• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

B. Setting Penelitian

Menurut Strauss dan Corbin tempat atau lokasi penelitian adalahsituasi dan kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.60Sedangkan menurut Nasution tempat penelitian adalah di mana akan melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek penelitian yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.61

Lokasi yang penulis pilih dalam penelitian ini yaitu di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Alasan dipilihnya sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan keadaan sekolah tersebut sangat cocok dengan fokus masalah penelitian yang akan penulis lakukan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini ialah berlangsung selama dua bulan, yaitu pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020.

C. Subjek dan Informan

60 Pupu Saeful Rahmat, ―Penelitian Kualitatif,‖ Equilibrium vol. 5 no. 9 (Juni 2009): h. 2.

61 Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 47.

MenurutSetyawatisubjek penelitian adalahdapat dipahami sebagai benda, hal,atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah, data tentang variabel penelitian diamati.62Subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat penelitian. Di mana yang dimaksud adalah mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang diamati sebagai sasaran penelitian.63

Subjek dalam penelitian ini adalah siswakelas VIII A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan objek penelitiannya adalah berupa kesalahan penggunaan ejaan dan morfologi bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa. Untuk menghasilkan suatu bentuk penelitian yang baik, diperlukan sumber data atau informan yang baik pula.

Menurut Moleong informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan data tentang situasi dan kondisi dari latar penelitian.64Sedangkan Sudaryanto menyebutkan bahwa sumber data atau informan adalah asal peneliti memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan.65

Menurut Nadra dan Reniwati seorang informan haruslah memilikisyarat- syarat tertentu, yaitu:

62 Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 63.

63 Siti Nur Tiana, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa,‖ Artikula vol. 4 no.

8 (Juli 2014): h. 38.

64 Ahmad Mustanir dkk., ―Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang dalam Transect pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif,‖ Moderat vol. 4 no. 4 (November 2018): h. 7.

65 Vebbi Andra, ―Kajian Retorika Kias Sindir dalam Bahasa Melayu Bengkulu,‖ Diksa vol. 1 no. 1 (Juni 2015): h. 37.

1. Berusia 40 60 tahun.

2. Berpendidikan tidak terlalu tinggi.

3. Berasal dari desa atau daerah penelitian.

4. Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah penelitian.

5. Memiliki alat ucap yang sempurna dan lengkap.66

Jadi, berdasarkan pendapat di atas, maka syarat-syarat informan dalam penelitian ini ialah:

1. Seorang penutur asli dalam menggunakan bahasa Indonesia.

2. Memiliki alat ucap yang sempurna.

3. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

4. Berusia 10 tahun ke atas.

5. Memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan fokus penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang benar, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

66 Afdal Agus dkk., ―Sastra Lisan Mantra Pengobatan di Kenagarian Talu Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat,‖ Bahasa dan Sastra vol. 1 no. 3 (Juni 2013): h. 6.

ditetapkan.67Berikut teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini:

1. Teknik Observasi

Menurut Bungin observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.68 Sedangkan menurut Narbuko danAchmadi observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan menggunakan lembar observasi. Teknik observasi ini menggunakan pengamatan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau perilaku.69

Teknik observasi ini digunakan untuk melihat kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, terutama tentangkesalahan penggunaan ejaan dan fonologinya.

2. Teknik Wawancara

Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

67 Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 163.

68 Mega Linarwati dkk., ―Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega Cabang Kudus,‖ Of Management vol. 2 no. 2 (Maret 2016): h. 4.

69 Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 62.

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.70

Sedangkan menurut Singh wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan maksimum efisiensi.71 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.72

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwawawancara merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan orang yang berkaitan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi. Dalam penelitian ini penulis melakukan teknik wawancara dengan bertanya secara langsung kepada ahli-ahli bahasa Indonesia mengenai masalah pada siswa kelas VIII A yang penulis teliti di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Arikunto teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data, hal-hal tentang variabel yang berupa catatan, buku-buku, majalah,

70 Mega Linarwati dkk., ―Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega Cabang Kudus,‖ Of Management vol. 2 no. 2 (Maret 2016): h. 4.

71 Lukman Nul Hakim, ―Ulasan Metodologi Kualitatif Wawancara terhadap Elit,‖ Aspirasi vol. 4 no. 2 (Desember 2013): h. 167.

72 Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 63.

surat kabar, prasasti, notulen rapat dan lain- lain.73 Sedangkan Sugiyono menyatakan dokumentasi adalahsuatu dokumen yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dari penelitian kualitatif.74 Sejalan dengan itu Sugiyono mengatakan bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik yang mengumpulkan data berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.75

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, terutama tentang kesalahan penggunaan ejaan dan fonologiya.

E. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan kegiatan penting bagi peneliti dalam upaya menjamin dan meyakinkan pihak lain bahwa temuan penelitiannya benar-benar absah. Usaha-usaha yang dapat ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh keabsahan data penelitian adalah dengan meneliti kredibilitas (kepercayaan) temuan penelitian dengan menggunakan triangulasi.76

73 Mujid Farihul Amin, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Penulisan Autobiografi Para Mahasiswa Prodi S-1 Statistika FMIPA Unimus Angkatan 2016,‖ Nusa vol. 2 no. 3 (Agustus 2017): h. 125.

74 Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 64.

75 Nilam Sari dkk., ―Analisis Penggunaan Bahasa pada Media Luar Ruang di Kota Singkawang,‖ Untan vol. 7 no. 3 (September 2018): h. 6.

76 Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 164.

Menurut Sulistyo dan Basuki triangulasi (gabungan) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat tiga macam triangulasi yaitu triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan waktu.77Sedangkan Sugiyono menyatakan triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.78 Hal ini diperkuat dengan pandangan Arikunto yang berpendapat bahwa triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu pada yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.79

Berikut teknik keabsahan data triangulasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini:

1. Triangulasi sumber, menurut Sugiyonotriangulasi sumber adalah teknik pengumpulan data untuk menyiapkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.80

2. Triangulasi teknik, menurut Sugiyono triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

77 Aan Prabowo dan Heriyanto, ―Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang,‖ Ilmu Perpustakaan vol. 2 no. 2 (Mei 2013): h. 5.

78 Wiyatul Fitriani, ―Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal Bordir pada Siswa Tata Busana Kelas XI di SMK Negeri 1 Kendal,‖ Fashion and Fashion Education vol. 2 no.

1 (Oktober 2013): h. 9.

79 Sandi Hesti Sondak dkk., ―Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai di Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara,‖ Emba vol. 7 no. 1 (Januari 2019): h. 676.

80 Putri Rizca Ayu dan Fakhruddin, ―Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Jalanan di Kota Semarang Melalui Program Pendidikan Nonformal,‖ Untirta vol. 2 no. 1 (Februari 2017): h. 26.

sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan data dilakukan dengan diskusi atau pengamatan terhadap objek penelitian.81

3. Triangulasi waktu, menurut Sugiyono triangulasi waktu adalah berkaitan dengan waktu pengumpulan data. Data yang dikumpulkan di pagi hari pada saat subjek masih segar, sebelum lelah akan menghasilkan data yang lebih valid.82

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono menyatakan bahwa teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.83

Berdasarkan pendapat tersebut, ada beberapa langkah yang dilalui untuk menganalisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengumpulkan data berupa kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dalam bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.

81 Monica Justiana, ―Kesalahan Berbahasa pada Majalah Mimbar Edisi Juni sampai Agustus 2016,‖ Simki-Pedagogia vol. 2 no. 3 (Juli 2018): h. 6.

82 Amanda Anggarini dan Asri Wijiastuti, ―Studi Deskriptif Komunitas Disleksia Parentes Suport Group PSG di Lembaga Terapi Cita Hati Bunda Sidoarjo,‖ Pendidikan Khusus vol. 3 no. 2 (November 20018): h. 4.

83 Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 165.

2. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia ke dalam bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.

3. Menjelaskan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia ke dalam bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.

4. Menyimpulkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia ke dalam bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Fakta Temuan Penelitian

1. Gambaran Lengkap Lokasi Penelitian

SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh yang beralamat di Desa Kebanjati Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh berdiri pada tahun 1991 dengan luas seluruh lokasi sekolah 8.835 m2 dan luas bangunan yang ada 2.353 m2 dari luas tanah yang dimilikinya didalamnya telah dibangun ruang sekolah yang terdiri dari Ruang Belajar, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tu, Wc, Lapangan Volly, Lap Ipa dan Perpustakaan. Proses mengajar dimulai dari hari senin sampai sabtu dan dimulai dari pukul 07.30 pagi.

SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Budiman, S.Pd, M.Pd dan dibantu oleh guru dan memiliki siswa sebanyak 520 orang, terdiri dari siswa laki-laki dan siswi perempuan dari 18 kelas tahun ajaran 2020 / 2021.84

Adapunjumlah data guru dan pegawai di SMPN 01 Pasemah Air Keruh yang berjumlah 32 orang. Visi dan Misi SMPN 01 Pasemah Air Keruh

a. Visi SMPN 01 Pasemah Air Keruh

Berimtaq, Unggul dalam Mutu, Disiplin, Berbudi Pekerti Luhur, Berbudaya Lingkungan dan Mampu Bersaing di Era Global.

84 Tim Penyusun, Profil SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan Tahun Akademik2020/2021 (Sumatera Selatan: SMPN 01 Pasemah Air Keruh, 2020), h. 2 5.

53

b. Misi Sekolah SMPN 01 Pasemah Air Keruh

1) MeningkatkankeimanandanketaqwaanterhadapTuhan Yang MahaEsasertanilai-nilaibudaya,

sehinggamenjadisumberkearifandalambertindakdanberperilaku.

2) Mengembangkanpembelajaran yang efektif,

kreatifdanmenyenangkanbagisiswadan guru,

sehinggabisamengembangkansemuapotensi yang dimilikisiswasecara optimal.

3) Meningkatkankedisiplinan guru dansiswadalamkegiatanbelajar, sehinggakegiatanpembelajaranberjalan optimal.

4) Meningkatkanbudipekertidanakhlakulkarimah,

sehinggaberperilakusantundalamperbuatandanperkataanbaikterhadap orang tua, guru dansesamateman.

5) Menumbuhkansikappedulidansadarlingkungan yang

bersihmelaluipembiasaandanpembelajaranberkelanjutan, sehinggaterciptalingkungan yang bersihdanindah.

6) Menumbuhkanbudayamutudansemangatkeunggulan, sehinggamampubersaing di era global.85

2. Gambaran Lengkap Data Penelitian

Adapun jumlah seluruh Data yang penulis temukan selama penelitian di kelas VIII A SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi

85 Tim Penyusun, Profil SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan Tahun Akademik2020/2021 (Sumatera Selatan: SMPN 01 Pasemah Air Keruh, 2020), h. 2 5.

Sumatera Selatan yaitu berjumlah 15 DF (Data Fonologi) dengan lokasi data-data tersebut yaitu: SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh DF1.1, DF 1.2, DF 1.3, DF 1.4, DF 1.5, DF 1.6, DF 1.7, DF 1.8, DF 1.9, DF 1.10, DF 1.11, DF 1.12, DF 1.13, DF 1.4, DF 1.15. sedangkan DE (Data Ejaan) berjumlah 34 Data Ejaan dalam bentuk latihan Siswa dengan lokasi data-data tersebut yaitu: SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh DE 2.1, DE 2.2, DE 2.3, DE 2.4, DE 2.5, DE 2.6, DE 2.7, DE 2.8, DE 2.9, DE 2.10, DE 2.11, DE 2.12, DE 2.13, DE 2.14, DE 2.15, DE 2.16, DE 2.17, DE 2.18, DE 2.19, DE 2.20, DE 2.21, DE 2.22, DE 2.23, DE 2.4, DE 2.25, DE 2.26, DE 2.27, DE 2.28, DE 2.29, DE 2.30, DE 2.31, DE 2.32, DE 2.33, DE 2.34.

B. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Bentuk Kesalahan Fonologi(Tataran Lisan) Penggunaan Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan tentang kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan maka penulis mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa yaitu kesalahan penggunaan bahasa Indonesia berdasarkan fonologi.

a. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.1

Kesalahan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:

Siswa : Bagaimana

Guru : dan bagaimana, itu yang termasuk kedalam unsur-unsur, kalau yang empat itu kemaren, yang termasuk kedalam jenis-jenis?

Siswa : Berita

Guru : nyelajenis-jenis berita ape syarat-syarat berita, yang pertama? syarat berita,.

Pengucapan kata nyela merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata nyela dalam bahasa Indonesia yaitu benar. Kata benar dalam KBBI yaitu sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah. Dalam percakapan pada DF 1.1 kata nyela merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nyela sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata nyela dimana menjadi kata benar. Sedangkan pengucapan kata ape merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata ape dalam bahasa Indonesia yaitu apa. Kata apa dalam KBBI yaitu kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat). Dalam percakapan pada DF 1.1 kata ape merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ape sebaiknya tidak di gunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ape diubah menjadi apa.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia di kantor bahasa Bengkuluyang menyatakan bahwakata nyela dan kata ape pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang

berlaku.Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata nyeladan kataape yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam karya ilmiah bahasa Indonesia yang baik dan benarmerujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) katanyeladan kata apeitu harus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.86

b. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.2 Siswa : Empat

Guru : Enamape empat?

Siswa : Empat

Pengucapan kata ape merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata ape dalam bahasa Indonesia yaitu apa. Kata apa dalam KBBI yaitu kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat). Dalam percakapan pada DF 1.2 kata ape merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ape sebaiknya tidak di gunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ape diubah menjadi apa.

86 Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa Bengkulu Senin, 7 September 2020.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ape pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kataape yaitu bahasa daerah.

Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam karya ilmiah bahasa Indonesia yang baik dan benarmerujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kataape itu harus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.87

c. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.3

Guru : Kemaren ibuk jelas kan nye, yang pertama ada berita berbentuk lang?

Siswa : Langsung

Pengucapan kata ibuk merupakan bentuk tidak baku dari hibuk. Kata ibuk dalam bahasa Indonesia yaitu ibu. Kata ibu dalam KBBI yaitu wanita yang telah melahirkan seseorang. Dalam percakapan pada DF 1.3 kata ibuk merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ibuk sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ibuk diubah menjadi

87 Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa Bengkulu Senin, 7 September 2020.

kata ibu. Sedangkan pengucapan kata nye merupakan bahasa daerah yaiu daerah Pasemah. Kata nye dalam bahasa Indonesia yaitu nya. Kata nya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yaitu kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Bukumu,bukuku, dan bukunyatesimpan di perpustakaan. Dalam percakapan pada DF 1.3 kata nye merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nye sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata nye diubah menjadi kata nya.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kataibuk dan kata nyepada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.

Jadidalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata ibukdan katanye yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk keKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kataibuk dibenarkan dengan huruf ibu

tanpa ada k tidak boleh ibuk sedangkan kata nyedibenarkan dengan huruf nya karena itu kurang tepat penggunaannya.88

d. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.4

Guru : iya itu termasuk kedalam jenis-jenis berita, kalau pengertian berita apa?

Siswa : Berita adalah informasi tentang pristiwa terjadi

Pengucapan kata pristiwa merupakan bentuk bahasa tidak baku. Kata pristiwa dalam bahasa Indonesia yaitu peristiwa. Kata peristiwa dalam KBBI yaitu kejadian (hal, perkata, dan sebagainya); kejadian yang luar biasa (menarik perhatian dan sebagainya); yang benar-benar terjadi. Dalam percakapan pada DF 1.4 kata pristiwa merupakan penyampaian siswa ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata pristiwa sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.

Jadi kata pristiwa diubah menjadi kata peristiwa.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata pristiwapada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa

88 Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa Bengkulu Senin, 7 September 2020.

Dokumen terkait