• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENUTUP

B. Saran

Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada pelaksanaan tradisi To Ma’badong, diharapkan agar tradisi ini tetap dilestarikan dan tidak punah oleh modernisasi yang terkadang disalah artikan.

Menjadi suatu keharusan bahwa pesan-pesan yang terkandung dalam tradisi Ma’badong agar terus dijaga dan disosialisasikan agar mampu dipahami oleh semua pihak sehingga tradisi ini dapat terus berjalan tanpa kehilangan maknanya.

Generasi muda sebagai pewaris kebudayaan harus mulai diperkenalkan kepada tradisi To Ma’badong sejak dini sehingga mereka memahami mengapa tradisi ini selalu dilaksanakan serta apa makna yang terkandung didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anselm, Strauss & Juliet Corbin. (2007). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arifin, Jamaluddin, dkk. (2015). Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar.

George, Ritzer. (2009). Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Social Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Honigman, J.J. (2007). Cultur and personality. New York: Harper & Brothers Johnson, Paul.(2009). Teori Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.

Jumiaty. (2008). Makna Simbolik Tradisi To Ma’badong Dalam Upacara Rambu Solo’ Di Kabupaten Tana Toraja. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:

UNHAS.

Kluckhohn, C. (2008). Anthropology Today. Chicago: University Press

Koentjaraningrat. (2008). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

---. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Lepongan Bulan (YALBU).

Lyotard, Jean. (2008). The Postmodernisme And Condition A Report On Knowledge. Oxford: Manchester University Press.

McMillan & Schumacher. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.

RajaGrafindo. Persada

Mead, George, Herbert. (2010). Self An Society From The Stand Point Of Social Behaviorist. Chicago: University Of Chicago Press.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A, Michael. (2009). Analisis data kualitatif.

Jakarta: UI Press.

Moleong. (2008). Instrument Penelitian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy.( 2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

87

Narwoko, Dwi & Bagong Suyanto. (2011). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana

Poloma, M, Margaret. (2010). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Bandung : CV.Alfabet.

_________. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_________. (2011). Motode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulo, Pratiwi, Anggreini. (2010). Tampilan Pesan Diri Kelompok Pa’badong Dalam Upacara Rambu Solo’ Di Toraja Utara. Skripsi tidak diterbitkan.

Makassar: UNHAS.

Tangdilintin, L.T. (2007). Upacara Pemakaman Adat Toraja. Tana Toraja :Yayasan Lepongan Bulan (YALBU).

--- 2011. Toraja dan Kebudayaanya. Tana Toraja : Yayasan Taylor, Erward. (2008). Premitive Culture. New York: J.P Putnams Sons

Wirawan, I.B. (2013). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta : Kencana

Sumber Internet:

Dahlia. (2016).Analisis Wacana Ma’badong Salah Satu Acara Rambu Solo Tana Toraja. Jurnal Unismuh, (Online), Jilid1, No.02, (https:/www.google.co.id//journal unismuh.ac.id,) diakses , 26 Mei 2017).

Jadid, Ruhul. (2008). Pengertian Masyarakat, (Online), (https:/majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-masyarakat/.

Diakses 27 Mei 2017)

Kamma, Arlene, Azalia, Stephanie. (2016) Komunikasi Antar budaya, Tarian Ma’badon. Journal Ilmu Komunikasi, (Online), Jilid 4,No.2, 2016: 239- 251.ISSN 0000-0000, (https:/www.google.co.id//ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id diakses , 26 Mei 2017).

Panji, yearry. (2008). Teori Interaksionisme Simbolik.

http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teoriinteraksionismesimbolik /html,diakses 01 mei 2017)

Randan,Piter B. 2013. Ma’badong Tarian Kematian dari Toraja, (Online), (http://www.kompasiana.com/pitzdiah/ma-badong-tarian-kematian-dari toraja_5521028ea33311a74a46ce53, diakses 9 Mei 2017)

Wikepedia. Ma’badong. https://id.wikipedia.org/wiki/Ma%27badong (diakses 9 Mei 2017)

_________. Tari. https://id.wikipedia.org/wiki/Tari (diakses 10

PERMOHONAN JUDUL SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING KARTU KONTROL BIMBINGAN BERITA ACARA UJIAN PROPOSAL KETERANGAN PERBAIKAN HASIL UJIAN

SURAT IZIN PENELITIAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN

KARTU KONTROL PENELITIAN DOKUMENTASI

Umur : Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Informan Kunci :

1. Apa maksud daritradisi To Ma’badong ?

2. Apakah makna dari setiap teriakan-teriakan dan syair-syair yang diucapkan dalamtradisi To Ma’badong?

3. Apa alasan anda melakukan tradisi Ma’badong ?

4. Apa makna pesan yang tersirat dalam gerakan-gerakantradisi To Ma’badong?

5. Bagaimana awal mulanya dilaksanakan tradisiMa’badong ?

6. Mengapa dalam tradisi ma’badong harus ada pemimpinnya(Ambe Badong) ? 7. Mengapa tradisi To Ma’badong menjadi sebuah tradisi dalam masyarakat

Toraja ?

8. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dilakukannya tradisi To Ma’badong tersebut ?

9. Apa langkah-langkah yang dilakukan agar tradisi ini dapat tetap bertahan dan dapat sepenuhnya dipahami oleh masyarakat Toraja?

10.Apakah ada masyarakat toraja yang tidak menginginkan tradisi ma’badong diadakan lagi apabila ada acara rambu solo ?

Umur : Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Informan Ahli

1. Apa maksud daritradisi To Ma’badong ?

2. Apa langkah-langkah yang dilakukan agar tradisi ini dapat tetap bertahan dan dapat sepenuhnya dipahami oleh masyarakat Toraja?

3. Apakah tradisi ini tidak mengganggu religitas masyarakat Toraja ? 4. Bagaimana sistem penentuanpelaksanaan To Ma’badong ?

5. Bagaimana perasaan anda saat setelah melaksanakan tradisiMa’badong ? 6. Apa alasan anda melakukan tradisiMa’badong ?

7. Apa manfaat yang anda dapatkan saat melaksanakan tradisiMa’badong ? 8. Apakah di dalam keluarga anda ada yang tidak mendukung pelaksanaan

tradisi Ma’badong ?

9. Apa yang menyebabkan sehingga syair-syair badong yang dulu berbeda dengan syair lagu yang sekarang?

Umur : Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Informan Biasa

1. Apa maksud daritradisi To Ma’badong ?

2. Bagaimana pendapat anda tentang diadakannya tradisiMa’badong?

3. Bagaimana partisipasi anda dalam pelaksanaanMa’badong ?

4. Apakah tradisi Ma’badong diinginkan oleh setiap orang (keluarga) pada saat acara Rambu Solo ?

5. Apa yang anda rasakan saat tradisi Ma’badong sudah dilaksanakan?

6. Apakah tradisi ini pelaksananya masih didukung oleh pemerintah atau tidak?

7. Bagaimana partisisasi pemerintah terhadap pelaksanaan tradisi ma’badong?

1. Nama : Stepanus Sulle Paseno (bapak Tomo)

Umur : 50 tahun

Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Petani

2. Nama : Ne’ Rerung

Umur : 80 tahun

Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : IRT

3. Nama : Tamrin Ali

Umur : 65 tahun

Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Petani

4. Nama : Samsul ( bapak Wandi)

Umur : 45 tahun

Pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Petani

6. Nama : Muchtar Minggu (bapak Hermin)

Umur : 76 tahun

Pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Petani

7. Nama : Nenek Riki

Umur : 52 tahun

Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : IRT

8. Nama : Nurdin (bapak Nardi)

Umur : 39 tahun

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Petani/Sekretaris Lembang Buntudatu

9. Nama : Pak Hesti

Umur : 49 tahun

Pendidikan : tamat SD

10. Nama : Hanis (baak celsi)

Umur : 39 tahun

Pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Petani

PERSURATAN

DOKUMENTASI

Pemotongan Daging Kerbau

Wawancara bersama pelaku Ma’badong pada tanggal 27/07/2017

Wawancara bersama Tokoh Masyarakat pada tanggal 28/07/2017

Septiani

Nurdin Syarifuddin

Universitas Muhammadiyah Makassar Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Penelitian tentang Telaah Sosial TradisiMa’badongSebuah Kajian Komprehensif Masyarakat Tana Toraja. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah bentuk kajian telaah sosial Ma’badong masyarakat Tana Toraja dan Bagaimanakah strategi masyarakat tana toraja mempertahankan tradisi Ma’badong.

Tujuan penelitian ini adalah : (i) untuk mengetahui bentuk kajian telaah sosial ma’badong masyarakat tana toraja; (ii) untuk mengetahui strategi masyarakat tana toraja mempertahankan tradisima’badong.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lembang Buntudatu, Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja.. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan memahami realitas social tentang tradisi ma’badong sebuah kajian komprehensif masyarakat Tana Toraja. Informan ditentukan secara purpose sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu masyarakat Tana Toraja yang dianggap menguasai adat Toraja. Yaitu ketua adat, pelaku ma’badong dan keluarga yang melaksanakan tradisi ma’badong. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. teknik analisis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (i) Bentuk kajian social tradisi ma’badong masyarakat Tana Toraja adalah tidak hanya serangkaian lagu yang di nyanyikan melainkan sebuah persembahan kepada sang arwah almarhum/almarhuma yang telah meninggal. (ii) Strategi masyarakat Tana Toraja mempertahankan tradisi ma’badong yaitu mempertahankan tradisi ma’badong dengan membuat kelompok ma’badong yang kompak dan juga di berikan pemahan kepada generasi berikutnya tentang arti dari ma’badong serta perlu ditumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tradisi ma’badong yang dimiliki oleh masyarakat Tana Toraja.

Kata Kunci: Telaah Sosial,Tradisi Ma’badong, Masyarakat Tana Toraja

bahkan tidak ditemukan dikawasan lain. Keunikan dan keaslian itu membuat budaya Toraja menjadi dikenal sampai ke luar negeri. Bagi manusia kepercayaan menjadi suatu pegangan dalam meyakini sesuatu yang gaib atau sifatnya supranatural yang berbeda diluar batas pemikiran manusia. Aluk Todolo pada suku Toraja menempatkan kepercayaan terhadap dunia gaib yang merupakan sesuatu yang sifatnya hakiki.

Upacara kematian dan pemakaman yang disebut aluk rambu solo’ bagi sebagian masyarakat Toraja yang dilandasi oleh aturan dan kepercayaan serta bahkan boleh dikatakan bahwa hal tersebut dikatakan sebagai keyakinan yang mereka anut secara turun menurun. Dimana sebagian besar masyarakat Toraja menganggap bahwa aturan tersebut sudah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hubungannya dengan pemujaan kepada arwah leluhur.

Karena pada prinsipnya selain sebagai aturan yanng telah mencakup aspek-aspek tentang kehidupan manusia juga sebagai aturan pemujaan kepada Puang Matua (Sang Pencipta) serta aturan tentang bagaimana menyembah kepada sang pemelihara (kepada dewata-dewata) dan sebagai aturan tentang bagaimana menyembah atau pemujaan kepada leluhur sebagai pengawas dan pemberi berkat kepada turunannya. Dalam kehidupan keseharian orang Toraja dalam mengaktualisasikan kepercayaan aluk todolo, dengan melahirkan berupa upacara keselamatan dan kehidupan manusia yang disebut rambu tuka’ (Aluk Rampe Matallo). Upacara itu juga dapat bermakna sebagai upacara syukuran. Sedangkan untuk kematian dan pemakaman disebut upacara Rambu solo’ (Aluk Rampe Matampu).

Tanah Toraja Sulawesi Selatan yang dikenal memiliki beragam kesenian daerah yang telah mendarah daging secara turun temurun. Salah satu di antaranya adalah Ma’badong. Ma’badong suatu nyanyian atau tarian atau lirik yang dilantunkan ketika upacara kematian itu dilaksanakan. Tarian ini dilakukan secara berkelompok pada umumnya oleh kaum pria, baik muda atau pun tua, namun

ratapan disertai gerakan tangan dan langkah kaki yang disesuaikan dengan irama lagu.

LANDASAN TEORI

a. Teori Interaksi Simbolik

Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik yaitu : (1) prilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala, (2) pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia, (3) masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga, (4) perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran penomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis, (5) konsep mental manusia itu berkembang dialektik dan (6) prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.

Interaksi simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu simbol yang terpenting dan isyarat (decoding). Akan tetapi, simbol bukan merupakan faktor-faktor yang telah terjadi (Given), melainkan merupakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian

“makna”. Penyampaian makna dan simbol inilah yang menjadi subjek matter dalam teori interaksi simbolik.

Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam berkomunikasi, tetapi manusia tidak terbatas pada bentuk komunikasi ini. Bentuk yang lain adalah komunikasi simbol.

Karakteristik khusus dari komunikasi simbol manusia adalah tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, menggunakan kata-kata dan simbol-simbol suara yang mengandung arti yang dipahami bersama dan bersifat standar.

Simbol juga digunakan dalam (proses) berpikir subjektif, terutama simbol- simbol bahasa. Hanya saja simbol-simbol itu tidak diapakai secara nyata (covert), yaitu melalui percakapan internal. Serupa dengan itu, secara tidak kelihatan individu itu menunjuk pada dirinya sendiri mengenai diri atau identitas yang

b. Teori Fungsionalisme Struktural

Parsons mengkaji perilaku individu dalam organisasi sistem sosial. Ia menekankan bahwa sistem tersebut mengalami saling pertukaran dengan lingkungannya sehingga terjadi aksi sosial. Dalam menjalankan peran tersebut, terjadi kesepakatan dan berlangsung interaksi atau hubungan berpasangan antar- ego dan alter yang telah dikembangkan. Pola pelembagaan tersebut akan menjadi sistem sosial.

Ada dua mekanisme dalam proses ini, yaitu: (1) mekanisme sosialisasi; (2) mekanisme control social. Pertama, mekanisme sosialisasi merupakan proses social melalui mediasi antarpola kultural (nilai-nilai, kepercayaan, bahasa dan simbol-simbol). Seluruh nilai, kepercayaan, bahasa dan simbol ditanamkan pada sistem personal. Lewat proses ini individu akan menerima dan memiliki komitmen terhadap norma-norma yang ada.

Kedua, mekanisme kontrol, mencakup proses status dan pesan yang ada di masyarakat yang diorganisasi ke dalam sistem sosial. Tujuan mekanisme ini adalah mereduksi ketegangan yang muncul. Mekanisme kontrol ini meliputi pelembagaan, sangsi, aktivitas ritual, penyelamatan keadaan kritis, pengintegrasian menuju keseimbangan dan pelembagaan kekuasaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lembang Buntudatu, Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja.. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan memahami realitas social tentang tradisi ma’badong sebuah kajian komprehensif masyarakat Tana Toraja. Informan ditentukan secara purpose sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu masyarakat Tana Toraja yang dianggap menguasai adat Toraja. Yaitu ketua adat, pelaku ma’badong dan keluarga yang melaksanakan tradisi ma’badong. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat kita ketahui bahwa bentuk kajian telaah sosial Ma’badong masyarakat Tana Toraja merupakan sebuah tradisi yang pelaksanaannya pada saat ada acara rambu solo dan dan ketika ada kerbau yang disembeli atau dikurbankan. Acara ma’badongdilaksanakan apabila ada keluarga yang ingin di pakbadongkan. tetapi ada sejumlah atau sebagian agama Kristen dan agama islam yang ada di Tana Toraja yang tidak lagi menginginkan acara ma’badong tersebut diadakan karena mereka meyakini bahwa tidak sesuai lagi dengan ajaran agama mereka. Tradisi To Ma’badong yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Tana Toraja merupakan salah satu warisan leluhur yang masih dipertahankan hingga sekarang ini. Kesetiaan mereka terhadap amanah leluhur melekat pada setiap warga Tana Toraja yang masih melaksanakan tradisi tersebut.

Makna pesan dari badong adalah memanggil seluruh keluarga serta tetangga untuk tetap mengingat jasa-jasa almarhum/almarhumah. Juga memberitahukan kepada kita bahwa bersedih itu bukanlah suatu hal yang salah. Kemudian ma’badong juga menceritakan perjalanan seorang manusia yang telah meninggal dunia ke alam baka. Di mana perjalanannya begitu baik sehingga setibanya di sana dia akan bertemu dengan nenek moyangnya dan Tuhan yang telah menciptakannya serta semua manusia yang ada di bumi.

Strategi masyarakat Tana Toraja mempertahankan tradisi ma’badong adalah dengan mencintai, menghormati serta membuat suatu kelompok badong.

Karena dengan membuat suatu kelompok To ma’badong merupakan wujud cinta dan hormat kepada nenek moyang dan orang tua mereka. tradisi To Ma’badong yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Tana Toraja merupakan salah satu warisan leluhur yang masih dipertahankan hingga sekarang ini. Kesetiaan mereka terhadap amanah leluhur melekat pada setiap warga desa. Kepercayaan tersebut

mana masyarakatnya masih menganut kepercayaan aluk todolo atau agama para leluhur di mana masyarakatnya masih menyembah berhala, tradisi To Ma’badong selalu di laksanakan setiap masyarakat melaksanakan rambu solo’ atau upacara kematian. Namun dalam pelaksanaanya di masa kini, tradisi ini sudah mengalami banyak perubahan dari segi syair ( kadong badong) yang di nyanyikan serta maknanya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari masuknya agama baru yang akhirnya dianut oleh masyarakat daerah setempat. Setelah masuknya ajaran Kristen, makna dari tradisi Ma’badong pun ikut di-kristen-kan sehingga beberapa syair yang dulunya dilantunkan tidak lagi di nyanyikan dan diganti di masa kini karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.

Namun begitu tradisi ini tetap terlaksana atau masih eksis ditengah-tengah masyarakat Tana Toraja karena mereka beranggapan bahwa tradisi ma’badong adalah suatu hiburan untuk orang yang berduka dan juga merupakan wujud cinta dan hormat kepada nenek moyang dan orang tua mereka.

KESIMPULAN

Dalam perkembangannya, tradisi Ma’badong yang masih dilakukan di daerah Tanah Toraja hingga sekarang ini telah mengalami banyak perubahan jika dibandingkan dengan tradisi Ma’badong yang dilakukan di masa lampau. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh agama baru yang di anut masyarakat setempat saat ini yang kemudian menggantikan agama terdahulunya, Aluk Todolo Melalui tradisi Ma’badong yang dilakukan dalam tradisirambu solo’ ini tercermin suatu sikap tetap mengasihi, menghormati, menjunjung serta mengingat jasa-jasa leluhur.

Dapat kita ketahui bahwa bentuk kajian social tradisi ma’badong masyarakat Tana Toraja adalah tidak hanya serangkaian lagu yang di nyanyikan melainkan sebuah persembahan kepada sang arwah almarhum/almarhuma yang telah meninggal. strategi masyarakat Tana Toraja mempertahankan tradisi

kebanggaan terhadap tradisi ma’badong yang dimiliki oleh masyarakat Tana Toraja

DAFTAR PUSTAKA

Anselm, Strauss & Juliet Corbin. (2007). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arifin, Jamaluddin, dkk. (2015). Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar.

George, Ritzer. (2009). Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Social Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Honigman, J.J. (2007). Cultur and personality. New York: Harper & Brothers Johnson, Paul.(2009). Teori Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.

Jumiaty. (2008). Makna Simbolik Tradisi To Ma’badong Dalam Upacara Rambu Solo’ Di Kabupaten Tana Toraja. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:

UNHAS.

Kluckhohn, C. (2008). Anthropology Today. Chicago: University Press

Koentjaraningrat. (2008). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

---. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Lepongan Bulan (YALBU).

Lyotard, Jean. (2008). The Postmodernisme And Condition A Report On Knowledge. Oxford: Manchester University Press.

McMillan & Schumacher. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.

RajaGrafindo. Persada

Mead, George, Herbert. (2010). Self An Society From The Stand Point Of Social Behaviorist. Chicago: University Of Chicago Press.

Mulyana, Deddy.( 2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Narwoko, Dwi & Bagong Suyanto. (2011). Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta : Kencana

Poloma, M, Margaret. (2010). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Bandung : CV.Alfabet.

_________. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_________. (2011). Motode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulo, Pratiwi, Anggreini. (2010). Tampilan Pesan Diri Kelompok Pa’badong Dalam Upacara Rambu Solo’ Di Toraja Utara. Skripsi tidak diterbitkan.

Makassar: UNHAS.

Tangdilintin, L.T. (2007). Upacara Pemakaman Adat Toraja. Tana Toraja :Yayasan Lepongan Bulan (YALBU).

--- 2011. Toraja dan Kebudayaanya. Tana Toraja : Yayasan Taylor, Erward. (2008). Premitive Culture. New York: J.P Putnams Sons

Wirawan, I.B. (2013). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta : Kencana

Sumber Internet:

Dahlia. (2016).Analisis Wacana Ma’badong Salah Satu Acara Rambu Solo Tana Toraja. Jurnal Unismuh, (Online), Jilid1, No.02, (https:/www.google.co.id//journal unismuh.ac.id,) diakses , 26 Mei 2017).

Jadid, Ruhul. (2008). Pengertian Masyarakat, (Online), (https:/majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-masyarakat/.

Diakses 27 Mei 2017)

Kamma, Arlene, Azalia, Stephanie. (2016) Komunikasi Antar budaya, Tarian Ma’badon. Journal Ilmu Komunikasi, (Online), Jilid 4,No.2, 2016: 239-

http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teoriinteraksionismesimbolik /html,diakses 01 mei 2017)

Randan,Piter B. 2013. Ma’badong Tarian Kematian dari Toraja, (Online), (http://www.kompasiana.com/pitzdiah/ma-badong-tarian-kematian-dari toraja_5521028ea33311a74a46ce53, diakses 9 Mei 2017)

Wikepedia. Ma’badong. https://id.wikipedia.org/wiki/Ma%27badong (diakses 9 Mei 2017)

_________. Tari. https://id.wikipedia.org/wiki/Tari (diakses 10

Dokumen terkait