• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk Memulihkan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

C. Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk Memulihkan

“perlu ada peningkatan mbak, apalagi pengelolaan di lapangannya harus di benahi, salah satu contohnya masih banyak sampah yang berserakan.” 78

Dari pernyataan dua narasumber diatas tentunya akan berdampak buruk pada citra Lembaga Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Hasil wawancara tersebut juga menjelaskan bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani perlu membangun citra positif kepada masyarakat agar nama baik Lembaga tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak berkurang.

C. Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk

Lombok. Kepulihan Pulau Lombok dari gempa harus ditandai dengan dibukanya kembali jalur pendakian di Rinjani.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa wisata pendakian gunung merupakan daya tarik utama dari pariwisata di TNGR. Pemulihan wisata pendakian akibat kehancuran saat gempa harus merupakan prioritas utama dengan pertimbangan: Gunung Rinjani telah menjadi ikon wisata Pulau Lombok, Tingkat kunjungan wisatawan tertinggi di Gunung Rinjani/TNGR ada pada wisata pendakian, terutama jalur pendakian Sembalun Plawangan.

Saat ini TNGR memiliki 4 jalur pendakian wisata dan satu jalur pendakian budaya. Saat ini baru satu jalur yang dibuka lagi setelah gempa yaitu Aik Berik, dengan pertimbangan kerusakan yang terjadi paling minim di antara jalur lain. Akan tetapi prioritas pemulihan sebaiknya ada pada jalur paling populer dan berdampak luas yaitu Senaru dan Sembalun. Jalur-jalur pendakian lainnya akan menyusul setelah ini, dengan mengembangkan tema pada masing-masing jalur berdasarkan keunikan yang dimiliki. Untuk memulihkan kembali citra wisata pendakian Gunung Rinjani pasca Gempa Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani melakukan berbagai strategi di antaranya sebagai berikut :

1. Memperbaiki fasilitas yang rusak di beberapa jalur pendakian Sejak Gempa berkekuatan 7,0 SR pada hari Minggu 29 Juli 2018 mengguncang Pulau Lombok, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Resmi menutup jalur pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani terhitung mulai tanggal 29 Juli 2018 hingga batas waktu yang belum ditentukan. Berdasarkan

pengamatan peneliti akibat gempa tersebut terjadi kerusakan Fasilitas di beberapa jalur pendakian, seperti di jalur Senaru dan Sembalun. Fasilitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan aktivitas Public Relations di Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Jika fasilitas di lapangan kurang memadai maka citra Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani akan buruk di hadapan khalayak. Sarana dan prasaranan di setiap jalur pendakian Gunung Rinjani saat ini masih dalam proses perbaikan, karena banyaknya fasilitas yang rusak akibat gempa.

Berdasarkan apa yang peneliti lihat dan peneliti dengar saat ini Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sangat memprioritaskan kenyamanan dan keamanan para pendaki. Pendapat peneliti ini di dukung oleh pernyataan Pak Mulkan Hamid selaku Ketua Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, yaitu :

“Strategi pertama, karena banyak fasilitas-fasilitas yang rusak kita perbaiki dulu fasilitas-fasilitasnya, mulai dari jalurnya karena ada jalur yang belum bisa di lewati seperti Senaru kan, ada pemasangan relling, pemasangan tangga disitu.”79

Hal ini juga di dukung oleh pendapat pak M.Akhwan, yang mengatakan :

“Di jalur Senaru ada ini, lagi di buat tangga buat turun ke danau, pemasangan relling sudah 90%, di jalur Sembalun pernah di buatin jembatan dan sudah bisa dilewati sekarang. Selain itu kan ada perubahan jalur dari pos 4 Sembalun ke Pelawangan kiri dikit sama di setiap pos dibangun, pos Sembalun, Senaru dulu kan kena gempa posnya di ganti bangunan baru soalnya rusak parah.”80

79 Mulkan Hamid, S.P, Wawancara, Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Mataram, 10 November 2020.

80 M.akhwan, Wawancara, Pengelola Sosial Media BTNGR, Mataram, 20 November 2020

Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mengedepankan keamanan dan kenyaman para pendaki. Dengan adanya perbaikan fasilitas sarana dan prasarana pastinya akan membuat pendaki merasa aman dan tidak khawatir terjadi kecelakaan saat melakukan pendakian.

2. Menerapkan sistem kuota dan membatasi lama kunjungan

Selain memperbaiki fasilitas yang rusak dari pengamatan peneliti bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga melakukan pembatasan jumlah pengunjung, pembatasan jumlah pengunjung ini dilakukan untuk memaksimalkan perbaikan fasilitas yang rusak. Selain itu Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya bertujuan untuk mendatangkan banyak pengunjung melainkan sesuai dengan visi misi lembaga, BTNGR ingin mewujudkan wisata yang menjaga keberlangsungan hidup Ekosistem di Taman Nasional Gunung Rinjani agar tetap menjadi wisata yang berkelanjutan yang bisa di nikmati oleh generasi mendatang. Pendapat peneliti ini di dukung oleh pernyataan pak Mulkan Hamid Selaku Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, yaitu :

“karena sudah ditentukan jumlah kunjungannya, yang boleh naik yang sistem kuota itu, kita lebih banyak mengedukasi kepada pengunjung. Kita tidak bisa meningkatkan jumlah pengunjung karena kuota yang di kasih, sehingga kita ya kuotanya sudah cukup jadi di batasi jumlah pengunjung.

Sebenarnya peminat itu banyak, sekarang kan hanya 75 orang sehari yang boleh naik di jalur Sembalun. Pembatasan itu alasannya karena perbaikan fasilitas dan covid-19. Pada tahun 2019 kita kan sudah melakukan perhitungan daya dukung dan daya tampung kawasan, kita menghitung berapa sih jumlah kawasan itu menerima pengunjung atau pendaki sehingga wisata ini tetap berlanjut dan sustinable, agar kedepannya tidak rusak dengan jumlah pengunjungan yang kita dapatkan itu kemarin untuk wilayah Senaru,

Sembalun itu hanya 150 orang perhari yang kita berikan setelah itu tidak akan ada lagi penambahan.”81

Dari pernyataan di atas peneliti dapat simpulkan bahwa walaupun Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak melakukan promosi untuk meningkatkan jumlah pengunjung, banyak masyarakat yang ingin mendaki Gunung Rinjani karena keindahan alam yang dimiliki. Tapi untuk mencegah terjadinya kerusakan Sumber Daya Alam Taman Nasional Gunung Rinjani, dan bertambahnya jumlah sampah serta adanya penyebaran baru Covid-19 kuota pendaki di 4 jalur resmi seperti di Sembalun, Senaru, Aik Berik dan Timbanuh di batasi.

Bapak Mulkan Hamid juga mempertegas pendapat peneliti di atas dengan mengatakan :

“ kalau sekarang kita ingin wisata ini menjadi wisata berkelanjutan, artinya kita tidak mengejar jumlah orang tetapi yang ada di situ adalah orang- orang yang memang mencintai alam dan ingin memelihara alam. Makaknya jumlah yang kita tetapkan itu 150 ya untuk itu, beda dengan tempat wisata lain mereka kan sebanyak apapun pengunjung kan tidak masalah kalau kita kan karena ada sistem perlindungan yang harus kita jaga, dan pengunjung di edukasi perlu dilihat daya dukung dan daya tampungnya. Persediaan airnya bagaimana, kerusakan kawasannya bagaimana. Jadi lebih baik kita mengedukasi orang dengan jumlah yang sedikit dari pada sebanyak- banyaknya kita menarik orang tapi merusak nantikan kalau udah rusak gak ada yang datang. Apalagi sekarang air gak ada di atas itu semenjak gempa untuk minumnya, kenyamanan sudah hilang. Kalau kita paksa datang banyak- banyak kasian mereka yang mendaki gak ada air, dulu mbak sebelum gempa itu bisa 1.000 orang perhari mampu dia air itu untuk melayani 1.000 orang sekarang 10 orang aja gak mampu.”82

Dari hasil wawancara tersebut bisa disimpulkan bahwa Wisata Alam Gunung Rinjani merupakan wisata alam berkelanjutan karena banyak ekosistem yang harus di lestarikan. Seperti data yang peneliti peroleh bahwa

81 Mulkan Hamid, S.P, Wawancara, Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Mataram, 10 November 2020

82 Ibid, Wawancara, 10 November 2020

Taman Wisata Alam Gunung Rinjani merupakan Kawasan Wisata Alam yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga perlu di jaga.

3. Bekerja sama dengan TO (Trekking Organizer), Porter dan Pemandu Wisata Lainnya

Selanjutnya untuk melakukan pemasaran dan promosi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani di bantu oleh TO (Trekking Organizer), Pemandu Wisata, Porter, Jasa Penginapan dan Jasa Perjalanan Wisata ( Travel Agent and Tour Operator). Jenis-jenis usaha yang melakukan pemasaran dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Gambar 2.2 Diagram Jasa Usaha Pariwisata di TNGR dan sekitarnya. Sumber data olahan, 2018.

Dari hasil observasi peneliti menemukan data terkait dengan pemasaran atau promosi Taman Nasional Gunung Rinjani melalui Masterplan Pengembangan Pariwisata Taman Nasional Gunung Rinjani tahun 2019- 2024. Dari data tesebut peneliti menemukan bahwa kegiatan pemasaran TNGR hampir sepenuhnya dilakukan oleh para pelaku wisata. TO dan Tour Operator membuat produk-produk paket pendakian dan soft trekking.

Penjualan mereka lakukan sendiri melalui internet, media sosial atau kerja sama dengan tour operator mancanegara. Cara penjualan seperti ini berjalan baik sehingga menambah jumlah pengunjung Pasca Gempa. Harga jual normal paket pendakian minimal adalah 1,6 sampai 1,8 juta/ orang dan harga atas bisa bervariasi bahkan bisa mencapai 3-4 juta/orang tergantung tingkat pelayanan yang diberikan. Sedangkan untuk tiket masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani yang menjadi kas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah di berlakukan sesuai dengan PP 12 Tahun 2004, sebesar Rp 150.000 perhari untuk wisatawan mancanegara dan Rp 5.000 perhari untuk wisatawan nusantara. Hal ini senada dengan yang di jelaskan oleh pak M.Akhwan yaitu :

“kalau tiket wisatawan nusantara sama wisatawan beda kalau wisatawan nusantara Rp. 5.000 perhari, kalau bule Rp 150.000, itu kan di atur di semua taman nasional bukan Cuma di Rinjani.”83

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Meskipun pelaku usaha adalah pihak ketiga semua, bukan berarti BTNGR tidak punya tanggung jawab dalam hal ini. Para pelaku turut menentukan kualitas pariwisata alam di TNGR, pada akhirnya akan membentuk citra BTNGR, karena kegiatan

83 M.akhwan, Pengelola Sosial Media BTNGR, Wawancara tanggal 20 November 2020

mereka dilakukan dalam kawasan. Oleh karena itu pihak BTNGR mau tidak mau harus turut memperhatikan perkembangan para pelaku dan memberikan bimbingan bila diperlukan agar dapat memenuhi aturan-aturan yang ada.

4. Mengelola Pengunjung

Dari apa yang peneliti amati selanjutnya strategi yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani adalah mengelola pengunjung.

Pengelolaan pengunjung di TNGR dalam beberapa tahun ini mengalami kemajuan cukup pesat. Sejak dijadikan role model kawasan konservasi untuk manajemen pendakian. Namun peneliti melihat ada beberapa masalah yang teridentifikasi dalam pengelolaan pendakian di antaranya adalah: (1) belum adanya Standar Operasional dan Prosedur (SOP) pendakian Gunung Rinjani, (2) belum adanya Standar Kompetensi bagi Pemandu Gunung, (3) adanya beberapa Trek Operator (TO) yang belum memiliki ijin IUPJWA, (4) belum adanya sarana dan prasarana yang optimal, (5) belum adanya Breffing Room yang menjelaskan tentang potensi Taman Nasional Gunung Rinjani do and don’t (apa yang dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan), dan belum adanya sistem pengelolaan sampah yang memadai. Permasalahan yang peneliti lihat tersebut berdasarkan dari hasil wawancara dengan beberapa pendaki, salah satunya Syukron Yunanda pendaki asal Langko Lombok Barat mengatakan :

“pengelolaan Pendakian Gunung Rinjani udah maksimal tapi masih ada kekurangan kayak perbaiki jalan yang rusak dan menambah alat bantu dalam pendakian.”84

84 Syukron Yunanda, Wawancara, Pendaki Asal Langko Lombok Barat, Mataram, 23 November 2020

Hal serupa juga disampaikan oleh Mahdan Purnawan salah satu pendaki dari Lombok barat, mengatakan :

“menurut saya pengelolaannya belum cukup maksimal karena masih ada aja di atas Rinjani yang membuang sampah sembarangan dan belum adanya ketegasan yang membuat jera para pelaku yang membuang sampah sembarangan, pengelolaannya harus di benahi, agar memberikan kesadaran bagi pendaki untuk menjaga alam dengan baik.”85

Hal serupa juga di sampaikan oleh Budillah pendaki asal Kelurahan Bugis Kecamatan Taliwang, Sumbawa Barat mengatakan :

“pengelolaannya belum maksimal masih ada jalur yang sangat rawan kecelakaan tapi tidak ada tanda peringatan, selain itu pengawasan terhadap pengunjung yang membuang sampah sembarangan juga perlu di benahi.”86

Di sisi lain ada yang mengatakan bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sudah maksimal melakukan perbaikan sarana prasarana pasca gempa hanya saja masalah sampah menjadi persoalan yang sangat mengganggu kenyamanan para pendaki. Seperti yang peneliti dengar dari pernyataan seorang pendaki Hardian Hidayat yang berasal dari Labuapi Lombok Barat :

“saya tertarik ke Rinjani karena pemandangannya yang sangat indah, kalau soal pengelolaan sudah maksimal karena peraturannya berjalan sesuai prosedur dan pelayannya sangat sesuai sama apa yang kita harapkan, yang harus di benahi cuma masalah sampah aja si.”87

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Thoriq Zayadi pendaki asal selong, mengatakan :

“sejauh ini pengelolaanya sudah cukup maksimal, baik dari sosialisasinya, perbaikan sarana prasarana pada area pendakian juga sudah di benahi walaupun masih dalam proses. Selain itu jalur-jalur trek yang extrim

85 Mahdan Purnawan, Wawancara, Pendaki asal Lombok Barat, Mataram, 23 November 2020

86 Budillah, Wawancara, Pendaki asal Kelurahan Bugis, Kecamatan Taliwang, Sumbawa Barat, Mataram, 23 November 2020

87 Hardian Hidayat, Wawancara, Pendaki asal Labuapi Lombok Barat, Mataram 23 November 2020

butuh pengamanan lebih seperti pegangan pada jalur tebing minimal menggunakan webbing.”88

Begitupun dengan Sopian Hadi pendaki asal Bungambar Desa Bungtiang, Kecamatan Sakra Barat, Lombok Timur mengatakan hal yang sama:

“pengelolaannya sudah maksimal mbak, saya liat peraturan pendakian itu tetap diterapkan dan harus di ikuti oleh pendaki. Dan yang perlu di benahi itu mengelola sumber mata air agar tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh anak-anak dan cucu kita semua sama masalah sampah harus tetap diperhatikan.”89

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sudah cukup maksimal hanya saja ada beberapa kebijakan yang perlu dibenahi terutama masalah pengelolahan sampah. Citra baik juga sudah di bangun oleh Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani di lihat dari respon positif para pendaki atas perbaikan sarana prasarana pendakian yang sudah maksimal.

Tentunya ini merupakan suatu pencapaian yang harus di pertahankan oleh seorang Public Relations/ Humas agar citra lembaga tetap baik di hadapan publik.

Dari permasalah yang peneliti jabarkan di atas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani telah membuat rencana pengelolaan pengunjung sejak tahun 2017 dengan pendekatan pada tabel berikut :

Tabel 2.7 Pengelolaan Pengunjung Wisata Pendakian Gunung Rinjani

Program Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

88 Thoriq Zayadi, Wawancara, pendaki asal Selong, Mataram, 23 November 2020

89 Sopian Hadi, Wawancara, pendaki asal Bungambar Desa Bungtiang, Sakra Barat, Lombok Timur, Mataram, 25 November 2020

Intelligent Visitor Safety Manageme nt System

Trekking monitoring System

Sudah berjalan 2017 Pemasangan CCTV Online booking

dengan sistem kuota

Sedang diuji coba akhir

2018

Jalur Aik Berik

Tracker finder sistem

Belum berjalan

Legalisasi dan Kompeten si Pelaku Usaha Jasa Wisata

Penerbitan IUPJWA Trek

Organizer

Sudah berjalan 90 ijin telah dikeluarkan

Penerbitan Kartu Tanda Anggota Pemandu dan Porter

Sudah berjalan 449 KTA Pemandu Gunung 1.157 KTA porter

Bimtek dan Sertifikasi

Sudah berjalan 188 pemandu lulus sertifikasi 327 porter terlatih

Standar Pelayanan

SOP pendakian Akhir 2018 SOP evakuasi

bencana

Akhir 2018

Toilet dan air bersih Baru beberapa Bantuan dari pihak luar Asuransi

pengunjung, pemadu dan porter

Belum

Pengelolaan Limbah

Sistem packit in and pack it out

Ujicoba akhir 2018 Uji coba di Aik Berik

Sumber : Data Olahan BTNGR 2018

Sedangkan untuk pengelolaan sampah dan kotoran manusia dari apa yang peneliti lihat dan apa yang peneliti dengar Balai Taman Nasional Gunung Rinjani melakukan berbagai kebijakan salah satunya dengan cara

melakukan Clean Up yang bekerja sama dengan berbagai pihak. Walaupun kegiatan Clean Up ini tidak terlalu membuahkan hasil Balai Taman Nasional Gunung Rinjani terus melakukan perencanaan dan mencari solusi mengenai permasalahan ini. pembahasan sampah ini sering di bahas dalam seminar, workshop dan terakhir pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menyusun masterplan pengelolaan sampah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) 2018-2023. Pada masterplan tersebut dijelaskan bagaimana cara penanganan sampah dan limbah kotoran manusia seperti mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TNGR dengan pembatasan pada jenis-jenis kemasan satu kali pakai dan harus di ganti dengan wadah yang bisa digunakan berulang, penerapan chek in and check out agar sampah yang masuk di bawa kembali oleh pengunjung, penanganan limbah kotoran manusia dengan cara menggunakan toilet basah dan kering. Kemudian diimplementasikan dengan cara bekerja sama dengan pelaku wisata dan lembaga lainya dalam penanganan sampah yang sudah berada di bawah kemudian bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menangani sampah yang sudah keluar dari kawasan TNGR. Selain itu dari hasil pengamatan peneliti Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga melakukan pembatasan kuota jumlah pengunjung serta membatasi lama kunjungan untuk menangani masalah sampah dan juga penyebaran covid-19. Hal ini di jelaskan oleh bapak M.

Akhwan :

“ pengurangan kuota ini untuk kontrol sampah mbak, itu juga aturan dari pemerintah pusat karena pandemi juga kuotanya di perbolehkan 30%

waktu tanggal 22 Agustus 2020 waktu pertama kali di buka dan kemarin- kemarin tanggal 16 November itu sudah 50%. Dulu kan sempat vakum gara-

gara gempa di setiap jalur kan ada namanya daya tampung mbak sama daya dukung jadi di Rinjani itu kuota normalnya itu di lihat dari daya tampung dan daya dukung setiap jalur. Kalau sembalun itu 150, Senaru 150 , Aik Berik itu 100 Timbanuh 100, jadi 30% dari 150 45 kan, pertama 45 sekarang 75 orang di naikin 50% di lihat dari daya dukungnya. Namanya jalur di lewatin mbak pasti bakalan berubah kontur tanahnya, paling pentingnya sih buat penganan sampah sama pandemi kemarin, kan untuk mengurangi kerumunan.”90

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap tahun jumlah pendakian di TNGR terus meningkat tetapi peningkatan jumlah pengunjung ini bukan hanya berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat tetapi juga berdampak negatif terhadap ekosistem kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Dampak negatif tersebut terjadi di sepanjang kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Dampak negatif tersebut diantaranya berupa sampah pendaki, terjadinya pengikisan tanah hingga erosi dan mati/rusaknya pohon-pohon. Sehingga pengurangan kuota dan pengurangan lama berkunjung merupakan salah satu solusi dari masalah ini.

5. Menerbitkan Program E-Rinjani

Dari hasil observasi peneliti, peneliti juga menemukan data bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani membuat kebijakan baru pasca Gempa Lombok yaitu menerbitkan program E-Rinjani. E-Rinjani ini merupakan sistem boking tiket online yang memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk membeli tiket masuk dan membayar secara online serta pengunjung bisa merencanakan secara lebih mudah pendakiannya dengan

90 M.akhwan, Wawancara, Pengelola Sosial Media BTNGR, Mataram, 20 November 2020

sistem online, selain itu E-Rinjani juga memiliki fitur PPOB yan bisa digunakan untuk membayar tagihan listrik, membeli pulsa dan sebagainya.

Selain membuat aplikasi E-Rinjani Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga membuka jalur baru yaitu jalur pendakian Aikberik pada bulan November 2018.

Gambar 2.3 Aplikasi Sistem Boking Online E-Rinjani.

Sumber data, FB dan Website Resmi BTNGR.

Jalur pendakian Aikberik ini sebagai persiapan untuk membuka jalur alternatif pendakian Gunung Rinjani yang selama ini ditutup karena dampak dari gempa yang melanda Pulau Lombok yang mengakibatkan jalur pendakian Senaru dan Sembalun rusak parah dan membahayakan untuk dilalui pendaki. Data yang peneliti temukan ini di perjelas oleh pak M.Akhwan yaitu:

“pertama itu di akhir tahun 2018 kita buka waktu pembukaan jalur di Aikberik sudah di terapin E-Rinjani, iya setelah gempa. E-Rinjani itu untuk pemesanan tiket secara online jadi boking lah gitu, jadi orang-orang yang mau memboking tiket jauh-jauh hari bisa jadi gak harus ke lokasi kantornya langsung dan itu juga lebih aman karena kan tidak megang uang cash gitu kan jadi uangnya langsung di transfer calon pendakinya. Pendaki juga lebih

gampang, pakai sistem kuota kan sekarang jalurnya jadi melalui E-Rinjani bisa ngeliat kuota di tanggal ini berapa sih kalau misalkan full bisa pindah ke hari yang lain atau jalur yang lain itu untuk memudahkan. Selain dari sisi pendakinya kita juga bisa lebih gampang melihat pendaki yang sudah naik dan belum check out bisa kita liat disitu, monitoring pendakian lebih gampang .”91

Hal yang sama juga dijelaskan oleh pak Mulkan Hamid, yaitu :

“kita sudah pakai E-Rinjani dek, jadi kalau mereka tidak mendaftar di E-Rinjani gak bisa mereka naik, E-Rinjani itu seperti Traveloka mereka boking dan bayar langsung di sana tinggal bawa bukti tinggal d scan baru bisa naik, kalau gk di scan gak bisa naik.92

6. Memberikan Pemberdayaan Kepada Masyarakat

Menurut apa yang peniliti lihat dan apa yang peneliti dengar bahwa Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya aktif melakukan promosi dan mengelola sosial media namun juga memberikan pemberdayaan kepada masyarakat. Pemberdayaan itu dilakukan untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat di sekitar Gunung Rinjani. hal ini di sampaikan oleh pak Mulkan Hamid saat di wawancara, yaitu :

“kita juga banyak kegiatan bukan hanya wisata ada kegiatan-kegiatan lain seperti di pemerdayaan masyarakat di situ kita sharing pengamanan, kegiatan pembinaan. Sebagai Humas kita menyampaikan apa yang sudah kita kerjakan pada masyarakat, kita menyampaikan bahwa TNGR itu tidak hanya bergerak di bidang wisata tapi juga ada kepedulian pada masyarakat lainnya seperti pemberdayaan masyarakat, memberikan bantuan, pembinaan kemudian di dalam kawasan itu sendiri ada perlindungan kawasan dengan patroli, perlindungan habitat satwa. Kita itu ada 3 prinsip perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan. Perlindungan ini seperti patroli kawasan oleh polisi hutan, kalau pengawetan ini ada kegiatan sosialisasi, ada pemanfaatan wisata selain wisata ada juga pemanfaatan habitat HHBK (hasil hutan bukan kayu). Itu artinya masyarakat di perbolehkan masuk kawasan mengambil seperti rumput, ada buah-buahan di dalam kawasan di perbolehkan juga asal jangan kayunya.”93

91 M.akhwan, Wawancara , Pengelola Sosial Media BTNGR, Mataram, 20 November 2020

92 Mulkan Hamid, S.P, Wawancara, Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Mataram, 10 November 2020.

93 Ibid, Wawancara 10 November 2020

Dokumen terkait