BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Sistem dan Prosedur Pungutan Dalam Rangka
Salah satu sumber keuangan Negara yang diharapkan dapat menunjang terlaksanannya pembangunan nasional adalah melalui penerimaan dari sektor pajak. Penerimaan pajak yang dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar, merupakan rangkaian kegiatan pemerintah untuk menarik dana dalam masyarakat yang selanjutnya sebagai sumber pembiayaan dalam melaksanakan aktivitas pemerintah, segi ekonomi pajak merupakan pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya atau kemampuan belajar sektor privat agar tidak terjadi gangguan serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola secara baik bagi Negara Indonesia khususnya Makassar. Pajak merupakan sumber penerimaan penting yang digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sedangkan bagi pengusaha merupakan beban dan kewajiban yang akan dikeluarkan.
Salah satu pajak dalam rangka impor adalah pajak pertambahan nilai yang merupakan faktor yang menentukan tercapainya pembangunan nasional tersebut dimana dibutuhkan dana untuk membiayai pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan yang akan digali dari sumber dana dari dalam daerah itu sendiri, sehingga sumber dana dari luar itu hanya merupakan pelengkap kemandirian
dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencegah ketergantungan pembiayaan pembangunan pada bangsa lain. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan yaitu hasil pungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Usaha pengembangan iklim perpajakan yang sehat, yaitu mengembangkan dan meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak. Sebagai instansi yang berwenangpara petugas pajak pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar, melayani para wajib pajak sebagaimana mestinya . Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar bertanggungjawab atas segala pemberian informasi yang diperlukan dan petugas pajak siap membantu para pembayar pajak. Formuli-formulir pajak selalu tersedia apabila dibutuhkan oleh pembayar pajak dan akan dilaksanakan sesederhana mungkin.
Kelengkapan dokumen pada saat impor adalah sebagai berikut : a. PIB (Pemberian Impor Barang)
b. Invoice c. Packing list d. SSPCP e. Polis asuransi
f. BL/ A WB (Bill of lading/ Airway Bill) g. API/APIT
h. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) i. Surat kuasa (bila ada)
j. Skep fasilitas (bila ada)
Seiring dengan diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-42/BC/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor untuk dipakai, maka dari itu dilakukan pengembangan aplikasi impor. Terdapat beberapa perbedaan aplikasi mulai dari 2000, 2003 dan 2009 namun perbedaan tersebut mencakup beberapa hal yang mendasar, namun secara umum sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan dokumen PIB terkait perhitungan pungutan yang meliputi BM dan PDRI dibulatkan dalam ribuan rupiah penuh untuk satu PIB
2. Penetapan penjaluran yang sebelumnya hanya mencakup jalur Hijau, Merah dan Prioritas, untuk P-42/BC/2008 diatur untuk penjaluran terdiri atas:
1) Jalur hijau
Pengeluaran Barang Impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
2) Jalur Kuning
Pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
3) Jalur merah Pengeluaran Barang Impor dengan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
4) Jalur MITA Non Prioritas
Pengeluaran Barang Impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen, kecuali :
Barang ekspor yang diimpor kembali
Barang yang terkena pemeriksaan acak, atau
Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
5) Jalur MITA Prioritas
Pengeluaran Barang Impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
6) Penunjukan Pejabat Pemeriksa Fisik Barang menggunakan metode FIFO”First In First Out.
7) Perubahan format respon, sebagai berikut:
Tabel 5.3 Format Respon
Adapun sistem dan prosedur pungutan dalam rangka impor :
1. Importir, importir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan impor.
a. Importir mengisi, menghitung sendiri bea masuk dan pajak
b. Melakukan pembayaran ke Bank Devisa dan menerima SSPC yang sudah disahkan.
c. Membuat PIB, dan diajukan ke kantor Bea Cukai Proses Pengiriman Data PIB
NO JENIS RESPON KETERANGAN RESPON 1 NPP Nilai Pemberitahuan Penolakan/Reject 2 NPBL Nomor Pemberitahuan Barang Larangan dan
Pembatasan 3 Konfirmasi
Bayar Konfirmasi pembayaran untuk permintaan dokumen pembayaran SSPCP
4 INP Instruksi Nilai Pabean
5 P4 Pemberitahuan Penerimaan PIB Penyelesaian 6 SPPB Surat Persetujuan Pengeluaran Barang 7 SPPB
Pemindai
Petikemas Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Pemindai Petikemas
8 SPJM Surat Pemberitahuan Jalur Merah 9 SPJK Surat Pemberitahuan Jalur Kuning 10 SPPF Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik 11 SPTNP Surat Penetapan Tarif dan atau Nilai Pabean
1. Importir/ PPJK membuat data PIB dengan menggunakan aplikasi modul PIB nya.
2. Setelah PIB statusnya ‘READY’, data PIB dijadikan data EDIFACT lalu dikirim ke KPBC melalui jaringan EDI.
3. Provider EDI meneruskan data ke CEISA impor.
4. Setelah data masuk kemudian data divalidasi di aplikasi in house pelayanan impor.
5. Hasil validasi adalah respon untuk PIB yang bersangkutan
6. Respon yang dikirim mulai respon penerimaan dokumen sampai respon Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
Penjelsana Gambar 5.3 1. Importir membuat PIB
2. Data dikirim ke CEISA Impor
3. Data PIB tersebut oleh CEISA Impor divalidasi. Jika tidak Valid maka akan diteruskan dengan proses cek data pembayarannya.
4. Jika data pembayaran tidak ada atau kurang, maka proses akan masuk ke payment verification untuk menunggu data SSPCPnya dikirim dari bank.
5. Jika data pembayaran ada dan sesuai dengan jumlah pungutan di data PIB makan data akan masuk ke proses selanjutnya.
6. Dalam hal komoditi yang diberitahukan tidak termasuk barang larangan pembatasan atau tidak memerlukan surat perizinan dari instansi lain, maka proses akan langsung ke penjaluran.
7. Jika ternyata komoditi yang diberitahukan masuk golongan barang larangan/pembatasan atau memerlukan surat perizinan dari instansi lain maka data akan masuk ke analyzing point. Khusus untuk jalur priorotas tidak masuk analyzing point.
8. Dalam proses masuk analyzing point, maka :
a. Petugas analyzing point melakukan penelitian terhadap uraian barang pada PIB dan memberikan keputusan untuk dilanjutkan ke proses penjaluran.
b. Apabila petugas analyzing point dalam penelitiannya menetapkan bahwa importir harus menyerahkan surat perizinan dan instansi terkait, maka menerbitkan respon Nota Pemberitahuan Barang Larangan/Pembatasan (NPBL).
c. Jika importir menyerahkan surat perizinan maka proses penjaluran sesuai dengan kriterianya, namun jika importir tidak menyerahkan dokumen perizinan dari instansi terkait dalam waktu 3 (tiga) hari sejak diterbitkannya respon NPBL maka secara otomatis akan diterbitkan respon Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP)
9. Penjaluran, dilakukan oleh komputer berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Keputusan jalur merah (periksa fisik) dalam hal:
a. Jenis impor adalah Re-Impor (Barang eks ekspor yang dikembalikan) b. Pemeriksa acak/Rendom
c. Komoditi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
d. Analisis Resiko (Profit Importir dan Profit Komoditi)
10. Dalam hal PIB diputuskan jalur Merah, maka respon Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM) dan instruksi pemeriksaan diterbitkan.
a. Importir harus menyerahkan hardcopynya paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterbitkannya SPJM dan ikut serta menyaksikan pemeriksaan fisik barang.
b. Penunjkan Pejabat Pemeriksa Fisik Barang menggunakan metode FIFO “fisrt In Fisrt Out”.
Pejabat pemeriksa fisik barang harus menyetakaan kesiapannya dalam menerima PIB dengan cara melakukan absen secara mandiri.
Pemeriksaan fisik barang dilakukan setelah barang dinyatakan kesiapannya oleh Importir/PPJK dan terhadap Pejabat pemeriksa fisik yang telah menyatakan kesiapannya.
c. Hasil pemeriksaan fisik dituangkan dalam LHP dan harus direkam oleh pemeriksa ke dalam aplikasi impor. Dan LHP belum direkam maka dokumen belum bisa diperiksa oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) atau Kepala Seksi Pabean unruk KPBC yang tidak ada PFPDnta.
11. Setelah LHP direkam, PFPD sudah dapat memeriksa PIBnya. Hasil pemeriksaan PFPD bisa menimbulkan kekurangan dan kelebihan bayar, atau tidak.
a. Kalau ada kekurangan dan kelebihan bayar maka diterbitkan Surat Penetapan Tarif dan atau Nilai Pabean (SPTNP).
b. Dalam hal penerbitan SPTNP yang mengakibatkan kekurangan bayar maka SPPB akan diterbitkan setelah tagihan atas SPTNP tersebut dilunasi.
c. Sedangkan jika diterbitkan SPTNP yang mengakibatkan kelebihan bayar maka SPPB akan diterbitkan secara bersama-sama dengan SPTNP tersebut.
12. Dalam hal PIB ditetapkan jalur kuning, maka respon yang ditebitkan adalah Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK).
a. Impor harus menyerahkan hardcopy paling lamabat 3 (tiga) hari sejak diterbitkannya SPJK.
b. Penetapan Jalur Kuning tidak dilakukan pemeriksaan fisik barang, untuk penerbitan SPPB harus dilakukan penelitian dokumen terlebih dahulu oleh PFPD/ Kepala Seksi Pabean.
c. PFPD/ Kepala Seksi Pabean dapat menerbitkan SPTNP dalam hal :
Terdapat kekurangan pembayaran BM dan PDRI, untuk penerbitan SPPB importir harus melunasi tagihan SPTNP terlebih dahulu.
Terdapat kelebihan pembayaran BM, dan PDRI secara bersamaan ditetapkan juga respon SPPB.
13. Dalam hal PIB ditetapkan Jalur MITA Prioritas, Jalur MITA Non Prioritas dan Jalur Hijau, maka respon yang diterbitkan adalah Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
a. Hardcopy harus diserahkan paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterbitkannya SPPB.
b. Terhadap SPPB yang telah diterbitkan barang dapat dikeluarkan dari kawasan pabean tanpa dilakukan pemeriksaan fisik.
c. PFPD/ Kepala Seksi Pabean melakukan penelitian dokumen dan dapat menerbitkan SPTNP apabila dalam keputusan pemeriksaan dokumen PIB mengakibatkan adanya kekurangan dan kelabihan pembayaran.