bahwa, mereka bekerja dari jam 07.00 sampai jam 12.00, lalu

66 Khusnul Fajri (pemilik modal), Wawancara, di desa Darmasari, 26 Agustus 2019.

dilanjutkan dari jam 14.00 sampai jam 17.00. Kesempatan di sela-sela istirahat itulah yang dipakai untuk mencari pakan ternaknya.

Tabel 06

Data Tingkat Pendapatan Sebelum Beternak Sapi

Dari data sampel pada tabel di atas, pendapatan masyarakat sebagai buruh tani sebelum melakukan usaha peternakan sistem gaduh rata-rata Rp 900.000.- Hal ini disebabkan karena musim tanam dalam satu tahun ada tiga kali, sedangkan masa kerja dalam satu musim tanam rata-rata 60 hari atau 2 bulan dan ongkos kerja rata-rata Rp 60.000.- per hari. Dengan demikian, selama 3 kali musim tanam, masyarakat yang mayoritas sebagai buruh tani mempunyai kesempata kerja rata-rata selama 180 hari per tahun dan hanya dapat mengumpulkan hasil upah kerja sebesar Rp 10,800,000.- Jika akumulasi upah kerja dalam satu tahun tersebut dibagi 12 bulan, maka rata-

No Nama Pekerjaan Penghasilan Rata-Rata

Perbulan (Rp) Keterangan

1 2 3 4 5

1 Kasim Buruh Tani 900.000 Para buruh tani

rata-rata bisa bekerja 2 bulan (60 hari) dalam satu kali musim tanam.

Satu tahun 3 kali musim tanam 3 kali musim tanam x 2 bulan (60 hari)

= 180 hari Ongkos harian buruh tani Rp 60.000

180 hari x 60.000 : 12 bulan = 900.000

2 Inaq Cemun Buruh Tani 900.000

3 Husen Buruh Tani 900.000

4 Moh. Sadir Buruh Tani 900.000

5 Inaq Cemen Buruh Tani 900.000

6 Nurhasanah Buruh Tani 900.000

7 Ruslan Buruh Tani 900.000

8 Mahnan Buruh Tani 900.000

9 Sukur Buruh Tani 900.000

10 Rusniyati Buruh Tani 900.000

11 Muhur Buruh Tani 900.000

12 Haeruman Buruh Tani 900.000

13 M. Ali Buruh Tani 900.000

14 Saparwadi Buruh Tani 900.000

15 Amaq Sabri Buruh Tani 900.000

16 M. Zuhdi Buruh Tani 900.000

17 Satarudin Buruh Tani 900.000

18 Amaq Ali Buruh Tani 900.000

`19 Sakirum Buruh Tani 900.000

20 Ahmad Rifa’i Buruh Tani 900.000

rata pendapatan masyarakat dari kalangan buruh tani adalah sekitar Rp 900.000.- per bulan

Selanjutnya, pada paparan data dibawah ini, peneliti menyajikan data penghasilan dari hasil beternak sapi. Dalam paparan ini peneliti fokus pada sistem gaduh bagi untung pasca jual sapi jantan hasil penggemukan. Hal ini peneliti lakukan agar tidak terjadi kesalahan data, karena sistem gaduh bagi hasil anakan sapi dari induk sapi betina membutuhkan jangka waktu dua sampai tiga tahun untuk mendapatkan bagian dari hasil usaha tersebut.

Sedangkan jika memelihara atau menggaduh sapi jantan, mereka membutuhkan waktu 5 sampai 7 bulan untuk bisa dijual. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti mengasumsikan masa pemeliharaannya rata-rata 6 bulan.

Tabel 07

Data Penghasilan Pemelihara Dari Hasil Beternak Sapi Dengan Sistem Gaduh

No Nama

Jumlah Sapi Yang Dipelihar

a

Harga Beli (Rp)

Harga Jual (Rp)

Keuntungan dari bagi hasil

(5-4:2) (Rp)

Rata-Rata Pendapatan

Perbulan (6:12)

(Rp)

Peningkatan Pendapatan

(%)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kasim 2 20,000,000 30,000,000 5,000,000 416,667 46

2 Inaq Cemun 1 10,000,000 15,000,000 2,500,000 208,333 23

3 Husen 2 22,000,000 30,000,000 4,000,000 333,333 37

4 Moh. Sadir 1 9,000,000 14,500,000 2,750,000 229,167 25

5 Inaq Cemen 1 7,500,000 12,000,000 2,250,000 187,500 21

6 Nurhasanah 1 10,000,000 16,000,000 3,000,000 250,000 28

7 Ruslan 2 16,000,000 30,000,000 7,000,000 583,333 65

8 Mahnan 2 17,000,000 26,000,000 4,500,000 375,000 42

9 Sukur 1 12,000,000 18,000,000 3,000,000 250,000 28

10 Rusniyati 1 10,000,000 15,500,000 2,750,000 229,167 25

11 Muhur 1 11,000,000 16,000,000 2,500,000 208,333 23

12 Haeruman 2 20,000,000 32,000,000 6,000,000 500,000 56

13 M. Ali 1 9,000,000 13,000,000 2,000,000 166,667 19

14 Saparwadi 2 15,000,000 25,000,000 5,000,000 416,667 46

15 Amaq Sabri 2 24,000,000 35,000,000 5,500,000 458,333 51

16 M. Zuhdi 2 20,000,000 30,000,000 5,000,000 416,667 46

17 Satarudin 2 22,000,000 31,000,000 4,500,000 375,000 42

18 Amaq Ali 2 23,000,000 33,600,000 5,300,000 441,667 49

19 Sakirum 1 11,000,000 16,500,000 2,750,000 229,167 25

20 Ahmad Rifa’i 1 9,600,000 14,000,000 2,200,000 183,333 20

Jumlah 33 298,100,000 453,100,000 77,500,000 6,458,333 718

Rata - Rata Pendapatan 1-16 3,875,000 403,645.83

Rata - Rata Pendapatan Individu Selama Setahun (12 bulan)

322,916

Prosentase Peningkatan Pendapatan Pendapatan Hasil Gaduh : Pendapatan hasil buruh X 100

36 %

Keterangan: Rp. 3.875.000 didapatkan dari jumlah keseluruhan bagi hasil yakni Rp. 77.500.000 dibagi dengan jumlah keseluruhan penggaduh (Rp.

77.500.00/20 = Rp. 3.875.000).

Data pendapatan masyarakat pada tabel di atas menyajikan pendapatan sampingan atau tambahan dari hasil beternak secara gaduh yang dijual setelah dipelihara selama enam bulan. Rata-rata keuntungan yang didapat dalam satu kali akad kerja yaitu selama enam bulan masa pemeliharaan adalah sebesar Rp 3,875,000. Jika dibagi dengan masa pemeliharaan selama rata-rata enam bulan, maka pendapatannya adalah rata-rata Rp 322,916. Sedangkan asumsi prosentase

peningkatan penghasilannya dapat disajikan pada tabel di bawah ini sebagai bahan kajian lebih lanjut jika ingin mengembangkan usaha ternak dengan sistem gaduh untuk meningkatkan penghasilan pada masyarakat Pedesaan, khususnya masyarakat Desa Darmasari

Tabel 08

Asumsi Rata-Rata Peningkatan Pendapatan Dari Peternakan Sapi

Keterangan:Prosentase peningkatan penghasilan atau pendapatan masyarakat adalah sebesar 36 %. Prosentase ini didapat dari penghasilan tambahan yang rata-rata sebesar rata-rata Rp. 323,000 dibagi penghasilan awal Rp 900.000 dikalikan 100% sama dengan 36 %.

Dari data di atas, pendapatan masyarakat yang memelihara ternak sapi dengan cara menggaduh rata-rata sebesar 323,000. sedangkan prosentase kenaikan pendapatannya sebesar 36 %. Hal ini disebabkan karena ada No Nama Pekerjaan

Rata-Rata Pendapatan Perbulan Pertahun (Rp)

Rata-Rata Pendapatan Dari Beternak Perbulan Pertahun (Rp)

Jumlah Pendapatan

(4+5) (Rp)

Prosetase Kenaikan Pendapatan

(%)

1 2 3 4 5 6 7

1 Kasim Buruh Tani 900,000 416,667 1,316,667 46

2 Inaq Cemun Buruh Tani 900,000 208,333 1,108,333 23

3 Husen Buruh Tani 900,000 333,333 1,233,333 37

4 Moh. Sadir Buruh Tani 900,000 229,167 1,129,167 25

5 Inaq Cemen Buruh Tani 900,000 187,500 1,087,500 21

6 Nurhasanah Buruh Tani 900,000 250,000 1,150,000 28

7 Ruslan Buruh Tani 900,000 583,333 1,483,333 65

8 Mahnan Buruh Tani 900,000 375,000 1,275,000 42

9 Sukur Buruh Tani 900,000 250,000 1,150,000 28

10 Rusniyati Buruh Tani 900,000 229,167 1,129,167 25

11 Muhur Buruh Tani 900,000 208,333 1,108,333 23

12 Haeruman Buruh Tani 900,000 500,000 1,400,000 56

13 M. Ali Buruh Tani 900,000 166,667 1,066,667 19

14 Saparwadi Buruh Tani 900,000 416,667 1,316,667 46

15 Amaq Sabri Buruh Tani 900,000 458,333 1,358,333 51

16 M. Zuhdi Buruh Tani 900,000 416,667 1,316,667 46

17 Satarudin Buruh Tani 900,000 375,000 1,275,000 42

18 Amaq Ali Buruh Tani 900,000 441,667 1,341,667 49

19 Sakirum Buruh Tani 900,000 229,167 1,129,167 25

20 Ahmad Rifa’i Buruh Tani 900,000 183,333 1,083,333 20

Rata-Rata Kenaikan Pendapatan 900,000 323,000 1,223,000 36 %

beberapa orang penggaduh yang memelihara sapi lebih dari satu ekor sehingga pendapatannya juga besar. Dengan data tersebut maka peneliti dapat mengasumsikan bahwa, melalui beternak sapi sebagai pekerjaan sampingan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya yang berprofesi sebagai buruh tani yang berpenghasilan rendah.

B. Penerapan Prinsip Bagi Hasil Usaha Peternakan Sapi dengan Sistem Gaduh di Desa Darmasari.

Secara teoritis sistem bagi hasil ini terbagi dua bentuk yaitu mudharabah dan musyarakah atau syirkah. Mudharabah merupakan akad antara pemilik modal (harta) dan pengelola modal, dengan syarat bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi dua.67 Sedangkan musyarakah atau syirkah menurut Syafi’i Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu pekerjaan tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.68

Dalam usaha bagi hasil peternak di Desa Darmasari, menurut peneliti bahwa sistem bagi hasil usaha ini mengusung konsep akad mudharabah karena di dalam prakteknya sesuai dengan teori mudharabah, yaitu pemilik modal atau shahibul maal memberikan dana 100% kepada pengelola dana atau mudharib yaitu berupa sapi tersebut. Penulis tidak menyebutnya sebagai akad musyarakah karena secara teori akad ini adalah perjanjian dua orang

67Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Rajawali Pers, cet. 9, 2014), h. 137.

68Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 90.

atau lebih untuk mengembangkan dan menginvestasikan modal masing- masing dalam medapatkan keuntungan yang akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.69 Hal lainnya dilihat dari rukun mudharabah menurut Adiwarman A. Karim yaitu:

1. Pelaku (Pemilik Dana dan Pihak Pengelola)

Dalam akad mudharabah minimal terdapat dua pihak yang terlibat. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al amal), sedangkan pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib).

2. Objek (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah dalam hal ini berupa modal, sedangkan mudharib menyerahkan jasa dan tenaga kerja sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, dan lain-lain. Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal berbentuk barang karena tidak dapat dipastikan taksiran harga yang mengakibatkan ketidakpastian besarnya modal mudharabah.

Namun, para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati oleh pelaku pada saat perjanjian awal.

3. Persetujuan Kedua Belah Pihak (Akad)

Di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan

69Muslihun Muslim, Fiqh Ekonomi, (Mataram: Lembaga Kajian Islam dan Masyarakat (LKIM) IAIN Matarm, 2005), h. 174.

perannya untuk mengkontribusikan dan, sementara pihak pengelola setuju untuk bekerja semaksimal mungkin.

4. Nisbah Keuntungan

Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang melakukan akad mudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik modal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak tentang pembagian keuntungan.70

Dari hasil penelitian di lapangan, benar adanya bahwa pihak pertama (pemiki modal). Sebagai contoh yaitu bapak Hairuman menyerahkan modalnya ke Pak Ali (pemelihara) yang digunakan untuk membeli ternak sapi di pasar hewan bersama-sama. Dalam hal ini kedua belah pihak ikut andil dalam pembelian ternak sapi agar sesuai dengan keingan dari kedua pihak.

Untuk pembagian nisbah keuntungan biasanya berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak yang berakad, nisbah dinyatakan dalam persentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu.

Seperti 50%:50%, 40%:60%, 99%:1%.71 Dalam bagi hasil usaha peternak sapi yang dijalankan di Desa Darmasari telah terjadi kesepakatan antara pemilik modal dengan pengelola bahwa apabila dilakukan penjualan dan memperoleh keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi dua atau 50:50, 50% bagian pemilik modal dan 50 % bagian pengelola sapi. Apabila ternak

70Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan..., h. 205.

71Ibid, h. 206.

sapi yang digaduhkan betina maka pembagian hasilnya anak sapi yang pertama akan menjadi milik pemelihara sapi dan untuk anak yang kedua akan menjadi milik pemilik modal dan setelah beranak dua kali biasanya induk sapi tersebut dikembalikan dan dijual oleh pemilik sapi untuk ditukarkan dengan sapi yang lebih muda dan fresh untuk menghasilkan anak sapi yang bagus. Sedangkan jika sapi betina yang digaduh tidak beranak maka pembagiannya diperoleh dari penjualan sapi betina tersebut kemudian dibagi sama rata. Adapun perhitungan sistem bagi hasil di Desa Darmasari seperti :

Bapak Ali adalah seorang pengelola sapi milik Bapak Hairuman dengan kesepakatan keuntungan 50%:50%. Harga beli sapi tersebut Rp.10.000.000.- dan setelah dipelihara oleh Bapak Ali selama satu tahun lebih, sapi tersebut dijual dengan harga Rp. 15.000.000 maka perhitungan bagi hasil antara Bapak Ali dengan Bapak Haeruman Rp.15.000.000 – Rp. 10.000.000 = Rp.5.000.000.- jadi uang senilai Rp. 5.000.000.- itu dibagi dua sesuai dengan kesepakatan awal. Yaitu untuk Bapak Ali memperoleh 50% x Rp.5.000.000 = Rp.2.500.000 dan hasil untuk Bapak Hairuman adalah 50% x Rp.5.000.000 = Rp.2.500.000. Itulah hasil yang mereka dapatkan dari keuntungan sapi tersebut.

60

Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kondisi pendapatan masyarakat Desa Darmasari sebelum menjalankan sistem gaduh sangat jauh dari cukup untuk menghidupi keluarganya.

Hal ini disebakan oleh lapangan pekerjaan yang hanya mengandalkan dari bertani, sementara lahan yang dimiliki sangat sempit. Demikian pula bagi mereka yang menjadi buruh tani, upah kerja yang didapatkan tidak cukup untuk kehidupan sehari-harinya. Tetapi dengan adanya pola kerja sistem gaduh, pendapatan rata-rata mereka meningkat signifikan.

2. Penerapan prinsip bagi hasil usaha peternakan sapi di Desa Darmasari Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur bisa dikatakan termasuk dalam akad mudharabah. Hal ini dilihat dari rukun mudharabah yaitu terdapat pemilik dana (shahibul mal) yang menyerahkan modal berupa sapi dan atau uang ke pihak pengelola (mudharib),sedangkan pihak pengelola mengeluarkan modal berupa tenaga untuk perawatan sapi.

Ketika tiba batas perjanjiannya, merekamelakukan bagi hasil secara adil.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas tetang penerapan prisip bagi hasil usaha peternakan sapi untuk meningkatkan pendapatan dengan sistem gaduh di Desa Darmasari Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur, penulis memberikan saran:

1. Untuk Peneliti

Dapat dijadikan sebagai rencana tindak lanjut untuk mengembangkan sistem gaduh dengan prinsip mudharrobah sehingga peneliti dapat lebih banyak akrab dengan masyarakat setempat sehingga peneliti bisa mengetahui lebih dalam tentang kerjasama bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam.

2. Untuk Pemilik Modal

Memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada pengelola dengan menambahkan jumlah hewan ternak agar pendapatan masyarakat menjadi lebih sejahtera sehingga pendapatan mereka tidak berada dibawah pendapatan regional dan dibawah garis kemiskinan.

3. Untuk Pemelihara

Memberikan perawatan yang optimal agar mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Untuk Pemerintah

Pemerintah khususnya pemerintahan Desa Darmasari supaya lebih berperan aktif dalam melindungi masyarakat terutama keamanan dari

pencurian agar masyarakat tidak was-was dalam menjalankan aktivitasnya sebagai penggaduh khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Jakarta: Amzah 2010.

Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat). Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Agung K.S, Djaelani S, Rini W, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Proyek Gaduhan Sapi Potong Di Kecamatan Oba Tengah Dan Oba Utara,Tidore Kepulauan Maluku Utara. Buletin Peternakan Vol.33: 40-48, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009.

Ascarya, Akad & Produk Syari’ah. Jakarta: Rajawali Press, 2007.

Bagon Suryanto dan Sutina, Metodologi Penelitian Social Berbagai Alternatif.

Cet. 1. Jakarta: Kencana, 2005.

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam.

Jakarta: Sinar Grafika, 1994.

Dwi Swiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan 1, 2010..

Hamzah Samsuri, kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Surabaya:

Greisindo Press Surabaya, 2001.

Ismail, Perbankan Syari’ah.Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2011.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah), Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, cetakan 1, 2012

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah Di Bank Syari’ah. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Mukhamat Khairudin, “Praktik bagi hasil nggado Sapi di Desa Ngrantung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo”. skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Nawawi,Ismail. Fiqh Muammalah Klasik dan Kotemporer. Bogor: Ghalia Indonesia, 2012

Purnawan Yulianto, Cahyo Saparinto, Pembesaran Sapi Potog Secara Intensif.

Jakarta: Penebar Swadaya, 2010.

Riska Sumarti, “Praktik Bagi Hasil Ngadas Sapi Antara Pemilik Dan Pemelihara Di Desa Langko Kecamatan Lingkar Perspektif Ekonomi Islam”, UIN Mataram, 2017.

Satrio, Hukum Perjanjian. Bandung : ITP Citra Aditya Bakti, 1992.

Sokardono, Ekonomi Agribisnis Peternakan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Cv Akademika Pressindo, 2009.

Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 3, Jakarta:

Salemba Empat, 2013

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2005.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1994.

UU no 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam https://disnakkeswan.ntbprov.go.id/.

Wahyu Adji, Ekonomi SMK Untuk Kelas XI. Bandung: Ganeca exacta, 2004.

Yasin, Suhubdy.Produksi Ternak Ruminansia (Kerbau Dan Sapi). Bandung: Reka Cipta, 2013

Yeni Rahmawati, “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Praktik Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan”, skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, 2017.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I

DAFTAR WAWANCARA 1. Apa yang anda ketahui tentang sistem gaduh?

2. Apakah alasan anda melakukan usaha sistem gaduh atau ngadas sapi?

3. Bagaimanakah perjanjian sistem bagi hasil usaha peternakan dengan sistem gaduh?

4. Bagaimanakah cara pembagian keuntungan dari sistem gaduh?

5. Bagaimana cara mengatasi resiko yang terjadi dalam sistem gaduh?

6. Apa yang akan dilakukan jika terjadi perselisihan antara pemilik modal dan pemelihara?

7. Siapakah yang bertanggung jawab apabila ternak sapi sakit, dicuri?

8. Berapa lama proses sistem gaduh sapi dilakukan?

9. Apakah dengan sistem gaduh sapi dapat membantu peningkatan pendapatan?

10.Bagaimanakah proses berakhirnya sistem gaduh sapi tersebut?

LAMPIRAN II

INFORMAN 1. Muslim (pemilik sapi)

2. Ridwan (pemilik sapi) 3. Hairuman (pemilik sapi) 4. M. Husnul Fajri (pemilik sapi) 5. Asri Hadi (pemilk sapi) 6. Kasim (pemelihara) 7. Inaq Cemun (pemelihara) 8. Husen (pemelihara) 9. Moh Sadir (pemelihara) 10.Inaq Cemen (pemelihara)

LAMPIRAN III

DAFTAR TABEL

Tabel 01: Jumlah penduduk di Desa Darmasari Kecamatan Sikur Tahun 2018, 35.

Tabel 02: jenis pekerjaan masyarakat desa Darmasari tahun 2018, 36.

Tabel 03: Sarana dan Prasarana Ibadah, 37.

Tabel 04: Data tingkat pendidikan pelaku usaha sistem gaduh di desa Darmasari, 38.

Tabel 05: Daftar jumlah pemilik, pemelihara ternak sapi dan jumlah sapi yang dipelihara, 44.

Tabel 06: data tingkat pendapatan sebelum beternak sapi, 53.

Tabel 07: data penghasilan pemelihara sapi dari hasil usaha dengan sistem gaduh, 55.

Table 08: Asumsi peningkatan pendapatan dengan sistem gaduh sapi, 56.

LAMPIRAN IV

GAMBAR

Dokumen terkait