• Tidak ada hasil yang ditemukan

Munirall M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Munirall M.Pd."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat eks narapidana dan faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat menolak dan menerima mantan narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap mantan narapidana dan faktor-faktor yang membuat masyarakat menerima dan menolak mantan narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

Latar Belakang

Penjara adalah tempat penahanan anggota masyarakat yang tidak bermoral, yang dalam konteks Indonesia disebut lembaga pemasyarakatan (penjara). Dan yang terjadi saat ini, masih banyak masyarakat yang tidak peduli dan mengecualikan keberadaan mantan narapidana dari kehidupan bermasyarakat.

Rumusan Masalah

Kesaksian paling kuat yang diberikan masyarakat sebenarnya bergantung pada nilai-nilai budaya yang dilanggengkan oleh kondisi masyarakat di Enrekang.

Tujuan

Sebagai masukan kepada Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat bagaimana memperlakukan mantan narapidana dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai bahan referensi bagi mantan narapidana dalam beradaptasi kembali ke kehidupan bermasyarakat, agar dapat diterima dengan baik.

Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah beberapa orang yang membentuk satu kelompok yang selalu berhubungan dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat adalah sekelompok orang yang mempunyai tatanan kehidupan, norma, dan adat istiadat tersendiri, yang sama-sama dianut dalam lingkungannya.

Pengertian Interaksi Sosial

Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar interaksi sosial dapat berlangsung, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Menurut Janu Murdiyantmoko, faktor dasar terbentuknya interaksi sosial dan proses interaksi sosial yang berlangsung dalam masyarakat adalah sebagai berikut.

Pengertian Perilaku Menyimpang

Namun ada juga yang menyebut perilaku menyimpang sebagai tindakan yang dilakukan oleh kelompok minoritas atau kelompok tertentu yang memiliki nilai dan norma sosial berbeda dengan kelompok sosial yang lebih dominan. Menurut kaum relativis, perilaku menyimpang berkaitan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang dilakukan seseorang.

Pengertian Narapidana

Penahanan adalah tindakan penyidik ​​berupa pembatasan sementara terhadap kebebasan tersangka atau terdakwa, apabila terdapat cukup bukti untuk kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan dalam perkara dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang. TIDAK. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa pada suatu tempat tertentu oleh penyidik ​​atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya menurut syarat dan tata cara yang diatur dalam Undang-undang No. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa pada rumah tahanan negara atau tempat yang telah ditentukan (UU Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997.

Narapidana adalah seseorang yang dijatuhi hukuman berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana). Terpidana adalah terpidana yang menjalani hukuman pidana penjara di lembaga pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995).

Pengertian kejahatan

Menurut para sosiolog, kejahatan dikenal dengan tiga istilah, yaitu pelanggaran hukum, kelainan perilaku, dan kejahatan dengan tingkat keparahan sosial yang berbeda-beda. Para ahli hukum berpendapat bahwa pelanggaran hukum pidana adalah kejahatan, sedangkan perilaku menyimpang seperti homoseksualitas, lesbianisme, prostitusi, perjudian, dan perzinahan tidak selalu dianggap sebagai pelanggaran hukum pidana. Perbuatan menyimpang dalam kerangka sosiologis merupakan perbuatan yang melanggar kesusilaan masyarakat.

Orang yang menyimpang dari norma tingkah laku seperti berjudi, pelacuran, mabuk, homoseksual, lesbian, seks berkumpulan, akan dikutuk oleh masyarakat. Apabila dalam proses pembentukan tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat, tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat menjadi tingkah laku yang menetap pada pelakunya.

Pengertian pelaku atau penjahat

Penjahat atau penjahat dilihat dari segi sosial, penjahat adalah orang yang tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat lainnya. Pelaku atau tindak pidananya merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum pidana dan telah divonis bersalah oleh pengadilan atas pelanggaran tersebut dan dalam hukum pidana dikenal sebagai narapidana. Oleh karena itu, penjahat adalah orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum pidana, disebut juga narapidana, dan penjahat yang belum ditangkap, ditahan, dan tidak diproses hukum, termasuk penjahat yang masih dalam proses hukum untuk menjadi terpidana.

Berkembang dan tumbuhnya kriminalitas disebabkan oleh pola kehidupan sosial dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan dan berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang lain dan juga berbeda-beda dari waktu atau zaman tertentu ke zaman yang lain, maka kajian tentang masalah kejahatan dan penyimpangan juga mengalami perkembangan dan peningkatan dalam melihat, memahami dan mengkaji permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat dan substansi yang ada di dalamnya. Pendekatan tipologis, yang didasarkan pada konstruksi tipologi pelaku kejahatan dalam kaitannya dengan peran sosial pelanggar hukum, tingkat identifikasi dengan kejahatan, konsep diri, pola pergaulan dengan pelaku kejahatan atau non-kriminal lain, kesinambungan. dan peningkatan kualitas kejahatan, cara dilakukannya serta hubungan antara perilaku dan unsur – unsur kepribadian serta sejauh mana kejahatan menjadi bagian dari kehidupan seseorang.

Reaksi Masyarakat Terhadap Kejahatan, Pelaku Dan Korban Kejahatan

Respons masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan adalah bentuk tindakan yang dilakukan secara bersama-sama oleh anggota masyarakat, baik secara formal maupun informal, dan merupakan upaya untuk menanggapi atau membalas kejahatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat lain yang melakukan kejahatan tersebut tanpa melakukan kejahatan baru dan anggota masyarakat lainnya. masyarakat yang melakukan kejahatan tersebut. tidak melakukan kejahatan, tidak meniru kejahatan tersebut. Lembaga formal utama atau pintu pertama penanggulangan kejahatan adalah kepolisian, yang diberi kewenangan untuk menangkap, menahan, menangkap, menggeledah, dan memeriksa saksi dan tersangka, serta menyerahkan berkasnya kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU). Respons informal lembaga formal terhadap kejahatan adalah lembaga pemerintah lain yang diberi wewenang oleh undang-undang menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan, khususnya menciptakan lapangan kerja, memberikan pendidikan wajib dua belas tahun dan menyediakan kesehatan. peduli. kepedulian terhadap seluruh masyarakat bersifat baik terhadap pelaku kejahatan (tersangka/terdakwa, narapidana dan narapidana).

Respons non-formal masyarakat terhadap kejahatan adalah dengan menciptakan keamanan di lingkungan pemukiman, lingkungan perkantoran, dan wilayah setempat. Dengan memberikan keamanan 24 jam di setiap lingkungan masyarakat, para penjahat tidak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan niatnya untuk melakukan kejahatan.

Labeling

Kerangka Pikir

Pengertian labeling adalah suatu identitas yang diberikan suatu kelompok kepada seseorang berdasarkan ciri-ciri yang dianggap minoritas oleh sekelompok orang. Seseorang yang menerima label akan mengalami perubahan peran dan cenderung bertindak sesuai dengan apa yang diterimanya (Sujono, 1994). Menurut Lemert, teori pelabelan adalah penyimpangan yang disebabkan oleh masyarakat yang memberikan cap/label kepada seseorang yang kemudian cenderung meneruskan penyimpangan tersebut.

Proses pelabelan terhadap seseorang yang diberikan oleh masyarakat terjadi karena orang tersebut mula-mula melakukan penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer merupakan pelanggaran atau penyimpangan yang bersifat sementara sehingga individu yang melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya.

Gambar 1. Skema Kerangka PikirPenyimpangan
Gambar 1. Skema Kerangka PikirPenyimpangan

Jenis Penelitian

Lokasi Penelitian

Sasaran Penelitian

Berdasarkan data populasi yang ada, digunakan rumus Arikunto untuk menghitung besarnya sampel, yaitu jika populasi besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%, dan jika kurang dari 100. orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel (Arikunto, 1998:20), namun mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan sumber daya peneliti dalam melaksanakan penelitian maka diambil sampel sebesar 10% dari populasi berikut. Responden (anggota sampel) dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pendapat Soeharton bahwa “responden diserahkan kepada kebijaksanaan pengumpul data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.” Responden (anggota sampel) berjumlah 20 orang. terdiri dari: dua puluh anggota komunitas asli Kabupaten Enrekang.

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Banyaknya data dapat menyulitkan untuk menggambarkan keseluruhan detail dan menyulitkan dalam menarik kesimpulan.

Teknik Keabsahan Data

Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan membuat suatu model atau pola agar seluruh data dan bagian-bagian detailnya dapat tergabung dengan jelas. Triangulasi teori dapat dilakukan dengan menggunakan fenomena perilaku tertentu yang berpedoman pada beberapa teori yang berbeda namun berkaitan.

Gambaran umum lokasi penelitian

Profil wilayah Kabupaten Enrekang

Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla' oleh Arung Alla'. Namun sekitar abad ke-17 M, Pitu (7) Massenrempulu' berganti nama menjadi Lima Massenrempulu' karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta tidak lagi menjadi anggota federasi Massenrempulu. Masing-masing Lansekap dipimpin oleh seorang Arung (Selfbesteur) dan dibantu oleh Sulaluang dan Pabcepatan/Arung Lili, namun kebijaksanaan tetap berada di tangan Belanda sebagai Administrator.

Federasi Lima Massa Rempulu' kemudian menjadi: Buntu Batu, Malua, Alla' (Tallu Batu Papan/Duri), Enrekang (Endekan) dan Maiwa. Batas kabupaten ini di utara dengan Kabupaten Tana Toraja, di timur dengan Kabupaten Luwu dan Sidrap, di selatan dengan Kabupaten Sidrap, dan di barat dengan Kabupaten Pinrang.

Profil informan

Berdasarkan tabel diatas terlihat usia informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang atau 40% pada rentang usia 20 sampai dengan 30 tahun, kemudian yang berada pada rentang usia 31 sampai dengan 41 tahun berjumlah 3 orang atau 36% dan jumlah informan pada rentang usia 42-2 orang atau 24% berusia 52 tahun. Sesuai dengan kriteria pemilihan informan untuk pengumpulan data pada penelitian ini, maka informan yang dipilih adalah penduduk asli Desa Pulau Dian yang sudah lama tinggal di wilayah tersebut sejak lahir.

Hasil Penelitian

Pandangan Masyarakat Terhadap Mantan Narapidana Di Kecamatan EnrekangKecamatan Enrekang

Adinda Ian (25 tahun), menurut informan, berpendapat bahwa mantan narapidana adalah orang yang harus diterima kembali oleh masyarakat dengan baik dan diperlakukan secara adil. Menurut informan Ahmad Fadil (42 tahun), ia berpendapat bahwa seorang mantan narapidana sebaiknya tidak kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Menurut informan, Nusman Summa (57 tahun) berpendapat bahwa mantan narapidana harus diterima kembali di masyarakat.

Informan lainnya Hariati (29 tahun) memberikan pandangan yang hampir sama dengan informan sebelumnya Nusman Summa (57 tahun), ia memberikan pendapat bahwa eks narapidana harus diterima kembali di masyarakat. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden diatas dapat disimpulkan bahwa kehadiran mantan narapidana di masyarakat memberikan pandangan/persepsi yang berbeda-beda bagi masyarakat, banyak yang setuju, namun ada juga yang tidak setuju karena menganggap mantan narapidana akan merugikan masyarakat di mana mereka tinggal.

Faktor yang Menyebabakan Masyarakat Menerima dan Menolak Kehadiran Mantan Narapidana Di Kecamatan Enrekang

Pembahasan

Pandangan masyarakat terhadap mantan narapidana

Teori labeling erat kaitannya dengan reaksi masyarakat, yaitu pemberian label atau julukan pada seseorang merupakan salah satu teori yang lahir dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Sebab untuk memahami apa yang dimaksud dengan tindakan menyimpang harus mengujinya melalui reaksi orang lain. Oleh karena itu, Becker, salah satu pencetus teori labeling (dalam Clinard & Meier, 1989: 92) mengartikan penyimpangan sebagai “konsekuensi penerapan aturan dan sanksi oleh orang lain terhadap seseorang yang melakukan pelanggaran”.

Sesuai dengan beberapa pandangan yang dikemukakan di atas, maka seseorang yang menerima label akan merasakan akibat dari pemberian label tersebut, yang dapat berakibat parah pada tindakan penyimpangan selanjutnya. Hal inilah yang membedakan penyimpangan primer dengan penyimpangan sekunder, yang mana label penyimpangan mengakibatkan adanya peran sosial yang menyimpang pula.

Faktor yang menyebabkan masyarakat menerima dan menolak mantan narapidanamantan narapidana

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, warga kecamatan Enrekang mempunyai pendapat yang berbeda-beda, ada yang menerima kepulangan mantan narapidana, ada juga yang menolak kehadiran mantan narapidana dan ada pula yang menolak kehadiran mantan narapidana. itu. yang tak perduli mantan narapidana itu kembali atau tidak.sosial.

Simpulan

Saran

Apa yang akan Anda lakukan jika di lingkungan tempat tinggal Anda ada orang yang mengusir mantan narapidana? Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang dan subjek penelitiannya adalah mantan narapidana di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Bagian ini akan membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai penerimaan masyarakat terhadap mantan narapidana.

Selain hal di atas, hal ini juga erat kaitannya dengan stigma yang diberikan masyarakat kepada mantan narapidana. Sangat sulit bagi individu yang berstatus mantan narapidana untuk berintegrasi kembali ke masyarakat. Dan yang menjadi faktor kesediaan masyarakat untuk menerima kembali mantan narapidana adalah karena mereka menganggap hukuman yang dijalani oleh mantan narapidana sudah cukup untuk memberikan efek jera dan masyarakat memberikan harapan kepada mantan narapidana agar mereka bisa hidup.

Para mantan narapidana yang telah menjalani hukuman dan kembali bermasyarakat hendaknya diberikan dukungan dan bimbingan agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang diperbuatnya.

Foto saat wawancara di desa bampu Sumber : dokumentasi pribadi
Foto saat wawancara di desa bampu Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar

Ilustrasi singkat yang dapat lebih menjelaskan teori ini adalah seseorang yang baru  saja  keluar  dari  penjara
Gambar 1. Skema Kerangka PikirPenyimpangan
Foto saat wawancara di desa bampu Sumber : dokumentasi pribadi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kết quả thực hiện đạt được như sau: môi trường tạo hạt nhân tạo thích hợp với cỏ ngọt là môi trường MS có bổ sung Na-Alginate 3% sau bốn tuần lưu trữ tỉ lệ hạt nảy mầm là 100% và số