PSAK 72: PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued)
Pertimbangan Judgments
Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi Kelompok Usaha yang memiliki pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasian:
The following judgments are made by management in the process of applying the Group’s accounting policies that have the most significant effects on the amounts recognized in the consolidated financial statements:
Perpajakan Taxes
Ketidakpastian atas interpretasi dari peraturan pajak yang kompleks, perubahan peraturan pajak dan jumlah dan timbulnya penghasilan kena pajak di masa depan, dapat menyebabkan penyesuaian di masa depan atas penghasilan dan beban pajak yang telah dicatat.
Uncertainties exist with respect to the interpretation of complex tax regulations, changes in tax laws, and the amount and timing of future taxable income, could necessitate future adjustments to tax income and expense already recorded.
Pertimbangan juga dilakukan dalam menentukan penyisihan atas pajak penghasilan badan.
Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal.
Judgment is also involved in determining the provision for corporate income tax. There are certain transactions and computation for which the ultimate tax determination is uncertain during the ordinary course of business.
Kelompok Usaha mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan.
Nilai tercatat neto utang pajak penghasilan badan pada 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp222.185 (2019: Rp18.197). Penjelasan lebih rinci mengenai pajak penghasilan diungkapkan dalam Catatan 30.
The Group recognizes liabilities for expected corporate income tax issues based on estimates of whether additional corporate income tax will be due.
The net carrying amount of corporate income tax payable as of December 31, 2020 was Rp222,185 (2019: Rp18,197). Further details regarding taxation are disclosed in Note 30.
Tagihan dan Keberatan atas Hasil Pemeriksaan Pajak
Claims for Tax Refund and Tax Assessments Under Appeal
Berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku saat ini, manajemen mempertimbangkan apakah jumlah yang tercatat dalam akun di atas dapat dipulihkan dan dikembalikan oleh Kantor Pajak.
Nilai tercatat atas tagihan dan keberatan atas hasil pemeriksaan pajak Kelompok Usaha pada tanggal
31 Desember 2020 adalah sebesar Rp105.716 (2019: Rp205.949). Penjelasan lebih lanjut atas
akun ini diungkapkan pada Catatan 30.
Based on the tax regulations currently enacted, the management judged if the amounts recorded under the above account are recoverable and refundable by the Tax Office. The carrying amount of the Group’s claims for tax refund and tax assessments under appeal as of December 31, 2020 was Rp105,716 (2019: Rp205,949). Further explanations regarding this account are provided in Note 30.
3. PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued)
Opsi pembaruan dan penghentian dalam kontrak - Kelompok Usaha sebagai penyewa
Lease term of contracts with renewal and termination options - the Group as lessee
Kelompok Usaha menentukan jangka waktu sewa sesuai jangka waktu sewa yang tidak dapat dibatalkan, ditambah dengan setiap periode yang dicakup oleh opsi untuk memperpanjang sewa jika secara wajar dipastikan akan dilaksanakan, atau setiap periode yang dicakup oleh opsi untuk mengakhiri sewa, jika secara wajar dipastikan untuk tidak dilakukan.
The Group determines the lease term as the non- cancellable term of the lease, together with any periods covered by an option to extend the lease if it is reasonably certain to be exercised, or any periods covered by an option to terminate the lease, if it is reasonably certain not to be exercised.
Kelompok usaha memiliki beberapa kontrak sewa yang mencakup opsi perpanjangan dan terminasi.
Kelompok Usaha menerapkan pertimbangan dalam mengevaluasi apakah secara wajar akan menggunakan opsi untuk memperbarui atau mengakhiri sewa. Kelompok Usaha mempertimbangkan semua faktor relevan yang membentuk insentif ekonomi untuk melakukan pembaruan atau penghentian. Setelah tanggal permulaan, Kelompok Usaha menilai kembali masa sewa jika terdapat peristiwa atau perubahan signifikan yang berada dalam kendalinya dan mempengaruhi kemampuannya untuk menjalankan atau tidak menggunakan opsi untuk memperbarui atau untuk mengakhiri.
The Group has several lease contracts that include extension and termination options. The Group applies judgement in evaluating whether it is reasonably certain to exercise the option to renew or terminate the lease or not. The Group considers all relevant factors that create an economic incentive for them to exercise either the renewal or termination. After the commencement date, the Group reassesses the lease term if there is a significant event or change in circumstances that is within its control and affects its ability to exercise or not to exercise the option to renew or to terminate.
Pengungkapan lebih lanjut mengenai sewa terdapat pada Catatan 12.
Further disclosures of leases are made in Note 12.
Estimasi dan Asumsi Estimates and Assumptions
Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun berikutnya diungkapkan di bawah ini. Kelompok Usaha mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan konsolidasian disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi di luar kendali Kelompok Usaha. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.
The key assumptions concerning the future and other key sources of uncertainty of estimation at the reporting date that have a significant risk of causing material adjustments to the carrying amounts of assets and liabilities within the next financial year are disclosed below. The Group based its assumptions and estimates on parameters available when the consolidated financial statements were prepared. Existing circumstances and assumptions about future developments may change due to market changes or circumstances arising beyond the control of the Group. Such changes are reflected in the assumptions when they occur.
3. PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued) Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued) Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha Allowance for Impairment of Trade Receivables
Kelompok Usaha menetapkan estimasi penyisihan penurunan nilai piutang usaha menggunakan pendekatan yang disederhanakan dari KKE.
Matriks provisi digunakan untuk menghitung KKE untuk piutang usaha dan lain-lain. Tarif provisi didasarkan pada hari tunggakan untuk pengelompokan berbagai segmen pelanggan yang memiliki pola kerugian serupa.
The Group estimates impairment allowance for trade receivables using simplified approach of ECL.
A provision matrix is used to determine ECL for trade and other receivables, where the provision rates are based on days past due for groupings of various customer segments that have similar loss patterns.
Matriks provisi awalnya didasarkan pada riwayat tingkat kerugian pelanggan. Kelompok Usaha akan melakukan penyesuaian pengalaman kerugian historis dengan informasi berwawasan ke depan.
Misalnya, jika prakiraan kondisi ekonomi yang terkait erat dengan riwayat tingkat kerugian diperkirakan akan memburuk pada tahun berikutnya yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah gagal bayar pada sektor-sektor pelanggan beroperasi, riwayat tingkat kerugian disesuaikan.
Pada setiap tanggal pelaporan, riwayat tingkat gagal bayar yang diamati diperbarui dan perubahan dalam estimasi berwawasan ke depan dianalisis.
The provision matrix is initially based on the customers historical observed loss rates. The Group will adjust the historical observed loss experience with forward-looking information. For instance, if forecast economic conditions closely related to the historical observed loss are expected to deteriorate over the next year which can lead to an increased number of defaults in the sectors where customers are operating, the historical losses are adjusted accordingly. At every reporting date, the historical observed loss rates are updated and changes in the forward-looking estimates are analyzed.
Evaluasi atas korelasi antara tingkat gagal bayar yang diamati secara historis, prakiraan kondisi ekonomi dan KKE, adalah estmasi signifikan.
Jumlah KKE sensitif terhadap perubahan keadaan dan prakiraan kondisi ekonomi. Kerugian kredit historis Kelompok Usaha dan perkiraan kondisi ekonomi mungkin tidak mewakili tingkat gagal bayar pelanggan aktual di masa depan.
The assessment of the correlation between historical observed loss rates, forecast economic conditions and ECLs, is a significant estimate. The amount of ECLs is sensitive to changes in circumstances and of forecast economic conditions.
The Group’s historical observed loss rate and forecast of economic conditions may not be representative of customer’s actual default in the future.
Nilai tercatat dari piutang usaha Kelompok Usaha sebelum penyisihan untuk penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp1.195.759 (2019: Rp1.209.286). Penjelasan lebih lanjut atas piutang usaha diungkapkan dalam Catatan 6.
The carrying amount of the Group’s trade receivables before allowance for impairment as of December 31, 2020 was Rp1,195,759 (2019:
Rp1,209,286). Further details on trade receivables are disclosed in Note 6.
3. PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued) Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued) Penyisihan Nilai Realisasi Neto Persediaan Allowance for Net Realizable Value of Inventories
Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Plasma Allowance for Impairment of Plasma Receivables Seperti diungkapkan dalam Catatan 2m, piutang
plasma merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan perkebunan plasma.
Kelompok Usaha menetapkan estimasi penyisihan penurunan nilai piutang plasma dengan menggunakan pendekatan umum KKE karena piutang ini mengandung komponen pembiayaan yang signifikan.
As discussed in Note 2m, plasma receivables represents disbursements made for the costs to develop plasma plantations. The Group estimates allowance for impairment of plasma receivables using general approach of ECL as these receivables contain significant financing component.
Jika belum ada peningkatan risiko kredit yang signifikan sejak awal kontrak, penyisihan didasarkan pada KKE 12 bulan. Kelompok Usaha menetapkan piutang dari masing-masing proyek plasma mengalami peningkatan risiko kredit yang signifikan ketika biaya pengembangan aktual per hektar melebihi biaya pengembangan per hektar yang disepakati dalam perjanjian kredit antara koperasi dan kreditur. Pada titik ini, Kelompok Usaha menetapkan estimasi kerugian penurunan nilai menggunakan KKE sepanjang umurnya.
When there has not been significant increase in credit risk since origination, the allowance is based on the 12-months’ ECL. The Group primarily determined a receivable from individual plasma project has significant increase in credit risk when the actual development cost per hectare is exceeding the agreed development cost per hectare as stated in the credit agreement between the cooperatives and the creditor. At this point, the Group estimates the impairment loss using lifetime ECLs.
Kelompok Usaha menghitung KKE sepanjang umurnya berdasarkan perkiraan kekurangan kas, didiskontokan dengan perkiraan SBE awal.
Kekurangan kas adalah selisih antara arus kas yang menjadi hak Kelompok Usaha sesuai kontrak dan arus kas yang diharapkan akan diterima Kelompok Usaha, yang diestimasi berdasarkan pendapatan dari perkebunan plasma dikurangi biaya penjualan. pembayaran pokok dan bunga ke bank. Input utama yang digunakan untuk estimasi ini adalah harga jual TBS, hasil produksi perkebunan plasma, biaya produksi dan tingkat inflasi. Penyisihan ini dievaluasi ulang dan disesuaikan dengan tambahan informasi yang diterima pada setiap tanggal pelaporan.
The Group calculates lifetime ECL based on the expected cash shortfalls, discounted at an approximation of the original EIR. A cash shortfall is the difference between the cash flows that are due to the Group in accordance with the contract and the cash flows that the Group expects to receive, which is estimated based on the revenues from the plasma plantations deducted with the costs of sales, principal and interest payments to the bank. The key inputs applied for this estimation are the selling price of FFB, production yield of the plasma plantations, production costs and inflation rate. These provisions are re-evaluated and adjusted as additional information is received at each reporting date.
Penyisihan nilai realisasi neto persediaan diestimasi berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas kepada, kondisi fisik persediaan yang dimiliki, harga jual pasar, estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang timbul untuk penjualan. Penyisihan dievaluasi kembali dan disesuaikan jika terdapat tambahan informasi yang mempengaruhi jumlah yang diestimasi. Nilai tercatat persediaan Kelompok Usaha sebelum penyisihan nilai realisasi neto pada tanggal 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp2.760.755 (2019: Rp2.358.774).
Penjelasan lebih rinci mengenai persediaan diungkapkan dalam Catatan 7.
Allowance for net realizable value of inventories is estimated based on the best available facts and circumstances, including but not limited to, the inventories’ own physical conditions, their market selling prices, estimated costs of completion and estimated costs to be incurred for their sales. The allowance is re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amount estimated. The carrying amount of the Group’s inventories before allowance for net realizable value
as of December 31, 2020 was Rp2,760,755 (2019: Rp2,358,774). Further details regarding
inventories are disclosed in Note 7.
3. PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued) Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Plasma (lanjutan)
Allowance for Impairment of Plasma Receivables (continued)
Nilai tercatat atas piutang plasma Kelompok Usaha sebelum penyisihan atas KKE dan amortisasi SBE awal pada tanggal 31 Desember 2020 adalah
sebesar Rp2.213.698 (2019:
Rp2.061.471). Penjelasan lebih rinci atas piutang plasma diungkapkan dalam Catatan 14.
The carrying amount of the Group’s plasma receivables before allowance for ECL and origninal EIR amortization as of December 31, 2020 was Rp2,213,698 (2019: Rp 2,061,471). Further details on plasma receivables are disclosed in Note 14.
Aset Pajak Tangguhan Deferred Tax Assets
Aset pajak tangguhan diakui atas seluruh rugi fiskal yang belum digunakan sepanjang besar kemungkinannya bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia sehingga rugi fiskal tersebut dapat digunakan. Estimasi signifikan digunakan oleh manajemen dalam menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang dapat diakui, berdasarkan saat penggunaan dan tingkat penghasilan kena pajak dan strategi perencanaan pajak masa depan.
Deferred tax assets are recognized for all unused tax losses to the extent that it is probable that taxable profit will be available against which the losses can be utilized. Significant management estimates are required to determine the amount of deferred tax assets that can be recognized, based upon the likely timing and the level of future taxable profits together with future tax planning strategies.
Pada tanggal 31 Desember 2020, entitas anak memiliki rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan penghasilan kena pajak di masa depan sampai dengan lima tahun sejak rugi fiskal tersebut dilaporkan sebesar Rp3.752.170 (2019:
Rp4.242.573). Rugi fiskal tersebut terkait kepada entitas-entitas anak yang sebagian tanaman produktifnya masih belum menghasilkan atau baru mulai menghasilkan.
As of December 31, 2020, the subsidiaries have tax losses carried forward which can be utilized against future taxable income up to five years since the tax loss reported amounting to Rp3,752,170 (2019:
Rp4,242,573). These tax losses relate to subsidiaries where some of the bearer plants are still in immature stage or just started to mature.
Pada tanggal 31 Desember 2020, untuk sebagian dari jumlah rugi fiskal yang dapat dikompensasi di atas, yaitu sebesar Rp1.748.594 (2019:
Rp1.548.372), Kelompok Usaha tidak mengakui aset pajak tangguhannya karena tidak memenuhi syarat pengakuan. Apabila aset pajak tangguhan tersebut dapat diakui, maka saldo laba akan meningkat sebesar Rp349.719 (2019: Rp387.093).
As of December 31, 2020, for a portion of the above-mentioned tax loss carried forward, amounting Rp1,748,594 (2019: Rp1,548,372), the Group does not recognize the related deferred tax assets that do not fulfill recognition criteria. If these deferred tax assets are recognized, retained earnings would be increased by Rp349,719 (2019:
Rp387,093).
Uji Penurunan Nilai Aset Tidak Lancar dan Goodwill Impairment Test of Non-current Assets and Goodwill
Penerapan metode akuisisi dalam suatu kombinasi bisnis mensyaratkan penggunaan estimasi akuntansi secara ekstensif dalam mengalokasikan harga beli kepada nilai pasar wajar aset dan liabilitas yang diakuisisi, termasuk aset takberwujud. Akuisisi bisnis tertentu oleh Kelompok Usaha menimbulkan goodwill, yang tidak diamortisasi namun diuji bagi penurunan nilai setiap tahunnya dan setiap terdapat indikasi penurunan nilai.
Application of acquisition method on a business combination requires extensive use of accounting estimates to allocate the purchase price to the fair market values of the assets and liabilities acquired, including intangible assets. Certain business acquisitions of the Group have resulted in goodwill, which is not amortized but subject to an annual impairment testing and whenever indicators of impairment exist.
3. PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)
3. SIGNIFICANT ACCOUNTING JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS (continued) Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Uji Penurunan Nilai Aset Tidak Lancar dan Goodwill (lanjutan)
Impairment Test of Non-current Assets and Goodwill (continued)
Perhitungan arus kas masa depan dalam menentukan nilai wajar aset tetap, tanaman perkebunan dan aset tidak lancar lainnya dari entitas yang diakuisisi pada tanggal akuisisi melibatkan estimasi yang signifikan. Walaupun manajemen berkeyakinan bahwa asumsi yang digunakan adalah tepat dan memiliki dasar yang kuat, perubahan signifikan pada asumsi tersebut dapat mempengaruhi secara material evaluasi atas nilai terpulihkan dan dapat menimbulkan penurunan nilai sesuai PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
Computation of future cash flows in determining the fair values of fixed assets, plantations and other non-current assets of the acquirees at the dates of acquisitions involves significant estimations. While the management believes that the assumptions are appropriate and reasonable, significant changes of those assumptions used may materially affect its assessment of recoverable values and may lead to future impairment charges under PSAK 48:
Impairment of Assets.
Goodwill diuji untuk penurunan nilai setiap tahun dan jika terdapat indikasi penurunan nilai, sedang aset tidak lancar dalam lingkup PSAK 48 hanya diuji untuk penurunan nilai bila terdapat identifikasi atas indikasi penurunan nilai. Manajemen menggunakan pertimbangan dalam mengestimasi jumlah terpulihkan dan menentukan adanya indikasi penurunan nilai.
Goodwill is subject to annual impairment test and whenever there is an indication that such asset may be impaired, while non-current assets under the scope of PSAK 48 are only tested for impairment whenever there is identification of impairment indicators. Management uses its judgment in estimating the recoverable value and determining if there is any indication of impairment.
Nilai tercatat goodwill dan aset tetap Kelompok Usaha pada tanggal 31 Desember 2020 masing- masing adalah sebesar Rp2.320.823 dan Rp20.266.991 (2019: masing-masing Rp2.320.823 dan Rp20.342.294).
The carrying amounts of the Group’s goodwill and fixed assets as of December 31, 2020 were Rp2,320,823 and Rp20,266,991, respectively (2019: Rp2,320,823 and Rp20,342,294, respectively).
Penurunan nilai terjadi pada saat nilai tercatat aset atau UPK melebihi jumlah terpulihkannya, yaitu yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai diestimasi berdasarkan arus kas masa depan neto yang didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas UPK terkait.
An impairment exists when the carrying value of an asset or CGU exceeds its recoverable amount, which is the higher of its fair value less costs to sell and its value in use. The fair value less costs to sell and the value in use are estimated based on the net future cash flows discounted to their present values using a pre-tax discount rate that reflects current market assessments of the time value of money and the specific risks to the related CGU.
Jumlah terpulihkan paling sensitif terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk model arus kas neto yang didiskontokan seperti halnya dengan arus kas masuk masa depan yang diharapkan dan tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk tujuan ekstrapolasi. Input utama yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan UPK masing- masing dijelaskan lebih rinci dalam Catatan 11.
The recoverable amount is most sensitive to the discount rate used for the discounted cash flow model as well as the expected net future cash inflows and the growth rate used for extrapolation purposes. The key inputs used to determine the recoverable amount for the CGU are further explained in Note 11.