• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Bagi pasangan suami istri

a. Memahami makna dari suatu perkawinan sangatlah penting agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti perceraian, sehingga mengakibatkan permasalahan dalam pembagian harta bersama dan dapat juga menyebabkan silaturrahmi renggang.

b. Apabila memang suami istri ingin tidak membagi harta bersama sesuai dengan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam maka diharapkan bagi pasangan suami istri agar membuat perjanjian perkawinan terkait pemisahan harta yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan.

2. Bagi Majelis Hakim, sangat diharapkan sekali bahwa putusan yang telah diputuskan memenuhi prinsip kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Hal tersebut bertujuan agar para pihak yang bersengketa merasa dihargai atas prestasi yang telah mereka dapatkan selama masa perkawinan, sehingga pada ujungnya mereka merasa mendapatkan keadilan serta balasan yang setimpal dengan apa yang mereka usahakan.

3. Bagi pejabat yang berwenang dalam hal perkawinan diharapkan agar memberikan penyuluhan terhadap calon pasangan suami istri terkait harta yang diperoleh semasa perkawinan. hal ini sangatlah penting agar harta bersama yang didapatkan nanti lebih mudah untuk membaginya tanpa ada masalah yang menyebabkan hubungan renggang. Selanjutnya sangat diharapkan aturan yang dijadikan sebagai landasan hukum dapat memenuhi rasa keadilan bagi mereka yang berhak untuk mendapatkan keadilan.

82

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanah, Yayuk dan Zainal Ridho, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, 2023, Wawancara Pribadi, Jakarta 05 Januari 2022

Afiyanah, Yayuk, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, 2023, Wawancara Pribadi, Jakarta 05 Januari 2022

Ahmad , M. Rais, 2013, Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 1 No. 2

Aldhidayati, Zakki dan Ahmad, 2019, Melacak Keadilan Dalam Regulasi Poligami: Kajian Filsafat Keadilan Aristoteles, Thomas Aquinas, dan John Rawls, Undang: Jurnal Hukum, Vol. 2, No. 2 Amin, Subhan, 2019, Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum Terhadap

Masyarakat, El-Afkar, Vol. 8, No. 1

Arto, Mukti, 2004, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. V

Az-Zuhaili, Wahbah, 2011, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 8, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Jakarta: Gema Insani

BPS, Perempuan Sebagai Tenaga Kerja Professional (Persen) dapat diakses di https://www.bps.go.id/indicator/40/466/1/perempuan-sebagai-tenaga- profesional.html diakses pada kamis 14 juli 2022, jam 14: 15

Djojoraharjo, Rommy Haryono, 2019, Mewujudkan Aspek Keadilan Dalam Putusan Hakim di Peradilan Perdata, Jurnal Media Hukum dan Peradilan, Vol. 5, No. 1

Effendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim, 2018, Metode Penelitian Hukum Normative dan Empiris, Jakarta: Kencana, Cet. 2

Hamdi, 2018, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Deepublish, Cet. 1

Harahap, M. Yahya, 2003, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Ed. 2, Jakarta: Sinar Grafika

Helmi, Muhammad, 2015, Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum dan Filsafat Hukum Islam, Jurnal Pemikiran Hukum Islam: Mazahib, Vol. XVI, No. 2

https://paprabumulih.go.id/images/berita/TAHAPAN%20PROSES%PERKARA.

pdf diakses pada kamis 08 Juni 2023 jam 14:20 WIB

Irwina, Ade dkk, 2022, Pembagian Harta Gono Gini Menurut Perspektif Hukum Islam, Justicia Journal, Vol. 11 No. 1

Jamaluddin dan Nanda Amalia, 2016, Buku Ajar Hukum Perkawinan, Cet. 1, Sulawesi: Unimal Press

Mardani, 2012, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Edisi Pertama, Jakarta:

Kencana,

Mardani, 2017, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, E. 1, Cet. 2, (Jakarta:

Prenada Media Group

Nasution, Bahder Johan, 2014, Kajian Filosofis Tentang Konsep Keadilan Dari Pemikiran Klasik Sampai Pemikiran Modern, Yustisia, Vol. 3, No.2 Nawawi, Kholil, 2013, Harta Bersama Menurut Hukum Islam dan Perundang-

Undangan di Indonesia, Mizan; Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 1 No. 1

P, Fuji Rahmadi, 2018, Teori Keadilan (Theory Of Justice): Kajian Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam dan Barat, Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-Undangan dan Hukum Ekonomi Syariah

Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Diakses Pada 19 Oktober 2022 dari https://www.pa- jakartaselatan.go.id/tentang-pengadilan/sejarah-pengadilan

Prasastinah, Trisadini Usanti dan Ghansham Anand, 2019, Hukum Keluarga dan Harta Benda Perkawinan, Surabaya: CV. Revka Prima Media

Ridho, Zainal, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, 2023, Wawancara Pribadi, Jakarta 05 Januari 2022

Rochaeti, Etty, 2013, Analisis Yuridis Tentang Harta Bersama (Gono Gini) Dalam Perkawinan Menurut Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif, Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01

Ruhimat, Mamat, 2017, Teori Syirkah Dalam Pembagian Harta Bersama Bagi Istri Yang Berkarir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam Serta Prakteknya di Pengadilan Agama, Jurnal „Adliya, Vol. 11, No. 1

84

Salsabila, Zakiyah, 2021, Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian di Indonesia dan Malaysia Dalam Perspektif Gender, Tesis Program Studi Magister Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Santoso, Agus, 2014, Hukum, Moral, dan Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sarong, Hamid, 2020, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Banda Aceh:

PeNA

Sembiring, Rosnidar, 2019, Hukum Keluarga: Harta-Harta Benda Dalam Perkawinan, Ed. 1, Cet. 3 Depok: Rajawali Pers

Shihab, Quraish, 1996, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudu‟i Atas Pelbagai Persoalan Umat, Cet. 13, Bandung: Mizan

Singal, Eni C, 2017, Pembagian Harta Gono Gini dan Penetapan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Lex Crimen, Vol. 6, No. 5

Sugiswati, Besse, 2014, Konsepsi Harta Bersama Dari Perspektif Hukum Islam, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum Adat, Jurnal Perspektif, Volume XIX No. 3

Sulistiyono, Adi dan Isharyanto, 2018, Sistem Peradilan di Indonesia: Dalam Teori dan Praktik, Cet. 1, Depok: Prenadamedia Group

Susanto, Happy. 2008, Pembagian Harta Gono Gini Saat Terjadinya Perceraian.

(Jakarta : Visimedia

Taqiyuddin , Hafidz, 2019, Konsep Islam Tentang Keadilan (Kajian Interdisipliner), Aqlania: Jurnal Filsafat Dan Teologi Islam, Vol. 10, No.

2

Wafa, Ali, 2018, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam dan Hukium Materil, YASMI (Yayasan Asy-Syari‟ah Modern Indonesia

85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

86

88

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana pembagian harta bersama di pengadilan agama jakarta selatan?

2. Apakah ada hubungan pembagian harta bersama terhadap istri yang bekerja?

3. Dalam keadaan seperti apa bagian salah satu pihak lebih besar dari pada pihak lainnya dalam pembagian harta bersama?

4. Apakah terdapat dimana hakim langsung memutuskan pembagian harta bersama lebih besar terhadap salah satu pihak karena hakim merasa kontribusi salah satu pihak lebih besar walaupun para pihak tidak menuntut bagian yang lebih besar dari pihak lainnya?

5. Apakah adil bagi hakim memberikan bagian sesuai dengan pasal 97 KHI yaitu setengah-setengah bagi istri yang bekerja?

90

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Ibu hakim Hj. Yayuk Afiyanah, S.Ag, M.A. (05 Januari 2023, di gedung Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

1. Bagaimana pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawaban: Pada intinya pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada ketentuan Kompilasi Hukum Islam yaitu setengah bagian untuk suami dan setengah bagian untuk istri tanpa memandang harta tersebut atas nama siapa, meskipun secara tekstual di dalam hukum Islam Fiqh tidak ada dijelaskan. Akan tetapi untuk keadilan, kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap suami dan istri pasca perceraian maka Kompilasi Hukum Islam mengatur pembagian harta bersama pasca perceraian.

Pada umumnya hakim akan tetap memberikan bagian setengah- setengah kecuali ada hal lain yang ditemukan dalam perkawinan tersebut yang mengakibatkan pembagian setengah-setengah tidak adil diterapkan, namun hal tersebut dilihat dari kasus perkasus karna tidak semua rumah tangga pasangan suami istri memiliki jalan kasus yang sama.

Walaupun suami bekerja di luar rumah dan istri hanya sebagai ibu rumah tangga, tidak mempengaruhi bagian suami otomatis lebih besar dari bagian istri karena istri juga bekerja di dalam rumah. Walaupun istri tidak menghasilkan uang, namun ia menghasilkan jasa dan jika diuangkan juga akan membutuhkan uang yang cukup besar.

2. Apakah ada hubungan pembagian harta bersama terhadap istri yang bekerja?

Jawaban: Istri sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja di luar rumah dan menghasilkan uang tidak menjamin bagian istri lebih besar dari pada suami, dengan catatan bahwa suami dan istri tetap bekerja

sama dalam ranah rumah tangga, jika istri sedang bekerja dan suami berada di dalam rumah maka seorang suami tetap membantu pekerjaan istri di dalam rumah. Hal ini bisa dikatakan dengan saling menggantikan posisi dan tetap bekerja sama serta saling mendukung.

3. Dalam keadaan seperti apa bagian salah satu pihak lebih besar dari pada pihak lainnya dalam pembagian harta bersama?

Jawaban: Bagian salah satu pihak antara suami dan istri bisa saja lebih besar dikarenakan salah satu pihak tidak mendukung dalam rumah tangga serta melalaikan kewajibannya. Misalnya, jika istri bekerja di luar rumah sedangkan suami hanya bersantai-santai di rumah dan tidak menggantikan posisi istri di dalam rumah, dalam arti tidak mendukung satu sama lain maka bisa saja bagian istri lebih besar dari pada bagian suami. Bahkan apalagi jika seorang suami menghambur- hamburkan harta bersama seperti berjudi.

4. Apakah terdapat dimana hakim langsung memutuskan pembagian harta bersama lebih besar terhadap salah satu pihak karena hakim merasa kontribusi salah satu pihak lebih besar walaupun para pihak tidak menuntut bagian yang lebih besar dari pihak lainnya?

Jawaban: Hakim tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa adanya permintaan dari salah satu pihak. Misalnya para pihak tidak menuntut bagian lebih besar dari harta bersama, namun hakim melihat bahwa kontribusi salah satu pihak lebih besar dari pihak lain, hakim akan tetap memberikan bagian setengah-setengah kepada para pihak karena tidak dipermasalahkan.

5. Apakah adil bagi hakim memberikan bagian sesuai dengan pasal 97 KHI yaitu setengah-setengah bagi istri yang bekerja?

Jawaban: Memberikan bagian setengah-setengah bagi istri yang bekerja di luar rumah bersama dengan suami adil menurut hakim,

92

walaupun bisa saja adil menurut suami dan tidak adil menurut istri, karena bagi hakim adil yang hak hanya milik Allah dan adilnya manusia itu bersifat abstrak, adil menurut yang satu belum tentu adil menurut yang lainnya. Namun di lain hal itu yang perlu digaris bawahi adalah bahwa mereka sebagai sepasang suami istri pada perkawinannya tetap mendukung satu sama lain dalam rumah tangga.

Wawancara dengan bapak hakim Zainal Ridho, S.Ag, M.H, (05 Januari 2023, di gedung Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

1. Bagaimana pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawaban: Dasar yang harus dipahami terlebih dahulu ialah, apa itu harta bersama? Harta bersama merupakan harta yang didapatkan di dalam suatu Perkawinan tnap melihat harta tersebut didapatkan oleh siapa dan terdaftar oleh nama siapa. Selanjutnya mengenai pembagiannya sudah jelas diterangkan di dalam KHI pasal 97, yaitu suami dan istri yang bercerai akan mendapatkan bagian setengah- setengah dari harta bersama yang mereka dapatkan. Jadi, pembagian harta bersama dilakukan sesuai dengan pasal tersebut. Akan tetapi jika memang terdapat kasus bahwa para pihak menginginkan lebih banyak dari pihak lain, maka hakim akan

melihat lebih dalam, apakah harta bersama tersebut adil dibagi sama rata atau tidak. Jika hakim melihat bahwa harta bersama tidak adil jika dibagi sama rata, bisa saja hakim lari dari ketentuan pasal 97 KHI.

2. Apakah ada hubungan pembagian harta bersama terhadap istri yang bekerja?

Jawaban: Dasarnya istri yang bekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga tetap mendapatkan bagian yang sama dengan istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Namun, jika memang istri merasa keberatan dan tidak adil mendapatkan bagian yang sama dengan

suami karena merasa mendapatkan harta bersama lebih banyak dan suami juga tidak saling membantu bekerja di ranah domestic serta dapat dibuktikan oleh istri, maka bisa saja hakim akan mengabulkan permintaan istri yang menuntut lebih banyak karena suami tidak saling bekerja sama, sedangkan sang istri juga bekerja mati-matian di luar rumah.

3. Dalam keadaan seperti apa bagian salah satu pihak lebih besar dari pada pihak lainnya dalam pembagian harta bersama?

Jawaban: Bagian salah satu diantara mantan suami dan istri bisa lebih banyak dikarenakan salah satunya lebih memiliki kontribusi lebih banyak dari pihak lain dan merasa keberatan dan merasa tidak adil dengan alasan mati-matian mencari harta, sedangkan pihak lainnya tidak saling mendukung, maka bisa saja hakim akan memberikan bagian lebih banyak kepada salah satu pihak tadi.

4. Apakah terdapat dimana hakim langsung memutuskan pembagian harta bersama lebih besar terhadap salah satu pihak karena hakim merasa kontribusi salah satu pihak lebih besar walaupun para pihak tidak menuntut bagian yang lebih besar dari pihak lainnya?

Jawaban: Hakim tidak boleh memutuskan pembagian harta bersama lebih besar kepada salah satu para pihak jika hakim merasa tidak adil, sedangkan para pihak tidak merasa keberatan jika harta bersama dibagi sama rata sesuai dengan pasal 97 KHI. ini bisa dikatakan bahwa hakim tidak bisa memutuskan selain dari apa yang dituntut dan yang diinginkan oleh para pihak.

5. Apakah adil bagi hakim memberikan bagian sesuai dengan pasal 97 KHI yaitu setengah-setengah bagi istri yang bekerja?

Jawaban: Tidak menjadi masalah jika istri bekerja mendapatkan bagian yang sama besar dengan mantan suaminya dengan alasan

94

keduanya saling tolong menolong di dalam kehidupan berumah tangga.

Wawancara dengan bapak hakim Drs. Abdul Aziz, M.H.I (05 Januari 2023, di mesjid Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

1. Bagaimana pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawaban: Idealnya pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada pasal 97 KHI yaitu setengah untuk mantan istri dan setengah untuk mantan suami. Akan tetapi ketika ditemukan dalil lain atau fakta lain di dalam suatu rumah tangga yang menyebabkan pembagian setengah-setengah tidak adil dan dapat dibuktikan oleh pihak yang menginginkan bagian lebih banyak, maka hakim bisa saja tidak menerapkan pasal 97 KHI karena melihat juga dari prinsip yang tiga yaitu, keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.

2. Apakah ada hubungan pembagian harta bersama terhadap istri yang bekerja?

Jawaban: jika terdapat kasus istri yang bekerja alias ikut memenuhi kebutuhan keluarga seperti suami (istri dan suami berkarier) dan istri menginginkan bagian lebih banyak dari suami, maka hakim akan melihat seberapa jauh dan maksimal seorang istri berkewajiban menjalankan peranannya sebagai ibu rumah tangga jika memang benar-benar menjalankan dua peran sekaligus, karena tidak mungkin istri akan maksimal dalam menjalanan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga plus sebagai istri mencari kebutuhan di luar rumah seperti suami jika mereka tidak berkolaborasi dan saling tolong menolong. Misalnya, jika seorang istri masih bekerja di luar rumah

dan suami berada di dalam rumah maka seorang suami harus turun untuk menggantikan pekerjaan istri di dalam rumah.

Jika memang hakim melihat bahwa betul-betul seorang istri memainkan dua peran tanpa adanya saling tolong menolong dari seorang suami, maka hakim tidak akan memberikan harga mati dengan bagian setengah-setengah, bisa saja hakim akan memberikan bagian lebih besar kepada istri dan bahkan dalam kasus tertentu bisa saja suami tidak mendapatkan bagian dari harta bersama.

3. Dalam keadaan seperti apa bagian salah satu pihak lebih besar dari pada pihak lainnya dalam pembagian harta bersama?

Jawaban: Bagian salah satu pihak lebih besar dari pada pihak lainnya dilihat dari kasus rumah tangga tersebut. Ketika ada kasus permasalahan pembagian harta bersama yang salah satu para pihak menginginkan harta bersama lebih atau menginginkan harta bersama sedangkan ia tidak memiliki andil dalam harta bersama tersebut dan melalaikan kewajibannya.

Misalnya, istri bekerja (wanita karir) dan pulang kerumah masih mengurus pekerjaan rumah, sedangkan suami pada malam hari begadang dan siang tidur, tidak memiliki sedikitpun kontribusi baik dalam bentuk moril maupun materil dalam rumah tangga. Ketika seorang istri sudah tidak sabar dan merasa lelah mati-matian mencari kebutuan keluarga, sedangkan suami tidak menjalankan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga, maka ketika mereka bercerai dan ingin membagi harta bersama di Pengadilan Agama, hakim tidak akan memberikan bagian harta bersama kepada seorang suami, akan tetapi harus dapat dibuktikan oleh istri bahwa suaminya tidak memiliki andil sedikitpun dari harta bersama tersebut walaupun sudah diatur dalam undang-undang pasal 97 KHI.

96

4. Apakah terdapat dimana hakim langsung memutuskan pembagian harta bersama lebih besar terhadap salah satu pihak karena hakim merasa kontribusi salah satu pihak lebih besar walaupun para pihak tidak menuntut bagian yang lebih besar dari pihak lainnya?

Jawaban: Hakim tidak akan memberikan bagian lebih besar kepada salah satu pihak yang bersengketa jika para pihak tidak menuntut bagian lebih banyak dari pihak lainnya. Hakim hanya akan mempertimbangkan jika terdapat kasus atau masalah yang didalilkan oleh para pihak bahwa ia menginginkan bagian lebih karena merasa tidak adil. Dan dalam hal ini juga hakim akan mengabulkannya jika memang benar-benar terbukti.

5. Apakah adil bagi hakim memberikan bagian sesuai dengan pasal 97 KHI yaitu setengah-setengah bagi istri yang bekerja?

Jawaban: Memang pada idelanya hakim memberikan bagian harta bersama sesuai dengan pasal 97 KHI, akan tetapi selain itu hakim juga melihat asas keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. Jika hakim melihat bahwa istri benar-benar menjalankan peran ganda tanpa adanya kolaborasi dan saling tolong menolong antara suami dan istri maka hakim bisa saja memberikan bagian lebih besar kepada istri.

Dokumen terkait