• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dari Tahun ke Tahun

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dari Tahun ke Tahun

Lombok.

Untuk menjawab Rumusan Masalah peneliti terkait dengan Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dari tahun ke tahun untuk meningkatkan jumlah pengujung Sebelum gempa di Lombok, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada Humas BTNGR. Sehingga peneliti mendapatkan data tambahan berupa dokumen, informasi dan SK yang terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Adapaun Strategi yang dilakukan Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sebelum gempa yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Mengadakan Event dan Pameran

Pada tahun 2015 hingga 2018 BTNGR melakukan promosi wisata dengan mengadakan acara event di dalam dan luar Pulau Lombok.

Seperti event Spot Tourism Rinjani 100 yang diikuti oleh peserta dari 24 negara. Selain itu di awal tahun 2017 Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mengadakan event “Wisata Halal dan “Geopark Rinjani Lombok” guna meningkatkan daya tarik wisatawan.

Dari pernyataan di atas di dukung oleh pendapat Pak Mulkan Hamid, S.P selaku Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani yaitu :

“sebelum gempa kita banyak melakukan pameran-pameran dan event di luar daerah seperti di Jakarta dan daerah lainnya, kita juga menyebar pamplet, promosi melalui website resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Media sosial juga kita gunakan untuk menyebarkan informasi ke masyarakat baik itu informasi seputar kegiatan BTNGR maupun kegiatan pendakian itu sendiri.” 70

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, sebelum gempa melanda Lombok sepanjang bulan Agustus tahun 2018 Humas BTNGR lebih banyak melakukan promosi melalui kegiatan pameran dan event-event besar. Dari data yang peneliti temukan di lapangan bahwa sepanjang tahun 2015 hingga 2017 jumlah wisatawan di Taman Nasional Gunung Rinjani terus meningkat. Pada tahun 2015 jumlah pendapatan BTNGR dari seluruh jalur pendakian yang mencakup pengunjung wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara dan hasil penyetoran penelitian sebanyak Rp 4.478.545.000, sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp 5.085.995.000, dan pada tahun 2017 BTNGR menyumbangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebanyak Rp 10.574.828.500. Menurut pernyataan Bapak Mulkan yaitu:

” pendapatan yang di hasilkan BTNGR tidak di alokasikan ke APBD melainkan di serahkan langsung di Menteri Keuangan sehingga menjadi sumbangan bagi PNBP”.71

70Pak Mulkan Hamid, S.P, Wawancara, Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Mataram, 10 November 2020.

71 Ibid

Namun pada tahun 2018 hingga tahun 2019 BTNGR mengalami jumlah penurunan pengunjung yang cukup drastis, penurunan yang di alami hampir sebesar 70%. Pada tahun 2018 BTNGR memberikan sumbangan PNBP sebesar Rp 6.222.678.000 sedangkan pada tahun 2019 hanya sebanyak 3.934.548.000. Penemuan data ini sebelumnya sudah peneliti paparkan pada latar belakang penelitian.

Penurunan ini diakibatkan oleh ditutupnya Gunung Rinjani sepanjang Bulan Agustus hingga pertengahan Bulan November 2018. Pendakian sempat di buka selama 1 Bulan namun akibat adanya pemulihan ekosistem Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan mengantisipasi adanya cuaca buruk, pada tanggal 28 Desember 2018 Balai Taman Nasional Gunung Rinjani memberikan Pengumuman dengan Nomor :PG.2176/T.39/TU/KSA/12/2018 dengan pernyataan Gunung Rinjani ditutup terhitung mulai tanggal 1 Januari 2019.

2. Melakukan Pelatihan pada Porter/Guide

Berdasarkan data dari Instagram Balai Taman Nasional Gunung Rinjani pada postingan 20 Maret 2018 BTNGR melakukan Pelatihan Porter/Guide Senaru dan Sembalun yang dilakukan di Graha Ayu Hotel.

Pelatihan ini dilakukan guna untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berasal dari Mancanegara. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh bapak

M.Akhwan Zulfayandi, S.Kom selaku pengelola Media Sosial Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, mengatakan :

“untuk meningkatkan Jumlah wisatawan Mancanegara biasanya kita bekerja sama dengan porter. Biasanya nanti porter ini yang akan menyebarluaskan informasi seputar pendakian ke hotel-hotel atau homestay. Nantinya porter ini akan mengurus kebutuhan para wisman selama pendakian. Dan setiap daerah ada pusat informasi mengenai porter, seperti di Lombok Tengah dan di Sembalun.” 72

Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pendaki para porter yang bertugas sudah terdata dan mereka merupakan anggota porter legal yang sudah di resmikan oleh BTNGR. Hal ini sesuai dengan isi pengumuman yang peneliti temukan di halaman Instagram resmi BTNGR yang dikeluarkan pada tanggal 16 April 2018 dengan Nomor : PG. 523/T.39/TU/KSA/04/2018 Tentang Pendataan dan Legalisasi Pemandu Gunung Taman Nasional Gunung Rinjani. Pengumuman ini menyatakan bahwa seluruh pemandu gunung (Porter/Guide) yang menyediakan jasa pemanduan gunung di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani untuk menyerahkan foto diri setengah badan (pas foto 3x4) dan foto KTP/KK kepada forum Porter Guide Rinjani atau Kantor Resort Taman Nasional Gunung Rinjani terdekat. Data tersebut akan digunakan sebagai data base pemandu Gunung Rinjani dan penerbitan kartu anggota Forum Porter Guide Rinjani (KTA) sebagai bukti legalitas pemandu gunung di Taman Nasional Gunung Rinjani. Pendataan ini dilakukan secara gratis. 73

72 M.akhwan, Wawancara, Pengelola Sosial Media BTNGR, Mataram, 20 November 2020

73BTN Gunung Rinjani (@gunungrinjani_nationalpark). 24 April 2018. Pengumuman Tentang Pendataan dan Legalisasi Pemandu Gunung. Diakses melalui https://www.instagram.com/p/Bh79uZPFXAn/?igshid=d8isi8du9b90, 23 November 2020

3. Legalisasi Trekking Organizer (TO)

Tidak hanya porter, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga mengeluarkan kebijakan mengenai Legalisasi Trekking Organizer sebagai langkah untuk meningkatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke pendakian Gunung Rinjani sebelum gempa Lombok.

Pernyataan peneliti tersebut sesuai dengan isi pengumuman yang di keluarkan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani pada 24 April 2018. Pengumuman ini peneliti temukan di halaman Instagram BTNGR dengan Nomor SK S.602/T.39/TU/KSA/4/2018. SK tersebut berisi tentang Trekking Organizer yang menjadi penerima surat yang harus membayar iuran Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA).

Sebanyak 63 TO yang tersebar di wilayah Senaru, Sembalun dan Senggigi yang menerima surat tersebut. Adanya kebijakan ini akan membantu BTNGR memaksimalkan fungsi TO dalam mempromosikan pendakian Gunung Rinjani.74pernyataan penulis tersebut di dukung oleh pendapat M.Akhwan selaku Pengelola Media Sosial Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

“kalau buat ningkatin jumlah pngunjung Wisatawan Mancanegara kita kerja sama dengan TO, TO itu singkatan dari Tracking Organizer mbak. Di sana di sediakan paket pendakian, mereka sendiri yang menawarkan ke tamu-tamu. TO ada di Senaru, Sembalun sama di Loteng. Selain BTNGR, TO juga ikut berperan mbak.”75

4. Melakukan Program Rinjani Clean Up

74 BTN Gunung Rinjani (@gunungrinjani_nationalpark). 25 April 2018. Legalisasi Trekking Organizer. https://www.instagram.com/p/BhKkPaIEOD/?igshid=17fae13ad24zt, 23 November 2020

75 M.akhwan, Wawancara, Pengelola Sosial Media BTNGR, Mataram, 20 November 2020.

Selain itu strategi yang di lakukan BTNGR untuk meningkatkan jumlah pengunjung dengan cara melakukan kegiatan Rinjani Clean Up.

Kegiatan ini rutin dilakukan untuk mencegah penumpukan sampah di pendakian Gunung Rinjani. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, BTNGR pernah melakukan Rinjani Clean Up pada 4 Mei 2018 dengan jumlah peserta 222 orang dan penanggung jawab kegiatan ini adalah Domo Adventure Indonesia dengan total jumlah sampah yang di bawah turun 393,5 kg.76

Dari apa yang peneliti lihat dan peneliti dengar beberapa kebijakan yang di buat oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sebelum Gempa ternyata masih banyak yang harus di benahi. Mulai dari fasilitas dan banyaknya jumlah sampah di atas Gunung Rinjani. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh Nanang Agriyan salah satu pendaki yang berasal dari Desa Saba, Kecamatan Janapria yang pernah mendaki Gunung Rinjani pada tahun 2018, mengatakan :

“Menurut saya Balai Taman Nasional Gunung Rinjani belum maksimal melakukan pengelolaan Pendakian Gunung Rinjani, kalau bisa sebisanya pengelola Gunung Rinjani mengevaluasi jalur-jalur extrim agar tidak membahayakan pendaki. 77

Hal ini kembali di jelaskan oleh Nuzratun salah satu pecinta alam yang pernah mendaki Gunung Rinjani pada tahun 2016 yang berasal dari Dasan Kabulika, Desa Pringga Jurang Utara mengatakan :

76BTN Gunung Rinjani (@gunungrinjani_nationalpark). 7 Mei 2018.

https://www.instagram.com/p/BieEVdAIFKX/?igshid=rygfy6uaamuf, 23 November 2020

77 Nanang Agriyan, Wawancara, Pendaki Gunung Rinjani Tahun 2018, Mataram, 23 November 2020

“perlu ada peningkatan mbak, apalagi pengelolaan di lapangannya harus di benahi, salah satu contohnya masih banyak sampah yang berserakan.” 78

Dari pernyataan dua narasumber diatas tentunya akan berdampak buruk pada citra Lembaga Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Hasil wawancara tersebut juga menjelaskan bahwa Balai Taman Nasional Gunung Rinjani perlu membangun citra positif kepada masyarakat agar nama baik Lembaga tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak berkurang.

C. Strategi Humas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk

Dokumen terkait