• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Metode Penelitian

B. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah suku Makassar yang bertempat tinggal di Kota Makassar di Kecamatan Tammalate Kelurahan Mangasa.

C. Sumber data

Sumber penelitian ini adalah beberapa warga suku Makassar dan beberapa dokumen. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama yang berupa kata – kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen – dokumen. Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Sumber data utama ( primer ), yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui observasi dan wawancara langsung dengan informan.

2. Sumber data tambahan ( sekunder ), data yang biasanya tersusun dalam bentuk dokumen–dokumen misalnya arsip atau buku–buku yang berhubungan dengan masalah penelitian.

D. Instrument penelitian

Instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri, setelah datanya jelas peneliti menggunakan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi.

E. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini akan dikumpulkan dengan tiga teknik yaitu : teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.

1. Teknik wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

2. Teknik observasi

Observasi yaitu : pengamatan, pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. Pengamatan merupakan metode pertama yang digunakan dalam penelitian ilmiah. Dalam hal ini peneliti mengamati perilaku suku Makassar.

3. Teknik dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagi jenis informasi, dapat juga diperoleh melalui dokumentasi.

Data yang didapatkan peneliti ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan bagaimana esensi nilai sipassiriki dalam tatanan adat suku Makassar ( studi perilaku suku Makassar ).

f. Analisis data

Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data –

data yang telah terkumpul mengenai dekonstruksi nilai sipassiriki dalam tatanan adat suku Makassar ( studi perilaku suku makassar ) di Kota Makassar Kecamatan Tammalate Kelurahan Mangasa.

Sebagaimana pandangan Lexy Moleong menyebutkan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan dapat dirumuskan hipotesis kerja spirit yang disarankan oleh data. Proses analisis data yang dilakukan peneliti melalui tahap–tahap sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, dimulai dari berbagai sumber yaitu : dari beberapa informan dan pengamatan langsung yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, transkrip wawancara dan dokumentasi.

2. Proses pemilihan, yang dilanjutkan dengan menyusun dalam satuan – satuan yang kemudian diintegrasikan pada langkah berikutnya.

3. Tahap terakhir adalah pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah pada tahap pemabahasan hasil penelitian, sehingga dapat digambarkan sebagaimana berikut :

Komponen–komponen analisis data : model interaktif

Pengumpulan data

Penyajiaan data

Kesimpulan– kesimpulan penarikan / verivikasi Reduksi

data

G. Pengecakan Keabsahan data

Pengambilan data – data melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang banyak terjadi pada tahap penyaringan data yang masih kurang. Dari ketiga tahap ini, untuk pengecekan keabsahan data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi dilapangan. Sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi. Moleong berpendapat bahwa : dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu ditelti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Presistent observation (ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung dilokasi penelitian.

2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alatyang berbeda dengan metode kualitatif.

3. Peerderieting (pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang dimaksud dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan–rekan sejawat.

H. Tahap - tahap penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian:

1. Tahap pra lapangan a. Memilih lapangan

b. Mengurus perijinan, baik secara formal maupun informal.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian.

b. Memasuki lapangan dengan melakukan wawancara beberapa informan.

c. Berperan serta menumpulkan data

d. Menyusun laporan penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh.

37 A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

Kota Makassar pada masa H.M.Dg.Patompo (1965-1978) menjabat Walikotamadya Makassar, yaitu tanggal 1 September 1971 berubah namanya menjadi Kota Ujung Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km² menjadi 175,77 km². Namun kemudian, pada tanggal 13 Oktober 1999 berubah kembali namanya menjadi Kota Makassar. Kota Makassar biasa juga disebut Kota Daeng atau Kota Anging Mamiri. Daeng adalah salah satu gelar dalam strata atau tingkat masyarakat di Makassar atau di Sulawesi Selatan pada umumnya, gelar Daeng ini sebenarnya sudah ada sebelum pemerintahan H.M.Dg.Patompo, Daeng dapat pula diartikan "kakak". Ada tiga klasifikasi "Daeng", yaitu : nama gelar, panggilan penghormatan, dan panggilan umum. Sedang Anging Mamiri artinya

“angin bertiup” adalah salah satu lagu asli daerah Makassar yang sangat populer pada tahun 1960-an. Lagu ini sangat disukai oleh Presiden Republik Indonesia, Ir.Soekarno ketika berkunjung ke Makassar pada tanggal 5 Januari 1962.

2. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

a. Administrasi

Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutanbarang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.

b. Luas Wilayah Kota Makassar

Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %.

Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Cina, etnis Toraja, etnis Mandar dll. Kota dengan populasi 1.112.688 jiwa ini, mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam sejarah perkembangan Islam, Makassar Gbr. Tanjung Bunga

No kecamatan Luas km2

1 Tamalanrea 31,84

2 Biringkanaya 48,22

3 Manggala 24,14

4 Panakkukang 17.05

5 Tallo 5,83

6 Ujung Tanah 5,94

7 Bontoala 2,10

8 Wajo 1,99

9 Ujung Pandang 2, 63

10 Makassar 2, 63

11 Rappocini 9,23

12 Rappocini 20,21

13 Mamajang 2,25

14 Mariso 1,82

Total 175,77

Sumber : Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2001 kota Makassar adalah kunci dalam penyebaran agama Islam ke Kalimantan, Philipina Selatan,NTB dan Maluku. Munculnya kasus SARA di Ambon -- Maluku dan Poso padabeberapa tahun terakhir ini, tidak terlepas dari peran strategis Makassar sebagai kota pintu di wilayah Timur Indonesia.

Kekristenan di Makassar dalam beberapa tahun terakhir ini sering menjadi sasaran serbuan.

Kota makassar disamping sebagai daerah transit para wisatawan yang akan menuju ke Tana Toraja dan daerah-daerah lainnya, juga memiliki potensi obyek wisata seperti: Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Obyek wisata peninggalan sejarah lainnya seperti: Museum Lagaligo, Benteng Somba Opu, Makam Syech Yusuf, makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja Tallo, dan lain-lain. Fasilitas penunjang tersedia jumlah hotel 95 buah dengan jumlah kamar 3.367 cottage wisata sebanyak 76 buah, selain itu juga terdapat obyek wisata Tanjung Bunga yang potensial.

1) Orientasi Wilayah

Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur Timur dan 5°00'30,18" - 5°14'6,49" Lintang Selatan dengan luas wilayah 175.77 km2 dengan batas-batas berikut :

a) Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan

b) Batas Selatan : Kabupaten Gowa c) Batas Timur : Kabupaten Maros d) Batas Barat : Selat Makasar

Secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142 Kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RTKetinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C.

Kota Makssar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota.

2) Penduduk

Jumlah dan Pertumbuhan penduduk kota Makassar No

Kecamatan Penduduk

Laju Pertumbuhan

Penduduk Per Tahun

1990 2000 2003 1990-

2000

2000- 2003

Mariso 55.607 51.003 51.980 -0,88 0,54

Mamajang 67.929 58.850 56.988 -1,46 -0,91

Tamalate 199.650 253.827 140.306 2,49 2,21

Rappocini (03) 133.660 2,49*) 2,21*)

Makassar 92.513 80.127 79.362 -1,46 -0,27

Ujung Pandang 44.391 27.765 27.279 -3,22 -0,50

Wajo 64.560 34.114 32.51954.

671

-2,66 -1,36

Bontoala 45.229 56.875 45.156 -1,29 -1,12

Ujung Tanah 111.182 44.055 124.755 -0,27 0,714

Tallo 150.758 115.527 127.632 -0,39 2,22

Panakkukang 73.361 200.942 89.088 2,99 2,18

Manggala (11) 2,99*) 2,18*)

Biringkanaya 73.361 176.934 9,45 3,09

Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk

Penduduk

No Kecamatan Jumlah Kepadatan

1 Tamalanrea 82.641 2.596

2 Biringkanaya 96.057 1.992

3 Manggala 124.861 3.208

4 Panakkukang 116.633 7.323

5 Ujung Tanah 44.373 20.006

6 Bontoala 57.406 7.470

7 Wajo 34.833 27.336

8 Ujung Pandang 27.254 17.504

9 Makassar 80.593 10.363

10 Rappocini 128.637 31.981

11 Tamalate 130.777 13.937

12 Mamajang 59.689 6.471

13 Mariso 51.491 26.528

14 Tallo 77.443 28.292

Total 1.112.688 6.330

Sumber : Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2001 3) Ekonomi

Sejalan dengan perkembangan kota Makassar, kegiatan ekonomi juga semakin pesat ini ditandai dengan meningkatnya jumlah perusahaan perdagangan yang sekarang telah mencapai 14.584 unit usaha yang terdiri dari 1.460 perdagangan besar, 5.550 perdagangan menengah dan 7.574 perdagangan kecil.

Kemudian terdapat 21 industri besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi di kecamatan Biringkanaya dan konsentrasi industri besar kedua terdapat di kecamatan Tamalanrea dan kecamatan Panakkukang masing-masing 5 unit.

Sementara itu kawasan perdagangan utama kota Makassar terdapat di Pasar Sentral (Makassar Mall) sebagai pusat dan wilayah Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat pelayanan selain itu terdapat 2 Mall (Mall Ratu Indah dan Latanete Plaza) dan kawasan perdagangan Somba Opu, sedangkan JI. Jend.

Sudirman, jl. DR. Ratulangi cenderung untuk berubah menjadi kawasan perdagangan. Perdagangan kota Makassar tergolong maju. Pusat-pusat perniagaan

dari pasar-pasar tradisional, pasar grosir sampai mal-mal modern berkembang pesat. Sektor perdagangan terkait erat dengan sektor industri dan transportasi.

Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan tata kota, pemda telah menyediakan lahan untuk kawasan industri seluas 200 hektar dengan nama PT Kawasan Industry Makassar (KIMA)

4) Keuangan Daerah

Dari sisi penerimaan APBD kota Makassar pada tahun 2001, penerimaan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 83%

atau sekitar 286,4 milyar dari sekitar 344,7 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 13% atau sekitar 45,6 milyar. Sedangkan penerimaan lain yaitu sebesar 3,1 milyar yang berasal dari penerimaan yang sah lainnya dan sisa anggaran tahun lalu sebesar 9,4 milyar.

Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir sekitar 80% atau sekitar 278,1 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan, dialokasikan hanya sebesar 66,5 milyar atau sekitar 20%. Dengan alokasi dana pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin, salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan anggaran belanja seperti sebagai berikut; Belanja pembangunan difokuskan pada sektor yang bersifat cost recovery. Penerimaan PAD kota Makassar perlu ditingkatkan seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah.

5) Fasilitas Umum Dan Sosial a) Pendidikan

Pada tahun 2003 di Kota Makassar, jumlah Sekolah Dasar sebanyak 441 unit, dengan jumlah guru sebanyak 5.073 orang dan jumlah murid sebanyak 137.877 orang. Jumlah SLTP sebanyak 153 unit dengan jumlah guru sebanyak 52.343 orang. Sedangkan jumlah SLTA 175 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.929 orang dan jumlah murid sebanyak 56.273 orang.

b) Fasilitas Kesehatan

Pada tahun 2003 di kota makassar terdapat 16 rumah sakit, yang terdiri dari 4 rumah sakit pemerintah, 7 rumah sakit swasta dan 3 rumah sakit abri serta 2 Rumah sakit khusus. Jumlah puskesmas 75 unit, yang terdiri dari 36 puskesmas dan 39 puskesmas pembantu.

6) Prasarana Dan Sarana Permukiman a) Komponen Air Bersih

PDAM Kota Makassar memberikan pelayanan air minum untuk penduduk wilayah kota Makassar secara keseluruhan. Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kota Makassar untuk melayani penyediaan air minumnya sebagian besar berasal dari air permukaan (sungai), yaitu Sungai Jeneberang dan dan Sungai Maros. Untuk pengambilan air baku dari sungai Jeneberang dibangun Intake Ratulangi (IPA Ratulangi) dan Bili-Bili (IPA Somba Opu) sedangkan air baku dari Sungai Maros dibangun Intake Lekopadng (IPA Panaikang). kapasitas produksi masing-masing Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sebagai berikut :

(1) IPA Ratulangi 50 l/det

(2) IPA Somba Opu 1.000 l/det (3) IPA Panaikang 1.000 l/det

Dengan asumsi kebutuhan 185 l/orang/hari dengan tingkat kebocoran diasumsikan sebesar 15 %, didapat bahwa masih ada sisa produksi air bersih di Makassar sebesar 54.743.660 liter/hari.

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih 185 l/dt/org, Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.160.011, membutuhkan 246.792.340 lt/hr. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 185 x 1,15 l/orang/hari.

PDAM Kota Makassar dapat memproduksi sebanyak 301.536.000 l/hari.

Sehingga kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi.

b) Komponen Persampahan

Salah satu ekses dari kegiatan penduduk adalah sampah, baik sampah padat, cair dan gas yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan perkotaan lainnya. Berdasarkan data tahun 2003 yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Makassar tentang sumber produksi sampah di Kota Makassar. Berdasarkan data dan hasil studi optimalisasi prasarana IPLT dengan peningkatan peran serta masyarakat diperoleh volume lumpur tinja yang masuk ke IPLT sebanyak 96 m3/hari pada saat musim hujan dan 36 m3/hari pada saat musim kemarau. Selain IPLT, prasarana dan sarana sanitasi/air limbah yang ada di Kota Makasar berupa bangunan individual berupa septictank dan septictank komunal.

c) Komponen Drainase

Drainase Kota Makassar yang telah dikembangkan dan dibangun dalam program

P3KT Sulirja (Tahun 1993-1996) sampai dengan Pembangunan Drainase Primer oleh direktorat Jenderal Air yang terdiri dari Saluran Pembuang Panampu, Saluran Pembuang Jongaya dan Saluran Pembuang Sinrijala. Jumlah penduduk yang dapat menerima manfaat dari pembangunan saluran drainase ini sejak 1985 sampai dengan sekarang diperkirakan 650.000 jiwa atau + 58% dan jumlah penduduk Kota Makassar. Secara umum alur jaringan drainase di Kota Makasar mengikuti ketinggian (kontur) dan mengikuti poia jaringan jalan Kota yang ada, dimana sistem pembuangan air hujan yang masih menjadi satu dengan sistem pembuangan air kotor. Sistem drainase campur ini, terlihat kurang menguntungkan untuk daerah yang landai, sehingga terjadi pengendapan dan penggenangan di dalam saluran yang menyebabkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Pada bagian lain, kondisi jalan yang relatif tinggi terhadap permukiman penduduk menjadikan saluran jalan hanya dapat dimanfaatkan sebagai saluran penampung limpasan air hujan dari badan jalan dan sebagai saluran pembawa, sedangkan saluran pembuangan dari permukiman melalui saluran yang dibuat sendiri dan dialirkan ke saluran drainase yang ada.

Selain itu sistem drainase di Kota Makasar juga dipengaruhi oleh pengaruh pasang surut. Hal ini sangat dirasakan pengaruhnya apabila pada saat bersamaan terjadi hujan lebat dan air pasang.

d) Komponen Jalan

(1) Transportasi Darat / Jalan Kota

Secara umum kondisi prasarana jalan masih dalam kategori baik dan sedang, walaupun ada beberapa ruas kondisinya jelek, namun masih mampu berperan

melayani lalu lintas keluar masuk kota maupun sirkulasinya di dalam wilayah kota. Prioritas pengembangan penyediaan sarana jalan yang diterapkan pada Kota Makassar diarahkan terhadap pembangunan jalan Kolektor primer, Kolektor Sekunder, Lokal Primer, Lokal Sekunder dan Arteri Sekunder termasuk peningkatan pelebaran jalan.Daiam mengantisipasi permintaan perjalanan (trip) penduduk dalam 10 tahun terakhir ini, studi JICA tahun 1989 telah merekomendasikan pembangunan 3 (tiga) jalan lingkar (ring road) untuk menghubungkan jalan-jalan radial tersebut, yaitu :

(a) Jalan Lingkar Dalam (Inner Ring Road), menghubungkan ruas jalan A.P.

(b) Pettarani–Pelabuhan Makassar

(c) Jalan Lingkar Tengah (Middle Ring RoadO, menghubungkan ruas Jl.

Syech Yusuf–Daerah Kampus Unhas)

(d) Jalan Lingkar Luar (Outer Ring Road), menghubungkan Kota Maros dan Kota Sungguminasa.

Sampai saat ini, baru jalan lingkar dalam yang dapat terealisasi, yaitu sejak beroperasinya jalan tol reformasi sepanjang lebih kurang 6 km yang dibangun oleh PT. Bosowa tahun 1998. Jalan lingkar dalam ini berfungsi untuk melayani arus lalu lintas barang dari/ke pelabuhan tanpa harus melalui pusat kota dan mengalihkanpergerakan dan/ke jalan radial tanpa harus melalui daerah pusat kota.

(2) Transportasi Laut

Arus kunjungan kapal di pelabuhan Makassar 5 tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang naik turun. Pada tahun 2000 arus kunjungan kapal ke Makassar

Gbr.Terminal Kota Makassar berkisar 5.138 kapal dengan ringan 355 kapal pelayaran samudera, 2.062 kapal pelayaran nusantara, 800 kapal pelayaran khusus dan 1.921 kapal lokal/rakyat. Status pelabuhan Makassar, yang terdiri dan pelabuhan Soekamo sebagai pelabuhan penumpang dan pelabuhan Hatta sebagai pelabuhan barang/cargo. Jumlah penumpang di pelabuhan Soekamo pada tahun 2000 yang naik berkisar 721.840 penumpang dan yang turun berkisar 536.083 penumpang.

Itulah sekilas tentang gambaran umum kota Makassar, sekaitan dengan lokasi penelitian, kelurahan Mangasa adalah salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Tamalate, kelurahan ini berdiri sejak tahun 1975 walau banyak yang kurang tahu pasti kapan berdirinya kelurahan ini. Kelurahan dengan luas 206.98 ha/m2 dan luas pemukiman 206.65 ha/m2 ini memiliki fasilitas umum seluas 126.730 ha/m2. Luas wilayah menurut penggunaan kelurahan Mangasa yaitu :

Luas pemukiman 206,65 ha/m2

Luas persawahan -

Luas perkebunan -

Luas kuburan 12 ha/m2

Luas pekarangan 24 ha/m2

Luas taman 12 ha/m2

Perkantoran 11,4 ha/m2

Luas prasarana umum lainnya 205.4 ha/m2

Total luas 206,98 ha/m2

Sumber data : Kantor Kelurahan Mangasa Kecamatan Tammalate 2014

Kelurahan Mangasa berada pada ketinggian 5mdl di atas permukaan laut yang menyebabkan curah hujan dalam satu tahun rata-rata 198 milli meter. Iklim daerah ini, seperti halnya daerah Makassar pada umumnya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan oktober dan berakhir pada bulan april, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan mei sampai pada bulan september.

Sarana transportasi yang ada diantaranya adalah salah satu jalan utama yang berada pada jalan poros Slt. Alauddin, jalan ini merupakan jalanan besar yang menjadi jalan penghubung antar kota.

Daerah Mangasa memiliki bentangan wilayah yaitu dataran rendah yaitu : seluas 206 ha/m2 dan bataran sungai seluas 1,5 ha/m2. Dengan demikian menunjukkan bahwa jarak kelurahan Mangasa ke ibu kota kecamatan adalah sejauh 5 km. Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa batas wilayah kelurahan Mangasa adalah :

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Kel. Parangtambung Tammalate Sebelah selatan Kel. Gunung Sari Rappocini

Sebelah timur Kab. Gowa Kab. Gowa

Sebelah barat Kel. Mannuruki Tammalate

Sumber : kantor kelurahan Mangasa Kecamatan Tammalate 2014

Sebelum menguraikan lebih lanjut atau lebih mendalam tentang nilai sipassiriki maka penulis terlebih dahulu akan menguraikan tentang identitas responden sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan di lokasi penelitian.

Jumlah warga menjadi responden penulis adalah sebanyak 17 responden. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel jumlah responden berdasarkan umur sebagai berikut :

Tabel 3 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Umur

No. Umur F %

1 2 3 4

2029 30 - 39 40 - 49 50atas

3 0 9 5

17.6 0 52.9 29.5

Jumlah 17 100

Sumber data : hasil penelitian/analisa data tahun 2009 Dari 17 responden masing-masing berumur sebagai berikut :

satu (3) responden yang berumur 20 sampai 29 tahun, sembilan (9) responden yang berumur 40 sampai 49 tahun dan lima (lima) responden yang berumur 50- atas Dari semua responden yang ada di atas, dapat diperinci berdasarkan tingkat pendidikan masing-masing sebagai berikut :

Tabel 4 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan F %

1 2 3 4 5

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

5 1 2 6 3

29.4 5.9 11.8 35.3 17.6

Jumlah 17 100

Sumber data : hasil penelitian/analisa data tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat masing-masing tingkat pendidikan responden.

a. Eksistensi nilai sipassiriki dalam kalangan warga masyarakat Kelurahan Mangasa Kecamatan Tammalate

Nilai sipassiriki merupakan bagian integral dari nilai siri’ dalam tatanan adat suku Makassar, Budaya Siripassiriki merupakan salah satu falsafah budaya Masyarakat suku Makassar yang harus dijunjung tinggi. Apabila sipassiriki tidak dimiliki seseorang, maka orang tersebut dapat melebihi tingkah laku binatang, sebab tidak memiliki rasa malu, harga diri, dan kepedulian sosial . Mereka juga hanya ingin menang sendiri dan memperturutkan hawa nafsunya. Istilah sipassiriki sebagai sistem nilai budaya sangat abstrak dan sulit untuk didefenisikan karena sipassiriki hanya bisa dirasakan oleh penganut budaya itu. Bagi masyarakat suku Makassar, sirpassiriki mengajarkan moralitas kesusilaan yang berupa anjuran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk menjaga dan mempertahankan diri dan kehormatannya. Menurut salah satu informan inisial RS (43thn) “Sipassiriki adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, sipassiriki adalah sesuatu yang 'tabu' bagi masyarakat suku Makassar dalam berinteraksi dengan orang lain.

Sipassiriki ini pula mengajarkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial tanpa mementingkan diri sendiri dan golongan inil adalah salah satu konsep yang membuat suku Makassar mampu bertahan dan disegani diperantauan”.

Dari aspek ontologi (wujud) budaya siripassirki mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pandangan islam dalam kerangka spiritualitas, dimana kekuatan jiwa dapat teraktualkan melalui penaklukan jiwa atas tubuh tandas salah satu informan inisial DA. Inti nilai sipassiriki mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat suku Makassar, karena sipassiriki merupakan jati diri dari orang-orang suku Makassar. Dengan adanya budaya sipassiriki maka keterikatan antar sesama dan kesetiakawanan menjadi lebih kuat, baik dengan sesama suku maupun dengan suku yang lain.

Di sisi lain nilai sipassiriki ketika kita kembali kepada esensinya maka terciptalah suasana yang harmonis dalam ruang lingkup keluarahan Mangasa, nilai sipassiriki sebagian masih dipegang teguh oleh warga terbukti ketika adanya warga yang berpulang ke Rahmatullah maka warga masih berbondong-bondong untuk datang melayat begitupun apabila adanya pernikahan masih saling membantu, ucap Rahma salah satu informan. Namun disisi lain pula nilai sipassiriki itu telah mengalami perubahan implementasi ini disebabkan adanya modernisasi dan konsep keluarga modern, dalam beberapa observasi dan pengamatan yang penulis lakukan ada beberapa hal yang membuktikan bahwa telah ada bagian-bagian yang hilang dalam implementasi nilai sipassiriki itu, nilai sipassiriki tidaklah hanya berkaitan dengan sikap sosial ataupun kepedulian semata namun juga berkaitan dengan perilaku atau penghormatan terhadap yang lebih tua, dan penghargaan terhadap yang lebih muda.

Hal inilah yang sedikit dilupakan oleh warga masyarakat, Ratnasari menyampaikan bahwa eksistensi nilai sipassiriki semakin lama semakin akan

Dokumen terkait