• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H Ahmad Dahlan No.14A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga masuk dalam lingkup Kanwil DJP Jakarta Selatan dan merupakan pecahan dari KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu dengan (Saat Mulai Beroperasi) SMO terhitung mulai 1 Oktober 2007.

Pada tahun 2008 KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga mengadakan renovasi gedung guna meningkatkan kenyamanan bagi pegawai KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga dan Wajib Pajak. Selain itu memang dianggap perlu diadakan penataan ulang ruangan-ruangan yang ada agar sesuai dengan struktur organisasi yang baru agar sesuai modernisasi Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga merupakan salah satu instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang telah menerapkan sistem administrasi perpajakan modern sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 31/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Salah satu perubahan yang terjadi pada penerapan sistem administrasi perpajakan moderen adalah penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor

38

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (KARIKPA) menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

1. Visi, Misi, dan Tupoksi KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga

KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga memiliki visi dan misi yang sama dengan Direktorat Jenderal Pajak.

a. Visi dari KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga adalah:

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

b. Misi dari KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga adalah:

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang- undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Tugas Pokok dari KPP Jakarta Kebayoran Baru Tiga adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

39

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga menjalankan fungsi:

a. Mengumpulkan, mencari dan mengolah data, mengamati potensi perpajakan serta menyajikan informasi perpajakan;

b. Mengumpulkan, mencari dan mengolah data, mengamati potensi perpajakan serta menyajikan informasi perpajakan;

c. Menetapkan dan menerbitkan produk hukum perpajakan;

d. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan, menerima dan e. mengolah surat pemberitahuan, serta menerima surat lainnya;

f. Melakukan penyuluhan perpajakan;

g. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak;

h. Melaksanakan esktensifikasi;

i. Menatausahakan piutang dan melaksanakan penagihan pajak;

j. Melaksanakan pemeriksaan pajak;

2. Wilayah Kerja KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga

Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga meliputi tiga kelurahan dikecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, yaitu meliputi:

a. Kelurahan Gunung

Kelurahan Gunung merupakan kawasan yang memiliki potensi pajak paling banyak di sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi.

Berdasarkan data statistik, tercatat 5528 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 1000 Wajib Pajak Badan. Kelurahan Gunung ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

40 b. Kelurahan Melawai

Kelurahan Melawai merupakan kawasan yang memiliki paling banyak Wajib Pajak Badan dibandingkan dengan kelurahan Gunung dan Petogogan. Berdasarkan data yang penulis peroleh, tercatat sebanyak 3562 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2949 Wajib Pajak Badan di Kelurahan Melawai. Hal ini dikarenakan kawasan Melawai merupakan kawasan niaga yang banyak bergerak pada sektor industri pengolahan.

Itulah salah satu alasan mengapa kawasan Melawai ditangani oleh dua Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Kelurahan Melawai blok 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi II dan untuk kelurahan Melawai blok 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.

c. Kelurahan Petogogan

Kelurahan Petogogan merupakan kawasan yang memiliki Wajib Pajak Orang Pribadi terbanyak dibandingkan dengan Kelurahan Melawai dan Gunung. Kawasan ini didominasi oleh sektor usaha real estate, usaha persewaan, dan pasar perusahaan karena di wilayah ini terdapat apartemen dan pemukiman mewah. Tercatat sebesar 5544 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 1167 Wajib Pajak Badan di wilayah ini. Kelurahan Petogogan ditangani oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.

Dalam administrasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga tercatat 19.750 Wajib pajak, sebagian besar adalah Wajib Pajak

41

Orang.Pribadi yang mencapai 74% diikuti badan yang memiliki prosentase hanya sebesar 26%.

3. Struktur Organisasi KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga

Salah satu perubahan mendasar pada penerapan sistem administrasi perpajakan modern yaitu pembangunan struktur organisasi dibangun berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak. Struktur organisasi yang baru dirancang berdasarkan fungsi, yaitu :

a. Fungsi pelayanan (Seksi Pelayanan serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

b. Fungsi penegakan hukum (Seksi Pemeriksaan dan Seksi Penagihan), dan

c. Fungsi pendukung (Sub Bagian Umum serta Seksi Pengolahan Data dan Informasi).

42

Sumber : KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Gambar 3.1.

Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Struktur Organisasi pada KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Kepala Kantor : M. Agus Budisantoso

Kasubbag Umum : Martinus

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi : Joko Purnomo Raharjo Kepala Seksi Pelayanan : Wisnu Groho

Kepala Seksi Penagihan : Leonald Rosa Sidabutar Kepala Seksi Pemeriksaan : Christian Luther Papa Kepala Seksi Waskon I : Sukar Naibaho Kepala Seksi Waskon II : -

Sub Bag. Umum

Kelompok Jabatan Fungsional Kepala kantor

Seksi Ekstensi

fikasi Seksi

Penagihan Seksi

Pelayanan Seksi

Pemeriksaan Seksi

PDI Seksi

Pengawasan dan Konsultasi

43

Kepala Seksi Waskon III : Lusi Yuliani Kepala Seksi Waskon IV : Firdaus Zubaidi Kepala Seksi Ekstensifikasi : Emy Sofia

Kelompok Fungsional Pemeriksa

Supervisor I : Sumirat Adi Suryanto

Supervisor II : Andi Prasetyo Fungsional : Imam Teguh Prihatin, Fredy

Sunaryo Sitompul, Sri Sasongko, Antonius Herry Wijayanto, Teguh Wiyono , Komarudin, Andri Sihar Budiman, Arif Yanuar Tri

Achmadi, Eka Pupy Jumantara, Rochyati

44 3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksankan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

3.2.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kausal (Causal Research) yang merupakan metode penelitian untuk mengetahui hubungan satu atau lebih variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) adalah kualitas layanan, sanksi pajak, dan kesadaran wajib pajak dan variabel terikat (dependent variable) adalah kepatuhan wajib pajak.

3.2.3. Hipotesis Penelitian

a. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Dengan ditingkatkannya kualitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuadi dan Mangoting (2013), Rajif (2012), Putri

45

(2013) dan Siti (2013) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka hipotesis pertama sebagai berikut:

H1 : Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

b. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuha Wajib Pajak.

Wajib pajak harus mengetahui tentang sanksi-sanksi pajak supaya ia tidak melanggar undang-undang perpajakan dan memenuhi ketentuan perpajakan sehingga wajib pajak akan patuh dalam membayar pajak.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arum (2012) dan Febriyanto dan Siwi (2012) sanksi pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

c. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban melaksanakan perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan. Kesadaran wajib pajak atas prpajakan sangatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006) menyebutkan bahwa kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka rumusan hipotesis yang ke tiga yaitu :

H3 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

46 H1

H2

H3

Sumber : Dari berbagai referensi

Gambar 3.2

Kerangka Teoritis Penelitian

Keterangan :

X1 = Kualitas layanan X2 = Sanksi Pajak

X3 = Kesadaran Wajib Pajak Y = Kepatuhan Wajib Pajak 3.2.4. Variabel dan Skala Pengukuran

a. Variabel

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yang akan ditelit, yaitu :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dlam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah “X”

Kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) Kualitas Pelayanan (X1)

Sanksi Pajak (X2) Kesadaran Wajib Pajak (X3)

47

adalah Kualitas Layanan (X1), Sanksi Pajak (X2), dan Kesadaran Wajib Pajak (X3).

2. Variabel Terikat ( Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat “Y” adalah Kepatuhan Wajib Pajak.

b. Skala Pengukuran

Sakala yang digunakan adalah sekala Likert 5 point dengan rentang 1-5 yang memberikan gambaran sampai seberapa jauh responden melaksanakan fungsi sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Skala Likert menurut Jusuf Soewadji dalam buku Pengantar Metodologi Penelitian (2012) “Skala likert digunakan dalam pengukuran ordinal untuk membedakan intensitas sikap atau perasaan seseorang terhadap sesuatu hal tertentu”. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan sebagai berikut :

1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak setuju (TS)

3 = Netral (N) 4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

48 3.3. Definisi Operasionalisasi Variabel

Untuk memudahkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran terhadap suatu objek penelitian maka digunakan operasionalisasi variabel untuk mengukur variabel-variabel yang terkait dalam penelitian.

Adapun variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1

Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Kualitas pelayanan ( X1) Supadmi (2009)

1. Keamanan

1. Kenyamanan

3. Kelancaran

4. Kepastian Hukum

1. Petugas pajak dapat dipercaya

2. Menciptakan rasa aman bagi wajib pajak 1. Kesopanan dari

petugas pajak 2. Petugas pajak ramah 3. Kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik 1. Memberi pelayanan

dengan segera dan cepat.

2. Memberikan pelayanan dengan tanggapan 3. Petugas pajak

mempunyai

keahlian/kemampuan dibidang perpajakan

1. Kemampuan

memberikan pelayanan yang memuaskan sesuai dengan peraturan 2. Petugas pajak

memberikan penjelasan sesuai dengan norma perpajakan.

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

49 Sanksi Pajak

(X2) Mardiasmo (2011)

1. Sanksi Pidana

2. Sanksi Administrasi

1. Denda pidana 2. Pidana Kurungan 3. Pidana penjara 1. Denda administrasi 2. Bunga 2% per Bulan 3. Sanksi kenaikan 50%

dan 100%

Ordinal

Ordinal

Kesadaran Wajib Pajak (X3)

Nurmantu (1992)

1. Adanya Undang- undang dan ketentuan perpajakan

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Menghitung jumlah pajak terutang dengan benar.

4. Membayar pajak terutang untuk

meningkatkan kinerja

penerimaan pajak

1. Pembayaran pajak memiliki landasan hukum yang kuat 2. Pembayaran pajak

ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan.

1. Formulir pajak diisi dengan lengkap.

2. Penulisan dalam formulir harus jelas.

1. Menghitung pajak terutang dengan benar 2. Tidak ada

pengurangan beban pajak

1. Merasa tidak dirugikan dalam membayar pajak 2. Uang pajak sebagai

sumber pendapatan terbesar bagi Negara

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Kepatuhan wajib pajak (Y)

Rahayu, Devano (2006) dan Undang- Undang perpajakan.

1. Kepatuhan formal

1. Melakukan pembukuan dan pencatatan

2. Melakukan pelaporan SPT

3. Tepat waktu membayar pajak.

Ordinal

50 Sumber : Diolah dari berbagai referensi

Definisi Operasional a. Kualitas Pelayanan

Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi, 2009).

b. Sanksi Pajak

Sanksi Pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo (2011: 39).

c. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadarn wajib pajak adalah kondisi wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan

3. Kepatuhan Material

1. Tidak memiliki tunggakan pajak.

2. Tidak pernah mendapatkan sanksi atau denda

perpajakan.

3. Ketepatan Mengisi SPT.

4. Menghitung pajak terutang dengan benar

Ordinal

51

untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan sistem pepajakan yang baru Jatmiko (2006).

d. Kepatuhan Wajib Pajak

kepatuhan wajib pajak adalah ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksankan ketentuan perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak. Jadi, wajib pajak pribadi yang patuh adalah wajib pajak pribadi yang taat dan memenuhi serta melaksankan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Nurmantu (2006)

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Metode pengumpulan data ada 2 (dua) cara, yaitu :

1. Metode Penilaian Lapangan (field research) adalah metode dengan Mengunjungi objek penelitian guna memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyusun penelitian tersebut.

2. Metode Penelitian Kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan cara mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang ada dan sumber data yang lainnya berkaitan dengan pembahasan masalah yang dibutuhkan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menyebarkan instrument (kuisioner) yang berisi daftar pertanyaan kepada responden. Angket yang digunakan

52

adalah angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang akan diberikan kepada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

3.6. Jenis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer untuk mengukur variabel independen (Kualitas Pelayanan, Sanksi Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak) dan variabel dependen (Kepatuhan Wajib Pajak) yang diambil dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil dari pengisian kuisioner.

3.7. Populasi dan Sampel

a. Dalam penelitian ini populasinya adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

b. Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus slovin yaitu:

n =

1 + � �2

Keterangan : N = Populasi n = Sampel e = Error

53 3.8. Metode Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang diteliti. Uji statistik deskriptif mencakup nilai rata- rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan nilai standar deviasi dari data penelitian.

3.8.2 Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik atau tidak, instrumen dikatakan baik apabila instrumen tersebut memenuhi beberapa sifat valid (tepat) da reliabel (handal)

3.8.2.1 Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap penyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Repeted Measure atau pengukuran ulang; seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda dan kemudian dilihat apakah ini tetap konsisten dengan jawabannya. 2) One Shot atau pengukuran sekali saja; pengukurannya hanya sekali dan kemungkinan hasilnya akan dibandingkan dengan pertanyaan. SPPS memberikan fasilitas untuk mengukuran Realibilitis dengan uji statistik Cronbach Alpha

54

(α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70. sedangkan jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable (Imam Ghozali, 2013:47).

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

a) Jika nilai Cronbach Alpha > 0.70 maka dapat dikatakan reliable b) Jika nilai Cronbach Alpha < 0.70 maka dapat dikatakan tidak reliable

3.8.2.2 Uji Validasi Data

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner . Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2013:52). Pengujian ini menggunakan metode pearson correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikan < 0,05. Maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

3.8.3.1 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independent Variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antar variabel independen (Ghozali, 2013:105). Mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran VIF (variance inflation factor) dan tolerance. Tolerance

55

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance).

Nilai cut off yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.8.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastistas dan jika berbeda disebut Heteroskedastistas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatistas atau tidak terjadi Heteroskesdastisitas (Ghozali, 2013:139).

Untuk mellihat ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (Dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu maka mengidentifikasi telah terjadi Heteroskedastisitas.

Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskesdastisitas (Ghozali, 2013:139-141).

56

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, titik titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.3.3 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki disteribusi normal (Ghozali, 2013:160). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas dapat diketahui dengan melihat table One - Sample Kolmogorov Smirnov Test pada kolom Asymp Sig (2-tailed). Adapun kriteria pengujian adalah

Ho = Data residual berdistribusi normal Ha = Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikasi Kolmogrov Smirnov adalah lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga data residual tidak berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai signifikasi Kolmogorov Smirnor adalah lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, sehingga dari residual berdistribusi normal (Imam Ghozali, 2013 : 164).

57 3.8.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Dalam perhitungan korelasi akan didapat koefisien korelasi yang menunjuikan keeratan hubungan antar dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai 0 atau 0 sampai 1. Jika nilai koefisien korelasinya semakin mendekati 1 atau -1, maka hubungan antara dua variabelnya akan semakin erat. Tetapi jika mendekati 0, maka hubungannya semakin lemah (Duwi Priyatno, 2012:59).

3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi Linier berganda karena memiliki tiga variabel independen. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Imam Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini dinggunakan regresi Linier berganda untuk mencari pengaruh antar variabel, dengan rumus:

Y = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ ε Keterangan :

Y : Kepatuhan Wajib pajak

α : Nilai konstanta nilai Y jika X = 0

β : Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) Y

58 X1 :Kualitas Pelayanan X2 : Sanksi Pajak

X3 : Kesadaran Wajib Pajak ε : Error

3.8.5.1 Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)

Koefisien determinasi (Adjusted R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing – masing pengamatan, sedangkan untuk data kurun waktu (times series) biasanya mempunyai nilai koefisien determanasi yang tinggi. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada table model summaryb dan tertulis Adjusted R square.

3.8.5.2 Uji Signifikan Secara Simultan (uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel- variabel independen secara silmutan ( bersama-sama ) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan Tingkat signifikan menggunakan α = 5%. Uji f dilihat pada tabel ANOVA output SPSS

59

dalam kolom sig, jika nilai signifikan < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

1. Jika Sig. < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (Signifikan) 2. Jika Sig. > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Tidak Signifikan)

3.8.5.3 Uji Signifikan Secara Persial (Uji t).

Uji T yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas (Kualitas Pelayanan, Sanksi Pajak dan Kesadaran) secara parsial atau individual menerangkan terhadap variabel terikat (Kepatuhan Wajib Pajak). Pengujian ini dinilai dengan taraf signifikansi α = 5 %. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan pengaruh atau hubungan antara variabel dilakukan dengan criteria pengujian sebagai berikut :

Jika Sig < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika Sig > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Dokumen terkait