• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Berdirinya Bea dan Cukai

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Bea dan Cukai

1. Zaman Belanda

Douane mulai didirikan pada tanggal 1 Oktober 1620 (VOC). Undang- undang tarif yang pertama dibuat oleh VOC pada tanggal 1 Januari 1872, selesai dibuat pada tahun 1874. Undang-undang tarif diperlukan untuk daerah-daerah sebagai berikut : Daerah Jawa, Madura, Tapanuli, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Palembang, Bangka Belitung, Timor-timor, dan Kalimantan Selatan.

Tahun 1910 meliputi daerah Aceh, Sumatera, Manado, Kalimantan dan Indragiri.

Di masa penjajahan Belanda dinas pemerintah yang bertugas memungut pemasukan keuangan kerajaan Belanda di daerah jajahan. Disebut Dienstder invoter Rechten en Accynzen (IUA). Dengan percakapan Douane yang

berdasarkan UUD IUA, Indisce tarif wet tanggal 17 Nopember 1872 (net stbk 1872 No. 130, Indonesia stb 1872 No. 35 IUA) bertugas memungut Bea dan Cukai yang merupakan bagian penting dari pendapatan kerajaan Belanda dan erat hubungannya dengan kepentingan penjajah, baik hubungan ke dalam (nasional) maupun keluar (internasional) di bidang pengawasan di samping polis. Di bidang politik sudah tentu mempunyai haluan dan menganut berbagai macam antara lain : firstal, proctrktif, differencial, dan tarif kolonial serta lainnya yang berhubungan

dengan kepentingan penjajah , baik hubungan kedalam (nasional) maupun keluar (internasional) di samping pengawasan polisi.

Jawatan IUA ditugaskan pula untuk mengawasi, menyelidiki, mengusut dan menagkap pelanggar terhadap penyelundupan barang-barang impor dan ekspor dan lain-lain menurut Undang-Undang The Uitlverbadenwet 1935 STB 1504.

Perlu diketahui pula saat itu hangat-hangatnya perjuangan rakyat Indonesia di Jawa Timur menentang pendaratan tentara sekutu di surabaya yang diboncengi tentara Belanda. Jawatan umum pusat laut yang berkedudukan di Jakarta hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1945 waktu penggabungan instansi urusan bea ke dalam Departemen Keuangan tertunda waktunya tetapi struktur organisasi Departemen Keuangan RI telah dibentuk suatu kantor Jawatan Pajak Urusan Bea dan Cukai.

Dalam bulan Januari 1946 dalam suatu rapat dengan pejuang-pejuang dan Wakil Presiden Drs. Muh. Hatta dikemukakan supaya Douane masuk kembali ke Departemen keuangan. Sedangkan Jawatan urusan laut dibubarkan dan masing- masing bagian kembali ke departemen seperti sebelum kedudukan Jepang.

Sebagaimana pegawai Bea dan Cukai meninggalkan kota dan mengungsi bersama-sama TNI atau ikut rombongan pamong praja untuk terus berjuang bergerilya diluar kota. Tentara RI yang terkenal dengan sebutan Laskar waktu itu terus menerus mengadakan perlawanan dan tekanan kepada pasukan Belanda yang menduduki kota-kota itu.

Para pegawai Jawatan Bea dan Cukai yang masih setia kepada perjuangan RI satu persatu datang ke Yogyakarta dan dibentuklah Kantor Pusat Bea dan Cukai di Yogyakarta denfan susunan pimpinan dan staf sebagai berikut :

a. Kepala Muda KBC b. Inspektur Kepala

c. Kanteolir (Kepala Kanteolir dua orang)

Sebagai hasil konferensi di Den Hagg memutuskan mengakui kedaulatan RIS dan diadakan serah terima kekuasaan dari Belanda ke RI di Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949.

Lukman Hakim mengeluarkan instruksi bersama pada bulan Februari 1950 supaya Jawatan-Jawatan Bea dan Cukai diserahkan kepada pemerintah RIS, maka terjadilah penggabungan dinas IUA Jawatan Bea dan Cukai. Tetapi bentuk negara RIS nampaknya tidak memuaskan bagi bangsa Indonesia. Kekuasaan pengawasan yang ada pada Jawatan Bea dan Cukai yaitu berfungsi untuk menjaga lalu lintas ekonomi dan larangan yang diadakan di perbatasan negara.

Saat perang Dunia Kedua, beratus-ratus pegawai Bea dan Cukai dipindahkan ke Cilacap untuk melayani barang-barang impor dan ekspor bagi kepentingan perang. Kebanyakan pegawai dari orang Belanda untuk memegang jabatan dan pimpinan 74 orang vificator golongan antenar sebanyak 313 orang Belanda dan 71 orang Indonesia Perang Pasifik Pecah, ditandai peperangan tentara Jepang di pelabuhan Pearl Harbour. Tanggal 8 Agustus 1941 pelabuhan Cilacap diserang dan dibom oleh Jepang pada tanggal 4 Maret 1942 sehingga

mengakibatkan kekacauan yang ditunjang oleh sejumlah pegawai yang ditangani dari berbagai daerah secara tidak resmi. Para pegawai pulang kembali ke daerahnya masing-masing dan selanjutnya pada tanggal 9 maret 1942 Belanda menyerah pada Jepang dan para pegawainya dibiarkan saja gentayangan mengurus nasib masing-masing.

2. Zaman Kekuasaan Jepang

Sebelum kekuasaan tentara Jepang yang merupakan pemenang perang mengharuskan kepada semua pegawai bekas Hindia Belanda kembali bekerja di kantor masing-masing termasuk pegawai IUA. Jepang melarang semua kegiatan pergerakan dan membukukan organisasi pegawai.

Jepang mengharuskan membuka semua Jawatan Belanda (Jawatan IUA) dibuka kembali dengan pimpinan sementara masih orang Belanda sebagai lanjutan pimpinan lama, sampai pemerintahan sipil Jepang terbentuk dan semua orang Belanda Jawatan IUA diganti dengan nama Jawatan urusan Laut Bagian Bea dan Cukai (Kaizi Kyoko Zaikanbu) di bawah Kementrian Perhubungan dan Jawatan Pajak Cukai (Zaikanbau) di bawa Kemetrian Keuangan Jawatan Urusan Laut (Kaizi Kyoko) terdiri dari bagian Pabean.

3. Zaman Kemerdekaan

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang Menyerah kepada Sekutu dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan RI. Semua pegawai Jawatan urusan bagian laut (Kaizi kyoko) maupun Jawatan Cukai

(Zaikambu) bahu membahu dengan segenap lapisan masyarakat, masyarakat

mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan dengan mengibarkan sang merah putih.

Pengambil alihan Pelabuhan Tanjung Priok dari kekuasaan Jepang berhasil dengan baik dengan ditandatanganinya surat terima penyerahan pelabuhan. Dalam masa awal kemerdekaan RI terlihat usaha pemerintah untuk menyatukan Pabean dan Cukai yang dipisahkan oleh Jepang ke dalam kedua Kementrian yang berbeda yakni : Kementerian Perhubungan dan Kementerian Keuangan.

Hal ini terlihat dalam suatu surat yang dikirim Menteri Keuangan kepada kantor Bea (Kaisi Kyoko) pada tanggal 31 November 1945. Usaha penyatuan kembali kedua bagian tersebut mengalami penundaan untuk sementara waktu karena suasana perang melawan Sekutu dan Belanda yang sudah mendarat di Surabaya. Hal ini tergambar dalam surat Jawatan Urusan Laut Jawa Timur pada tanggal 17 November 1945 kepada Menteri Keuangan RI di Jakarta dengan meminta ditunda karena pimpinan dan pegawai masing-masing bagian tidak bisa berkumpul lengkap karena suasana melawan Sekutu.

Demikian juga pada surat Jawatan Urusan Laut di Jawa Timur kepada Menteri Perhubungan yang isinya ditandatangani oleh pusat Jawatan Angkatan Laut di Jakarta. Banyaknya pos-pos bea cukai dalam perjuangn gerilnya yang telah didirikan seperti Jombang, Salatiga dan keadaan perhubungan saat itu.

Dokumen terkait