• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi RULA Pada Penerapan Desain Alat Bantu Kerja Proses

4.2 Pengolahan Data

4.2.6 Simulasi RULA Pada Penerapan Desain Alat Bantu Kerja Proses

Berdasarkan desain alat bantu yang telah dibuat terdapat fitur adjust height sehingga bisa disesuaikan dengan tinggi penggunanya. Kemudian penggunaan materal besi holo sebagai rangka menjadikan meja ini lebih kokoh dan tahan lama.

4.2.6 Simulasi RULA Pada Penerapan Desain Alat Bantu Kerja Proses

Gambar 4.17 Hasil Simulasi Operator 1 Menggunakan Perangkat Lunak Catia V5 Pada gambar 4.13 diatas menunjukkan bahwa final score yang didapatkan dari desain rancangan alat bantu pada proses memasukkan warna untuk Operator 1 adalah sebesar 3 yang berarti diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

Tabel 4.20 Hasil Simulasi Catia V5 Pada Operator 1

(Sumber Data : Hasil Perhitungan)

Pada tabel 4.19 hasil simulasi menggunakan perangkat lunak catia untuk operator 1 dapat dilihat bahwa untuk bagian forearm mendapat skor 3 dan berwarna merah, untuk wrist mendapatkan skor 3 dengan warna jingga, kemudian untuk upper arm dengan skor 3, posture A dan wrist and

arm mendapatkan skor 4 dengan warna kuning. Selain itu pada bagian lainnya berwarna hijau.

Gambar 4.18Hasil Simulasi Operator 2 Menggunakan Perangkat Lunak Catia V5 Dapat dilihat pada gambar 4.14 diatas menunjukkan bahwa final score yang didapatkan dari desain rancangan alat bantu pada proses memasukkan warna untuk Operator 2 adalah sebesar 3 yang berarti diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

Tabel 4.21 Hasil Simulasi Catia V5 Pada Operator 2

(Sumber Data : Hasil Perhitungan)

Dan untuk tabel 4.20 dapat dilihat hasil simulasi menggunakan perangkat lunak catia untuk operator 2 bahwa untuk bagian forearm mendapat skor 2 dan berwarna kuning, untuk wrist mendapatkan skor 3 dengan warna jingga, kemudian untuk upper arm dengan skor 3, posture

A dan wrist and arm mendapatkan skor 4 dengan warna kuning. Selain itu pada bagian lainnya berwarna hijau.

Gambar 4.19 Hasil Simulasi Operator 3 Menggunakan Perangkat Lunak Catia V5 Dapat dilihat pada gambar 4.15 diatas menunjukkan bahwa final score yang didapatkan dari desain rancangan alat bantu pada proses memasukkan warna untuk Operator 3 adalah sebesar 4 yang berarti diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

Tabel 4.22 Hasil Simulasi Catia V5 Pada Operator 3

(Sumber Data : Hasil Perhitungan)

Dan untuk tabel 4.21 dapat dilihat hasil simulasi menggunakan perangkat lunak catia untuk operator 3 bahwa untuk bagian forearm mendapat skor 3 dan berwarna merah, untuk wrist mendapatkan skor 3 dengan warna jingga, kemudian untuk upper arm dengan skor 4, posture

A dan wrist and arm mendapatkan skor 4 dengan warna kuning. Selain itu pada bagian lainnya berwarna hijau.

Nilai Final Score RULA pada kondisi awal proses penyablonan untuk operator yang memasukkan warna adalah 6, sehingga diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera.

Dan Nilai Final Score RULA Setelah Dibuat Desain Rancangan Alat Bantu untuk operator yang memasukkan warna dan disimulasikan menggunakan Perangkat Lunak Catia V5 adalah 3, sehingga diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

BAB V ANALISIS

5.1 Analisis Pengumpulan Data

5.1.1 Data hasil pengamatan proses penyablonan:

Pengamatan yang dilakukan pada tiga tahapan dalam proses penyablonan, yaitu "Menyiapkan Cetakan," "Memasukkan Warna," dan "Menjemur." Data ini berisi informasi tentang gerakan kerja, posisi operator, dan sudut-sudut yang terbentuk saat melakukan setiap tahap.

Pada proses menyiapkan cetakan operator menggunakan tangannya pada aktivitas tersebut lengan atas operator membentuk sudut 12° dan pada bagian lengan bawah membentuk sudut 106°. Dengan posisi bekerja duduk dilantai dengan badan sedikit membungkuk membentuk sudut 32° dan posisi leher menunduk membentuk sudut 44°.

Pada proses memasukkan warna operator menggunakan tangannya pada aktivitas tersebut lengan atas operator membentuk sudut 121° dan pada bagian lengan bawah membentuk sudut 167°. Dengan posisi bekerja duduk dilantai dengan badan sedikit membungkuk membentuk sudut 52° dan posisi leher ekstensi membentuk sudut 23°.

Pada proses menjemur operator menggunakan tangannya pada aktivitas tersebut lengan atas operator membentuk sudut 44° dan pada bagian lengan bawah membentuk sudut 123°. Dengan posisi bekerja berdiri dan sedikit membungkuk membentuk sudut 18° dan posisi leher sedikit menunduk membentuk sudut 28°.

Informasi ini dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor ergonomi yang dapat berdampak pada kenyamanan, efisiensi, dan kesehatan operator.

5.1.2 Profil Operator Penyablonan dan Data Antropometri

Tabel ini berisi profil tiga operator yang terlibat dalam proses penyablonan.

Informasi yang terkandung mencakup nama operator, umur, tinggi badan, berat

badan, jam kerja, lama masa kerja, dan keluhan yang dialami oleh masing-masing operator. Data ini penting dalam penelitian ergonomi karena perbedaan antara operator dapat mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan tugas dan lingkungan kerja, serta risiko potensial terhadap masalah kesehatan.

Operator 1 bernama Suhartoko, umur 49 tahun, jenis kelamin laki-laki, tinggi badan 168 cm, berat badan 72 kg, jam kerja dalam satu hari yaitu 8-12 jam, lama masa kerja yaitu 11 tahun.

Operator 2 bernama Suhartoko, umur 47 tahun, jenis kelamin laki-laki, tinggi badan 170 cm, berat badan 75 kg, jam kerja dalam satu hari yaitu 8-12 jam, lama masa kerja yaitu 12 tahun.

Operator 3 bernama Suhartoko, umur 27 tahun, jenis kelamin laki-laki, tinggi badan 165 cm, berat badan 55 kg, jam kerja dalam satu hari yaitu 8-12 jam, lama masa kerja yaitu 6 tahun.

5.1.3 Pengukuran Antropometri

Pengukuran data antropometri didapatkan berdasarkan pengukuran terhadap 3 orang operator penyablonan. Hal bertujuan untuk merancang alat bantu yang sesuai dengan postur tubuh mereka. Berdasarkan tabel 4.3 digunakan 4 data Data antropometri yang digunakan, data tersebut antara lain seperti Tinggi Siku berdiri, Panjang Jangkauan Tangan, Tinggi Pinggul Berdiri dan Lebar Bahu. Kemudian pada tabel 4.4 menunjukkan gambaran kebutuhan data antropometri yang digunakan, seperti data tinggi siku berdiri digunakan untuk mengukur tinggi maksimum dari meja penyablonan, data panjang jangkauan tangan digunakan untuk mengukur panjang minimum dari meja penyablonan, tinggi pinggul berdiri digunakan untuk mengukur tinggi minimum dari meja penyablonan, dan data lebar bahu digunakan untuk mengukur lebar minimum meja penyablonan.

5.2 Analisis Pengolahan Data 5.2.1 Perhitungan RULA Awal

Analisis data dari perhitungan RULA untuk aktivitas memasukkan warna pada proses penyablonan mendapatkan final score sebesar 4, tingkat resiko 1 dengan kategori resiko Sedang yang menunjukkan bahwa diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

Analisis data dari perhitungan RULA untuk aktivitas memasukkan warna pada proses penyablonan mendapatkan final score sebesar 6, tingkat resiko 2 dengan kategori resiko Tinggi yang menunjukkan bahwa diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera.

Analisis data dari perhitungan RULA untuk aktivitas menjemur pada proses penyablonan mendapatkan final score sebesar 4, tingkat resiko 1 dengan kategori resiko Sedang yang menunjukkan bahwa diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja.

5.2.2 Data Nordic Body Map

Dari hasil kuesioner Nordic Body Map yang dilakukan terhadap dua operator yang melakukan pemasukkan warna pada proses penyablonan, dapat dilihat bahwa terdapat keluhan pada beberapa bagian tubuh mereka. Tingkat keluhan dari Operator 1 adalah sebesar 68 dan untuk operator 2 sebesar 67.

Memiliki tingkat risiko sedang sehingga dan mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari. Temuan ini menunjukkan bahwa posisi kerja dan gerakan yang dilakukan selama proses pemasukkan warna dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan potensi masalah kesehatan pada bagian-bagian tertentu.

Tindakan lanjut perlu diambil untuk mengidentifikasi penyebab keluhan dan menerapkan perubahan ergonomi.

5.2.3 Uji Dan Perhitungan Data Antropometri

Dari hasil perhitungan uji keseragaman data antropometri pada 5 orang karyawan CV Printrend, didapatkan nilai BKA (Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol Bawah) untuk tiga ukuran tubuh, yaitu Tinggi Siku Berdiri, Panjang Genggaman Tangan, dan Tinggi Pinggul Berdiri. Nilai BKA dan BKB menunjukkan rentang nilai data yang dianggap seragam atau homogen.

Berdasarkan tabel uji keseragaman data, untuk ukuran Tinggi Siku Berdiri, BKA memiliki nilai 110,67 dan BKB memiliki nilai 95,73. Untuk ukuran Panjang Genggaman Tangan, BKA memiliki nilai 113,38 dan BKB memiliki nilai 46,34.

Terakhir, untuk ukuran Tinggi Pinggul Berdiri, BKA memiliki nilai 121,93 dan BKB memiliki nilai 49,67. Kemudian untuk ukuran Lebar Bahu memiliki nilai BKA 50,07 dan BKB 34,09. Dari nilai-nilai BKA dan BKB tersebut, dapat

diketahui bahwa data antropometri pada ketiga ukuran tubuh tersebut dianggap seragam atau homogen, karena nilai-nilai tersebut berada dalam rentang yang tergolong stabil dan tidak terlalu bervariasi secara signifikan. Uji keseragaman data ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki tingkat keseragaman yang memadai, sehingga dapat diandalkan dalam analisis lebih lanjut dan perancangan alat bantu yang sesuai dengan dimensi tubuh operator penyablonan.

Terdapat empat uji kecukupan pada data antropometri, yang pertama adalah uji kecukupan data Tinggi Siku Berdiri pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa jumlah data TSB sebesar 516, jumlah X2 TSB sebesar 53276, jumlah (Σ𝑋�)2 sebesar 266256 dan menggunakan k/s sebesar 20, sehingga menghasilkan N’

sebesar 0,2. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan uji kecukupan dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% N’ < N dapat dinyatakan bahwa data TSB cukup. Yang kedua adalah uji kecukupan data Panjang Jangkauan Tangan pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa jumlah data PJT sebesar 346,3, jumlah X2 PJT sebesar 24078,5, jumlah (Σ𝑋�)2 sebesar 119923,69 dan menggunakan k/s sebesar 20, sehingga menghasilkan N’ sebesar 1,6. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan uji kecukupan dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% N’ < N maka dapat dinyatakan bahwa data PJT cukup. Kemudian data ketiga adalah uji kecukupan data Tinggi Pinggul Berdiri pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa jumlah data TPL sebesar 449, jumlah X2 TPL sebesar 40518,5, jumlah (Σ𝑋�)2 sebesar 201601 dan menggunakan k/s sebesar 20, sehingga menghasilkan N’ sebesar 2,0. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan uji kecukupan dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% N’ < N maka dapat dinyatakan bahwa data TPL cukup.

Data terakhir adalah uji kecukupan data Tinggi Pinggul Berdiri pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa jumlah data TPL sebesar 210,4, jumlah X2 TPL sebesar 8882, jumlah (Σ𝑋�)2 sebesar 55268,16 dan menggunakan k/s sebesar 20, sehingga menghasilkan N’ sebesar 1,3. Dengan demikian dapat diketahui bahwa berdasarkan uji kecukupan dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% N’ < N maka dapat dinyatakan bahwa data TPL cukup.

Perolehan data antropometri dari hasil pengamatan akan dihitung menggunakan perentil 35, 50 dan 65. Untuk perhitungan pertama yaitu

menghitung data Tinggi Siku Berdiri dengan persentil 35 menunjukan angka sebesar 103,8 cm, untuk persentil 50 menunjukan angka sebesar 105 cm dan persentil 65 menunjukan angka sebesar 105,6 cm. Berdasarkan perhitungan persentil data TSB tersebut kemudian dipilih persentil 35, hal tersebut dikarenakan persentil 35 merupakan hasil paling kecil sehingga operator yang memiliki ukuran dimensi terkecil masih bisa menggunakannya.

Kedua yaitu data Panjang Jangkauan Tangan dengan persentil 35 menunjukan angka sebesar 71 cm, untuk persentil 50 menunjukan angka sebesar 72 cm dan pada persentil 65 menunjukan angka sebesar 73 cm. Berdasarkan perhitungan persentil data PJT tersebut kemudian dipilih persentil tertinggi yaitu 65 sebagai acuan ukuran minimun dari panjang meja hal ini bertujuan agar bisa digunakan untuk semua ukuran operator pada saat bekerja.

Ketiga yaitu data Tinggi Pinggul Berdiri dengan persentil 35 menunjukan angka sebesar 92 cm, untuk persentil 50 menunjukan angka sebesar 96,5 cm dan pada persentil 65 menunjukan angka sebesar 96,8 cm. Berdasarkan perhitungan persentil data TPL tersebut kemudian dipilih persentil 50, hal tersebut dikarenakan operator yang akan menggunakannya berada pada dimensi ukuran tersebut, namun terdapat fitur adjustment pada rancangan desain meja peyablonan sehingga operator dengan dimensi terendah tetap bisa menggunakannya.

Keempat yaitu data Lebar Bahu dengan persentil 35 menunjukan angka sebesar 41 cm, untuk persentil 50 menunjukan angka sebesar 44 cm dan pada persentil 65 menunjukan angka sebesar 44,6 cm. Berdasarkan perhitungan persentil data LB tersebut kemudian dipilih persentil 65 sebagai acuan ukuran minimun lebar dari meja penyablonan agar bisa digunakan untuk semua dimensi ukuran operator.

5.2.4 Penggunaan Metode Rasional Untuk Rancangan Desain Alat Bantu Kerja Penyablonan

Pada tahap Clarifying Objective, perancangan alat bantu meja penyablonan ini memiliki tiga aspek yang mencakup prinsip ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien) yaitu aspek Ergonomis, Ekonomis, dan Produktivitas. Dengan tujuan yaitu mengurangi tingkat risiko kecelakaan kerja, memberikan kenyamanan produk karena dirancang sesuai dengan perhitungan antropometri pekerja,

mengurangi keluhan MSD pada tubuh pekerja, meningkatkan hasil produksi, mempermudah dalam proses pekerjaan, dan mempercepat proses kerja.

Tahap Establishing Function merupakan tahapan dimana menentukan fungsi dari fitur yang akan dibuat nantinya. Adjustment height berfungsi untuk mengatur ketinggian dari meja agar dapat digunakan oleh ke 3 orang operator penyablonan. Kemiringan meja bertujuan agar pada saat memasukkan warna gerakan tangan operator lebih fleksibel dan tidak kaku. Sedangkan stopper meja bertujuan agar cetakan tidak begeser pada saat digunakan.

Tahap Setting Requirment menggunakan metode performance specification dengan tujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari dari kebutuhan rancangan alat bantu meja. Dalam tahapan ini peneliti memiliki tujuan mengurangi mengurangi tingkat risiko kecelakaan kerja karena Operator tidak duduk dilantai pada saat bekerja, sesuai perhitungan antropometri pekerja karena alat bantu yang dibuat memakai ukuran antropometri pekerja, mengurangi keluhan pada tubuh pekerja karena operator tidak perlu membungkuk pada saat proses memasukkan warna, meningkatkan hasil produksi karena bentuk kemiringan meja memberikan rasa nyaman pada saat digunakan sehingga bisa meningkatkan produktivitas, mempermudah dalam proses pekerjaan karena Pekerjaan menjadi lebih mudah karena alat yang dirancang sesuai dengan kebutuhan operator, mempercepat proses kerja karena ukuran meja yang besar sehingga operator dapat meletakkan peralatan yang digunakan untuk memasukkan warna.

Selanjutnya tahap Gerenating Alternatives dengan tujuan untuk memunculkan alternatif dari desain yang akan menjadi solusi dari permasalahan.

Pada perancangan meja ini terdapat 2 alternatif dan 5 atribut berdasarkan bahan dan fungsinya. Alternatif 1 dipilih untuk pembuatan meja karena dinilai lebih kuat dan tahan lama karena pada rangka atas maupun bawah meja terbuat dari bahan besi holo dan pin adjustment dari besi, sementara alas meja dan stopper meja dari bahan kayu jati.

Kemudian dalam tahapan Product Improvement menggunakan metode review produk dengan tujuan yaitu kenyamanan, keamanan, kesehatan, efisien, efektif, dan produktivitas. Rancangan alat yang dibuat sesuai dengan kenyamanan

pekerja dengan memperhatikan ukuran komponen berdasarkan dimensi antropometri tubuh operator. Diantaranya adalah dimensi Tinggi Siku Berdiri (TSB), Panjang Jangkauan Tangan (PJT), Tinggi Pinggul Berdiri (TPL), dan Lebar Bahu (LB). Pada tingkat keamanan operator dengan membuat rancangan alat bantu meja ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Dalam aspek kesehatan, rancangan alat bantu meja ini juga dapat mengurangi keluhan MSD yang dirasakan oleh operator penyablonan. Alat bantu meja ini memfokuskan efisien, efektif dan peningkatan produktivitas pada hasilnya.

Karena meningkatkan hasil produksi, mempermudah pekerjaan, dan mempercepat proses kerja. Adapun nilai aspek ekonomis dalam rancangan ini adalah terdapat 2 alternatif biaya berdasarkan bahan yang digunakan. Dengan menggunakan komponen yang mudah ditemukan dan harga yang masih tergolong terjangkau.

Simulasi produk dan hasil ini bertujuan untuk mengetahui performa dari alat rancangan alat bantu yang akan dibuat. Berdasarkan simulasi dapat dilihat perbaikan dari postur kerja operator yang memasukkan warna, dari sebelumnya duduk dilantai dan membungkuk menjadi posisi berdiri.

5.2.5 Perancangan Desain Alat Bantu Kerja Penyablonan Menggunakan Perangkat Lunak Solidworks.

Setelah melakukan pengumpulan data antropometri operator penyablonan, melakukan evaluasi data dan melakukan perhitungan persentil maka dibuatlah perancangan alat bantu kerja berupa meja penyablonan. Dimensi dari perancangan meja ini mengacu pada nilai persentil yang telah dihitung yaitu persentil 35 dari Tinggi Siku Berdiri yaitu 103,8 untuk acuan adjustment dari tinggi meja.

Kemudian Panjang Jangkauan Tangan dengan persentil dari yaitu 65 untuk ukuran panjang meja yaitu 76 agar semua dimensi bisa menggunakannya. Kemudian ukuran persentil 50 untuk dimensi Tinggi pinggul berdiri untuk atas agar meja tidak terlalu rendah dari siku operator. Dan persentil 65 untuk dimensi lebar bahu sebagai acuan ukuran minimum dari lebar meja.

Untuk desain perancangan alat bantu meja penyablonan dibuat menggunakan perangkat lunak Solidworks, bahan baku yang digunakan dalam desain perancangan alat bantu kerja meja penyablonan ini menggunakan besi holo sebagai rangkanya dan untuk permukaan nya menggunakan kayu. Alasan

dari penggunaan besi holo sebagai rangka meja kerja ini adalah daya tahan yang akan mempengaruhi masa pakai dan penggunaan kayu sebagai permukaan meja agar lebih nyaman dan menghindari pontensi karat pada permukaan yang akan dijadikan media kerja nantinya. Hal tersebut juga merupakan masukan dari operator penyablonan.

5.2.6 Simulasi RULA Pada Penerapan Desain Alat Bantu Kerja Proses Pemasukkan Warna Menggunakan Perangkat Lunak Catia V5

Simulasi RULA pada rancangan desain alat bantu kerja proses pemasukkan warna pada bagian penyablonan dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil final score maupun risiko yang dialami oleh operator yang memasukkan warna sebelum dilakukannya perancangan ulang meja kerja. Terdapat 3 orang operator penyablonan yang telah dilakukan simulasi untuk postur kerjanya. Untuk operator 1 pada bagian postur A mendapatkan score 4 dengan keterangan skor lengan atas dan bawah yaitu 3, pergelangan tangan mendapatkan skor 3, dan pergelangan tangan memutar dengan skor 1. Untuk bagian postur B mendapatkan score 1 dengan keterangan bagian leher, badan dan kaki mendapatkan skor 1, dengan total final score mendapatkan skor 3. Dengan demikian final score RULA dari operator 1 yaitu sebesar 3 dengan tingkat risiko 1 dan kategori risiko Sedang.

Untuk operator 2 pada bagian postur A mendapatkan score 4 dengan keterangan skor lengan atas 3 dan lengan bawah yaitu 2, pergelangan tangan mendapatkan skor 3, dan pergelangan tangan memutar dengan skor 1. Untuk bagian postur B mendapatkan score 1 dengan keterangan bagian leher, badan dan kaki mendapatkan skor 1, dengan total final score mendapatkan skor 3. Dengan demikian final score RULA dari operator 2 yaitu sebesar 3 dengan tingkat risiko 1 dan kategori risiko Sedang.

Untuk operator 3 pada bagian postur A mendapatkan score 4 dengan keterangan skor lengan atas 4 dan lengan bawah yaitu 3, pergelangan tangan mendapatkan skor 3, dan pergelangan tangan memutar dengan skor 1. Untuk bagian postur B mendapatkan score 1 dengan keterangan bagian leher, badan dan kaki mendapatkan skor 1, dengan total final score mendapatkan skor 4. Dengan

demikian final score RULA dari operator 3 yaitu sebesar 4 dengan tingkat risiko 1 dan kategori risiko Sedang.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran dari pengolahan data dan analisis maka didapatkan kesimpulan dari penelitian sebagai berikut :

1. Terbentuklah desain alat bantu meja untuk proses memasukkan warna berdasarkan metode rasional didapatkan desain alat bantu berdasarkan ukuran antropometri dari pekerjanya. Perancangan alat bantu meja penyablonan dengan fokus pada aspek ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien) dan ergonomi, ekonomi, serta produktivitas. Tujuannya adalah mengurangi risiko penyakit akibat kerja, meningkatkan kenyamanan berdasarkan antropometri pekerja, dengan fitur penyesuaian ketinggian, kemiringan meja, dan stopper meja, serta menggunakan material kuat dan tahan lama yang terjangkau.

2. Hasil dari simulasi analisis RULA menggunakan perangkat lunak Catia dilakukan pada rancangan desain alat bantu kerja proses pemasukkan warna pada bagian penyablonan. Untuk Operator 1, Operator 2 memiliki final score sebesar 3 dan untuk Operator 3 memiliki final score 4. Nilai final score 3 atau 4 menandakan tingkat risiko 1 dan kategori risiko Sedang untuk masing-masing operator. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya untuk aktivitas pekerjaan memasukkan warna dengan final score 6 dan tingkat risiko 2 sehingga memiliki kategori Tinggi. Dengan demikian, perancangan ulang meja kerja ini perlu dipertimbangkan untuk mengurangi risiko postur kerja.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian adapun saran yang dapat diberikan untuk perusahaan agar dapat menjadi pertimbangan untuk kedepannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk perusahan disarankan dapat mengimplementasikan desain alat bantu meja berdasarkan ukuran antropometri dari pekerja agar mendukung postur kerja yang ergonomis dan mengurangi risiko cedera atau gangguan kesehatan. Agar nanti nya dapat mengurangi tingkat risiko penyakit akibat kerja sehingga pekerjaan akan menjadi lebih optimal.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat menambahkan beberapa metode penilaian risiko kerja dengan metode desain yang lebih baik dan lebih atau melakukan studi lebih mendalam tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat risiko MSD pada proses penyablonan, seperti kelelahan fisik, durasi kerja, dan kecepatan kerja untuk setiap pekerjaan yang dilakukan agar para pekerja menjadi lebih aman dan nyaman.

Aktivitas Manual Material Handling Dengan Menggunakan Metode Biomekanika Kerja Pada Pengangkatan Thiner di Bagian Warehouse. Jurnal

Sistem Teknik Industri, 23(2), 233–244.

https://doi.org/10.32734/jsti.v23i2.6273

Adiguna, A. R., Saputra Chandra, M., & Pradana, F. (2018). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Gudang pada PT Mitra Pinasthika Mulia Surabaya. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 2(2), 612–621.

Adiyanti, R., Sulaksana, P. T., Syahidin, Y., & Hidayati, M. (2021). Perancangan Sistem Informasi Indeks Penyakit Rawat Inap Menggunakan Microsoft Visual Studio. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Informatika, 7(1), 10–19.

https://doi.org/10.26905/jtmi.v7i1.5977

Amirullah. (2017). Populasi Dan Sampel ر. Pontificia Universidad Catolica Del Peru, 8(33), 44.

Arif, M., & Ramadani, D. M. (2021). Perancangan Alat Pemanggang Menggunakan Pendekatan Antropometri. 14(1), 2580–2582.

Ariyo, P., & Nuruddin, M. (2022). Analisis Postur Tubuh Pekerja Di Graph Multimedia Menggunakan Metode Rula ( Rapid Upper Limb Assessment ) Untuk Mengetahui Tingkat Resiko Pekerja Printing. 8(2), 295–304.

Atmojo Tri, E. B. (2020). Analisis Nordic Body Map Terhadap Proses Pekerjaan Penjemuran Kopi Oleh Petani Kopi. Jurnal Valtech, 3(1), 30–33.

Djamal, H., Nelfiyanti, & Kurniawan, M. F. (2019). Desain Alat Bantu Pengambilan Part di Warehouse PT. XYZ dengan Aspek Ergonomi. JISI:

Jurnal Integrasi Sistem Industri, 6(2), 81–91.

Hamdy, M. I. (2020). Analisa Postur Kerja Manual Material Handling (MMH) pada Karyawan Bagian Pembuatan Block Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) (Studi Kasus: PT Asia Forestama Raya).

Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian Dan Karya Ilmiah Dalam Bidang Teknik Industri, 5(1), 62. https://doi.org/10.24014/jti.v5i1.7432 Iskandar, I. (2013). Analisis gerakan passing bawah dalam permainan bola voli

Dokumen terkait