• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen Munirall M.Pd. (Halaman 88-116)

Sesuai dengan kesimpulan yang dipaparkan diatas, maka dalam bagian ini akan diberikan saran sabagai berikut :

1. Seharusnya masyarakat memberikan kesempatan kembali kepada mantan narapidana untuk dapat hidup dilingkungan tempat tinggalnya, bukannya malah mengucilkannya sehingga mereka akan merasa diperlakukan secara adil.

2. Mantan narapidana yang telah menjalani masa hukuman dan kembali ke dalam kehidupan bermasyarakat sebaiknya diberikan dukungan dan arahan agar mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya.

3. Perlunya korelasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mempermudah komunikasi serta menjalin hubungan yang baik antara mantan narapidana dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas pengembangan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.jakarta. rajawali.

A, F. Saifuddin. 2010. Pengantar teori teori sosial. Jakarta : yayasan pustaka obor indonesia

Chazawi, Adami.2002. pelajaran hukum pidana bagian 2. Jakarta. PT rajagrafindo persada.

Fachrul, melati ferianita. 2007. Metode sampling. Jakarta. Bumi aksara.

Farid, Zainal Abidin. 1995. Hukum pidana. Jakarta: sinar grafika.

Narwoko, j. dwi & bagong suyanto.2004. Sosiologi teks pengantar dan terapan.

Jakarta. Kencana.

Nazir, Nasrullah. 2009. Teori–teori sosiologi. Jakarta. Widyah padjadjaran.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi kontemporer. Jakarta. : PT. raja grafindo persada.

Ritzer, George.2009. Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta : rajawali pers

Soekanto,Soerjono.2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali pers.

Salam, A & Desasfuryanto Adri. 2004. Criminology (pembebesan dengan kasus pidana yang terjadidi seluruh Indonesia, Jakarta.PTIK.

Soeharto, Irawan. 2002. Metode penelitian sosial. Bandung : PT remaja rosdakarya.

Salim, Agus. 2001. Teori paradigma sosial penelitian sosial. Yogyakarta : tiara wacana yogya.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Utsman, Sabian.2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Narapidana//repository.unand.ac.id/17009/1/Adaptasi _Kehidupan_Sosial_Mantan_Narapidana.pdfdiakses 21 mei 2015 pukul 18:01

Kabupaten Enrekang “

Lampiran 1

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

3. Agama :

4. Pekerjaan informan : Pertanyaan

1. Bagaimana menurut anda jika mendengar kata narapidana ? 2. Apa yang anda lakukan jika bertemu dengan mantan narapidana ?

3. Bagaimana pendapat anda jika dikampung anda tinggal seorang mantan narapidana ? 4. Jika temanmu seorang mantan narapidana, apa yang akan kamu lakukan ?

5. Apa yang akan kamu lakukan jika dalam lingkungan tempat tinggalmu, ada yang mengucilkan mantan narapidana ?

6. Apa alasan anda mau menerima kembali mantan narapidan dilingkungan tempat tinggal anda ?

7. Apa alasan anda untuk menolak mantan narapidana yang kembali hidup dilingkungan tempat tinggal anda ?

Jenis kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Pekerjaan informan : Kepala Dusun desa Bampu

2. Nama : Adinda ian

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan informan : Ibu rumah tangga

3. Nama : Muhammad Zubair

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan informan : Mahasiswa

4. Nama : Sukmawati

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Agama : Agama Pekerjaan informan : Pegawai

6. Nama : Hariati

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agam : Islam

Pekerjaan informan : Penjahit pakaian

7. Nama : Nurdin

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan informan : Pegawai

8. Nama : Nur Azizah

Unur : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan informan : pegawai

Agama : Islam Pekerjaan informan : tukang ojek

10. Nama : Risi

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan informan : penjual sayur

Foto saat wawancara di desa bampu Sumber : dokumentasi pribadi

Eka Savitri 1053 082217 11

Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Eka Savitri. 2015. Keberterimaan Masyarakat Terhadap Mantan Narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hidayah Quraisy dan Andi adam.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana tanggapan masyarakat mantan narapidana dan faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat menolak dan menerima mantan narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap mantan narapidana dan faktor penyebab masyarakat menerima dan menolak mantan narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam (interview), observasi langsung, kepustakaan dan

mendisplay data dan dikumpulkan dari berbagai pihak dan memberikan verifikasi untuk kesimpulan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian masyarakat yang menolak kehadiran mantan narapidana dan ada juga yang menerima mantan narapidana karena menganggap akan mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan, ada juga yang tidak terlalu memperdulikan mantan narapidana selama tidak meresahkan masyarakat lainnya.

Kata kunci: Mantan Narapidana, Masyarakat, interaksi sosial Latar belakang

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama

kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya.

Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan lain sebagainya

Lebih lanjut, masyarakat diatur berdasarkan nilai,norma, dan hukum yang disepakati secara bersama oleh masyarakat untuk mengatur dan menjaga keseimbangan didalam masayarakat itu sendiri. Setiap masyarakat memiliki nilai, norma dan aturan tersendiri yang disesuaikan dengan keragamannya.

Anggota masyarakat yang mematuhi kesepakatan nilai dan norma umumnya diberikan reword seperti penghargaan-penghargaan dan pujian dari anggota masyrakat lainnya. Sebaliknya anggota masyarakat yang tidak mematuhi kesepakatan yang telah disetuji dikenakan punishman. Dapat berupa sanksi sosial dan hukuman kurungan/penjara.

Penjara merupakan tempat kurungan bagi anggota masyarakat yang amoral yang didalam konteks indonesia disebut dengan lembaga pemasyarakatan (lapas).

Lapas menekankan aspek membina para prilaku amoral tersebut atau naraapidana ssebisa mungkin menjadikan dia masyarakat yang patuh nilai, norma dan aturan.

lingkungannya.

Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan lain sebagainya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan kenyataaan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu timbul pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling membutuhkan. Dari kenyataan ini kemudian timbullah suatu struktur antar hubungan yang beraneka ragam. Keragaman itu dalam bentuk kolektivitas-kolektivitas serta kelompok-kelompok dan pada tiap- tiap kelompok tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil. Apabila kolektivitas-kolektivitas itu dan kelompok-kelompok mengadakan persekutuan dalam bentuk yang lebih besar, maka terbentuklah apa yang kita kenal dengan masyarakat.

Pada setiap masyarakat, jumlah kelompok dan kesatuan sosial tidak hanya satu, disamping itu individu sebagai warga masyarakat dapat menjadi bagian dari berbagai kelompok dan atau kesatuan sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut.

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.seperti;

sekolah, keluarga,perkumpulan, negara semua adalah masyarakat. Menilik kenyataan di lapangan,suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa. Bisa juga berlatar belakang suku.dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.

Dalam ilmu sosiologi dikenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.

Selo sumarjan (1974), mengemukakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan. Koentlaraningrat (1982), memberikan defenisi tentang masyarakat sebagai “suatu kesatuan hidup manusia

“setiap kelompok manusia yang hidup berkerjasama dalam waktu relative lama dan mampu membuat keteraturan dalam hidup bersama dan menjadi sebagai satu kesatuan”.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Manusia hidup bersama.

Suatu kelompok manusia menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil rt/rw, desa kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan bahkan negara.

2. Bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama

Di dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar perseorangan, antar kelompok-kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

2. Setiap anggotanya menyadari dirinya sebagai satu kesatuan, dan ; Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai

dalam hidup bersama. Memiliki adat istiadat tertentu/kebudayaan adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sebagainya.

Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut:

1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

2. Bergaul dalam waktu cukup lama. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

Diinspirasi oleh perspektif interaksionisme simbolik dan telah berkembang sedemikian rupa dengan riset-riset dan pengujiannya dalam berbagai bidang seperti, kriminolog, kesehatan mental, kesehatan dan pendidikan.

4. Teori labelling dipelopori oleh Lemert dan Interaksionisme simbolik dari Herbert Mead (dalam Sunarto, 2004). Kemudian dikembangkan oleh Howard Becker pada tahun 1963. Awalnya, menurut Teori Struktural devian atau penyimpangan dipahami sebagai perilaku yang

Teori labeling menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah Sampai pada tahap penyimpangan sekunder (secondary deviance). Defenisi menyimpang dari kaum reaktivis didasarkan pula dari teori labeling ini. Dalam penjelasannya teori labeling juga menggunakan pendekatan interasiksinisme yang tertarik pada konsekuensi-konsekuensi dari interaksi antara si penyimpang dan masyarakat biasa (konvensional). Teori ini tidak berusaha untuk menjelaskan mengapa individu-individu tertentu tertarik atau terlibat dalam tindakan menyimpang, tetapi yang lebih ditekankan adalah pada pentingnya bdefenisi-defenisi sosial dan sanksi-sanksi sosial negative yang dihubungkan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk dalam tindakan yang lebih menyimpang.

6. Edwin Lemert memberikan perbedaan mengenai konsep teori labeling ini, yaitu primary deviance dan secondary deviance. Primary deviance ditujukan kepada perbuatan kepada perbuatan menyimpang tingkah laku awal. Kelanjutan dari penyimpangan ini berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang karena cap yang dia terima dari perbuatan yang telah dilakukan. Ketika label negatif diterapkan begitu kuat sehingga menjadi bagian dari identitas yang individual, ini yang kemudian didistilahkan lemert penyimpangan

(mengidentifikasi dirinya sebagai pelaku penyimpangan/penjahat).

Metode penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, meliputi rangkaian kegiatan yang sistematik untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diajukan.

Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian ini adalah mantan narapidana. Tipe penelitian ini adalah deskriptif yaitu berupaya untuk menjelaskan fenomena sosial yang terjadi.

Penelitian ini mengambil lokasi di kecamatan enrekang kabupaten enrekang dan yang menjadi subyek penelitian ini adalah mantan narapidana yang ada di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

Pada penelitian ini, penulis sendiri yang bertindak sebagai insrtumen (human insrtumen). Hal ini didasari oleh adanya potensi manusia yang memiliki sifat dinamis dan kemampuan untuk mengamati, menilai, memutuskan dan menyimpulkan secara obyektif.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang cermat dan valid serta memudahakan penelitian maka perlu menggunakan alat bantu berupa pedoman wawncara (daftar pertanyaan), pedoman observasi, pensil/pulpen dan catatan peneliti yang berfungsi sebagai alat pengumpul data serta alat pemotret.

spesifik, yaitu dengan pengamatan menggunakan indera penglihatan yang berarti melihat kondisi mantan narapidana di kabupaten enrekang.

Wawancara mendalam dalam hal ini ditujukan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai pikiran serta perasaan informan melihat, menilai dan merasakan kemiskinan berdasarkan perspektifnya. Informasi dari informasi kemudian diolah, ditafsirkan dan dianalisis oleh peneliti sehingga melahirkan pandangan peneliti tentang data.

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dan dokumen-dokumen penting pada setiap objek penelitian atau pada kantor daerah dan instansi terkait.

Pembahasan

Dalam bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan observasi, wawancara serta dokumentasi tentang Keberterimaan Masyarakat Terhadap Mantan Narapidana. Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut :

Kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan psikologis merugikan masyarakat, baik yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercakup dalam undang- undang (Kartono, 1981;148). Orang diancam pidana karena melakukan suatu perbuatan yang merugikan orang lain atau masyarakat. Namun demikian

Kejahatan yang ada ditengah masyarakat merupakan suatu permasalahan yang banyak menuntut perhatian dari berbagai pihak, karena kejahatan merupakan tindakan yang sangat antisocial yang ditentang oleh negara. Kejahatan merupakan tindakan hasil ekspresi emosi yang tidak stabil, dimana penjahat tidak dapat mengendalikan emosinya, dan atas kejahatan yang telah dilakukan tersebut si pelaku harus dikenakan sanksi atas perbuatan yang ia lakukan di Lembaga Pemasyarakatan. Secara jelasnya kejahatan yang terjadi atau penyimpangan yang terjadi adalah hasil dari proses belajar yang salah. Sebagaimaman yang telah dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland (1992:13) bahwa penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang meyimpang, terutama dari subkultur atau dianatara teman-teman sebaya yang menyimpang.

Teori labeling menjelaskan pentimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder ( secondary deviance ).

Devenisi menyimpang dari kaum relaktivis didasarkan pula dari teori ini. Dalam penjelasan teori labeling juga menggunakan pendekatan interaksionisme yang tertarik pada konsekuensi-konsekuensi dari interaksi si penyimpang dan masyarakat biasa. Teori ini tidak berusaha menjelaskan mengapa individu- individu tertarik atau terlibat dalam tindakan menyimpang, tetapi yang lebih ditekankan adalah pada pada pentingnya defenisi-defenisi dan sanksi-sanksi sosial

Artinya ada orang-orang yang member defenisi, julukan, atau pemberi label pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah negatif.

Teori labeling erat kaitannya dengan reaksi masyarakat yaitu pemberian cap atau julukan kepada seseorang merupakan salah satu teori yang lahir atas fenomena yang terjadi dimasyarakat. Fenemona sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia, merupakan suatu interaksi antara manusia dengan yang lainnya. Yang mana dari cap tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk penyimpangan.

Banyak ahli sosiologi sepakat bahwa interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial. Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai suatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial (jhonson, 1986: 214-215). Ketika berinteraksi, seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang lain atau kelompok lain, sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan.

Selain beberapa hal diatas, erat pula kaitannya dengan cap yang diberikan oleh masyarakat terhadap mantan narapidana. Menurut para ahli teori labeling, mendefenisikan penyimpangan merupakan sesuatu yang bersifat relative dan

Meier, 1989:92) mendefenisikan penyimpangan sebagai “suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seseorang pelanggar”.

Melalui defenisi itu dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang, atau pada siapa label secara khusus ditetapkan.

Dengan demikian, dimensi penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi, bukan pada kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain, penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton.

Lembaga Pemasyarakatan adalah merupakan wadah untuk belajar kembali (resosialisasi) bagi narapidana untuk mempersiapkan diri mereka baik secara fisik maupun mental agar dapat terjun kembali ke masyarakat dengan baik serta dapat berperan wajar dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian sesuai dengan yang diharapkan terutama pada pihak pemerintah perlakuan (hukuman) terhadap narapidana bersifat mendidik dan membina narapidana agar menjadi manusia yang penuh percaya diri dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan menjunjung tinggi norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Kebebasan merupakan proses yang paling ditunggu oleh narapidana yang sedang menjalani masa hukuman. Narapidana akan dikembalikan kelingkungan masyarakat dan kembali berkumpul dengan sanak keluarga serta dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat. Narapidana bisa kembali menghirup udara segar

narapidana, sebab narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan mempunyai kondisi yang sangat berbeda dengan manusia pada umumnya.

Sesuai dengan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas maka seseorang yang mendapatkan cap akan mendapatkan konsekuensi dari pemberian label tersebut, dapat berakibat serius pada tindakan penyimpangan yang lebih lanjut. Inilah yang membedakan bentuk penyimpangan primer (primary deviance) dengan penyimpangan sekunder (secondary deviance), dimana cap menyimpang menghasilakan suatu peran sosial yang menyimpang juga. Artinya dengan adanya cap yang telah diberikan pada diri seseorang maka ia cenderung mengembangkan konsep diri yang menyimpang dan kemudian berkakibat pada suatu karir yang menyimpang.

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan bahwa masyarakat Kecamatan Enrekang mempunyai pendapat yang berbeda-beda ada sebagian yang meneriman kembali kehadiran mantan narapidana ada juga yang menolak kembali kehadiran mantan narapidana seta ada juga yang tidak perduli apakah mantan napidana tersebut kembali dan tidak kembali dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesimpulan

1. Memang sulit bagi individu yang menyandang status sebagai mantan narapidana untuk kembali berbaur dengan masyarakat. Untuk dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap diri mereka, mantan narapidana harus menunjukkan perubahan yang positif kepada masyarakat dengan bersikap lebih baik, sopan, rajin dalam beribadah dan tidak enggan-enggan membantu masyarakat lain. Pada acara-acara yang diadakan oleh masyarakat mantan narapidana lebih aktif dari pada warga lain seperti: gotong royong, ronda malam, ikut pada acara pengajian yang diadakan warga setempat dan acara lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, individu harus bekerja agar dapat terpenuhi segala kebutuhan hidupnya.

2. Yang menjadi faktor masyarakat untuk sulit menerima kehadiran mantan narapidana adalah masyarakat masih merasa cemas karena takut mantan narapidan belum senuhnya sadar akan kesalahan yang telah diperbuat dan akan mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.

Dan yang menjadi faktor masyarakat mau menerima kembali mantan narapidana adalah mereka merasa hukuman yang telah dijalani mantan narapidana sudah cukup untuk memberikan efek jera serta masyarakat memberikan harapan kepada mantan narapidana untuk dapat hidup

Saran

Sesuai dengan kesimpulan yang dipaparkan diatas, maka dalam bagian ini akan diberikan saran sabagai berikut :

1. Seharusnya masyarakat memberikan kesempatan kembali kepada mantan narapidana untuk dapat hidup dilingkungan tempat tinggalnya, bukannya malah mengucilkannya sehingga mereka akan merasa diperlakukan secara adil.

2. Mantan narapidana yang telah menjalani masa hukuman dan kembali ke dalam kehidupan bermasyarakat sebaiknya diberikan dukungan dan arahan agar mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya.

3. Perlunya korelasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mempermudah komunikasi serta menjalin hubungan yang baik antara mantan narapidana dan masyarakat.

Daftar pustaka

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas pengembangan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.jakarta. rajawali.

A, F. Saifuddin. 2010. Pengantar teori teori sosial. Jakarta : yayasan pustaka obor indonesia

Farid, Zainal Abidin. 1995. Hukum pidana. Jakarta: sinar grafika.

Narwoko, j. dwi & bagong suyanto.2004. Sosiologi teks pengantar dan terapan.

Jakarta. Kencana.

Nazir, Nasrullah. 2009. Teori–teori sosiologi. Jakarta. Widyah padjadjaran.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi kontemporer. Jakarta. : PT. raja grafindo persada.

Ritzer, George.2009. Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta : rajawali pers

Soekanto,Soerjono.2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali pers.

Salam, A & Desasfuryanto Adri. 2004. Criminology (pembebesan dengan kasus pidana yang terjadidi seluruh Indonesia, Jakarta.PTIK.

Soeharto, Irawan. 2002. Metode penelitian sosial. Bandung : PT remaja rosdakarya.

Salim, Agus. 2001. Teori paradigma sosial penelitian sosial. Yogyakarta : tiara wacana yogya.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Utsman, Sabian.2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Narapidana//repository.unand.ac.id/17009/1/Adaptasi _Kehidupan_Sosial_Mantan_Narapidana.pdf diakses 21 mei 2015 pukul 18:01 http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan.diakses 22 mei puku13.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Penjara.diakses 22 mei pukul 15:20

Dalam dokumen Munirall M.Pd. (Halaman 88-116)

Dokumen terkait