• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

B. Saran

1. Kepada tokoh agama dan masyarakat luas, agar senantiasa memberikan arahan kepada para generasi muda terkait bahaya dari perkawinan dini.

Selain itu, penguatan di bidang dakwah dapat berupa materi tentang cara membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan semacamnya. Termasuk juga mindset masyarakat tentang menikah

2. Kepada para orang tua, perlunya untuk memikirkan kembali dampak negatif dari perbuatan dispensasi kawin. Termasuk juga agar dapat mendidik dan menjaga anaknya agar bisa menjaga diri dari pergaulan bebas.

3. Kepada pemerintah, seyogyanya dapat membuat kebijakan yang tegas kepada mereka yang tetap menikah di bawah usia yang telah ditentukan.

Begitu juga dengan program wajib belajar 12 tahun harus betul-betul berjalan dengan baik, agar tingkat pendidikan di negara ini terus meningkat. Mengingat, pelaku perkawinan di bawah umur berpotensi lebih besar untuk putus sekolah.

4. Kepada peneliti selanjutnya, diupayakan untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi KDRT yang berujung cerai di mana perkawinan tersebut merupakan hasil dari praktik dispensasi kawin di peradilan, kemudian dikaitkan dengan tindakan KDRT yang masuk ke lembaga kepolisian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arto, A Mukti. 2012. Peradilan Agama Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, Cik Hasan. 2003. Peradilan Agama Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bawarni, Susi Dwi & Arin Mariana. 1993. Potret Keluarga Sakinah. Surabaya:

Media Idaman Press.

Budiono, Arief. 2022. Praktik Profesional Hukum Gagasan Pemikiran Tentang Penegakan Hukum. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Chaplin, James P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

H, Melinda. Syaiful Tency & Ibnu Elmi A.S Pelu. 2009. Kekerasan Seksual dan Perceraian. Malang: Intimedia.

Hamidi. 2005. Penelitian Kualitatif (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Hanafi, Yusuf. 2011. Kontroversi Perkawinan Anak Di Bawah Umur (Child Marriage). Bandung: CV. Mandar Maju.

Hasballah, Ali. tt. Usul at-Taasyri‟ al-Islam. Kairo: Dar al-Ma‟arif.

Jalil, Basiq. 2006. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Judiasih, Sonny Dewi (et.al). 2018. Perkawinan Bawah Umur di Indonesia.

Bandung: Refika Aditama.

Kartono, dkk. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Kasir, Ibnu. 1991. al-Tafsir al-Qur`an. Beirut: Nurul Ilmiyyah.

Lexy, Moleong J. 2008. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Muchtar, Kamal. 1974. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta:

Bulan Bintang.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2003. Fiqih Lima Madzhab, Ja‟fari, Hanafi, Maliki, Syafi`I, Hambali, terj. Masykur. A.B. dkk. Jakarta: PT Lentera Baristama.

Mujahidin, Ahmad. 2014. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Musthofa Sy. 2005. Kepaniteraan Pengadilan Agama. Jakarta: Kencana.

Nasional, Departemen Pendidikan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, Khoiruddin. 2013. Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Muslim. Yogyakarta:

Tazzafa dan Academia.

Penyusun, Tim. 2018. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember. Jember:

IAIN Jember Press.

Putri, Dwi Ika. 2009. Kajian Viktimologis Terhadap Kejahatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Rasyid, Roihan A. 1998. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada

RI, Departemen Agama. 2000. Bahan Penyuluhan Hukum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Ridha, Muhammad Rasyid. 1325 H. Tafsir Al-Manar. Mesir: Al-Manar.

Rofik, M. Khoirur. 2021. Pernikahan di Bawah Umur: Problematika dan Tantangan Hukum. Semarang: CV Rafi Sarana Perkasa.

Rofiq, Ahmad. 2000. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Romauli, Suryati & Anna Vida Vindari. 2012. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Media.

Sabri, M. Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Saryono. 2007. Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi dari Metodologi ke Metode.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soeroso, Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika.

Soetomo, 1981. Pengantar Hukum Tata Pemerintahan. Malang: Universitas Brawijaya.

Subekti, R. & R. Tjitrosoedibio. 1996. Kamus Hukum. Jakarta: PT Pradya Paramitha.

Sudarsono. 1992. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Tohirin. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tohirin. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yunianto, Catur. 2018. Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Perkawinan.

Bandung: Penerbit Nusa Media.

Zuhriah, Erfaniah. 2009. Peradilan Agama Indonesia Sejarah Pemikiran dan Realita. Malang : UIN Malang Press

Jurnal

Adrian dan Kuntoro. 2013. Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 2: 2.

Astuty, Siti Yuli. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja Di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Serdang. Jurnal Universitas Sumatera Utara, 2(1): 7.

Chapman, Jane Robert. 1990. Violence Against Women As a Violation Of Human Rights. Social Justice, 17(2).

Djamilah & Reni Kartikawari. 2014. Dampak Perkawinan Anak di Indonesia.

Jurnal Studi Pemuda, 3(1): 13.

Hardani, Sofia. 2015. Analisis Tentang Batas Umur Untuk Melangsungkan Pernikahan Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia. Jurnal Pemikiran Islam, 40(2): 10.

Ilma, Mughniatul. 2020. Regulasi Dispensasi Dalam Penguatan Aturan Batas Usia Kawin Bagi Anak Pasca Lahirnya UU No. 16 Tahun 2019. Al-Manhaj:

Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, 2(2): 144.

Iqbal, Muhammad & Rabiah. 2020. Penafsiran Dispensasi Perkawinan Bagi Anak Di Bawah Umur. El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga, 3(1): 103.

Judiasih, Sonny Dewi Susilowati S. Dajaan & Bambang Daru Nugroho. 2020.

Kontradiksi Antara Dispensasi Kawin Dengan Upaya Meminimalisir Perkawinan Bawah Umur Di Indonesia. ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 3(2): 217.

Judiasih, Sonny Dewi. 2019. Sustainable Development Goals and Elimination of Children Marriage Practice in Indonesia. Jurnal Notariil, 4(1): 58.

Maisah & Yenti. 2016. Dampak Psikologis Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Jambi, Jurnal Esensia, 17(2): 1.

Muqaffi, Ahmad Rusdiyah, Diana Rahmi. 2021. Menilik Problematika Dispensasi Nikah Dalam Upaya Pencegahan Pernikahan Anak Pasca Revisi UU Perkawinan. Journal of Islamic and Law Studies, 5(3).

Pasalbessy, Jhon D. 2010. Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Serta Solusinya. Jurnal Sasi, 16(3): 8-9.

Qibtiyah, Mariyatul. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan, Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 3: 54.

Rahayu, Aristiana Prihatining. & Waode Hamsia. 2018. Resiko Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Pernikahan Usia Anak Di Kawasan Marginal Surabaya (Studi Kasus di Kelurahan Nyamplungan, Paben Cantikan, Surabaya). PEDAGOGI: Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).

Rahman, Fauzie. 2015. Kajian Budaya Remaja Pelaku Pernikahan Dini di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 11: 111-112.

Salsabilah, H. S, Naufa. 2021. Dispensasi Kawin Di Bawah Umur Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Di Pengadilan Agama Surabaya. Jurnal Syntax Admiration, 2(6): 1110.

Santoso, Agung Budi. 2019. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Terhadap Perempuan: Perspektif Pekerjaan Sosial. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10(1): 49-50.

Setiawan, Yolinda Eka Fania & Eko Wahyudi. 2021. Implementasi Dispensasi Kawin Di Pengadilan Agama Surabaya. Jurnal Revolusi Indonesia, 1(8):

870.

Wibisana, Wahyu. 2017. Perkawinan Wanita Hamil Di Luar Nikah Serta Akibat Hukumnya Perspektif Fikih Dan Hukum Positif. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 15(1): 65.

Yamarni, Ani & Endeh Suhartini. 2019. Perkawinan Bawah Umur dan Potensi Perceraian (Studi Kewenangan KUA Wilayah Kota Bogo). Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 1(26): 208.

Yanti, Hamidah & Wiwita. 2018. Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak Pernikahan Dini Di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. Jurnal Ibu Dan Anak, 6(2): 100-101.

Zubaeri, Ahmad. 2020. Subyek Hukum: Masalah Kedewasaan dalam Hukum Islam Pasca Revisi UU Perkawinan. An-Nawazil: Jurnal Hukum Dan Syariah Kontemporer, 2(1): 1-16

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Dispensasi Kawin.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Tesis dan Disertasi

Choirunnisa‟, Ayu. 2021. Dampak Dispensasi Nikah Terhadap Tingkat Perceraian Di Pengadilan Agama Salatiga Kelas 1B (Studi di Pengadilan Agama Perkara Tahun 2018). Tesis tidak diterbitkan.

Salatiga: IAIN Salatiga

Dani, Laila Nailur Rahma. 2022. Analisis Pertimbangan Hakim Pada Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Yang Mengakibatkan Perceraian Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Jember). Tesis tidak diterbitkan. Jember: UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Dwijaya, Oktari. 2020. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Dispensasi Nikah Dalam Keadaan Hamil (Studi Kasus di PA Sengeti).

Tesis tidak diterbitkan. Jambi: UIN Sulthan Thaha Saifuddin.

Fatullah. 2021. Dilema Pengaturan Dispensasi Kawin Di Indonesia (Analisis Hukum Islam Terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dan PERMA No 5 Tahun 2019). Tesis tidak diterbitkan. Bengkulu: IAIN Bengkulu.

Khoiri. 2021. Dispensasi Nikah Ditinjau Menurut Maqâshid Syarîah: Studi Analisis Tentang Putusan Hakim Pengadilan Agama Bengkalis. Disertasi tidak diterbitkan. Riau: UIN Syarif Kasim Riau.

Muhammad, Fuad. 2019. Relevansi Pertimbangan Hukum Hakim (Ratio Decidendi) Pengadilan Agama Jember Dalam Pemberian Dispensasi Kawin Pada Putusan Nomor: 0122/Pdt.P/2018/Pa.Jr Perspektif Maslahah Mursalah. Tesis tidak diterbitkan. Jember: IAIN Jember

Wawancara

H. Faiq, wawancara, Jember, 10 Februari 2023.

H. Raharjo, wawancara, Jember, 24 Februari 2023.

Moh. Hosen, wawancara, Jember, 10 Februari 2023.

Nur Sholehah, wawancara, Jember, 24 Februari 2023.

Ulfa, wawancara, Jember, 20 Juni 2023.

Artikel, Koran dan Internet

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Hasil Sensus Penduduk 2020 Kabupaten Jember, 1 Januari 2021.

http://kinsatker.badilag.net/JenisPerkara/perkara_persatker_detail/362/51/2019 http://new.pa-jember.go.id/halaman/content/prosedur-beracara-untuk-setiap-jenis-

jenis-perkara

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/24914/t/Legislator+Usulkan+Segera+Revisi +Undang-undang+Perkawinan

https://www.inews.id/news/nasional/menko-pmk-angka-perkawinan-anak-naik- hingga-300-persen-saat-pandemi

Jawa Pos Radar Jember, 15 Maret 2023, 19.

Komnas Perempuan, Lembar Fakta dan Poin Kunci Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2022, 6. lihat: https:// komnasperempuan. go.id/

download-file/ 736 diakses terakhir pada 12 November 2022.

Liputan 6, 10 Januari 2023, link: https:// www. liputan6. com/ surabaya/

read/5174987/kasus-cerai-di-jember-capai-9160-pada-2022-didominasi- faktor-ekonomi

PA Jember, 25 Mei 2022. Link: https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar- peradilan-agama/berita-daerah/pa-jember-raih-juara-1-sipp-tingkat-jawa- timur-25-05

PA Jember, Persyaratan Pengajuan Perkara Khusus Tuna Netra, https://cdnc.

heyzine.com/files/uploaded/v2/81f79cdee9e7dc3f9cf7f017f73745153f45 11c2.pdf

Pengertian Seks dan Seksualitas, https:/pkbi-diy. info/pengertian-seks-dan- seksualitas/

Pranita, Ellyvon. 2021. Peringkat ke-2 ASEAN, Begini Situasi Perkawinan Anak di Indonesia. KOMPAS. Lihat: https://www. kompas. com/ sains/ read/

2021/05/20/190300123/peringkat-ke-2-di-asean-begini-situasi- perkawinan-anak-di-indonesia?page=all

Sulapto Sali, DP3A Sulteng: Pasca Bencana, Pernikahan Dini Meningkat dI Pasigala, Lihat: https://sulteng.antaranews.com/berita/69706/dp3a- sulteng-pasca-bencana-pernikahan-dini-meningkat-dipasigala Diakses terakhir 3 Desember 2022.

Tim, Tahun 2022, Angka Perceraian di Kabupaten Jember Tembus 4.786 Kasus.

2022. Lihat: https:// suaraindonesia. co. id/news/peristiwa-nasional/

6346104439932/Tahun-2022-Angka-Perceraian-di-Kabupaten-Jember- Tembus-4786-Kasus

Wawancara terstruktur memungkinkan informan memperoleh keterangan yang terperinci dan mendalam dari fokus penelitian. Sedangkan wawancara tidak terstruktur memiliki konsep bagi informan (peneliti) untuk mendapatkan kebebasan dan kesempatan mengeluarkan pemikiran, pandangan dan wawasan tanpa diatur oleh peneliti.

Wawancara terstruktur yang dilakukan oleh peneliti untuk narasumber disusun sesuai dengan kebutuhan penulisan tesis yaitu tentang dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember dan perceraian yang terjadi karena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Berikut beberapa daftar pertanyaan penulis kepada para informan.

A. Bagaimana Praktik Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Jember?

1. Fenomena apa yang terjadi di masyarakat sehingga seseorang mengajukan dispensasi kawin?

2. Bagaimana prosedur dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

3. Dari segi praktis, apakah prosedur dispensasi kawin di PA Jember memiliki perbedaan dengan PA lainnya?

4. Dalam praktiknya yang terbaru, dispensasi kawin dilakukan dengan pemeriksaan oleh hakim tunggal? Apa arti penting dibalik aturan tersebut?

5. Minimal untuk melangsungkan perkawinan saat ini harus berumur 19 tahun, apa dampaknya terhadap jumlah praktik dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

6. Apa saja alasan utama dikabulkannya permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember? Yang paling dominan dikabulkan apa?

7. Apakah setiap kasus permohonan dispensasi yang hamil duluan akan selalu dikabulkan? Bagaimana peran hakim dalam melihat kasus tersebut?

8. Apa saja alasan utama ditolaknya permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

B. Bagaimana implikasi praktik dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember terhadap terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)?

1. Apakah praktik dispensasi kawin di pengadilan agama berpotensi terjadi KDRT?

2. Bagaimana dispensasi kawin yang mengakibatkan terjadinya KDRT?

Apakah ada keterkaitan antara keduanya (sebab-akibat)?

3. Apa saja pertimbangan hakim agar praktik dispensasi kawin tidak berpotensi mengalami KDRT? Data apa yang perlu diketahui hakim

4. Jika terdapat permohonan dispensasi (hamil duluan) yang berpotensi mengalami KDRT, bagaimana pertimbangan hakim?

5. Panduan dispensasi kawin yang ada saat ini, apakah dapat menjamin keadilan, samawa, dan menghindari KDRT?

8. Di beberapa kasus, KDRT dialami oleh pasangan dispensasi kawin. Siapa yang paling bertanggung jawab atas perbuatan tersebut? Orang tua, hakim, mahkamah agung dll?

9. Hal apa yang bisa dilakukan oleh PA Jember agar praktik dispensasi kawin terhindar dari perbuatan KDRT?

Pertanyaan Tambahan untuk Ketua Pengadilan Agama Jember

1. Bagaimana pertimbangan bapak dalam menunjuk hakim tunggal dalam permohonan dispensasi.

2. Apa arti penting sertifikat pemeriksaan perkara dispensasi kawin bagi para hakim?

Pertanyaan Untuk Pasangan Di Bawah Umur

1. Apa yang melatarbelakangi saudara sehingga memilih untuk menikah di bawah umur?

2. Apakah selama membangun rumah tangga saudara pernah mendapat perilaku KDRT?

3. Problem apa yang sering anda alami dalam kehidupan berumah tangga?

Subjek Penelitian

 Ketua Pengadilan

 3-4 Hakim Dispensasi Kawin

 1 Pasangan Di Bawah Umur

pedoman observasi agar hasil penelitian lebih mudah, objektif, konkrit dan valid.

Berikut beberapa pedoman yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung di Pengadilan Agama Jember.

1. Profil Pengadilan Agama Jember. Mulai dari sejarah; visi, misi dan motto;

struktur organisasi; hingga tugas pokok dan fungsinya.

2. Mengamati beberapa mekanisme dan alur pemeriksaan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember

3. Mencari dan menganalisa data dispensasi kawin 1-3 tahun terakhir (Baik ditolak/diterima)

4. Mencari dan menganalisa data perceraian akibat KDRT 1-3 tahun terakhir 5. Mencari dan menganalisa data dispensasi kawin yang mengalami KDRT

di Pengadilan Agama Jember

6. Mencari dan menganalisa data dispensasi kawin yang bercerai karena akibat KDRT

7. Mencari fakta data pasangan di bawah umur baik yang mendapatkan perilaku KDRT atau tidak

Nama : Drs. Moh. Hosen, S.H., M.H Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jember Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 10 Februari 2023

1. Fenomena apa yang terjadi di masyarakat sehingga seseorang mengajukan dispensasi kawin?

“Sebagai hakim, kami tidak tahu fenomena apa yang terjadi di masyarakat.

Pengadilan Agama (PA) hanya memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang masuk di PA. Bahkan, kita dilarang untuk mencari perkara di luar.

Namun, yang jelas para pemohon dispensasi tersebut adalah masyarakat yang ingin menikah lebih cepat di bawah umur yang telah ditentukan.”

2. Bagaimana prosedur dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

“Prosedur dispensasi kawin yang berlaku di PA Jember wajib mengacu pada Perma No. 5 Tahun 2019. Semua PA wajib mematuhi Perma tersebut dalam memeriksa permohonan dispensasi kawin.”

3. Dalam praktiknya yang terbaru, dispensasi kawin dilakukan dengan pemeriksaan oleh hakim tunggal? Apa arti penting dibalik aturan tersebut?

“Memang aturannya Perma menyebutkan cukup 1 (satu) hakim yang memeriksa permohonan dispensasi kawin. Hal ini dikarenakan pihak yang diperiksa adalah seorang anak-anak, bahkan hakim tidak perlu memakai toga, situasi dibangun lebih enjoy agar anak tidak takut. Sehingga hakim dapat memastikan bahwa perkawinan tersebut bukanlah hasil dari pemaksaan perkawinan.”

4. Apakah bapak hakim punya sertifikat sebagai hakim anak?

“Di PA Jember kebetulan saya yang selalu ditunjuk oleh Ketua PA untuk mengadili dispensasi kawin. Insyaallah semua permohonan, saya yang memeriksa. Saat ini saya belum punya sertifikat sebagai hakim anak, hal ini dikarenakan keterbatasan Mahkamah Agung (MA) untuk mengadakan diklat tersebut, karena MA juga sudah cukup sibuk dengan menggelar diklat lainnya.

Kendati demikian, sertifikat tidak wajib bagi hakim agar bisa memeriksa permohonan dispensasi.”

5. Minimal untuk melangsungkan perkawinan saat ini harus berumur 19 tahun, apa dampaknya terhadap jumlah praktik dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

6. Apa saja alasan utama dikabulkannya permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember? Yang paling dominan dikabulkan apa?

“Untuk perkara hamil di luar nikah, bukanlah hal yang paling dominan khusus di PA Jember. Jika dipresentasikan tidak sampai 10%. Artinya, yang paling dominan adalah karena keinginan para pihak termasuk orangtuanya untuk segera menikahkan anaknya. Seperti terjalinnya tunangan atau berpacaran dalam jangka waktu yang lama. Kemudian, saya sebagai hakim memasang

„grade‟ batas umur yaitu usia 16 tahun ke bawah yang akan saya tolak kecuali terdapat hal darurat sehingga perlu untuk didispensasi.”

7. Apakah setiap kasus permohonan dispensasi yang hamil duluan akan selalu dikabulkan? Bagaimana peran hakim dalam melihat kasus tersebut?

“Kalau saya harus dikabulkan. Karena dasar hukum atau payung hukum untuk mengabulkannya sangat banyak.” (Dar`ul mafasid muqaddamun `ala jalbil al- mashalih)

8. Berapa lama proses dispensasi kawin?

“Kalau pemeriksaan dispensasi itu biasanya satu kali pemeriksaan langsung putus, bisa juga lebih lama jika terdapat persyaratan yang belum terpenuhi, baru bisa kami tunda. Hal ini dikarenakan diterima atau ditolaknya permohonan tergantung dengan bukti yang ada. Oleh karena itu, selalu saya minta agar setiap persyaratan atau alat bukti dipenuhi terlebih dahulu. Hal ini mengingat dispensasi kawin itu adalah perkara voluntair bukan kontentitus

9. Apa saja alasan utama ditolaknya permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Jember?

“Ditolak itu karena rendahnya usia perkawinan saat mengajukan dispensasi, yaitu di bawah 16 tahun untuk perempuan dan laki-laki 17 tahun. Artinya jika sudah di bawah usia tersebut, pasti akan saya tolak jika tidak terdapat hal yang bersifat darurat. Itu adalah „grade‟ di PA Jember. Selain itu, saya juga melihat dari pendidikan, termasuk juga keterangan dari desa.”

10. Apakah praktik dispensasi kawin di pengadilan agama berpotensi terjadi KDRT?

“Yang perlu dipahami bahwa saya sebagai ketua majelis di PA Jember sendiri tidak pernah mengetahui bahwa telah terjadi perceraian karena KDRT yang mana perkawinan tersebut bermula dari hasil dispensasi kawin.”

11. Bagaimana jika terdapat hasil penetapan dispensasi kawin yang anda tetapkan, namun pada akhirnya berujung perceraian karena KDRT?

waktu pemeriksaan permohonan dispensasi, yaitu jika bukti pemohon cukup, maka saya kabulkan, jika tidak, maka saya tolak.”

“Menurut saya jangan kemudian diklaim bahwa semua perkawinan yang mengalami KDRT berawal dari perkawinan hasil dispensasi. Karena juga banyak sekali pasangan KDRT yang terjadi oleh pasangan dewasa atau cukup umur.”

“Tidak bisa saya membahas yang akan datang, artinya saya tidak mempertimbangkan yang akan terjadi pada saat memeriksa permohonan dispensasi kawin. Makanya dikabulkan atau tidak tergantung unsur formilnya.”

12. Apakah ada jaminan pasangan dispensasi terhindar dari KDRT?

“Ya tidak ada jaminan tidak akan terjadi KDRT. Saya di majelis yang lain juga tidak menemukan bahwa terdapat pasangan dispensasi yang bercerai karena KDRT. Kalau pasangan dispensasi yang bercerai karena hal lain, seperti nafkah dan semacamnya memang ada.”

13. Pertimbangan apa yang dipakai hakim dalam memutus dispensasi kawin agar tidak terjadi KDRT?

“Kami tidak bisa menduga pasangan tersebut pada nantinya akan mengalami KDRT, karena kami hanya memeriksa apa yang ada di dalam posita dan yang diminta (petitum), yaitu permohonan dispensasi kawin. Bahkan hakim dilarang membicarakan hal-hal yang tidak dibicarakan pada saat persidangan, maka dari itu hakim hanya fokus untuk memberikan nasihat-nasihat kepada para pemohon.”

14. Panduan dispensasi kawin yang ada saat ini, apakah dapat menjamin keadilan, samawa, dan menghindari KDRT?

“Saya kira bukan menjamin, tetapi berusaha bahwa anak di bawah umur yang akan menikah tersebut hidupnya bahagia, sejahtera, dan itulah tujuannya.

Artinya, apa yang terdapat dalam UU Perkawinan dan Perma dispensasi kawin tersebut sejatinya adalah sebuah harapan negara agar dispensasi kawin dapat mewujudkan kebahagiaan. Namun, pada akhirnya kembali lagi pada pasangan yang menjalankannya.”

15. Di beberapa kasus, KDRT dialami oleh pasangan dispensasi kawin. Siapa yang paling bertanggung jawab atas perbuatan tersebut? Orang tua, hakim, mahkamah agung dll?

“Yang jelas pertama itu pasangannya sendiri, bukan orang lain, apalagi hakim atau pengadilan agama, bahkan mahkamah agung. Bahkan orang tua pasti

Dokumen terkait